Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN

Feni Hermayanti, 2013 Penggunaan Kata Sapaan Oleh Siswa Tunarungu Dalam Peristiwa Tutur Studi Deskriptif Pada Siswa Tunarungu SMPLB Di SLB Negeri Cicendo Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Manusia sebagai makhluk sosial, dituntut untuk memiliki berbagai keterampilan. Salah satu keterampilan yang harus dimiliki yaitu keterampilan berkomunikasi. Berkomunikasi dapat dilakukan secara verbal dan non verbal. Untuk dapat berkomunikasi, manusia dapat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasinya. Ketika berkomunikasi, seseorang perlu memperhatikan banyak hal, salah satunya yaitu kata sapaan. Seperti yang dikemukakan Tarigan 2009:31- 33 untuk dapat berkomunikasi dengan orang lain maka ada empat hal dalam kompetensi komunikatif yang harus dikuasai, salah satunya yaitu: ...b pengetahuan mengenai kaidah-kaidah berbicara yaitu mengetahui bagaimana memulai dan mengakhiri percakapan-percakapan, mengetahui topik-topik apa yang mungkin dibicarakan dalam berbagai tipe peristiwa bicara, mengetahui bentuk-bentuk sapaan yang seharusnya dipakai kepada orang-orang teman kita berbicara dan dalam berbagai situasi;... Kata sapaan menurut Nababan Purwa et al, 2003:15 adalah „alat seorang pembicara untuk mengatakan sesuatu kepada orang lain ‟. Selain itu Kridalaksana Rusbiyantoro, 2011:61, menjelaskan bahwa „sapaan adalah morfem, kata atau frase yang dipergunakan dalam situasi pembicaraan dan berbeda-beda menurut sifat hubungan antar pembicara‟. Dari kedua pengertian kata sapaan di atas dapat disimpulkan bahwa, kata sapaan adalah kata yang digunakan oleh seseorang sebagai alat untuk mengatakan sesuatu kepada orang lain, dalam suatu situasi pembicaraan dan berbeda-beda menurut sifat hubungan antar pembicara. Penggunaan kata sapaan akan menentukan berlanjut tidaknya suatu pembicaraan. Penggunaan kata sapaan juga berguna untuk mendapatkan perhatian lawan tutur agar tertuju pada pembicara. Oleh karena itu, kata sapaan yang juga bagian dari bahasa memiliki kedudukan yang sangat penting dalam berkomunikasi dan Feni Hermayanti, 2013 Penggunaan Kata Sapaan Oleh Siswa Tunarungu Dalam Peristiwa Tutur Studi Deskriptif Pada Siswa Tunarungu SMPLB Di SLB Negeri Cicendo Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu berguna bagi siswa tunarungu untuk bekal bersosialisasi di lingkungan masyarakat. Kata sapaan memiliki beragam bentuk yang berbeda-beda, karena harus memperhatikan lawan tutur, situasi dan sifat hubungan antar penutur. Seperti yang diungkapkan oleh Sumampouw Rahmania, 2009: 1 sistem sapaan Bahasa Indonesia memiliki terlalu banyak pilihan kata yang dapat digunakan untuk menyapa orang. Ragam bentuk kata sapaan ada delanpan yaitu: Kata ganti kamu, engkau, kita dan sebagainya; nama diri nama orang yang terlihat dalam suatu percakapan; kata kekerabatan bapak, ibu, kakak, dan sebagainya; bentuk nominal + ku Tuhanku, kekasihku, dan lain-lain; kata deiksis situ, sini; bentuk pe-verbal pembaca, penonton, pendengar, dan sebagainya; nomina lain tuan, nyonya, nona, dan sebagainya dan tanpa kata sapaan yang disebut zero  Kridalaksana 1982:14-15. Maka, seseorang harus memiliki perbendaharaan kata sapaan terlebih dahulu untuk menunjang kemampuan penggunaan kata sapaan, termasuk pada siswa tunarungu. Pemilihan bentuk-bentuk kata sapaan yang tepat sangatlah penting. Bentuk kata sapaan yang dipilih dan digunakan dalam peristiwa tutur mengandung nilai simbol tertentu. Nilai simbol tersebut dipengaruhi oleh keberagaman budaya dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Menurut Fishman Purwa, 2003:13 nilai simbol dalam penggunaan kata sapaan adalah „nilai yang dilambangkan dengan penggunaan bentuk-bentuk kebahasaan-- termasuk pula bentuk sapaan--antara lain, sikap dan perasaan hormat terhadap pihak yang disapa‟. Jika seseorang tidak memperhatikan nilai simbol dan norma yang berlaku dalam penggunaan kata sapaan, maka akan berdampak negatif pada pencitraan orang tersebut. Siswa tunarungu merupakan salah satu anak berkebutuhan khusus. Ketunarunguan yang dialami siswa merupakan suatu kondisi yang disebabkan oleh ketidak berfungsian sebagian atau seluruh organ pendengaran. Kondisi tersebut akan menghambat pada pemerolehan bahasa sehingga sulit untuk Feni Hermayanti, 2013 Penggunaan Kata Sapaan Oleh Siswa Tunarungu Dalam Peristiwa Tutur Studi Deskriptif Pada Siswa Tunarungu SMPLB Di SLB Negeri Cicendo Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu berinteraksi dan berkomunikasi. Kemiskinan bahasa dan sulitnya memahami bahasa sering menyebabkan anak tunarungu salah penafsiran terhadap sesuatu yang dilihatnya. Siswa tunarungu juga merupakan makhluk sosial dan pelaku bahasa, yang memerlukan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut siswa tunarungu memerlukan keterampilan berkomunikasi. Siswa tunarungu juga dapat berkomunikasi secara verbal dan non verbal. Untuk dapat berkomunikasi, siswa tunarungu dapat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasinya. Ketika berkomunikasi, siswa tunarungu juga perlu memperhatikan banyak hal, salah satunya yaitu kata sapaan. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang peneliti lakukan di Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa SMPLB di Sekolah Luar Biasa SLB Negeri Cicendo Kota Bandung, peneliti menemukan permasalahan dibidang komunikasi, khususnya penggunaan kata sapaan. Penggunaan kata sapaan sendiri terdapat dalam kurikulum Sekolah Dasar Luar Biasa SDLB kelas I, pada Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SKKD mata pelajaran Bahasa Indonesia, yaitu nomor 2.2, yang menyatakan bahwa siswa dituntut untuk mampu menyapa orang lain dengan menggunakan kalimat sapaan yang tepat dan bahasa yang santun dengan Bahasa Indonesia yang baik dan benar secara lisan danatau isyarat. Berdasarkan pengamatan peneliti dan data di lapangan, menunjukkan siswa tunarungu telah memiliki beberapa kata sapaan, seperti bapak, ibu, dan nama diri. Hal ini terlihat ketika siswa menanyakan seorang guru kepada temannya, siswa menggunakan kata bapakibu diikuti dengan nama diri. Siswa tunarungu juga sering menggunakan isyarat-isyarat tertentu yang menunjukkan nama diri temannya ketika menanyakan siswa lain. Namun, penggunaan kata sapaan bapakibu kepada guru dan nama diri kepada temannya saat melakukan peristiwa tutur sapa, diindikasi masih keliru atau tidak tepat. Hal ini diperkuat oleh rekan-rekan peneliti yang menemukan hal serupa saat melaksanakan Program Pengalaman Lapangan PPL. Dari kurikulum yang telah ditempuh oleh siswa Feni Hermayanti, 2013 Penggunaan Kata Sapaan Oleh Siswa Tunarungu Dalam Peristiwa Tutur Studi Deskriptif Pada Siswa Tunarungu SMPLB Di SLB Negeri Cicendo Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu tunarungu, seharusnya siswa SMPLB telah menguasi penggunaan kata sapaan dan mampu mengaplikasikan dalam bertutur sapa dengan lawan tutur. Pada hakikatnya setiap anak memiliki potensi untuk dapat menggunakan kata sapaan yang tepat, tidak terkecuali siswa tunarungu. Dengan penyajian materi penggunaan kata sapaan yang mudah dipahami dan didukung oleh lingkungan keluarga pula yang memperhatikan perkembangan penggunaan kata sapaan siswa, tentu siswa akan mampu menggunakan kata sapaan yang tepat dalam berkomunikasi. Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, keterampilan penggunaan kata sapaan marupakan salah satu keterampilan yang perlu dimiliki setiap orang, begitupun bagi siswa tunarungu. Keterampilan penggunaan kata sapaan merupakan modal untuk mengawali suatu pembicaraan atau peristiwa tutur, baik di lingkungan tunarungu maupun di lingkungan masyarakat yang mendengar. Kondisi yang dialami oleh siswa tunarungu sering menjadi faktor penghambat ketika berkomunikasi dengan menggunakan kata sapaan, sehingga siswa tunarungu kurang memperhatikan aturan-aturan dalam memilih bentuk kata sapaan yang akan digunakan. Jika keterampilan penggunaan kata sapaan tidak diperhatikan oleh siswa tunarungu SMPLB, yang seharusnya sudah mampu membangun pengetahuan yang telah didapat dan diterapkan dalam kehidupannya sekarang, maka akan berdampak pada pencitraan yang negatif bagi dirinya. Peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian mengenai penggunaan kata sapaan pada siswa tunarungu, didasarkan dari hasil studi pendahuluan yang telah dipaparkan. Penelitian penggunaan kata sapaan dikhususkan pada penggunaan kata sapaan kata ganti persona kedua, nama diri, kata kekerabatan dan tanpa kata sapaan. Hal ini karena penggunaan kata sapaan harus memperhatikan lawan tutur, situasi, dan tempat peristiwa tutur. Tempat penelitian ini berlangsung di lingkungan SLB Negeri Cicendo Kota Bandung yang beralamat di Jalan Cicendo no 27 dan di lingkungan rumah siswa. Dilakukan penelitian lebih mendalam mengenai penggunaan kata sapaan ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran bagaiman kemampuan penggunaan kata sapaan pada siswa tunarungu Feni Hermayanti, 2013 Penggunaan Kata Sapaan Oleh Siswa Tunarungu Dalam Peristiwa Tutur Studi Deskriptif Pada Siswa Tunarungu SMPLB Di SLB Negeri Cicendo Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu yang sebenarnya. Maka disusunlah suatu judul penelitian sebagai berikut: “Penggunaan Kata Sapaan oleh Siswa Tunarungu dalam Peristiwa Tutur”.

B. Fokus Penelitian