Tinjauan Teoritis 1. Pengertian, landasan hukum dan prinsip dasar perbankan syariah

BAB II TI NJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian, landasan hukum dan prinsip dasar perbankan syariah

Pengertian Bank Syariah Ketentuan tentang kegiatan usaha bank berdasarkan prinsip syariah dalam Undang-undang N0.7 tahun 1992 sangat terbatas, yakni menyangkut kegiatan pembiayaan dan tidak diatur tentang penghimpunan dana, maka diatur kembali dalam Undang-undang yang baru secara lebih jelas dan lengkap baik yang menyangkut penghimpunan dana maupun penyediaan pembiayaan. Dalam Undang-Undang No.10 tahun 1998 tentang perubahan Undang-Undang No.7 tahun 1992 terdapat beberapa perubahan yang memberikan peluang yang lebih besar bagi pengembangan perbankan syariah. Adapun perubahan yang dimaksud adalah dapat melakukan kegiatan usaha secara konvensional diantaranya kegiatan usaha dan produk-produk bank berdasarkan prinsip syariah, pembentukan dan tugas Dewan Pengawas Syariah serta pembukaan kantor cabang yang melakukan kegiatan usaha secara konvensional untuk melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah. Universitas Sumatera Utara Edy Wibowo 2005 : 33 menyatakan bahwa Bank Syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam. Bank ini tata caranya mengacu kepada ketentuan-ketentuan Al-Qur’an dan Hadist. Muhammad Syafi’i Antonio 2001 : 26 menyatakan bahwa sistem perbankan syariah dikembangkan dengan tujuan : 1. Memenuhi kebutuhan jasa perbnakan yang tidak dapat menerima konsep bunga. Dengan diterapkan konsep perbankan syariah yang berdampingan dengan sistem perbankan konvensional, maka mobilisasi dana masyarakat dapat dilakukan secara lebih luas. Terutama dari segmen masyarakat yang selama ini tidak mau menggunakan sistem perbankan konvensional. 2. Membuka peluang pembiayaan bagi pengembangan usaha berdasarkan prinsip kemitraan. Dalam prinsip ini konsep yang diterapkan adalah hubungan antara investor yang harmonis, adapun dalam sistem konvensional konsep yang diterapkan adalah hubungan antara kreditur dan debitur yang antagonis. 3. Memenuhi kebutuhan akan produk dan jasa bank unggulan. Sistem perbankan syariah memiliki beberapa keunggulan komparatif berupa penghapusan pembebanan bunga yang berkesinambungan, membatasi kegiatan spekulasi yang tidak produktif, dan pembiayaan yang ditujukan pada usaha-usaha yang memperhatikan unsur moral. Dari beberapa defenisi mengenai Bank Syariah di atas dapat disimpulkan bahwa Bank Syariah adalah suatu lembaga keuangan perbankan yang dalam menjalankan usaha yang berdasarkan prinsip-prinsip syariah islam, khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalat secara islam. Dalam cara bermuamalat itu dijauhi praktek-praktek yang dikhawatirkan mengandung unsur-unsur riba Universitas Sumatera Utara untuk diisi dengan kegiatan-kegiatan investasi atas dasar bagi hasil dan pembiayaan perdagangan. Landasan Hukum Bank Syariah Bank Umum Syariah didirikan pertama di Indonesia tahun 1992 berdasarkan UU No.7 tahun 1992 tentang Perbankan dan PP No.72 tahun 1991, tentang bank beroperasi berdasarkan prinsip bagi hasil sedangkan sebagai landasan hukum BPRS adalah UU No.7 tahun 1992 tentang perbankan dan PP no.73 tentang BPR beroperasi berdasarkan prinsip bagi hasil. Sesuai dengan perkembangan perbankan, maka Undang-undang No.7 tahun 1992 tentang perbankan disempurnakan dengan Undang- undang No.10 tahun 1998. Dalam Undang-undang No.10 tahun 1998 tersebut telah tercakup hal-hal yang berkaitan dengan perbankan syariah. Dengan dikeluarkannya Undang-undang No.10 tahun 1998, maka Peraturan Pemerintah NO.72 tahun 1992 dan dicabut dengan Peraturan Pemerintah No.30 tahun 1998 sebagai tindak lanjut dari Undang-undang No.10 tahun 1998 tersebut, Bank Indonesia sebagai otoritas perbankan mengeluarkan beberapa ketentuan berkaitan dengan perbankan syariah tersebut,yaitu: 1. Bank Umum Syariah Peraturan Bank Indonesia nomor 624PBI2004 tertanggal 14 Oktober 2004 tentang Bank umum yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan Universitas Sumatera Utara prinsip syariah. Kegiatan ini merupakan penyempurnaan ketentuan lama yang telah dicabut yaitu : a. Surat Edaran Bank Indonesia nomor 322UPPB tertanggal 12 Mei 1999 tetang Bank Umum berdasarkan prinsip syariah. b. Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia nomor 3234KEPDIR tertanggal 12 Mei 1999 tentag Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah. 2. Bank Perkreditan Rakyat Syariah BPR-Syariah Peraturan Bank Indonesia Nomor 617PBI2004 tanggal 1 juli 2004 tentang Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah. Ketentuan ini merupakan penyempurnaan ketentuan yang dicabut yaitu: a. Surat Edaran Bank Indonesia nomor 324UPPB tertanggal 12 Mei 1999 tentang Bank Perkreditan Rakyat berdasarkan Prinsip syariah b. Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia nomor 3236KEPDIR tertanggal 12 Mei 1999 tentang Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah. 3. Bank Konvensional yang membuka Usaha Syariah Cabang Syariah a. Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia nomor 3236KEPDIR tertanggal 12 Mei tentang Bank Umum. b. Peraturan Bank Indonesia nomor 41PBI2002 tanggal 17 Maret tentang perubahan Kegiatan Usaha Bank Umum Konvensional Universitas Sumatera Utara menjadi Bank Umum berdasarkan Prinsip Syariah oleh Bank Umum Konvensional, yang merupakan penyempurnaan dari Peraturan Bank Indonesia nomor 227PBI2010 tanggal 15 Desember 2000 tentang Bank Umum Konvensional yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah. Prinsip-prinsip Dasar Perbankan Syariah Muhammad 2002:100 menyatakan bahwa Prinsip-prinsip yang dianut oleh lembaga keuangan syariah adalah sebagai berikut : a. Larangan merupakan bunga pada semua bentuk dan jenis jual beli transaksi b. Menjalankan aktivitas bisnis dan perdagangan berdasarkan pada kewajiban dan keuntungan halal. c. Mengeluarkan zakat dari hasil kegiatannya. d. Larangan menjalankan monopoli e. Bekerja sama dalam membangun masyarakat, melalui aktivitas bisnis dan perdagangan yang tidak dilarang oleh islam. Menurut UU No.12 pasal 1 ayat 13 tahun 1998 : Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dan pihak lain untuk menyimpan dana dan pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan dengan syariah, antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil Mudharabah, Universitas Sumatera Utara Pembiayaan berdasarkan prinsip penyerahan modal Musyarakah, Prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan Murabahah, atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan Ijarah atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak atau pihak lain Ijarah Wa iqtina Sofyan safri harahap, Wiroso, Muhammad Yusuf 2004 : 3 Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan atau pembiayaan kegiatan usaha atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah, antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil Mudharabah, pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal Musyarakah, prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan Murabahah atau pembiayaan barang berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan Ijarah atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain Ijarah wa Istighna Muhammad Syafi’I Antonio 2001 : 85 adalah sebagai berikut : Dalam perbankan syariah prinsip prinsip dasar yang dipergunakan adalah prinsip titipan atau simpanan Al – Wadiah, bagi hasil profit sharing, jual beli sale and purchase, sewa operational lease and financial lease, jasa fee – bassed service. Dari beberapa definisi yang dinyatakan di atas maka dapat disimpulkan prinsip-prinsip dari usaha perbankan syariah adalah berdasarkan prinsip wadiah, mudharabah dan prinsip-prinsip lain yang berdasarkan syariah Islam. Universitas Sumatera Utara

2. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan PSAK No. 105 Akuntansi Mudharabah

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.105 tentang Akuntansi Mudharabah ini bertujuan untuk mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan transaksi mudharabah. Yang menjadi ruang lingkup dalam PSAK No.105 Akuntansi Mudharabah meliputi : - Pernyataan ini diterapkan untuk entitas yang melakukan transaksi mudharabah baik sebagai pemilik dana shahibul maal maupun pengelola dana mudharib - Pernyataan ini tidak mencakup pengaturan perlakuan akuntansi atas obligasi syariah sukuk yang menggunakan akad mudharabah. Berikut pengertin beberapa istilah yang digunakan dalam PSAK No.105 : - Mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama pemilik dana menyediakan seluruh dana, sedangkan pihak kedua pengelola dana bertindak selaku pengelola, dan keuntungan dibagi di antara merek sesuai kesepakatan sedangkan kerugian financial hanya ditanggung oleh pemilik dana. - Mudharabah muthalaqah adalah mudharabah di mana pemilik dana memberikan kebebasan kepada pengelola dana dalam pengelolaan investasinya. - Mudharabah muqayyadah adalah mudharabah dimana pemilik dana memberikan batasan kepada pengelola dana, antara lain mengenai tempat, cara dan atau objek investasi. - Muharabah musyarakah adalah bentuk mudharabah di mana pengelola dana menyertakan modal atau dananya dalam kerja sama investasi. Universitas Sumatera Utara

3. Pengertian dan Prinsip Bagi Hasil A. Pengertian bagi hasil

Menurut UU No.2 tahun 1960 dalam pasal 1 ditentukan bahwa : Perjanjian bagi hasil adalah Perjanjian dengan nama apapun juga yang diadakan antara pemilik pada suatu pihak dan seseorang atau badan hukum pada pihak lain – yang dalam UU ini disebut penggarap berlandaskan perjanjian dimana penggarap diperkenankan oleh pemilik tersebut untuk menyelenggarakan usaha pertanian di atas pemilik, dengan pembagian hasilnya antara kedua belah pihak. Kemudian Abdullah dalam terjemahan Muhammad 2002 : 104 menyatakan : “Bank islam dalam melaksanakan kontrak mudharabah membuat kesepakatan dengan nasabah Mudharib mengenai tingkat perbandingan keuntungan profit – ratio yang ditentukan dalam kontrak. Perbandingan keuntungan tersebut di pengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya : kesepakatan dari nasabah Mudharib, prediksi keuntungan yang akan diperoleh, respon dasar, kemampuan memasarkan barang dan juga masa berlakunya kontrak”. Muhammad Syafi’I Antonio 2001 : 137 memberikan penjelasan tentang bagi hasil dalam pembiayaan Mudharabah Prinsip bagi hasil Profit sharing merupakan karakteristik umum dan landasan dasar bagi operasional bank islam secara keseluruhan. Secara syariah, prinsip berdasarkan kaidah Al – Mudharabah. Berdasarkan prinsip ini bank islam akan berfungsi sebagai mitra, baik dengan penabung maupun dengan pengusaha yang meminjam dana. Dengan penabung bank akan bertindak sebagai mudharib, sedangkan penabung bertindak sebagai shahibul maal. Antara keduanya diadakan akad mudharabah yang menyatakan pembagian keuntungan masing – masing pihak. Disisi lain dengan pengusaha peminjam dana, bank islam akan bertindak Universitas Sumatera Utara sebagai shahibul maal, sementara itu pengusaha berfungsi sebagai mudharib, karena melakukan usaha dengan cara memutar dan mengelola dana bank. Dari defenisi diatas, dapat disimpulkan bahwa bagi hasil adalah kesepakatan yang dibuat antara dua belah pihak. Dalam hal ini nasabah sebagai pengelola dan bank sebagai pemilik dana mengenal tata cara pembagian hasil usaha.

B. Prinsip Bagi Hasil