Pokja Apotek Pokja Perencanaan dan Evaluasi

Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik memiliki 7 ruangan yang berfungsi sebagai gudang untuk menyimpan perbekalan farmasi, yaitu: 1. gudang umum 2. gudang floorstock 3. gudang obat Jamkesmas 4. gudang obat Askes 5. gudang produksi re-packing 6. gudang Bahan Berbahaya dan Beracun B3 7. gudang perbekalan farmasi cathlab jantung bedah jantung Pokja perbekalan juga melakukan kegiatan produksi sediaan farmasi. Menurut Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam malik, yang dimaksud dengan produksi adalah kegiatan membuat, merubah bentuk dan pengemasan kembali sediaan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Kegiatan produksi yang dilakukan di RSUP H. Adam Malik adalah membuat Aquadest, H 2 O 2 3, larutan NaCl 0,9 non steril, kloralhidrat serta mengubah dari kemasan yang besar menjadi kemasan kecil re-packing antara lain alkohol 96 dan 70, isodin povidon iodium, formaldehid formalin, handscrub, hydrexfirst aidcutisoft.

3.2.4.2 Pokja Apotek

Pokja Apotek terbagi dua, yaitu pokja Apotek I dan pokja Apotek II yang masing- masing dipimpin oleh seorang kepala yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik, mempunyai tugas membantu kepala Instalasi Farmasi dalam hal mengkoordinasikan, membina, melaksanakan pelayanan kefarmasian terhadap pasien rawat jalan, rawat inap maupun gawat darurat dan melaksanakan pencatatan, pelaporan dan evaluasi dari setiap pelaksanaan tugas di Universitas Sumatera Utara lingkungan Pokja Apotek. Tugas pokja apotek I melayani pasien askes dan pasien umum rawat jalan karena jam kerja di apotek I hanya satu shif jam 08.00 sampai 15.00 wib, sedangkan apotek II melayani resep pasien umum, pasien perusahaan, pasien jamkesmas rawat jalan, pasien jamkesmas dan askes rawat inap diluar shif sore dan pasien haemodialisa rawat jalan dan rawat inap.

3.2.4.3 Pokja Farmasi Klinis

Pokja Farmasi Klinis dipimpin oleh seorang apoteker yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik, mempunyai tugas membantu Kepala Instalasi Farmasi dalam hal mengkoordinasikan, membina, melaksanakan pelayanan Farmasi Klinik dan melaksanakan pendidikan, penelitian dan pengembangan pelayanan kefarmasian serta melaksanakan pencatatan, pelaporan dan evaluasi dari setiap pelaksanaan tugas di lingkungan Pokja Farmasi Klinis. Pelayanan Farmasi Kinis adalah pelayanan langsung yang diberikan apoteker kepada pasien dalam rangka meningkatkan outcome terapi dan meminimalkan terjadinya efek samping karena obat. Pelayanan farmasi klinis meliputi :

1. Pengkajian dan Pelayanan Resep

Pelayanan resep dimulai dari penerimaan, pemeriksaan ketersediaan, pengkajian resep, penyiapan perbekalan farmasi termasuk peracikan obat, pemeriksaan, penyerahan disertai pemberian informasi. Pada setiap tahap alur pelayanan resep, dilakukan upaya pencegahan terjadinya kesalahan pemberian obat medication error. Tujuan pengkajian dan pelayanan resep untuk menganalisa adanya masalah terkait obat, bila ditemukan masalah terkait obat harus dikonsultasikan kepada dokter penulis resep. Apoteker harus melakukan pengkajian resep sesuai dengan persyaratan administrasi, Universitas Sumatera Utara persyaratan farmasetik dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan. Persyaratan administrasi meliputi :  Nama, umur, jenis kelamin dan berat badan serta tinggi badan pasien  Nama, nomor ijin, alamat dan paraf dokter  Tanggal resep  Ruangan unit asal resep Persyarata farmasetik meliputi :  Nama obat, bentuk dan kekuatan obat  Dosis dan jumlah obat  Stabilitas  Aturan dan cara penggunaan Persyaratan klinis meliputi :  Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan obat  Duplikasi pengobatan  Alergi dan reaksi obat yang tidak dikehendaki ROTD  Kontraindikasi  Interaksi obat

2. Penelusuran Riwayat Penggunaan Obat

Penelusuran riwayat penggunaan obat adalah proses untuk mendapatkan informasi mengenai seluruh obat sediaan seluruh obat sediaan farmasi lain yang pernah dan sedang digunakan, riwayat pengobatan dapat diperoleh dari wawancara atau data rekam medik pencatatan penggunaan obat pasien. Tujuan penelusuran riwayat penggunaan obat : a. Membandingkan riwayat penggunaan obat dengan data rekam medik pencatatan penggunaan obat untuk mengetahui perbedaan informasi penggunaan obat. Universitas Sumatera Utara b. Melakukan verifikasi riwayat penggunaan obat yang diberikan oleh tenaga kesehatan lain dan memberikan informasi tambahan jika diperlukan. c. Mendokumentasikan adanya alergi dan reaksi obat yang tidak dikehendaki ROTD. d. Mengidentifikasi proyeksi terjadinya interaksi obat. e. Melakukan penilaian terhadap kepatuhan pasien dalam menggunakan obat. f. Melakukan penilaian rasionalitas obat yang diresepkan. g. Melakukan penilaian terhadap pemahaman pasien terhadap obat yang digunakan. h. Melakukan penilaian adanya bukti penyalahgunaan obat. i. Melakukan penilaian terhadap teknik penggunan obat. j. Memeriksa adanya kebutuhan pasien terhadap obat dan alat bantu kepatuhan minum obat. k. Mendokumentasikan obat yang digunakan pasien sendiri tanpa sepengetahuan dokter. l. Mengidentifikasi terapi lain, misalnya suplemen dan pengobatan alternatif yang mungkin digunakan oleh pasien. Kegiatan yang dilakukan oleh apoteker meliputi : a. Penelusuran riwayat penggunaan obat kepada pasien keluarga. b. Melakukan penilaian terhadap pengaturan penggunaan obat pasien. Informasi yang harus didapatkan :  Nama obat termasuk obat non resep, dosis, bentuk sediaan, frekuensi penggunaan, indikasi dan lama penggunaan obat.  Reaksi obat yang tidak dikehendaki termasuk riwayat alergi.  Kepatuhan terhadap regimen penggunaan obat jumlah obat yang tersisa.

3. Pelayanan Informasi Obat PIO

Pelayanan informasi obat adalah kegiatan penyediaan dan pemberian informasi, rekomendasi obat yang independen, akurat, tidak bias, terkini dan komprehensif yang Universitas Sumatera Utara dilakukan oleh apoteker kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan yang lainnya serta pasien dan pihak lain di luar rumah sakit. Tujuan pelayanan informasi obat : a. Menyediakan informasi mengenai obat kepada pasien dan tenaga kesehatan di lingkungan rumah sakit dan pihak lain di luar rumah sakit. b. Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang berhubungan dengan obat perbekalan farmasi, terutama bagi Komite Sub Komite Farmasi dan Terapi. c. Menunjang penggunaan obat yang rasional. Kegiatan : a. Menjawab pertanyaan. b. Menerbitkan buletin, leaflet, poster, newsletter. c. Menyediakan informasi bagi Komite Sub Komite Farmasi dan Terapi sehubungan dengan penyusunan Formularium Rumah Sakit. d. Bersama dengan PKMRS melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat inap. e. Melakukan pendidikan berkelanjutan bagi tenaga kefarmasian dan tenaga kesehatan lainnya. f. Melakukan penelitian. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan : a. Sumber daya manusia b. Tempat c. Perlengkapan

4. Konseling

Konseling obat adalah suatu proses diskusi antara apoteker dengan pasien keluarga pasien yang dilakukan secara sistematis untuk memberikan kesempatan kepada pasien Universitas Sumatera Utara keluarga pasien mengesplorasikan diri dan membantu meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan kesadaran sehingga pasien keluarga pasien memperoleh keyakinan akan kemampuannya dalam penggunaan obat yang benar termasuk swamedikasi. Tujuan umum konseling adalah meningkatkan keberhasilan terapi, memaksimalkan efek terapi, meminimalkan resiko efek samping, meningkatkan cost effectiveness dan menghormati pilihan pasien dalam menjalankan terapi. Tujuan khusus : a. Meningkatkan hubungan kepercayaan antara apoteker dengan pasien. b. Menunjukkan perhatian serta keperdulian terhadap pasien. c. Membantu pasien untuk mengatur dan terbiasa dengan obat. d. Membantu pasien untuk mengatur dan menyesuaikan penggunaan obat dengan penyakitnya. e. Miningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan. f. Mencegah dan meminimalkan masalah terkait obat. g. Meningkatkan kemampuan pasien memecahkan masalah dalam hal terapi. h. Mengerti permasalahan dalam pengambilan keputusan. i. Membimbing dan mendidik pasien dalam penggunaan obat sehingga dapat mencapai tujuan pengobatan dan meningkatkan mutu pengobatan pasien. Kegiatan : a. Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien. b. Mengidentifikasi tingkat pemahaman tentang penggunaan obat melalui Three Prime Question. c. Menggali informasi lebih lanjut dengan memberi kesempatan kepada pasien untuk mengesplorasi masalah penggunaan obat. Universitas Sumatera Utara d. Memberikan penjelasan kepada pasien untuk menyelesaikan masalah penggunaan obat. e. Melakukan verifikasi akhir dalam rangka mengecek pemahaman pasien. f. Dokumentasi. Faktor yang diperlukan : 1. Kriteria Pasien  Pasien kondisi khusus pediatri, geriatri, gangguan fungsi ginjal dan hati, ibu hamil dan menyusui.  Pasien dengan terapi jangka panjang penyakit kronis TB, DM, epilepsi,dll.  Pasien yang menggunakan obat-obatan dengan instruksi khusus penggunaan kortikosteroid dengan tappering downloff.  Pasien yang menggunakan obat dengan indeks terapi sempit digoksin, phenitoin.  Pasien yang menggunakan obat banyak polifarmasi.  Pasien yang mempunyai riwayat kepatuhan rendah. 2. Sarana dan Prasarana  Ruangan dari tempat konseling  Alat bantu konseling kartu pasien catatan konseling.

5. Pemantauan Terapi Obat PTO

Pemantauan Terapi Obat PTO adalah suatu proses yang mencakup kegiatan untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif dan rasional bagi pasien. Tujuan pemantauan terapi obat adalah meningkatkan efektivitas terapi dan meminimalkan resiko reaksi obat yang tidak dikehendaki ROTD. Kegiatan : a. Pengkajian pemilihan obat, dosis, cara pemberian obat, rspon terapi, reaksi obat yang tidak dikehendaki ROTD. Universitas Sumatera Utara b. Pemberian rekomendasi penyelesaian masalah terkait obat. c. Pemantauan efektivitas dan efek samping terapi obat. Tahapan pemantauan terapi obat : a. Pengumpulan data pasien b. Identifikasi masalah terkait obat c. Rekomendasi penyelesaian masalah terkait obat d. Pemantauan e. Tindak lanjut Faktor yang harus diperhatikan : a. Kemampuan penelusuran informasi dan penilaian kritis bukti terkini dan terpercaya. b. Kerahasiaan informasi. c. Kerjasama dengan tim kesehatan lain dokter dan perawat

6. Monitoring Efek Samping Obat MESO

Monitoring Efek Samping Obat MESO merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap obat yang tidak dikehendaki ROTD yang terjadi pada dosis lazim yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosa dan terapi. Efek samping obat adalah reaksi obat yang tidak dikehendaki yang terkait dengan kerja farmakologi. Tujuan : a. Menemukan Efek Samping Obat ESO sedini mungkin terutama yang berat, tidak dikenal, frekuensinya jarang. b. Menemukan frekuensi dan insiden Efek Samping Obat yang sudah dikenal dan yang baru saja ditemukan. c. Mengenal semua faktor yang mungkin dapat menimbulkan mempengaruhi angka kejadian dan hebatnya Efek Samping Obat. d. Meminimalkan resiko kejadian reaksi obat yang tidak dikehendaki. Universitas Sumatera Utara e. Mencegah terulangnya kejadian reaksi obat yang tidak dikehendaki. Kegiatan pemantauan dan Pelaporan Efek Samping Obat ESO : a. Mendeteksi adanya rekasi obat yang tidak dikehendaki. b. Mengidentifikasi obat-obatan dan pasien yang mempunyai resiko tinggi mengalami ESO. c. Mengevaluasi laporan ESO. d. Mendiskusikan dan mendokumentasikan ESO di Komite Sub Komite Farmasi dan Terapi. e. Melaporkan ke Pusat Monitoring Efek Samping Obat Nasional. Faktor yang perlu diperhatikan : a. Kerjasama dengan Komite Farmasi dan Terapi dan ruang perawat. b. Ketersediaan formulir Monitoring Efek Samping Obat.

7. Visite

Visite merupakan kunjungan ke pasien rawat inap yang dilakukan apoteker secara mandiri atau bersama tim tenaga kesehatan untuk mengamati kondisi klinis pasien secara langsung dan mengkaji masalah terkait obat, mamantau terapi obat dan reaksi obat yang tidak dikehendaki, meningkatkan terapi obat yang rasional dan menyajikan informasi obat kepada dokter, pasien serta profesional kesehatan lainnya. Visite juga dilakukan kepada pasien yang sudah keluar dari rumah sakit atas permintaan pasien yang biasa disebut dengan Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit Home Pharmacy Care. Sebelum melakukan kegiatanvisite apoteker harus mempersiapkan diri dengan mengumpulkan informasi mengenai kondisi pasien dan memeriksa terapi obat dari rekam medis atau sumber lain.

8. Evaluasi Penggunaan Obat EPO

Evaluasi Penggunaan Obat EPO merupakan program evaluasi penggunaan obat yang terstruktur dan berkesinambungan secara kualitatif dan kuantitatif. Universitas Sumatera Utara Tujuan : a. Mendapatkan gambaran keadaan saat ini atas pola penggunaan. b. Membandingkan pola penggunaan obat pada periode waktu tertentu. c. Meniali pengaruh intervensi atas pola penggunaan obat. Kegiatan praktek EPO : a. Mengevaluasi penggunaan obat secara kualitatif alogaritme Gyssen. b. Mengevaluasi penggunaan obat secara kuantitatif metode ATCDDD. Metode ATC DDD Anatomycal Therapeutic Chemical Classification system with Defined Daily Doses adalah sistem pembagian kelas terapi obat. Sistem ini merupakan instrumen dalam penelitian penggunaan obat dalam rangka peningkatan mutu penggunaan obat. Faktor yang perlu diperhatikan : a. Indikator peresepan. b. Indikator pelayanan. c. Indikator fasilitas.

9. Dispensing Sediaan Khusus

Dispensing sediaan khusus steril harus dilakukan di instalasi farmasi rumah sakit dengan teknik asptik untuk menjamin stabilitas dan sterilitas produk dan melindungi petugas dari paparan zat berbahaya serta menghindari terjadinya kesalahan pemberian obat. Tujuan : a. Menjamin stabilitas dan sterilitas produk b. Melindungi petugas dari paparan zat berbahaya. c. Menghindari terjadinya kesalahan pemberian obat. 9.1 Pencampuran Obat Suntik Universitas Sumatera Utara Melakukan pencampuran obat steril sesuai kebutuhan pasien yang menjamin kompatibilitas obat maupun wadah sesuai dengan dosis yang ditetapkan. Kegiatan : a. Mencampur sediaan intravena ke dalam cairan infus. b. Melarutkan sediaan intravena dalam bentuk serbuk dengan pelarut yang sesuai. c. Mengemas menjadi sediaan siap pakai. Faktor yang perlu diperhatikan : a. Ruangan khusus b. Lemari pencampuran Biological Safety Cabinet c. HEPA Filter 9.2 Penyiapan Nutrisi Parenteral Penyiapan nutrisi parenteral merupakan kegiatan pencampuran nutrisi parenteral yang dilakukan oleh tenaga yang terlatih secara aseptis sesuai kebutuhan pasien dengan menjaga stabilitas sediaan, formula standar dan kepatuhan terhadap prosedur yang menyertai. Kegiatan : a. Mencampur sediaan karbohidrat, protein, lipid, vitamin, mineral untuk kebutuhan perorangan. b. Mengemas ke dalam kantong khusus untuk nutrisi. Faktor yang perlu diperhatikan : a. Tim yang terdiri dari dokter, apoteker, perawat, ahli gizi b. Sarana dan prasarana c. Ruangan khusus d. Lemari pencampuran Biological Safety Cabinet e. Kantong khusus pencampuran untuk nutrisi parenteral 9.3 Penanganan Sedíaan Sitostatika Universitas Sumatera Utara Merupakan penanganan obat kanker secara aseptis dalam kemasan siap pakai sesuai dengan kebutuhan pasien oleh tenaga farmasi yang terlatih dengan pengendalian pada keamanan terhadap lingkungan, petugas maupun sediaan obatnya dari efek toksik dan kontaminasi dengan menggunakan alat pelindung diri, mengamankan pada saat pencampuran, distribusi maupun proses pemberian pada pasien sampai pembuangan limbahnya. Secara operasional dalam mempersiapkan dan melakukan harus sesuai dengan prosedur yang ditetapkan dengan alat pelindung diri yang memadai. Kegiatan : a. Melakukan perhitungan dosis secara akurat b. Melarutkan sedíaan obat kanker dengan pelarut yang sesuai c. Mencampur sedíaan obat kanker sesuai dengan protokol pengobatan d. Mengemas dalam kemasan tertentu e. Membuang limbah sesuai dengan prosedur yang berlaku Faktor yang perlu diperhatikan : a. Ruangan khusus yang dirancang dengan kondisi yang sesuai b. Lemari pencampuran Biological Safety Cabinet c. HEPA Filter d. Alat pelindung diri e. Sumber daya manusia yang terlatih f. Cara pemberian obat kanker

10. Pemantauan Kadar Obat Dalam Darah PKOD

Melakukan interpretasi hasil pemeriksaan kadar obat tertentu atas permintaan dari dokter yang merawat karena indeks terapi yang sempit atau atas usulan dari apoteker kepada dokter. Universitas Sumatera Utara Tujuan : a. Mengetahui kadar obat dalam darah b. Memberikan rekomendasi kepada dokter yang merawat Kegiatan: a. Memisahkan serum dan plasma darah b. Memeriksa kadar obat yang terdpat dalam plasma dengan menggunakan alat TDM Therapeutic Drug Monitoring c. Membuat rekomendasi kepada dokter berdasarkan hasil pemeriksaan Faktor-faktor yang perlu diperhatikan: a. Alat Therapeutic Drug Monitoring instrumen untuk mengukur kadar obat b. Reagen sesuai obat yang diperiksa

3.2.4.4 Pokja Perencanaan dan Evaluasi

Pokja Perencanaan dan Evaluasi dipimpin oleh seorang kepala yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik, dengan siklus kegiatannya dimulai dari perencanaan sampai evaluasi yang saling terkait antara satu dengan yang lain. Kegiatannya mencakup perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, pencatatan, pelaporan, penghapusan, monitoring dan evaluasi. Perencanaan perbekalan farmasi adalah salah satu fungsi yang menentukan dalam proses pengadaan perbekalan farmasi di rumah sakit. Tujuannya adalah untuk menetapkan jenis dan jumlah perbekalan farmasi sesuai dengan pola penyakit dan kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit farmasi meliputi:  Pemilihan Fungsi pemilihan adalah untuk menentukan apakah perbekalan farmasi benar-benar diperlukan sesuai dengan jumlah pasienkunjungan dan pola penyakit di rumah sakit. Universitas Sumatera Utara  Kompilasi penggunaan Kompilasi penggunaan perbekalan farmasi berfungsi untuk mengetahui penggunaan bulanan masing-masing jenis perbekalan farmasi di unit pelayanan selama setahun dan sebagai data pembanding bagi stok optimum.  Perhitungan kebutuhan Menetukan kebutuhan perbekalan farmasi merupakan tantangan yang berat yang harus dihadapi oleh tenaga farmasi yang bekerja di rumah sakit. Adapun pendekatan perencanaan kebutuhan dapat dilakukan melalui beberapa metoda: a. Metode konsumsi Perhitungan kebutuhan dengan metode konsumsi didasarkan pada data riil konsumsi perbekalan farmasi periode yang lalu, dengan berbagai penyesuaian dan koreksi. b. Metode epidemiologimorbiditas Dinamakan metode morbiditas karena dasar perhitungan adalah jumlah kebutuhan perbekalan farmasi yang digunakan untuk beban kesakitan yang harus dilayani. Metode morbiditas adalah perhitungan kebutuhan perbekalan farmasi berdasarkan pola penyakit, perkiraan kunjungan dan waktu tunggu lead time c. Metode kombinatif Metode ini merupakan gabungan dari metode konsumsi dan metode epidemiologi.  Evaluasi perencanaan Setelah dilakukan perhitungan kebutuhan perbekalan farmasi untuk tahun yang akan datang, biasanya akan diperoleh jumlah kebutuhan dan idealnya diikuti dengan evaluasi. Caratekhnik evaluasi yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut: a. Analisa nilai ABC,untuk evaluasi aspek ekonomi b. Pertimbangancriteria VEN, untuk evaluasi aspek medicterapi c. Kombinasi ABC dan VEN Universitas Sumatera Utara d. Revisi dafta perbekalan farmasi Metode yang dilaksanakan di Pokja Perencanaan dan Evaluasi P2E RSUP H.Adam Malik dalam hal penyediaan perbekalan farmasi yaitu dengan menggunakan metode