Pengetahuan Pasien Yang Berkunjung Ke Praktek Dokter Gigi Di Kotamadya Medan Terhadap Penularan HIV/AIDS Melalui Tindakan Kedokteran Gigi Di Praktek Dokter Gigi

(1)

PENGETAHUAN PASIEN YANG BERKUNJUNG KE

PRAKTEK DOKTER GIGI DI KOTAMADYA MEDAN

TERHADAP PENULARAN HIV/AIDS MELALUI

TINDAKAN KEDOKTERAN GIGI DI

PRAKTEK DOKTER GIGI

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran gigi

Oleh:

SHANGITA BALA JOTHY NIM: 090600166

PEMBIMBING : Sayuti Hasibuan, drg., Sp PM

Indri Lubis, drg

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Penyakit Mulut Tahun 2013

Shangita Bala Jothy

Pengetahuan Pasien yang Berkunjung ke Praktek Dokter Gigi di Kotamadya Medan Terhadap Penularan HIV/AIDS Melalui Tindakan Kedokteran Gigi di Praktek Dokter Gigi.

x+55 halaman

Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS) merupakan salah satu masalah kesehatan yang berkembang sangat cepat di dunia. Sejak kasus HIV/AIDS pertama kali ditemukan di Indonesia pada tahun 1987, jumlah kasus tersebut terus bertambah dan menyebar hampir di seluruh provinsi di Indonesia, baik di daerah perkotaan maupun pedesaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan pasien terhadap penularan HIV/AIDS melalui tindakan perawatan kedokteran gigi di praktek dokter gigi. Penelitian ini merupakan penelitian survei deskriptif dengan menggunakan pendekatan cross sectional untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efeknya yaitu pengetahuan terhadap penularan HIV/AIDS melalui tindakan kedokteran gigi di praktek dokter gigi. Penelitian ini dilakukan di praktek-praktek dokter gigi di Kotamadya Medan selama bulan November dan Desember 2012. Sampel pada penelitian ini terdiri dari 100 orang pasien yang berkunjung ke praktek-praktek dokter gigi dan pengambilan praktek gigi dilakukan dengan cara simple random sampling. Pemilihan pasien menggunakan teknik pemilihan sampel secara purposive non probability sampling. Pengumpulan data diperoleh dengan survei lapangan, yaitu dengan mengunjungi responden, memberikan kuesioner kepada responden, dan diisi langsung oleh responden. Analisa data dilakukan dengan menghitung persentase pengetahuan pasien terhadap penularan HIV/AIDS melalui tindakan perawatan kedokteran gigi di praktek dokter gigi. Hasil penelitian menunjukkan 68% responden mengatakan HIV/AIDS dapat ditularkan dalam praktek dokter gigi dan


(3)

57% responden mengatakan tindakan pencabutan gigi dapat mengakibatkan penularan HIV/AIDS. Semua responden dalam penelitian ini menyatakan penularan HIV/AIDS dapat terjadi melalui darah. Perawatan gigi yang sering menimbulkan perdarahan, yaitu melalui alat-alat tajam yang kurang steril dapat menyebabkan terjadinya penularan. Sebagai kesimpulan, penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan responden tentang penularan HIV/AIDS di praktek dokter gigi tinggi, tapi hanya mencapai tingkat tahu dan belum memasuki tingkat memahami. I

Daftar Rujukan: 25 (1997-2012).

nformasi tentang penularan HIV/AIDS dalam praktek dokter gigi terlihat masih belum diterima secara merata oleh masyarakat Kotamadya Medan.


(4)

KATA PENGANTAR

Syukur kepada Tuhan, atas karunia dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Pengetahuan Pasien yang Berkunjung ke Praktek Dokter Gigi di Kotamadya Medan Terhadap Penularan HIV/AIDS Melalui Tindakan Kedokteran Gigi di Praktek Dokter Gigi” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bimbingan dan pengarahan serta bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan segala keikhlasan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing pertama penulis Sayuti Hasibuan, drg,. Sp.PM dan dosen pembimbing kedua penulis Indri Lubis, drg yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran mereka dalam memberi bimbingan dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Nazruddin, drg.,C.Ort.,Ph.D,Sp.Ort. selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Sayuti Hasibuan, drg, Sp.PM selaku Ketua Departemen Ilmu Penyakit Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

3. Lisna Unita R, drg., M.Kes selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing dan mengarahkan penulis selama menjalani pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi.

4. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan membimbing penulis selama masa pendidikan, dan staf pengajar dan pegawai Departemen Ilmu Penyakit Mulut yang telah membimbing dan memberi arahan selama masa penyusunan skripsi.


(5)

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini keterbatasan ilmu pengetahuan dan pengalaman. Untuk itu, semua saran akan menjadi masukan yang sangat berharga bagi kualitas skripsi ini.

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini dan memohon maaf bila terdapat kesalahan selama melakukan penelitian ini. Penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi ilmu pengetahuan, khususnya di bidang kedokteran gigi.

Medan, Januari 2013 Penulis,

... (Shangita Bala Jothy) NIM: 090600166


(6)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ...

HALAMAN PERSETUJUAN ... HALAMAN TIM PENGUJI ...

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR... ... viii

DAFTAR TABEL... ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan ... 5

2.2 Human Immunodeficiency Virus / Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS) ………..………..… 6

2.2.1 Definisi ... 6

2.2.2 Sejarah dan Epidemiologi ... 8

2.2.3 Etiologi ... 9

2.3.4 Patogenesis ... 10

2.3.5 Cara Penularan ... 11

2.3 Penularan HIV/AIDS dalam Praktek Dokter Gigi ... 14

2.3.1 Penularan dari Pasien ke Dokter gigi ... 15

2.3.2 Penularan dari Pasien ke Pasien ... 16

2.3.3 Penularan dari Dokter Gigi ke Pasien ... 16

2.4 Kerangka Teori ... 18

2.5 Kerangka Konsep ... 19


(7)

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian ... 20

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 20

3.3 Populasi dan Sampel ... 20

3.3.1 Populasi ... 20

3.3.2 Sampel ... 20

3.3.3 Kriteria Inklusi dan Eksklusi ... 21

3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 22

3.4.1 Variabel Bebas... ... 22

3.4.2 Variabel Tergantung... ... 22

3.4.3 Variabel Tak Terkendali ... 22

3.4.4 Definisi Operasional ... ... 22

3.5 Sarana Penelitian ... 23

3.5.1 Alat dan Bahan ... 23

3.5.2 Formulir Pencatatan ... 23

3.6 Cara Pengumpulan Data ... 23

3.7 Pengolahan dan Analisa Data ... 23

3.7.1 Pengolahan Data ... 23

3.7.2 Analisa Data ... 23

3.8 Etika Penelitian ... 24

BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Karakteristik Responden ... 25

4.2 Pengetahuan pasien terhadap penularan HIV/AIDS melalui tindakan perawatan kedokteran gigi di praktek gigi ... 26

4.2.1 Pengetahuan Umum HIV/AIDS ... 26

4.2.2 Pengetahuan tentang penularan HIV/AIDS ... 28

BAB 5 PEMBAHASAN ... 32

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 36

DAFTAR PUSTAKA ... 38 LAMPIRAN


(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Struktur Human Immunodeficiency Virus. ... 9

2. Hubungan seksual yang tidak aman ... 12

3. Pemakaian jarum suntik dan alatan tajam yang tercemar HIV. ... 13

4. Transfusi darah yang tercemar HIV. ... 13


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Distribusi kelompok umur dan jenis kelamin responden …..……….…. 25

2. Distribusi tingkat pendidikan responden……….….... 26

3. Distribusi jenis pekerjaan responden……….……..… 26

4. Distribusi pengetahuan responden mengenai HIV/AIDS…………...… 27 5. Distribusi cara responden mendapat informasi mengenai HIV/AIDS… 27 6. Distribusi pengetahuan responden mengenai jenis HIV……….. 28 7. Distribusi pengetahuan responden mengenai penularan HIV/AIDS...… 28 8. Distribusi pengetahuan responden mengenai semua orang dapat terkena

HIV/AIDS………...………. 29

9. Distribusi pengetahuan responden mengenai cara penularan HIV……… 29 10.Distribusi pengetahuan responden mengenai penularan HIV/AIDS dalam

praktek dokter gigi………..…….. 30

11. Distribusi pengetahuan responden mengenai kemungkinan penularan

HIV/AIDS dalam praktek dokter gigi……… 31

12. Distribusi pengetahuan responden tentang tindakan perawatan gigi


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Lembar Penjelasan Kepada Calon Subjek Penelitian ……….... 41

2. Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP)………... 43

3. Kuesioner ……….….. 44

4. Lembar Persetujuan Etik Penelitian……….……...…… 47

5. Lembar Persetujuan Dinas Kesehatan……… 48


(11)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS) merupakan salah satu masalah kesehatan yang berkembang sangat cepat di dunia.1 Selain telah menjadi pandemi yang mengkhawatirkan masyarakat, penyakit ini juga memiliki “window periode” dan fase asimtomatik yang relatif panjang dalam perjalanan penyakitnya. Hal tersebut menyebabkan pola perkembangannya seperti fenomena gunung es.

Jumlah kasus HIV/AIDS di dunia terus meningkat dari tahun ke tahun meskipun berbagai upaya preventif terus dilaksanakan. Menurut data AIDS Epidemic Update, WHO/UNAIDS, pada tahun 2006 diperkirakan sebesar 39,5 juta orang menderita HIV/AIDS di dunia. Pada tahun 2006, terdapat 4,3 juta infeksi baru dan 65% dari jumlah ini terjadi di Sub-Sahara Afrika, sedangkan di Asia diperkirakan 8,5 juta orang hidup dengan HIV/AIDS. Sekitar 330 ribu hingga 740 ribu orang diperkirakan meninggal dan 960 ribu orang terkena infeksi baru. Menurut Pusat Data dan informasi Departemen Kesehatan R.I, mengenai situasi HIV/AIDS di Indonesia dari tahun 1987 sampai 2006, Indonesia merupakan negara yang menduduki peringkat ke-5 dengan kasus HIV/AIDS terbanyak di kawasan Asia Pasifik, setelah India, Cina, Thailand dan Myanmar.

2

2

Sejak kasus HIV/AIDS pertama kali ditemukan di Indonesia pada tahun 1987, jumlah kasus tersebut terus bertambah dan menyebar hampir di seluruh provinsi di Indonesia, baik di daerah perkotaan maupun pedesaan. Menurut laporan Bappenas dan

United Nations Development Programme (UNDP) pada tahun 2007-2008, diperkirakan

172 ribu sampai 219 ribu orang di Indonesia telah terinfeksi HIV dan apabila cakupan program pencegahan HIV/AIDS tidak dapat ditingkatkan secara optimal, maka diperkirakan jumlah orang terinfeksi HIV akan mencapai 1 juta jiwa.

1

HIV/AIDS dapat ditularkan melalui kontak dengan darah ataupun cairan seksual yang telah terinfeksi.3 Terjadinya penularan HIV/AIDS melalui pelayanan kesehatan telah dilaporkan


(12)

di Spanyol, sebuah kasus mengenai seorang pasien wanita yang terinfeksi HIV dari dokter umum ketika melakukan kelahiran Caesar, pernah dilaporkan.4 Suatu penelitian mengenai pengetahuan komprehensif dan sikap terhadap HIV/AIDS pernah dilakukan pada kelompok wanita usia subur di Indonesia. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pengetahuan komprehensif wanita usia subur tentang HIV/AIDS yang paling rendah adalah sebanyak 87,6%, sedangkan pengetahuan yang paling baik adalah sebanyak 27,7%. Pengetahuan kurang pada wanita usia subur adalah 78,6%, cukup 16,4% dan pengetahuan baik 4,9%. Hasil analisis data pada penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan tentang penularan dan cara pencegahan HIV/AIDS pada kelompok tersebut terlihat kurang.5

Di literatur disebutkan bahwa meskipun jarang terjadi, praktek kedokteran gigi

dapat menjadi salah satu tempat penularan HIV.6 (CDC)

melaporkan beberapa pasien ditemukan terinfeksi HIV setelah mendapatkan perawatan gigi dari seorang dokter gigi di Florida.7 Adanya peningkatan insidensi infeksi HIV menyebabkan peningkatan kewaspadaan terhadap infeksi silang. Tingkat disiplin untuk pengendalian infeksi telah meningkat selama 10 tahun terakhir, disebabkan oleh adanya peningkatan insidensi HIV/AIDS yang diidentifikasi pada tenaga medis kedokteran gigi.8

Meningkatnya jumlah kasus HIV/AIDS dimasyarakat seharusnya dapat meningkatkan kewaspadaan masyarakat terhadap terjadinya penularan yang dapat terjadi di mana saja, termasuk di praktek dokter gigi. Penelitian Hanindio Soelarso pada tahun 1997 di Surabaya mengenai pendapat masyarakat tentang cara penularan HIV/AIDS melalui perawatan pencabutan gigi di ruang praktek dokter gigi menyatakan bahwa 44,40% dari masyarakat yang diteliti memiliki pengetahuan yang sedikit tentang gambaran AIDS dan yang memberikan pendapat sangat positif hanya 14,37%. Sebagian responden yaitu 63,13%, tidak tahu tentang cara penularan HIV/AIDS melalui luka pencabutan dan hanya 6,25% yang tahu bahwa penularan HIV/AIDS dapat terjadi melalui pencabutan gigi. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa informasi tentang cara penularan HIV/AIDS belum diterima secara merata oleh masyarakat Surabaya.

Peningkatan kasus HIV/AIDS di dunia menarik perhatian peneliti untuk melakukan penelitian untuk mengetahui pengetahuan masyarakat terhadap penularan


(13)

HIV/AIDS melalui tindakan kedokteran gigi di praktek gigi. Kotamadya Medan dipilih sebagai tempat penelitian untuk melihat sejauh mana masyarakat di Kotamadya Medan mengetahui tentang penularan HIV/AIDS yang dapat terjadi melalui tindakan kedokteran gigi. Subjek penelitian adalah pasien yang berkunjung ke praktek dokter gigi yang terletak di Kotamadya Medan. Pasien yang berkunjung ke praktek dokter gigi dijadikan sampel karena pasien yang berada di praktek pernah berjumpa dengan dokter gigi untuk melakukan perawatan gigi. Peneliti memilih praktek-praktek dokter gigi di Kotamadya Medan sebagai tempat penelitian supaya penelitian mengenai rata-rata pengetahuan pasien seluruh Kotamadya Medan dapat diketahui.

1.2 Rumusan Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah pasien yang berkunjung ke praktek dokter gigi memiliki pengetahuan tentang penularan HIV/AIDS melalui tindakan kedokteran gigi di praktek dokter gigi.

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan pasien terhadap penularan HIV/AIDS melalui tindakan perawatan kedokteran gigi di praktek dokter gigi

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah: a) Bagi masyarakat

Memberi infomasi kepada masyarakat tentang risiko penularan HIV/AIDS melalui praktek dokter gigi.

b) Bagi Departemen Ilmu Penyakit Mulut FKG USU

Menjadi bahan masukan semasa kuliah mengenai pengetahuan masyarakat umum terhadap risiko penularan HIV di praktek dokter gigi.


(14)

Menjadi bahan masukan untuk melakukan program penyuluhan kepada masyarakat tentang risiko penularan HIV/AIDS melalui praktek dokter gigi.

d) Bagi Peneliti

Sebagai data awal untuk menelaah lebih lanjut pengetahuan pasien mengenai penularan HIV di praktek dokter gigi.


(15)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan

Pengetahuan merupakan wujud penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan tersebut terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera

penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa dan peraba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga.10,11 Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior).Apabila perilaku didasari pengetahuan, kesadaran dan sikap positif, maka perilaku tersebut akan bersifat

longlasting”. Sebaliknya apabila perilaku itu tidak disadari oleh pengetahuan dan

kesadaran maka tidak akan berlangsung lama.10

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu:

1. Tahu (know) 11

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam tingkatan ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap

sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang diperoleh atau rangsangan yang telah diterima.

2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang suatu objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

3. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya.

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam kompenen- kompenen, tetapi masih didalam suatu struktur organisasi


(16)

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk melakukan atau mengembangkan bagian-bagian yang terdapat dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang

ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang ada.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan seperti di atas.11

2.2 Human Immunodeficiency Virus (HIV)/ Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS)

2.2.1 Definisi

HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus. HIV merupakan virus penyebab AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) yang dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh. HIV merupakan jenis virus golongan retrovirus.12 Seseorang yang terinfeksi HIV atau menderita AIDS sering disebut dengan ODHA, singkatan dari orang yang hidup dengan HIV/AIDS. Penderita yang terinfeksi HIV dapat dinyatakan sebagai penderita AIDS apabila telah menunjukkan gejala tertentu yang disebabkan oleh HIV dan tes darahnya menunjukkan jumlah CD4 <200/mm.3

2.2.2 Sejarah dan Epidemiologi

Pada bulan Juli 1981, New York Times melaporkan terjadinya suatu bentuk wabah yang jarang ditemukan yaitu berupa kanker di kalangan pria gay di New York dan California. Kanker tersebut sering disebut "gay cancer" dan secara medis dikenal sebagai Sarkoma Kaposi. Pada waktu yang sama, dilaporkan bahwa petugas yang bertugas di kamar darurat rumah sakit New York City, melihat adanya ruam pada pasien muda yang


(17)

tampak sehat dengan gejala seperti flu, demam dan radang paru-paru yang disebut

Center of Disease Control (CDC)

menghubungkan terjadinya penyakit tersebut dengan adanya gangguan pada darah dan selanjutnya diperkenalkanlah istilah AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome). CDC juga telah melaporkan lebih dari 1600 kasus HIV/AIDS yang didiagnosis dan hampir 700 kematian pada tahun tersebut.13

Jumlah kematian semakin bertambah menyebabkan pakar medis memutuskan untuk meneliti penyebab dan obat untuk perawatan penyakit ini. Pada tah selanjutnya tidak sampai setahun kemudian, seorang ilmuwan Amerika Serikat, yait

Setelah penemuan ini, pada tahun 1985 tes pertama untuk mendiagnosa HIV disetujui. Beberapa tahun kemudian beberapa obat untuk mengatasi virus dikembangkan, serta obat-obatan untuk mencegah

infeksi berkembang ketika

Analisis situasi global menunjukkan jumlah kasus HIV/AIDS dari tahun ke tahun terus meningkat dan usaha-usaha preventif terus dilaksanakan. Global AIDS

Epidemik UNAIDS menyatakan bahwa epidemik AIDS menurun secara perlahan, namun jumlah infeksi baru meningkat di beberapa wilayah dan negara tertentu. UNAIDS memperkirakan 39,5 juta kasus sampai akhir tahun 2006, kasus ini melebihi kasus infeksi baru tahun-tahun sebelumnya. Diperkirakan infeksi baru HIV telah mencapai 4,3 juta kasus dan telah menyebabkan kematian sebanyak 2,9 juta orang pada tahun 2006 dan lebih dari 20 juta orang sejak kasus AIDS ditemukan pada tahun 1981.

13

2

Penyebaran HIV bervariasi pada tiap-tiap wilayah. Beberapa negara terkena dampak lebih besar dibanding negara lain. Bahkan dalam satu negara biasanya terdapat variasi yang luas antara provinsi, negara bagian atau distrik, dan antara daerah perkotaan dan pendesaan. Sub Sahara Afrika masih menjadi wilayah yang paling terkena dampak HIV/AIDS dengan prevalensi infeksi HIV yang tinggi. Afrika Sub Sahara dihuni oleh hanya 10% populasi dunia, tetapi dua per tiga kasus HIV/AIDS terjadi di wilayah ini.2

Dari analisis situasi Asia Pasifik pada tahun 2006 diperkirakan bahwa 8,5 juta orang hidup dengan HIV. Sekitar 330 ribu sampai 740 ribu orang diperkirakan meninggal


(18)

karena AIDS dan 960 ribu terkena infeksi baru HIV. Kamboja diperkirakan sebagai negara dengan persentase tertinggi di Asia yaitu 1,6%. Kamboja, Myanmar dan Thailand adalah tiga negara di Asia Tenggara dengan persentase infeksi HIV di antara orang dewasa lebih dari 1%. Indonesia merupakan Negara yang menduduki peringkat ke-5 dengan kasus HIV/AIDS terbanyak di kawasan Asia Pasifik.2

Analisis situasi Indonesia, menunjukkan bahwa sejak ditemukan kasus AIDS yang pertama di Indonesia pada tahun 1987 di Bali, perkembangan jumlah kasus HIV/AIDS yang dilaporkan di Indonesia dari tahun ke tahun secara kumulatif cenderung meningkat. Pertemuan kasus pertama hingga 31 Desember 2006 jumlah pengidap infeksi HIV/AIDS yang dilaporkan mencapai 13.424 kasus, terdiri dari 5.230 kasus penghidap HIV tanpa gejala AIDS dan 8.194 kasus AIDS. Diperkirakan pada tahun 1991 jumlah kasus AIDS lebih dari dua kali lipat tahun sebelumnya. Tahun-tahun berikutnya jumlah kasus baru cenderung terus meningkat. Kasus AIDS sejak awal tahun 2006 sampai 31 Desember 2006 mencapai 2.873 kasus, dan mengalami peningkatan 235 kasus dari tahun sebelumnya.2

2.2.3 Etiologi

Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan sejenis virus golongan

retrovirus yang dapat menyebabkan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS).2 Laporan menyatakan bahwa dari semua orang yang terinfeksi, hanya sebagian kecil yang menjadi AIDS dalam tiga tahun pertama, kira-kira 50% berkembang sesudah 10 tahun.14 HIV adalah sejenis retrovirus RNA (Ribonucleic Acid) yaitu virus yang menggunakan RNA sebagai molekul pembawa informasi genetik. HIV disebut retrovirus karena memiliki enzim reverse transcriptase. Secara morfologis HIV terdiri atas 2 bagian besar yaitu bagian inti (core) dan bagian selubung (envelop). Bagian inti berbentuk silindris tersusun atas dua untaian RNA. Bagian selubung terdiri atas lipid dan glikoprotein, glikoprotein terdiri dari gp 41 dan gp 120 (Gambar 1). Gp 120 berhubungan dengan reseptor Limfosit (T4) yang rentan.12,15 Bagian luar virus (lemak) tidak tahan panas dan bahan kimia karena HIV termasuk virus sensitif terhadap pengaruh lingkungan seperti air mendidih, sinar matahari dan merupakan virus yang mudah mati apabila kontak dengan


(19)

dengan berbagai desinfektan seperti eter, aseton, alkohol, iodium hipoklorit dan sebagainya, tetapi relatif resisten terhadap radiasi dan sinar utraviolet. HIV dapat hidup dalam darah, air liur, semen, air mata dan mudah mati diluar tubuh. HIV dapat juga ditemukan dalam sel monosit, makrofag dan sel glia jaringan otak.15

Gambar 1. Struktur Human Immunodeficiency Virus

2.2.4 Patogenesis

Sesudah HIV memasuki tubuh manusia, partikel virus tersebut bergabung dengan

DNA (Deoxribonucleic acid) sel penderita dan akan terinfeksi seumur hidup.

15

14

Enzim

reverse transcriptase ini memungkinkan virus mengubah informasi genetiknya yang

berada dalam RNA ke dalam bentuk DNA dan kemudian diintegrasikan ke dalam informasi genetik sel limfosit yang diserang.2 Dalam bentuknya yang asli, virus ini merupakan partikel yang inert, tidak dapat berkembang atau melukai sampai virus ini masuk ke sel target. Sel target virus ini yang paling utama adalah sel Limfosit T, karena


(20)

sel ini mempunyai reseptor untuk HIV yang disebut CD4.12 Didalam sel Limfosit T, virus dapat berkembang dan seperti retrovirus yang lain, dapat tetap hidup lama dalam sel dengan keadaan inaktif.15 Virus ini membunuh sel CD 4 dan mengganggu peranan limfosit dalam respon imunitas tubuh. Antibodi diproduksi sebagai respon tubuh terhadap virus tetapi tidak protektif pada saat ini. Antibodi yang diproduksi untuk HIV menunjukkan terjadi infeksi dan semua orang yang seropositif dianggap mampu menularkan virus ini.16

Dasar utama patogenesis HIV adalah kurangnya jenis limposit T helper/induser yang mengandung marker CD 4 (sel T4). Limfosit T4 merupakan pusat dan sel utama yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam menginduksi fungsi-fungsi imunologik. Menurun atau hilangnya sistem imunitas seluler, terjadi karena HIV secara selektif menginfeksi sel yang berperan membentuk zat antibodi pada sistem kekebalan tersebut, yaitu sel limfosit T4. Setelah bagian selubung glikoprotein virus gp 120 HIV mengikat diri pada molekul CD 4, virus masuk kedalam target dan melepas bungkusnya kemudian dengan enzim reverse transcriptase merubah bentuk RNA agar dapat bergabung dengan DNA sel target. Selanjutnya sel yang berkembang biak akan menyebabkan perkembangan bahan genetik virus. Infeksi HIV dengan demikian menjadi irreversibel dan berlangsung seumur hidup.

15

Pada awal terjadinya infeksi, HIV tidak segera menyebabkan kematian dari sel yang diinfeksinya tetapi terlebih dahulu mengalami replikasi sehingga ada kesempatan untuk berkembang dalam tubuh penderita tersebut, yang lambat laun akan menghabiskan atau merusak sampai jumlah tertentu dari sel limfosit T4. Setelah beberapa bulan sampai beberapa tahun kemudian, barulah pada penderita akan terlihat gejala klinis sebagai dampak dari infeksi HIV tersebut. Masa antara terinfeksinya HIV dengan timbulnya gejala-gejala penyakit (masa inkubasi) adalah 6 bulan sampai lebih dari 10 tahun, rata-rata 21 bulan pada anak-anak dan 60 bulan pada orang dewasa.15

Jumlah sel T CD 4 pada darah penderita infeksi HIV merupakan indikator terpenting untuk mengetahui perjalan penyakit. Infeksi CD4 dari waktu ke waktu akan menurun demikian juga fungsinya akan semakin kurang. Pada umumnya penyakit AIDS


(21)

tidak terjadi sebelum jumlah CD4 mencapai 200/uL bahkan sebagian besar setelah CD4 mencapai 100/uL.16

Akibat infeksi HIV akan terjadi gangguan fungsi sel T yang akan menyebabkan hampir keseluruhan respons imunitas tubuh tidak berlangsung normal,21 akibatnya mudah terkena penyakit-penyakit lain seperti penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri, protozoa, dan jamur juga mudah terkena penyakit kanker seperti sarkoma kaposi. HIV mungkin juga secara langsung menginfeksi sel-sel syaraf, menyebabkan kerusakan neurologis.15

2.2.5 Cara Penularan

HIV(Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang dapat ditularkan melalui

kontak dengan darah yang terinfeksi atau cairan seksual. Cairan yang terinfeksi atau darah perlu berkontak dengan selaput lendir atau luka terbuka agar virus dapat masuk ke tubuh manusia yang baru.

Secara umum ada 5 faktor yang perlu diperhatikan pada penularan suatu penyakit yaitu sumber infeksi, vesikulum yang membawa agen, host yang rentan, tempat keluar kuman dan tempat masuk kuman. HIV sampai saat ini terbukti hanya menyerang sel Limfosit T dan sel otak sebagai organ sasarannya juga sangat lemah dan mudah mati diluar tubuh. Vesikulum yang dapat membawa HIV keluar dari tubuh dan dapat menularkan kepada orang lain melalui cairan tubuh seperti semen, cairan vagina atau servik dan darah penderita.

3

15

Dalam saliva, air mata, urin, keringat, dan air susu HIV hanya ditemukan dalam jumlah sedikit sekali.

Menurut literatur, HIV dapat ditularkan dengan cara: 14

1.Transmisi Seksual

Penularan melalui hubungan seksual baik homoseksual maupun heteroseksual merupakan penularan infeksi HIV yang paling sering terjadi. Penularan ini berhubungan dengan semen dan cairan vagina. (Gambar 2) 14,15,16


(22)

Gambar 2. Hubungan seksual yang tidak aman15

2.Transmisi Non Seksual

Penularan yang terjadi tanpa hubungan seksual terbagi kepada transmisi parental dan transmisi transplasental.

i.Transmisi Parental

Yaitu akibat penggunaan jarum suntik dan alat tusuk lainnya seperti alat tindik yang telah terkontaminasi, misalnya pada penyalahgunaan narkotik suntik yang menggunakan jarum suntik yang tercemar secara bersama. Disamping itu dapat juga terjadi melalui jarum suntik yang dipakai oleh petugas kesehatan tanpa disterilkan terlebih dahulu (Gambar 3). 14,15,16


(23)

Penularan melalui transfusi darah atau produk darah terjadi di negara-negara barat sebelum tahun 1985. Sesudah tahun 1985 transmisi melalui jalur ini di negara barat sangat jarang, karena darah pendonor telah diperiksa sebelum ditransfusikan. Resiko tertular infeksi atau HIV lewat trasfusi darah adalah lebih dari 90% (Gambar 4). 14,15,16

Gambar 4. Transfusi darah yang tercemar HIV16

ii. Transmisi Transplasental

Penularan dari ibu yang mengandung HIV positif ke anak mempunyai resiko sebesar 50%. Penularan dapat terjadi sewaktu hamil, melahirkan dan sewaktu menyusui (Gambar 5). 14,15,16


(24)

2.3 Penularan HIV dalam praktek dokter gigi

Setiap dokter gigi yang mengobati pasien terinfeksi HIV berhadapan dengan masalah untuk meminimalkan risiko penularan untuk diri mereka sendiri, petugas kesehatan dan pasien lain. Prosedur gigi sering melibatkan perdarahan dan paparan darah terinfeksi adalah cara penularan HIV yang dapat terjadi dalam praktek gigi. Saliva belum terbukti dapat menularkan HIV dalam perawatan gigi, tetapi potensi untuk bertemu dengan air liur yang berdarah sering terjadi semasa perawatan gigi. American Dental

Association (ADA) dan Center for Disease Control (CDC) telah menetapkan cara

pengendalian infeksi untuk petugas di bidang pelayanan kesehatan gigi untuk mengurangi risiko penularan penyakit dengan memperkenalkan “Universal Precautions”. Konsep ini meliputi pengendalian infeksi dan prosedur keselamatan yang dimaksudkan untuk melindungi penularan penyakit melalui darah, mencuci tangan, penggunaan alat perlindungan diri, kontrol untuk mencegah cedera dan permukaan yang terkontaminasi.17

Organisme menular dapat menyebar melalui beberapa cara di praktek gigi, melalui paparan darah terinfeksi terus ke kulit yang terluka, cairan oral, atau sekresi yang lain. Penularan juga dapat terjadi melalui kontak langsung dengan instrumen yang terkontaminasi, alat-alat operasi atau lingkungan di praktek gigi.17 HIV/AIDS juga dapat ditularkan melalui darah pada saat tindakan operatif, baik tindakan pencabutan maupun perawatan periodontal dan tindakan operatif lain.9 Infeksi HIV menyebabkan terjadi infeksi rantai, dimana Universal Precautions digunakan untuk mengontrol dan memecahkan rantai infeksi itu. HIV dapat ditularkan melalui luka disebabkan alat tajam atau kontak langsung dengan luka terbuka pada kulit atau membran mukosa. Tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa penularan HIV dapat terjadi melalui udara di praktek gigi.17

2.3.1 Penularan dari Pasien ke Dokter gigi

Risiko terjadi penularan pasien ke petugas kesehatan adalah rendah, tetapi risiko petugas kesehatan yang bekerja dengan bahan yang mengandung HIV dapat menyebabkan


(25)

penularan HIV di rumah sakit, laboratorium dan tempat-tempat lain, terutama bila benda tajam seperti jarum digunakan.18 Penularan pasien ke petugas kesehatan lebih sulit untuk dikendalikan dibandingkan dengan jenis penularan yang lain. Kontak langsung dengan saliva pasien atau darah yang terinfeksi dapat menyebabkan masuknya mikroorganisme melalui luka atau dermatitis pada kulit. Semprotan atau aerosol dari mulut pasien dapat menyebabkan droplet infeksi melalui kulit yang tidak utuh, permukaan mukosa mata, hidung dan mulut atau inhalasi. Kontak tidak langsung melibatkan transfer mikroorganisme dari satu sumber ke suatu bahan atau permukaan. 19

Dapat dikatakan semua petugas kesehatan mengunakan jarum atau alat medis tajam di seluruh dunia setiap tahun. Penelitian menunjukkan bahwa risiko penularan HIV melalui tusuk kulit dengan jarum atau benda tajam yang terkontaminasi darah dari orang dengan infeksi HIV didokumentasikan adalah sekitar 0,3% dan setelah paparan membran mukosa itu adalah 0,09%.18 Empat kasus di Brazil dimana penularan dari pasien ke petugas kesehatan telah didokumentasikan dari tahun 1981 – 2004 semuanya adalah karena tusukan alat-alat yang tajam. Adapun risiko terhadap dokter bedah umum, seperti terdapat dua kejadian di dunia barat yang diketahui telah meninggal akibat penyakit ini pada saat operasi. Sebaliknya, satu dokter gigi di New York terinfeksi penyakit karena pekerjaannya.16

2.3.2 Penularan dari Pasien ke Pasien

Penularan dari satu pasien ke pasien lainnya umumnya terjadi melalui alat kedokteran gigi yang tercemar seperti jarum suntik, bur, sonde dan lain-lain. Jika peralat kedokteran gigi yang terkontaminasi dengan darah ataupun jaringan dari pasien penderita HIV tidak dibersihkan ataupun disterilkan secara tepat setelah penggunaan, HIV/AIDS dapat menular ke pasien lainnya. Akan tetapi penularan dari pasien ke pasien melalui jarum ini kecil kemungkinannya, mengingat sifat HIV/AIDS dan kemampuan penularan virus HIV yang amat lemah pada penderita HIV/penderita AIDS karena HIV di dalam darah sangat kecil. Oleh karena itu, virus HIV relatif tidak mudah ditularkan dari satu orang ke orang lainnya.19


(26)

2.3.3 Penularan dari Dokter Gigi ke Pasien

Penularan penyakit menular dari dokter gigi ke pasien adalah kejadian yang jarang terjadi namun dapat terjadi jika dokter gigi tidak mengikuti prosedur pencegahan yang tepat. Penularan dokter gigi ke pasien dapat terjadi melalui kontak langsung dan kontak tidak langsung. Kontak langsung terjadi bila jari dokter yang terinfeksi mengalami luka saat di dalam mulut pasien yang menyebabkan mikroorganisme masuk melalui membran mukosaa atau jaringan yang terbuka. Kontak tidak langsung terjadi apabila darah orang yang terinfeksi di praktek terkena pada alat-alat dental yang kemudian digunakan untuk perawatan pada pasien.19 Peraturan saat ini mewajibkan dokter gigi yang telah terinfeksi HIV atau penyakit transmisi lainnya harus mencari informasi dan pengawasan medis yang sesuai. 16

Ada kasus yang didokumentasikan di sebuah daerah di Florida, seorang dokter gigi menularkan virus HIV kepada enam orang pasiennya. Dari keenam orang pasien tersebut lima orang pasien memang mendapatkan perawatan dental invasif. Sedangkan pasien keenam tidak mendapatkan tindakan perawatan dental invasif, sehingga kemungkinan tertular darah dari dokter gigi sangat kecil. Oleh sebab itu bagaimana cara penularan virus HIV dari dokter gigi ke pasien itu belum dapat dipastikan.6


(27)

2.4Kerangka Teori

Pengetahuan

HIV/AIDS

Cara penularan HIV

Transmisi Seksual Transmisi Non Seksual

Transmisi Parental

 Darah

 Alat tajam Transmisi

Transplasental

Penularan HIV/AIDS dalam praktek dokter gigi

• Respondenke Dokter gigi

• Respondenke Pasien


(28)

2.5 Kerangka Konsep

 Pengetahuan Penularan HIV/AIDS Melalui

Tindakan Kedokteran Gigi di Praktek Dokter Gigi

 Umur

 Jenis kelamin

 Pendidikan


(29)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian dilakukan secara survei deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Penelitian cross sectional ialah penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dan efek yang berupa penyakit atau status kesehatan tertentu, dengan model pendekatan point time.20

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di praktek-praktek dokter gigi di Kotamadya Medan. Penelitian ini akan berlangsung selama bulan November dan bulan Desember.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi penelitian adalah masyarakat yang berkunjung ke praktek-praktek dokter gigi.

3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah pasien yang berkunjung ke praktek dokter gigi di Kotamadya Medan untuk mendapatkan perawatan gigi yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Penentuan kecamatan dilakukan secara cluster sampling. Kotamadya Medan dibagi atas 21 kecamatan lalu diambil secara acak sepuluh kecamatan yang ada di Kotamadya Medan yaitu Kecamatan Medan Baru, Medan Petisah, Medan Maimun, Medan Selayang, Medan Kota, Medan Sunggal, Medan Tembung, Medan Perjuangan, Medan Barat dan Medan Timur. Pemilihan praktek gigi cara probability sampling yaitu setiap subjek dalam populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai sampel penelitian. Jenis propability sampling yang digunakan adalah teknik pengambilan


(30)

sampel acak sederhana (simple random sampling). Pengambilan sampel acak sederhana ialah pengambilan sampel sedemikian rupa sehingga setiap unit dasar (individu) mempunyai kesempatan yang sama untuk diambil sebagai sampel. Pemilihan pasien menggunakan teknik pemilihan sampel secara purposive non probability sampling. Pemilihan subjek dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi.20

Untuk mendapatkan besar sampel yang diambil dalam penelitian ini, peneliti menggunakan rumus:

N = Za2.P .(1-P) / d

Dimana : Za = Confidence level 95 % (1,96) 2

P = Prakiraan proposi (P) =50% d = Presisi relative 10%

N = 1,962. 0,5 (1-0,5) / 0,12

Jumlah sampel minimum yang didapat adalah 96,04 atau 97 orang. Maka jumlah sampel yang akan diambil pada penelitian ini adalah 100 orang. Maka untuk masing- masing kecamatan diambil sepuluh sampel.

= 96,04

3.3.3 Kriteria Inklusi dan Eksklusi Kriteria Inklusi

a. Pasien yang berkunjung ke praktek-praktek dokter gigi di Kotamadya Medan dengan kartu berobat.

b. Pasien yang bersedia mengisi kuesioner c. Pasien yang berumur 16-60 tahun


(31)

Kriteria Eksklusi

a. Pasien yang tidak mampu mengisi kuesioner karena masalah kesehatan b. Pasien yang tidak berpendidikan.

3.4 Variabel Penelitian 3.4.1 Variabel Bebas

Pengetahuan

3.4.2 Variabel Tergantung

Penularan HIV/AIDS melalui tindakan kedokteran gigi di praktek dokter gigi

3.4.3 Variabel Tidak Terkendali

1. Umur

2. Jenis kelamin 3. Pendidikan 4. Pekerjaan

Definisi Operasional

1. Pengetahuan adalah pemahaman responden tentang penularan HIV/AIDS dalam bidang kedokteran gigi.

2. Penularan HIV/AIDS melalui tindakan kedokteran gigi di praktek dokter gigi adalah kemungkinan penularan yang dapat menyebabkan penyebaran Human

Immunodeficiency Virus (HIV)/Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) selama

tindakan perawatan gigi di praktek gigi.

3. Umur adalah perhitungan ulang tahun responden yang dihitung sejak tahun lahir sampai ulang tahun terakhir saat dilakukan penelitian.

4. Jenis kelamin adalah kelompok yang terbentuk dalam suat 21

mempertahankan keberlangsungan spesies itu, pada manusia dikenal sebagai


(32)

5. Pendidikan adalah tingkat pendidikan formal terakhir yang diselesaikan oleh responden.

6. Pekerjaan adalah jenis kegiatan atau aktivitas yang dilaksanakan oleh responden dengan pendapatan yang dinyatakan dengan uang.

21

21

3.5 Sarana Penelitian 3.5.1 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah alat tulis seperti pulpen, pensil dan penghapus.

3.5.2 Formulir Pencatatan

Formulir pencatatan yang digunakan adalah kuesioner

3.6 Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan survei lapangan dengan mengunjungi responden. Untuk mengumpulkan data identitas responden dilakukan dengan mendapatkan persetujuan Informed Consent dan memberikan kuesioner kepada responden dan diisi langsung oleh responden. Semua data yang diperoleh dari penilaian jawaban kuensioner yang telah dijawab oleh responden disajikan dalam bentuk tabel.

3.7 Pengolahan dan Analisa Data 3.7.1 Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan meggunakan program komputer.

3.7.2 Analisa Data

Data yang sudah dikumpul kemudian ditabulasikan dan analisa data dilakukan dengan menghitung persentase pengetahuan responden terhadap penularan HIV/AIDS melalui tindakan perawatan kedokteran gigi di praktek dokter gigi.


(33)

3.8 Etika Penelitian

Etika penelitian dalam penelitian ini mencakup hal sebagai berikut: 1. Lembar Persetujuan (Informed Consent)

Peneliti meminta secara sukarela kepada responden penelitian untuk berpartisipasi dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Bagi responden yang setuju, dimohon untuk menandatangani lembar persetujuan responden penelitian untuk berpartisipasi dalam kegiatan penelitian.

2. Kerahasiaan (Confidentiality)

Data yang terkumpul dalam penelitian ini dijamin kerahasiannya oleh peneliti, karena itu data yang ditampilkan dalam bentuk data kelompok bukan data pribadi masing-masing responden.

3. Kelayakan Etik (Ethical Clearance)

Peneliti mengajukan surat permohonan kepada ketua tim kelayakan etik disertai dengan proposal penelitian karena penelitian ini melibatkan mahluk hidup yaitu manusia. Kelayakan etik adalah keterangan tertulis yang menyatakan bahwa penelitian layak dilaksanakan setelah memenuhi persyaratan tertentu.


(34)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Karakteristik Responden

Penelitian ini dilakukan pada 100 orang responden, terdiri dari 32 orang pria (32%) dan 68 orang wanita (68%). Tabel 1 menunjukkan distribusi kelompok umur dan jenis kelamin responden. Pada penelitian ini, usia rata-rata responden adalah 27,66 tahun. Persentase yang paling besar pada golongan pria adalah kelompok umur 20-29 tahun sebesar 15% dan persentase yang paling kecil adalah kelompok umur 10-19 tahun dan 50-59 tahun sebesar 2%. Persentase yang paling besar pada golongan wanita adalah kelompok umur 20-29 tahun sebesar 41% dan persentase yang paling kecil adalah kelompok umur 50-59 tahun sebesar 2%.

Tabel 1. Distribusi kelompok umur dan jenis kelamin responden

Persentase responden yang paling besar dijumpai pada kelompok dengan tingkat pendidikan perguruan tinggi sebesar 47%. Responden yang berasal dengan tingkat pendidikan SMA sebesar 42%. Persentase responden yang paling kecil dijumpai pada kelompok dengan tingkat pendidikan SMP sebesar 11%. Tabel 2 menunjukkan distribusi tingkat pendidikan responden.

Umur Pria Wanita Jumlah (%)

10 – 19 2 9 11

20 – 29 15 41 56

30 – 39 8 10 18

40 – 49 5 6 11

50 – 59 2 2 4


(35)

Tabel 2. Distribusi tingkat pendidikan responden

Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)

Tidak sekolah 0 0

SD 0 0

SMP 11 11

SMA 42 42

Perguruan Tinggi 47 47

Jumlah 100 100%

Distribusi jenis pekerjaan responden dapat dilihat pada tabel 3. Persentase responden yang paling besar adalah Pegawai Negeri atau Pegawai Swasta sebesar 26%. Persentase yang paling kecil adalah responden yang mempunyai pekerjaan tidak tetap, buruh atau tukang sebesar 11%.

Tabel 3. Distribusi jenis pekerjaan responden

Pekerjaan Jumlah (orang) Persentase (%)

Peg.Negeri/Peg.Swasta 26 26

Wiraswasta/pedagang/petani 21 21

Tidak tetap/buruh/tukang 11 11

Tidak berkerja 22 22

Lain-lain 20 20


(36)

4.2 Pengetahuan responden terhadap penularan HIV/AIDS melalui tindakan perawatan kedokteran gigi di praktek gigi

4.2.1 Pengetahuan Umum HIV/AIDS

Seluruh responden mengetahui tentang HIV/AIDS. Persentase responden yang menyatakan bahwa reponden mengetahui tentang HIV/AIDS sebesar 100%. Tabel 4 menunjukkan distribusi pengetahuan responden mengenai HIV/AIDS.

Tabel 4. Distribusi pengetahuan responden mengenai HIV/AIDS

Jawaban Jumlah (Orang) Persentase (%)

Ya 100 100

Tidak 0 0

Jumlah 100 100%

Distribusi berdasarkan cara responden mendapat informasi mengenai HIV/AIDS ditunjukkan dalam tabel 5. Persentase responden yang paling besar mendapat informasi mengenai HIV/AIDS dari televisi sebesar 72%. Persentase responden yang paling kecil mendapat informasi mengenai HIV/AIDS dari keluarga sebesar 13%.

Tabel 5. Distribusi cara responden mendapat informasi mengenai HIV/AIDS

Jumlah (orang) Persentase (%)

Majalah 59 59

Televisi 72 72

Internet 42 42

Teman 16 16

Keluarga 13 13

Poster/Selebaran 53 53


(37)

Distribusi pengetahuan responden mengenai jenis HIV dapat dilihat dalam tabel 6. Persentase responden yang menyatakan bahwa HIV adalah sejenis virus sebesar 85% dan responden yang tidak tahu jenis HIV sebesar 15%.

Tabel 6. Distribusi pengetahuan responden mengenai jenis HIV

4.2.2 Pengetahuan tentang penularan HIV/AIDS

Seluruh responden mengetahui bahwa HIV/AIDS dapat menular. Persentase responden yang menyatakan bahwa reponden mengetahui HIV/AIDS dapat menular sebesar 100%. Tabel 7 menunjukkan distribusi pengetahuan responden mengenai penularan HIV/AIDS.

Tabel 7. Distribusi pengetahuan responden mengenai penularan HIV/AIDS

Distribusi pengetahuan responden mengenai semua orang dapat terkena HIV/AIDS dapat dilihat dalam tabel 8. Persentase responden yang paling besar menyatakan

Jumlah (Orang) Persentase (%)

Bakteria 0 0

Virus 85 85

Jamur 0 0

Tidak Tahu 15 15

Jumlah 100 100%

Jumlah (Orang) Persentase (%)

Ya 100 100

Tidak 0 0

Tidak tahu 0 0


(38)

HIV/AIDS dapat mengenai siapa saja sebesar 82%. Persentase responden yang yang menyatakan HIV/AIDS tidak dapat mengenai siapa saja sebesar 14% dan responden yang paling kecil menyatakan tidak tahu sebesar 4%.

Tabel 8. Distribusi pengetahuan responden mengenai semua orang dapat terkena HIV/AIDS

Jumlah (Orang) Persentase (%)

Ya 82 82

Tidak 14 14

Tidak tahu 4 4

Jumlah 100 100%

Tabel 9 menunjukkan pengetahuan responden mengenai cara penularan HIV/AIDS. Persentase responden yang menyatakan HIV/AIDS dapat menular melalui darah sebesar 100%. Persentase responden yang kedua tertinggi menyatakan HIV/AIDS dapat menular melalui cairan mani sebesar 87%. Persentase paling kecil menyatakan penularan bisa terjadi melalui air mata.

Tabel 9. Distribusi pengetahuan responden mengenai cara penularan HIV

Cara Menular

Ya Tidak Tidak Tahu

Jumlah % Jumlah % Jumlah % Darah 100 100 0 0 0 0 Air liur 37 37 38 38 25 25 Air mata 9 9 60 60 31 31 Keringat 15 15 57 57 28 28 Urine 22 22 47 47 31 31 Cairan mani/sperma 87 87 7 7 6 6


(39)

Distribusi pengetahuan responden mengenai penularan HIV/AIDS dalam praktek dokter gigi dilihat dalam tabel 10. Persentase responden yang paling besar menyatakan penularan HIV/AIDS dalam praktek dokter gigi dapat terjadi sebesar 68%. Persentase responden yang paling kecil menyatakan penularan HIV/AIDS tidak dapat terjadi sebesar 5% dan 27% responden tidak tahu tentang penularan HIV/AIDS yang terjadi dalam praktek doktek gigi.

Tabel 10. Distribusi pengetahuan responden mengenai penularan HIV/AIDS dalam praktek dokter gigi

Jumlah (Orang) Persentase (%)

Ya 68 68

Tidak 5 5

Tidak tahu 27 27

Jumlah 100 100%

Pada penelitian ini sebesar 68% responden telah menyatakan tahap kemungkinan terjadi penularan HIV/AIDS melalui praktek dokter gigi. Persentase responden yang paling tinggi sebesar 27% menyatakan kemungkinan terjadi penularan dalam praktek gigi kecil. Persentase responden yang paling rendah menyatakan kemungkinan terjadi penularan sangat besar adalah sebesar 7%. Distribusi pengetahuan responden mengenai kemungkinan penularan HIV/AIDS dalam praktek dokter gigi dilihat dalam tabel 11.


(40)

Tabel 11. Distribusi pengetahuan responden mengenai kemungkinan penularan HIV/AIDS dalam praktek dokter gigi

Tabel 12 menunjukkan distribusi pengetahuan responden tentang tindakan perawatan gigi yang dapat menularkan HIV/AIDS. Persentase responden yang paling besar menyatakan penularan melalui tindakan penyuntikan gigi dapat terjadi sebesar 73%. Persentase kedua terbesar menyatakan tindakan pencabutan gigi dapat menularkan HIV/AIDS sebesar 57%. Persentase paling kecil adalah tindakan pencetakkan untuk gigi palsu sebesar 17%.

Tabel 12. Distribusi pengetahuan responden tentang tindakan perawatan gigi yang dapat menularkan HIV/AIDS

Tindakan perawatan

Ya Tidak Tidak tahu

Jumlah % Jumlah % Jumlah % Pencabutan gigi 57 57 11 11 32 32 Pembersihan gigi (scaling) 39 39 25 25 36 36 Penambalan gigi 18 18 39 39 43 43 Penyuntikan gigi 73 73 8 8 19 19 Perawatan saluran akar 38 38 22 22 40 40 Perawatan orthodontik (kawat gigi) 20 20 45 45 35 35 Pencetakan utk buat gigi palsu 17 17 43 43 40 40

Jumlah (orang) Persentase (%)

Sangat kecil 10 10

Kecil 27 27

Besar 24 24

Sangat besar 7 7


(41)

BAB 5 PEMBAHASAN

Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan didapatkan setelah penginderaan terhadap suatu objek.10

Pada penelitian ini didapatkan jumlah responden sebanyak 100 orang sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan saat perhitungan sampel yang dilakukan. Responden terdiri dari 32 laki-laki (32%) dan 68 perempuan (68%). Hasil ini menunjukkan bahwa jumlah responden perempuan yang berkunjung ke praktek dokter gigi untuk perawatan selama penelitian ini dilakukan lebih banyak daripada laki-laki. Menurut Centers for Disease

Control perempuan lebih sering ke praktek dokter gigi untuk melakukan pemeriksaan gigi

berkala karena wanita lebih memberi perhatian terhadap kesehatan gigi dan mulut dibandingkan dengan laki-laki.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengetahuan responden yang berkunjung ke praktek dokter gigi terhadap penularan HIV/AIDS melalui tindakan kedokteran gigi di praktek dokter gigi. Penelitian ini mengutamakan pengetahuan responden, terdiri dari pengetahuan umum HIV/AIDS dan pengetahuan tentang cara penularan HIV/AIDS. Pengetahuan umum HIV/AIDS meliputi pengetahuan responden mengenai HIV/AIDS, cara mendapat informasi tentang HIV/AIDS dan jenis mikroorganisme HIV. Pengetahuan tentang cara penularan HIV/AIDS meliputi pengetahuan tentang penularan HIV/AIDS secara umum dan pengetahuan tentang penularan HIV/AIDS dalam praktek dokter gigi.

22

Penelitian ini juga menunjukkan bahwa responden yang paling banyak berkunjung ke praktek dokter gigi adalah kelompok umur 20-29 tahun dan rata-rata umur responden dalam penelitian ini adalah 27,66 tahun. Hal ini sesuai dengan laporan Australian Research Centre for Population Oral Health yang menunjukkan responden umur 25-44 tahun lebih sering mengunjungi praktek dokter gigi untuk perawatan gigi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang paling banyak ke praktek dokter gigi adalah responden yang berpendidikan perguruan tinggi yaitu sebanyak 47%. Berdasarkan riwayat pekerjaan, responden yang paling banyak berkunjung ke praktek gigi


(42)

adalah pegawai negeri/pegawai swasta yaitu sebanyak 26%. Hal ini sesuai dengan laporan

Australian Research Centre for Population Oral Health yang menunjukkan kelompok

yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi dan tahap pekerjaan tinggi lebih sering mengunjungi praktek dokter gigi untuk perawatan gigi karena mereka mempunyai penghasilan yang lebih tinggi dan tetap.

Hasil mengenai pengetahuan responden terhadap HIV/AIDS menunjukkan bahwa seluruh responden dalam penelitian ini telah mengetahui HIV/AIDS. Hal ini menunjukkan bahwa informasi tentang HIV/AIDS secara umum telah diterima oleh seluruh masyarakat. Informasi tentang HIV/AIDS dapat diterima dari majalah, televisi, internet, teman, keluarga dan poster. Hasil penelitian menunjukkan responden mendapatkan informasi mengenai HIV/AIDS adalah melalui televisi. Umumnya televisi merupakan satu media utama komunikasi di dalam sebuah negara dan merupakan alat penyampai informasi yang efektif dan dapat mempengaruhi cara seseorang berpikir.

22

Penelitian ini menunjukkan bahwa 85% responden menyatakan HIV adalah sejenis virus dan 15% responden tidak mengetahui HIV termasuk kedalam kelompok mikroorganisme bakteri, virus atau jamur. HIV merupakan sejenis virus penyebab AIDS yang dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh. HIV adalah sejenis virus golongan retrovirus RNA yaitu virus yang menggunakan RNA sebagai molekul pembawa informasi genetik. HIV disebut retrovirus karena memiliki enzim reverse transcriptase.

24

Pengetahuan responden di Kotamadya Medan mengenai penularan HIV/AIDS melalui darah menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian Devon Brewer. Sebanyak 100% responden dalam penelitian ini menyatakan penularan HIV/AIDS dapat terjadi melalui darah. Persentase ini lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian Devon Brewer di

12

Mozambik, Afrika Tenggara yang menemukan 77,3% yang mengetahui penularan HIV/AIDS melalui darah. Pada penelitian ini, sebanyak 87% responden memiliki pengetahuan tentang penularan HIV/AIDS melalui cairan mani atau semen. Persentase ini juga terlihat lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian Devon Brewer yang menujukkan bahwa hanya 47,9% yang mengetahui penularan HIV/AIDS dapat terjadi melalui semen.25


(43)

Penularan HIV/AIDS dalam praktek dokter gigi merupakan suatu hal yang harus diberi perhatian. Hal ini disebabkan karena adanya tindakan di praktek dokter gigi dapat menimbulkan perdarahan seperti diketahui bahwa darah merupakan cara utama penularan HIV/AIDS. Penelitian ini menemukan hanya 68% responden yang mengetahui penularan HIV/AIDS dapat terjadi dalam praktek dokter gigi. Penularan dalam praktek dokter gigi dapat terjadi karena perawatan yang diberikan dokter gigi kepada responden sering menimbulkan perdarahan akibat penggunaan alat-alat tajam.

Hasil penelitian ini terhadap pengetahuan responden mengenai kemungkinan terjadi penularan HIV/AIDS di praktek dokter gigi, menunjukkan bahwa 27% responden menyatakan penularan HIV/AIDS di praktek dokter gigi memiliki risiko yang kecil. Hal ini menunjukkan informasi tentang penularan HIV/AIDS dalam praktek gigi masih belum diterima secara merata oleh masyarakat yang sering menerima perawatan gigi tanpa mengetahui risiko yang dapat dihadapi mereka dalam praktek dokter gigi selama mendapatkan perawatan gigi.

Penularan HIV/AIDS di praktek gigi dapat terjadi melalui tindakan pembersihan gigi atau skeling, perawatan ortodontik, perawatan saluran akar dan proses pencetakan untuk membuat gigi palsu. Tindakan-tindakan ini dapat menularkan HIV/AIDS karena melibatkan perdarahan atau luka yang tidak sengaja timbul pada saat perawatan dan penggunakan alat tajam yang kurang steril. Sebanyak 73% responden dalam penelitian ini menyatakan tindakan penyuntikan gigi dapat menyebabkan penularan. Hal ini disebabkan responden diberi suntikan gigi menggunakan jarum suntik tanpa disterilkan terlebih dahulu.14 Hasil ini lebih rendah dibandingkan dengan penelitian Devon Brewer di Mozambik yang menunjukkan 90,4% yang menyatakan penularan HIV/AIDS dapat terjadi melalui tindakan penyuntikan.

Penelitian ini menunjukkan pengetahuan responden tentang tindakan pencabutan gigi dapat menularkan HIV/AIDS sebanyak 57%. Hasil ini lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian di Surabaya yang menunjukkan hanya 19,37% yang mengetahui penularan HIV/AIDS melalui luka pencabutan gigi.

25

9

Walaupun, menunjukkan hasil yang tinggi, masih menunjukkan bahwa informasi tentang pencabutan gigi belum diterima secara merata oleh masyarakat khususnya masyarakat yang berminat untuk mencabutkan


(44)

gigi ke dokter gigi. Disamping itu dokter gigi jarang atau bahkan tidak pernah memberikan informasi alternatif penularan penyakit HIV/AIDS melalui pencabutan gigi pada responden yang akan mencabut gigi. Pencabutan gigi melalui alat- alat pencabutan yang kurang steril merupakan cara penularan penyakit HIV/AIDS yang paling tinggi dibanding perawatan gigi yang lain.6


(45)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pengetahuan pasien tentang pengetahuan umum HIV/AIDS dan pengetahuan tentang penularan HIV/AIDS lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian yang lain. Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Meskipun pengetahuan pasien di Kotamadya Medan tinggi, pengetahuan responden hanya mencapai tingkat tahu dan belum memasuki tingkat memahami tentang penularan HIV/AIDS melalui tindakan kedokteran gigi. Ini menunjukkan informasi tentang penularan HIV/AIDS dalam praktek gigi masih belum diterima secara merata oleh masyarakat Kotamadya Medan dan dapat meningkatkan resiko penularan dalam praktek gigi meningkat. Penularan HIV/AIDS dapat terjadi melalui transmisi seksual dan transmisi non seksual. Praktek dokter gigi sebuah tempat yang berpotensi untuk menularkan HIV/AIDS melalui transmisi nonseksual karena prosedur gigi yang sering melibatkan perdarahan dan paparan darah terinfeksi dalam praktek gigi. Kebersihan praktek gigi dan alat- alat yang tidak disteril mengikuti Universal Precaution yang ditetapkan akan memyebabkan resiko penularan HIV/AIDS melalui tindakan kedokteran gigi dalam praktek gigi meningkat.

6.2 Saran

Penelitian ini hanya menguraikan secara umum mengenai pengetahuan pasien yang berkunjung ke praktek gigi tentang penularan HIV/AIDS melalui tindakan kedokteran gigi. Oleh karena itu diharapkan adanya penelitian lanjutan dengan menggunakan metode observasi dan kusioner yang lebih mendalam tentang Universal Precaution dan cara menghindari penularan di praktek gigi sehingga dapat menggali sumber informasi yang lebih mendalam. Dokter gigi, tenaga kesehatan lain dan pasien dituntut untuk menjalankan


(46)

tugas dengan bersikap profesional. Sebaiknya pasien di Kotamadya Medan tahu akan resiko dari penularan penyakit ini, sehingga respondendapat melakukan pemeriksaan dan memahami prosedur dalam menjalani perawatan. Pasien harus membekali dirinya dengan pengetahuan yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan saat ini untuk meningkatkan kualitas kesehatan umum dan kesehatan gigi masyarakat.


(47)

DAFTAR PUSTAKA

1. Purwaningsih SS, Widayatum. Perkembangan HIV dan AIDS di Indonesia. Jurnal Kependudukan Indonesia 2008; 3: 76.

2. Pusat Data dan Informasi Departemen Kesehatan R.I. Situasi HIV/AIDS di Indonesia tahun 1987-2006: Jakarta, 2006:1-30.

3. Franchesca H. Different Modes of HIV Transmission.

23. 2010)

4. Carter M. Obstetrician infects patient with HIV during caesarean delivery. http://www.aidsmap.com/Obstetrician-infects-patient-with-HIV-during-caesarean-delivery/page/1422790/ ( Januari 20.2006)

5. Angkasawati TJ, Arifin A. Pengetahuan komprehensif dan sikap terhadap HIV/AIDS pada kelompok wanita usia subur di Indonesia tahun 2007. Buletin penelitian sistem kesehatan 2010. 13: 145

6. Scully C, Greenspan J.S. Human immunodeficiency virus (HIV) transmission in dentistry. J. Dent Research 2005: 794-6

7. Cichocki M, R.N. Can I get HIV from seeing the dentist or the doctor?

8. Wilbowo T, Parisihni K, Haryanto D. Proteksi dokter gigi sebagai pemutus rantai infeksi silang. Jurnal PDGI 2009; 58(2): 6

9. Soelarso H. Pendapat masyarakat tentang cara penularan virus HIV/AIDS melalui perawatan pencabutan gigi di ruang praktek doktek gigi. Dent. J. 1997; 30(3): 117-121

10.Muhammad Ali. Pengetahuan, sikap dan perilaku ibu bekerja dan ibu tidak bekerja tentang imunisasi: Laporan Penelitian. USU digital library. 2003:3-6

11.Notoatmodjo S. Ilmu kesehatan masyarakat prinsip-prinsip dasar. Cet, ke2, Mei. Jakarta: Rineka Cipta, 2003: 118-33


(48)

12.Little JW, Falace D A, dkk. Dental management of the medically compromised patient 7th

13.

ed. Canada: Mosby Elsevier; 2008: 280-5

14.Notoatmodjo S. Kesehatan masyarakat ilmu dan seni. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2007: 311-20.

15.Fazidah A.Siregar. Pengenalan dan pengegahan AIDS: Laporan Penelitian. USU digital library. 2004: 2-4

16.Cawson RA, Odell EW. Oral pathology and oral medicine 8th

17.Pascoe GP, McDowell J, dkk. HIV in dental care. Mountain plains AIDS education and training center., Colorada 2002 : 5-6

ed. China: Churchill Livingstone; 2008: 350-60

18.Jupitor. Occupational transmission of HIV in health care workers. Health-Care-Workers/ (Juni 27. 2008)

19.Miller CH, Palenik CJ. Infection control & management of hazardous materials for the dental team 3rd

20.Pratiknya A.W. Dasar-dasar metodologi penelitian kedokteran dan kesehatan. Jakarta: Rajawali Pers, 2011: 13-5.

ed. China: Elsevier Mosby; 2005: 109-250

21.Oxford University. Oxford dictionaries.

2012)

22.Worldental. Women have better dental health.

23.Chrisopoulos S, Beckwith K. How often people visit a dentist.

24.Mohyin Z. Baik buruk televisyen.


(49)

25.Brewer DD. Knowledge of specific HIV transmission modes in relation to HIV infection in Mozambique. In: Research Article Mozambique, 2012.


(50)

Kepada Yth,

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Saudara/ri…….. Di tempat

Perkenalkan nama saya Shangita mahasiswa yang sedang menjalani pendidikan dokter gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Bersama ini saya mohon kesediaan Saudara/ri untuk berpartisipasi sebagai subjek penelitian saya tentang

Pengetahuan Respondenyang Berkunjung ke Praktek Dokter Gigi di Kotamadya Medan Terhadap Penularan HIV/AIDS Melalui Tindakan Kedokteran Gigi di

Praktek Dokter Gigi” yang bertujuan untuk mengetahui pengetahuan dan perilaku

respondenterhadap penularan HIV/AIDS melalui tindakan perawatan kedokteran gigi di praktek dokter gigi. Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai bahan masukan bagi ibu/ bapak mengenai pengetahuan dan perilaku respondententang penularan HIV/AIDS yang terjadi melalui tindakan perawataan kedokteran gigi.

Penelitian yang akan saya lakukan menggunakan kuesioner. Dalam penelitian ini, saya akan meminta ibu/bapak untuk mengisi kuesioner dengan memilih jawaban yang telah disediakan. Setelah pengisian kuesioner selesai, mengembalikan kuesioner kepada saya. Partisipasi ibu/bapak dalam penelitian ini bersifat sukarela. Tidak alan menjadi perubahan mutu pelayanan dari dokter bila ibu/bapak tidak bersedia mengikuti penelitian ini. Ibu/bapak akan tetap mendapat pelayanan kesehatan standar rutin sesuai dengan standar prosedur pelayanan.

Pada penelitian ini identitas ibu/bapak akan disamarkan. Hanya dokter pembimbing peneliti, anggota peneliti dan anggota komisi etik yang dapat melihat datanya. Kerahasiaan data ini akan dijamin sepenuhnya. Bila data ini dipublikasi kerahasiaan tetap dijaga. Jika selama menjalan penelitian ini terjadi keluhan pada ibu/bapak, silakan informasikan kepada saya. Demikian informasi ini saya sampaikan. Atas bantuan, partisipasi dan kesedian waktu ibu/bapak sekalian, saya ucapkan terima kasih.


(51)

Jika ada keluhan ataupun untuk informasi lebih lanjut mengenai pertanyaan yang berkaitan dengan penelitian saya, maka Saudara/ri dapat menghubungi saya.

Medan, November 2012 Shangita

Fakultas Kedokteran Gigi Universitad Sumatera Utara Telp: 083194003510


(52)

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : ………. Umur : ……….

Alamat : ……….. ………..

Setelah mendapatkan keterangan dan penjelasan secara lengkap, maka dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan saya menandatangani dan menyatakan bersedia berpatisipasi pada penelitian ini.

Mahasiswa peneliti Medan,……….

Peserta Penelitian


(53)

KUESIONER

Pengetahuan Respondenyang Berkunjung ke Praktek Dokter Gigi di Kotamadya Medan Terhadap Penularan HIV/AIDS Melalui Tindakan Kedokteran Gigi di

Praktek Dokter Gigi

Tanggal : ……… Umur : ……….. tahun Jenis Kelamin : Pria / Wanita

Kecamatan :……….

Pendidikan : Tidak sekolah SMA

SD Perguruan Tinggi

SMP

Pekerjaan : Peg.Negeri/Peg. Swasta Tidak bekerja

Wiraswasta/pedagang/petani Lain-lain (Tuliskan…...) Tidak tetap/buruh/tukang

A. Pengetahuan respondenterhadap penularan HIV/AIDS melalui tindakan

kedokteran gigi di praktek gigi Pengetahuan Umum HIV/AIDS

1. Apakah bapak/ibu mengetahui tentang HIV/AIDS? Ya Tidak


(54)

2. Dari mana bapak/ibu mendapat informasi tentang HIV/AIDS? (dapat lebih dari satu jawaban)

Majalah Teman Televisi Keluarga

Internet Poster/Selebaran

Lain-lain (Tuliskan………) 3. Menurut bapak/ibu jenis apakah HIV ini?

Bakteria Virus Jamur Tidak tahu

Pengetahuan tentang penularan HIV/AIDS

4. Menurut bapak/ibu dapatkah penyakit HIV/AIDS menular? Ya Tidak Tidak Tahu

5. Menurut bapak/ibu , apakah semua orang dapat terkena HIV/AIDS? Ya Tidak Tidak Tahu

6. Apakah menurut bapak/ibu HIV dapat menular melalui darah? Ya Tidak Tidak Tahu

7. Apakah menurut bapak/ibu HIV dapat menular melalui air ludah? Ya Tidak Tidak Tahu

8. Apakah menurut bapak/ibu HIV dapat menular melalui air mata? Ya Tidak Tidak Tahu

9. Apakah menurut bapak/ibu HIV dapat menular melalui keringat? Ya Tidak Tidak Tahu

10.Apakah menurut bapak/ibu HIV dapat menular melalui urine (air kemih)? Ya Tidak Tidak Tahu

11.Apakah menurut bapak/ibu HIV dapat menular melalui cairan mani/sperma? Ya Tidak Tidak Tahu


(55)

12.Apakah menurut bapak/ibu HIV/AIDS dapat menular melalui praktek dokter gigi?

Ya Tidak Tidak Tahu

13.Kalau No12 ya, bagaimana kemungkinan penularan HIV/AIDS melalui praktek dokter gigi?

Sangat kecil Besar Kecil Sangat besar

14.Apakah penularan HIV melalui praktek gigi dapat melalui tindakan pencabutan gigi?

Ya Tidak Tidak Tahu

15.Apakah penularan HIV melalui praktek gigi dapat melalui tindakan pembersihan gigi (scaling)?

Ya Tidak Tidak Tahu

16.Apakah penularan HIV melalui praktek gigi dapat melalui tindakan penambalan gigi?

Ya Tidak Tidak Tahu

17.Apakah penularan HIV melalui praktek gigi dapat melalui tindakan penyuntikan gigi?

Ya Tidak Tidak Tahu

18.Apakah penularan HIV melalui praktek gigi dapat melalui tindakan perawatan saluran akar?

Ya Tidak Tidak Tahu

19.Apakah penularan HIV melalui praktek gigi dapat melalui tindakan perawatan orthodontik (kawat gigi)?

Ya Tidak Tidak Tahu

20.Apakah penularan HIV melalui praktek gigi dapat melalui tindakan pencetakan untuk membuat gigi palsu?

Ya Tidak Tidak Tahu ********* SEKIAN TERIMA KASIH ***********


(56)

FREKUENSI

FREQUENCIES VARIABLES=Umur JenisKelamin /STATISTICS=STDDEV VARIANCE MEAN MEDIAN MODE SUM /ORDER=VARIABLE.

Frequencies Umur

Statistics Umur

N Valid 100

Missing 0

Umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 16 1 1.0 1.0 1.0

17 2 2.0 2.0 3.0

18 4 4.0 4.0 7.0

19 4 4.0 4.0 11.0

20 11 11.0 11.0 22.0

21 9 9.0 9.0 31.0

22 7 7.0 7.0 38.0

23 6 6.0 6.0 44.0

24 3 3.0 3.0 47.0

25 6 6.0 6.0 53.0

26 2 2.0 2.0 55.0

27 3 3.0 3.0 58.0

28 6 6.0 6.0 64.0

29 3 3.0 3.0 67.0

30 9 9.0 9.0 76.0

31 2 2.0 2.0 78.0

32 2 2.0 2.0 80.0

35 2 2.0 2.0 82.0

36 2 2.0 2.0 84.0

38 1 1.0 1.0 85.0

40 3 3.0 3.0 88.0

41 3 3.0 3.0 91.0

42 2 2.0 2.0 93.0

43 1 1.0 1.0 94.0

48 2 2.0 2.0 96.0

50 1 1.0 1.0 97.0


(57)

54 1 1.0 1.0 99.0

59 1 1.0 1.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Jenis Kelamin

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Pria 32 32.0 32.0 32.0

Wanita 68 68.0 68.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Pendidikan

Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid SMP 11 11.0 11.0 11.0

SMA 42 42.0 42.0 53.0

Perguruan Tinggi 47 47.0 47.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Pekerjaan

Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Peg.Negeri/Peg. Swasta 26 26.0 26.0 26.0

Wiraswasta/pedagang/petani 21 21.0 21.0 47.0

Tidak tetap/buruh/tukang 11 11.0 11.0 58.0

Tidak bekerja 22 22.0 22.0 80.0

Lain-lain (Mahasiswa) 20 20.0 20.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

p1 (Apakah bapak/ibu mengetahui tentang HIV/AIDS?)

p1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(58)

p3 (Menurut bapak/ ibu j enis apakah HI V ini?) p3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Virus 85 85.0 85.0 85.0

Tidak tahu 15 15.0 15.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

p4 (Menurut bapak/ibu dapatkah penyakit HIV/AIDS menular ) p4

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 100 100.0 100.0 100.0

p5 (Menurut bapak/ibu , apakah setiap orang dapat terkena HIV/AIDS? ) p5

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 82 82.0 82.0 82.0

Tidak 14 14.0 14.0 96.0

Tidak Tahu 4 4.0 4.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

p6 (Apakah menurut bapak/ibu HIV dapat menular melalui darah?) p6

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 100 100.0 100.0 100.0

p7(Apakah menurut bapak/ibu HIV dapat menular melalui air ludah? ) p7

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 37 37.0 37.0 37.0

Tidak 38 38.0 38.0 75.0

Tidak Tahu 25 25.0 25.0 100.0


(59)

p8 (Apakah menurut bapak/ibu HIV dapat menular melalui air mata?) p8

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 9 9.0 9.0 9.0

Tidak 60 60.0 60.0 69.0

Tidak Tahu 31 31.0 31.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

p9 (Apakah menurut bapak/ibu HIV dapat menular melalui keringat?) p9

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 15 15.0 15.0 15.0

Tidak 57 57.0 57.0 72.0

Tidak Tahu 28 28.0 28.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

p10 (Apakah menurut bapak/ibu HIV dapat menular melalui urine (air kemih)?) p10

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 22 22.0 22.0 22.0

Tidak 47 47.0 47.0 69.0

Tidak Tahu 31 31.0 31.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

p11 (Apakah menurut bapak/ibu HIV dapat menular melalui cairan mani/sperma?) p11

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 87 87.0 87.0 87.0

Tidak 7 7.0 7.0 94.0

Tidak Tahu 6 6.0 6.0 100.0


(60)

p12 (Apakah menurut bapak/ibu HIV/AIDS dapat menular melalui praktek dokter gigi?) p12

Frequenc

y Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 68 68.0 68.0 68.0

Tidak 5 5.0 5.0 73.0

Tidak Tahu 27 27.0 27.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

p13 (Kalau No12 ya, bagaimana kemungkinan penularan HIV/AIDS melalui praktek dokter gigi?)

p13

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid S.kecil 10 10.0 10.0 10.0

Kecil 27 27.0 27.0 37.0

Besar 24 24.0 24.0 61.0

S.besar 7 7.0 7.0 68.0

Tidak Jawab 32 32.0 32.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

p14 (Apakah penularan HIV melalui praktek gigi dapat melalui tindakan pencabutan gigi?)

p14

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 57 57.0 57.0 57.0

Tidak 11 11.0 11.0 68.0

Tidak Tahu 32 32.0 32.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

p15 (Apakah penularan HIV melalui praktek gigi dapat melalui tindakan pembersihan gigi (scaling)?)


(61)

p15

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 39 39.0 39.0 39.0

Tidak 25 25.0 25.0 64.0

Tidak Tahu 36 36.0 36.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

p16 (Apakah penularan HIV melalui praktek gigi dapat melalui tindakan penambalan gigi?)

p16

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 18 18.0 18.0 18.0

Tidak 39 39.0 39.0 57.0

Tidak Tahu 43 43.0 43.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

p17 (Apakah penularan HIV melalui praktek gigi dapat melalui tindakan penyuntikan gigi?)

p17

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 73 73.0 73.0 73.0

Tidak 8 8.0 8.0 81.0

Tidak Tahu 19 19.0 19.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

p18 (Apakah penularan HIV melalui praktek gigi dapat melalui tindakan perawatan saluran akar?)

p18

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 38 38.0 38.0 38.0

Tidak 22 22.0 22.0 60.0

Tidak Tahu 40 40.0 40.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

p19 (Apakah penularan HIV melalui praktek gigi dapat melalui tindakan perawatan orthodontik (kawat gigi)?)


(62)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 20 20.0 20.0 20.0

Tidak 45 45.0 45.0 65.0

Tidak Tahu 35 35.0 35.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

p20 (Apakah penularan HIV melalui praktek gigi dapat melalui tindakan pencetakan untuk membuat gigi palsu?)

p20

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 17 17.0 17.0 17.0

Tidak 43 43.0 43.0 60.0

Tidak Tahu 40 40.0 40.0 100.0


(1)

54 1 1.0 1.0 99.0

59 1 1.0 1.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Jenis Kelamin

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Pria 32 32.0 32.0 32.0

Wanita 68 68.0 68.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Pendidikan

Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid SMP 11 11.0 11.0 11.0

SMA 42 42.0 42.0 53.0

Perguruan Tinggi 47 47.0 47.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Pekerjaan

Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Peg.Negeri/Peg. Swasta 26 26.0 26.0 26.0

Wiraswasta/pedagang/petani 21 21.0 21.0 47.0

Tidak tetap/buruh/tukang 11 11.0 11.0 58.0

Tidak bekerja 22 22.0 22.0 80.0

Lain-lain (Mahasiswa) 20 20.0 20.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

p1 (

Apakah bapak/ibu mengetahui tentang HIV/AIDS?

)

p1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(2)

p3 (

Menurut bapak/ ibu j enis apakah HI V ini?

)

p3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Virus 85 85.0 85.0 85.0

Tidak tahu 15 15.0 15.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

p4 (

Menurut bapak/ibu dapatkah penyakit HIV/AIDS menular

)

p4

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 100 100.0 100.0 100.0

p5 (

Menurut bapak/ibu , apakah setiap orang dapat terkena HIV/AIDS?

)

p5

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 82 82.0 82.0 82.0

Tidak 14 14.0 14.0 96.0

Tidak Tahu 4 4.0 4.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

p6 (

Apakah menurut bapak/ibu HIV dapat menular melalui darah?

)

p6

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 100 100.0 100.0 100.0

p7(

Apakah menurut bapak/ibu HIV dapat menular melalui air ludah?

)

p7

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 37 37.0 37.0 37.0

Tidak 38 38.0 38.0 75.0

Tidak Tahu 25 25.0 25.0 100.0


(3)

p8 (

Apakah menurut bapak/ibu HIV dapat menular melalui air mata?

)

p8

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 9 9.0 9.0 9.0

Tidak 60 60.0 60.0 69.0

Tidak Tahu 31 31.0 31.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

p9 (

Apakah menurut bapak/ibu HIV dapat menular melalui keringat?

)

p9

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 15 15.0 15.0 15.0

Tidak 57 57.0 57.0 72.0

Tidak Tahu 28 28.0 28.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

p10 (

Apakah menurut bapak/ibu HIV dapat menular melalui urine (air kemih)?

)

p10

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 22 22.0 22.0 22.0

Tidak 47 47.0 47.0 69.0

Tidak Tahu 31 31.0 31.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

p11 (

Apakah menurut bapak/ibu HIV dapat menular melalui cairan mani/sperma?

)

p11

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 87 87.0 87.0 87.0

Tidak 7 7.0 7.0 94.0

Tidak Tahu 6 6.0 6.0 100.0


(4)

p12 (

Apakah menurut bapak/ibu HIV/AIDS dapat menular melalui praktek dokter gigi?

)

p12 Frequenc

y Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 68 68.0 68.0 68.0

Tidak 5 5.0 5.0 73.0

Tidak Tahu 27 27.0 27.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

p13 (

Kalau No12 ya, bagaimana kemungkinan penularan HIV/AIDS melalui praktek

dokter gigi?

)

p13 Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid S.kecil 10 10.0 10.0 10.0

Kecil 27 27.0 27.0 37.0

Besar 24 24.0 24.0 61.0

S.besar 7 7.0 7.0 68.0

Tidak Jawab 32 32.0 32.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

p14 (

Apakah penularan HIV melalui praktek gigi dapat melalui tindakan pencabutan

gigi?

)

p14

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 57 57.0 57.0 57.0

Tidak 11 11.0 11.0 68.0

Tidak Tahu 32 32.0 32.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

p15 (

Apakah penularan HIV melalui praktek gigi dapat melalui tindakan pembersihan

gigi (scaling)?

)


(5)

p15

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 39 39.0 39.0 39.0

Tidak 25 25.0 25.0 64.0

Tidak Tahu 36 36.0 36.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

p16 (

Apakah penularan HIV melalui praktek gigi dapat melalui tindakan penambalan

gigi?

)

p16

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 18 18.0 18.0 18.0

Tidak 39 39.0 39.0 57.0

Tidak Tahu 43 43.0 43.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

p17 (

Apakah penularan HIV melalui praktek gigi dapat melalui tindakan penyuntikan

gigi?

)

p17

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 73 73.0 73.0 73.0

Tidak 8 8.0 8.0 81.0

Tidak Tahu 19 19.0 19.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

p18 (

Apakah penularan HIV melalui praktek gigi dapat melalui tindakan perawatan

saluran akar?

)

p18

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 38 38.0 38.0 38.0

Tidak 22 22.0 22.0 60.0

Tidak Tahu 40 40.0 40.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

p19 (

Apakah penularan HIV melalui praktek gigi dapat melalui tindakan perawatan

orthodontik (kawat gigi)?

)


(6)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 20 20.0 20.0 20.0

Tidak 45 45.0 45.0 65.0

Tidak Tahu 35 35.0 35.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

p20 (

Apakah penularan HIV melalui praktek gigi dapat melalui tindakan pencetakan

untuk membuat gigi palsu?

)

p20

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 17 17.0 17.0 17.0

Tidak 43 43.0 43.0 60.0

Tidak Tahu 40 40.0 40.0 100.0