Rekam Medik Formularium Rumah Sakit

2.1.5 Indikator Pelayanan Rumah Sakit

Program akreditasi rumah sakit yang dilaksanakan sejak tahun 1995 diawali dengan 5 jenis pelayanan yaitu pelayanan medis, pelayanan keperawatan, rekam medis, administrasi dan manajemen dan pelayanan gawat darurat. Pada tahun 1997, program diperluas menjadi 12 pelayanan yaitu kamar operasi, pelayanan perinatal resiko tinggi, pelayanan radiologi, pelayanan farmasi, pelayanan laboratorium, pengendalian infeksi dan kecelakaan keselamatan serta kewaspadaan bencana. Pada tahun 2000 dikembangkan instrumen 16 bidang pelayanan di rumah sakit. Pelatihan akreditasi rumah sakit oleh Balai Pelatihan Kesehatan dilakukan untuk membantu proses persiapan akreditasi.

2.2 Rekam Medik

Rekam medik adalah sejarah ringkas, jelas dan akurat dari kehidupan dan kesakitan penderita dan ditulis dari sudut pandang medik. Setiap rumah sakit dipersyaratkan mengadakan dan memelihara rekam medik yang memadai dari setiap pasien, baik pasien rawat inap maupun pasien rawat jalan. Suatu rekam medik yang lengkap mencakup data identifikasi dan sosiologis, sejarah famili pribadi, sejarah kesakitan yang sekarang, pemeriksaan fisik, pemeriksaan khusus seperti: konsultasi, data laboratorium klinis, pemeriksaan sinar X dan pemeriksaan lain, diagnosis sementara, diagnosis kerja, penanganan medik atau bedah, patologi mikroskopik dan nyata, kondisi pada waktu pembebasan, tindak lanjut dan temuan otopsi Siregar dan Amalia, 2004. Kegunaan rekam medik : a. dasar perencanaan dan perawatan berkelanjutan dari penderita b. merupakan suatu sarana komunikasi antara dokter dan setiap profesional yang berkontribusi pada perawatan penderita Universitas Sumatera Utara c. melengkapi bukti dokumen terjadinya atau penyebab penyakit penderita dan penanganan atau pengobatan selama dirawat di rumah sakit. d. digunakan sebagai dasar untuk kaji ulang studi dan evaluasi perawatan yang diberikan kepada penderita. e. membantu perlindungan kepentingan hukum penderita, rumah sakit dan praktisi yang bertanggung jawab f. menyediakan data untuk digunakan dalam penelitian dan pendidikan g. dasar perhitungan biaya karena dengan menggunakan data dalam rekam medik mempermudah bagian keuangan untuk menetapkan besarnya biaya pengobatan seorang penderita Siregar dan Amalia, 2004. 2.3 Komite Medik dan Komite Farmasi dan Terapi KFT 2.3.1 Komite Medik Menurut Siregar dan Amalia 2004 Komite medik adalah wadah non struktural yang keanggotaannya dipilih dari ketua staf medis fungsional SMF atau yang mewakili SMF yang ada di rumah sakit. Komite medik berada dibawah dan bertanggung jawab kepada direktur utama.

2.3.2 Komite Farmasi dan Terapi KFT

Berdasarkan Kepmenkes No 1197MenkesSKX2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di rumah sakit, KFT adalah organisasi yang memberikan rekomendasi kepada pimpinan rumah sakit mengenai kebijakan penggunaan obat di rumah sakit yang anggotanya terdiri dari dokter yang mewakili semua spesialisasi yang ada di rumah sakit, apoteker instalasi farmasi, serta tenaga kesehatan lainnya apabila diperlukan. Universitas Sumatera Utara

2.3.2.1 Tugas dan fungsi KFT

Berdasarkan Kepmenkes No 1197MenkesSKX2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di rumah sakit, tugas dan fungsi KFT adalah: a. membuat, mengevaluasi, dan merevisi pedoman diagnosis dan terapi, formularium rumah sakit, pedoman penggunaan antibiotika, dan lain-lain. b. membuat dan mengembangkan kebijakan dan prosedur mengenai penggunaan obat dan perbekalan farmasi lainnya di rumah sakit c. melakukan pengkajian penggunaan obat di rumah sakit dan memberikan umpan balik atas hasil pengkajian untuk meningkatkan penggunaan obat dan perbekalan farmasi lainnya secara rasional d. mengkoordinasikan pemantauan dan pelaporan reaksi obat yang tidak dikehendaki e. menyebarluaskan kebijakan yang ditetapkan oleh KomiteSub Komite Farmasi kepada pihak terkait f. melaksanakan edukasi tentang penggunaan obat kepada pihak terkait

2.3.2.2 Tugas apoteker dalam KFT

Berdasarkan Kepmenkes No 1197MenkesSKX2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di rumah sakit, tugas apoteker dalam KomiteSub Komite Farmasi dan Terapi adalah: a. sebagai sekretaris, apoteker menjadi penggerak roda administrasi KomiteSub KomiteSub Komite Farmasi dan Terapi b. memonitor, mengevaluasi dan membuat rekomendasi mengenai penggunaan obat di rumah sakit c. menjadi narasumber aspek obat d. melakukan kajian dan memberikan rekomendasi tentang usulan obat baru yang akan dimasukkan atau dikeluarkan dari formularium Universitas Sumatera Utara e. memberikan rekomendasi pada pembuatan pedoman diagnosis dan terapi, pedoman penggunaan antibiotik dan pedoman lain terkait obat

2.4 Formularium Rumah Sakit

Formularium rumah sakit adalah daftar obat baku yang dipakai oleh rumah sakit yang dipilih secara rasional dan dilengkapi penjelasan, sehingga merupakan informasi obat yang lengkap untuk pelayanan medik rumah sakit, terdiri dari obat-obatan yang tercantum Daftar Obat Essensial Nasional DOEN dan beberapa jenis obat yang sangat diperlukan oleh rumah sakit serta dapat ditinjau kembali sesuai dengan perkembangan bidang kefarmasian dan terapi serta keperluan rumah sakit yang bersangkutan SK Dirjen YanMed No. 0428YanMedRSKSSK89 tentang Petunjuk Pelaksanaan Permenkes No. 085MenKesPerI1989. Berdasarkan Kepmenkes No. 1197MENKESSKX2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, Penyusunan dan revisi formularium dikembangkan berdasarkan pertimbangan terapetik dan ekonomi dari penggunaan obat agar dihasilkan formularium yang selalu mutakhir dan dapat memenuhi kebutuhan pengobatan yang rasional. Proses penyusunan formularium yang digunakan akan memberikan petunjuk kepada dokter, apoteker, perawat serta petugas administrasi di rumah sakit dalam menerapkan sistem formularium. Tahapan proses penyusunan formularium di rumah sakit 1. membuat rekapitulasi usulan obat dari masing-masing Staf Medik Fungsional SMF berdasarkan standar terapi atau standar pelayanan medik 2. mengelompokkan usulan obat berdasarkan kelas terapi 3. membahas usulan tersebut dalam rapat KomiteSub Komite Farmasi dan Terapi, jika diperlukan dapat meminta masukan dari pakar Universitas Sumatera Utara 4. mengembalikan rancangan hasil pembahasan KomiteSub Komite Farmasi dan Terapi, dikembalikan ke masing-masing SMF untuk mendapatkan umpan balik 5. membahas hasil umpan balik dari masing-masing SMF 6. menetapkan daftar obat yang masuk ke dalam formularium 7. menyusun kebijakan dan pedoman untuk implementasi 8. melakukan edukasi mengenai formularium kepada staf dan melakukan monitoring Kegunaan formularium di rumah sakit: 1. membantu menyakinkan mutu dan ketepatan penggunaan obat di rumah sakit 2. sebagai bahan edukasi bagi staf medik tentang terapi obat yang benar 3. memberi ratio manfaat yang tinggi dengan biaya yang minimal Siregar dan Amalia, 2004.

2.5 Instalasi Farmasi Rumah Sakit IFRS