Informan II
2. Informan II
Nama : BA Umur : 40 tahun Alamat : Desa Cempaka Mulia Barat, gang Polisi nomor 20
140 Wawancara dan observasi yang dilakukan di kediaman informan pada 04 Juli 2016.
Penulis melakukan wawancara dan observasi terhadap informan pada Senin, 04 Juli 2016 di kediaman informan dan disambut dengan hangat. Wawancara yang Penulis lakukan ini terjadi setelah informasi dari semua subjek Penulis kumpulkan. Informan yang Penulis wawancarai adalah seorang tokoh agama sekaligus tokoh adat. Pertanyaan yang Penulis lakukan terhadap informan ini terkait dengan bagaimana Islam memandang pembagian harta warisan dengan sistem undian. Berikut adalah hasil wawancara yang Penulis lakukan:
a. Seberapa penting belajar ilmu waris? Kemudian BA menjawab: “Belajar ilmu waris adalah merupakan hal yang penting. Kenapa, karena kita
adalah umat Islam. Kita punya aturan yang sudah ada, yaitu pembagian dengan cara Islam. Jadi menurut saya belajar ilmu waris tersebut adalah penting bagi kita.”
b. Apakah seorang muslim wajib membagikan harta warisan sesuai dengan tatacara Islam? Kemudian BA menjawab: “Saya rasa membagikan harta warisan sesuai dengan tatacara Islam adalah
wajib. Karena jelas, menurut saya pembagian yang dilakukan tersebut adalah cara yang paling adil dan pula telah mempunyai ketetapan yang jelas dan pasti.”
c. Bagaimana jika mereka membagikan harta warisan di luar dari pembagian sesuai dengan tatacara Islam? Kemudian BA menjawab:
“Pembagian harta warisan secara Islam memang diperuntukkan bagi kita umat Islam, jadi kita wajib melaksanakannya. Namun, memang hal yang terjadi di kampung kita berbeda adanya, mereka melakukan pembagian waris secara adat, maksudnya secara kekeluargaan. Mereka membagikan harta warisan sama rata, antar laki-laki maupun perempuan, tidak seperti halnya dalam agama yang menetapkan bagian yang berbeda antara laki-laki dan perempuan. Sangat jarang memang kita temui mereka melakukan pembagian dengan cara Islam. Namun, pada dasarnya hal yang mereka lakukan tersebut juga tidak “Pembagian harta warisan secara Islam memang diperuntukkan bagi kita umat Islam, jadi kita wajib melaksanakannya. Namun, memang hal yang terjadi di kampung kita berbeda adanya, mereka melakukan pembagian waris secara adat, maksudnya secara kekeluargaan. Mereka membagikan harta warisan sama rata, antar laki-laki maupun perempuan, tidak seperti halnya dalam agama yang menetapkan bagian yang berbeda antara laki-laki dan perempuan. Sangat jarang memang kita temui mereka melakukan pembagian dengan cara Islam. Namun, pada dasarnya hal yang mereka lakukan tersebut juga tidak
d. Bagaimana jika pembagian harta warisan tersebut dilakukan secara undi? Kemudian BA menjawab: “Pembagian warisan dengan undian, saya tidak setuju. Karena menurut saya,
jika memang pembagian harta warisan itu diselesaikan dengan cara kekeluargaan, maka selesaikan seselesai-selesainya secara kekeluargaan. Tidak perlu ada undi-undi segala. Apabila mereka semua mengatasnamakan keadilan dalam pembagian harta warisan dengan undian inipun saya tetap tidak setuju. Karena menurut saya, bagaimana pun pembagian harta warisan tersebut, jika semua ahli waris tidak sama-sama mengalah dan saling legowo maka tetap akan terjadi pertikaian di dalam keluarga tersebut. Apalagi dengan sistem undian, saya rasa pastilah tetap ada perpecahan di belakang hari meskipun pada saat musyawarah mereka semua saling setuju. Dan selama pengalaman saya, di mana ada pembagian harta warisan di situ ada pertikaian.”
Berdasarkan hasil observasi yang Penulis lakukan terhadap BA bahwa pembagian yang dilakukan dengan undian tidak sesuai dengan apa yang hukum Islam tetapkan. Pembagian harta warisan disetiap keluarga memang cenderung memantik pertikaian dari masing-masing keluarga karena memang ego masing-masing pihak
yang memang ingin menang sendiri. 141
141 Wawancara dan observasi yang dilakukan di kediaman informan pada 04 Juli 2016.