AL-QUR’AN SEBAGAI PENYEMBUH PENYAKIT MENURUT MUHAMMAD HAQQI AN-NA>ZILI>
BAB III AL-QUR’AN SEBAGAI PENYEMBUH PENYAKIT MENURUT MUHAMMAD HAQQI AN-NA>ZILI>
Al-Qur’an sebagai penyembuh penyakit banyak dikatakan oleh para ulama dan sarjana muslim dengan berbagai pedekatan, bergantung pada keahlian masing-masing. Ada ulama dalam memahami al-Qur’an sebagai penyembuh beragam penyakit didasarkan kata shifa>’ seperti tersebut di atas. Ada juga ulama yang memahami al-Qur’an sebagai penyembuh beragam penyakit atas dasar isyarat ayat, dan ada juga yang didasarkan penelitian ilmiyah, baik pendekatan empiris, maupun rasional. Abdu al- Daem al-Kaheel misalnya, seorang peneliti muslim mengatakan al-Qur’an sebagai penyembuh penyakit fisik dan psikis didasarkan atas penelitian ilmiyah secara empiris, seperti yang penulis uraikan pada bab dua. Hal ini berbeda dengan mufasir yang mengatakan al-Qur’an sebagai penyembuh penyakit didasarkan pada kata shifa>’yang ada dalam al-Qur’an, yang sampai sekarang masih terjadi perdebatan. Dari dua latar belakang yang berbeda tetapi melahirkan satu kesimpulan yang sama, yaitu keduanya mengatakan al-Qur’an sebagai penyembuh penyakit.
Komentar ulama dan sarjana muslim tentang al-Qur’an sebagai penyembuh penyakit sekalipun ada kesamaan dengan komentar Muhammad Haqqi al-Na>zi>li>, tetapi dalam argumen yang dibangun sangat berbeda, karena Muhammad Haqqi al- Na>zili dalam mengatakan al-Qur’an sebagai penyembuh penyakit tidak menggunakan argumen yang dibangun oleh ilmuwan dan mufasir pada umumnya. Al-Na>zili dalam membangun argumennya, yaitu tentang al-Qur’an sebagai penyembuh penyakit lebih pada pendekatan s}ufi, dan dalam argumennya tidak ragu mengutif penafsiran sufi terhadap ayat yang dimaksud. Selain menggunakan argumen yang dibangun ulama sufi al-Na>zili> memasukan hadis.
Penafsiran al-Na>zili> tentang al-Qur’an sebagai penyembuh penyakit fisik dan psikis ada kesamaan dalam berargumen dengan IbnQayyim, seorang ulama yang lahir di abad ke tujuh. Untuk Penafsiran al-Na>zili> tentang al-Qur’an sebagai penyembuh penyakit fisik dan psikis ada kesamaan dalam berargumen dengan IbnQayyim, seorang ulama yang lahir di abad ke tujuh. Untuk
A. Argumen Muhammad Haqqi al-Nazi>li Tentang al-Qur’an Sebagai Penyembuh Penyakit Setiap ulama dalam memahami al-Qur’an sebagai
penyembuh beragam penyakit satu sama lain berbeda dalam membangun argumenya, seperti penulis uraikan di atas. Para peneliti misalnya memahami al-Qur’an sebagai penyembuh beragam penyakit atas penelitian ilmiyah, seperti tersebut di atas, dan mufasir dalam memahami al-Qur’an sebagai penyembuh beragam penyakit atas kata shifa>>. Adapun al-Na>zili> memahami al- Qur’an sebagai penyembuh beragam penyakit tidak memakai argumen yang dibangun oleh keduanya .
Argumen Muhammad Haqqi al-Na>zili> tentang al-Qur’an penyembuh beragam penyakit fisik dan psikis tidak didasarkan pada kata shifa>’ yang ada di dalam al-Qur’an yang jumlahnya relatif sedikit, yaitu disebutkan dalam al-Qur’an sebanyak enam kali pada enam ayat. Al-Qur’an sebagai penyembuh yang didasarkan pada kata shifa>’ merupakan argumen yang biasanya diutarakan oleh mufasir pada umumnya, dan masih terjadi perdebatan di antara mufasir , apakah kata shifa>’ untuk penyembuh penyakit fisik, atau psikis, atau mungkin keduanya. Seperti yang telah penulis uraikan pada bab pertama, dan kedua. Adapun argumen yang dibangun oleh Muhammad Haqqi al-Na>zili> tentang al-Qur’an sebagai penyembuh beragam penyakit didasarkan pada makna isyarat-isyarat ayat tentang penyembuhan penyakit fisik dan psikis. Ternyata argumen yang dibangun oleh Muhammad Haqqi al-Na>zili> juga ada kesamaan dengan ulama sebelumnya dan setelahnya.
Argumen Muhammad Haqqi al-Na>zi>li> tentang al-Qur’an sebagai penyembuh beragam penyakit fisik dan psikis dipengaruh oleh cara pandang al-Na>zi>li> terhadap al-Qur’an. Muhammad Haqqi al-Na>zi>li> dalam melihat sesuatu tidak hanya melihat dari satu sisi, tetapi melihat dari sisi yang lain, baik al-Qur’an maupun yang lainnya. Menurutnya, segala seuatu termasuk al-Qur’an di dalamnya memiliki beragam bentuk. Di antaranya wujud nyata ( wujud fi al-‘Ayan), wujud pemahaman (wujud fi al-Azhan), Argumen Muhammad Haqqi al-Na>zi>li> tentang al-Qur’an sebagai penyembuh beragam penyakit fisik dan psikis dipengaruh oleh cara pandang al-Na>zi>li> terhadap al-Qur’an. Muhammad Haqqi al-Na>zi>li> dalam melihat sesuatu tidak hanya melihat dari satu sisi, tetapi melihat dari sisi yang lain, baik al-Qur’an maupun yang lainnya. Menurutnya, segala seuatu termasuk al-Qur’an di dalamnya memiliki beragam bentuk. Di antaranya wujud nyata ( wujud fi al-‘Ayan), wujud pemahaman (wujud fi al-Azhan),
1 Lihat Muhammad Haqqi al-Na>zili>, Khazanat al-Asra>r ( Libanon: Da>r al- Kutub al-Ilmiyah 1993),9
2 Yang dimaksud asra>r adalah makna rahasia di balik ayat. makna ini biasa ditangkap oleh ulama tasawuf. Makna ini juga terkesan ta’wil bukan tafsir.
Pemaham Muhammad Haqqi al-Na>zili> tentang makna al-Qur’anyang memiliki multi makna, termasuk di dalamnya asra>r ayat didasarkan pada ayat di bawah ini;
Katakanlah: Sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)". (al-Kahfi 109)
dan telah Kami tuliskan untuk Musa pada luh-luh[566] (Taurat) segala sesuatu sebagai pelajaran dan penjelasan bagi segala sesuatu; Maka (kami berfirman): "Berpeganglah kepadanya dengan teguh dan suruhlah kaummu berpegang kepada (perintah-perintahnya) dengan sebaik-baiknya[567], nanti aku akan memperlihatkan kepadamu negeri orang-orang yang fasik[567]. (al-‘Araf) [566] Luh Ialah: kepingan dari batu atau kayu yang tertulis padanya isi Taurat yang diterima Nabi Musa a.s. sesudah munajat di gunung Thursina. [567] Maksudnya: utamakanlah yang wajib-wajib dahulu dari yang sunat dan mubah. [567] Maksudnya: utamakanlah yang wajib-wajib dahulu dari yang sunat dan mubah.
Na>zili> juga sejalan dengan pandangan al-Hamami dalam tafsir ya>si>n, 3 dan ulama sufi yang meyakini, bahwa al-Qur’an memiliki
makna multi dimensi. Komentar ulama sufi ternyata dikutip oleh Muhammad Quraish Shihab seorang mufasir konetemporer
dan ikutilah Sebaik-baik apa yang telah diturunkan kepadamu dari Tuhanmu[1315] sebelum datang azab kepadamu dengan tiba-tiba, sedang kamu tidak menyadarinya, (az-Zumar) [1315] Maksudnya: Al Quran
dan orang-orang yang menjauhi Thaghut (yaitu) tidak menyembah- nya[1310] dan kembali kepada Allah, bagi mereka berita gembira; sebab itu sampaikanlah berita itu kepada hamba- hamba-Ku, yang mendengarkan Perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya[1311]. mereka Itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka Itulah orang-orang yang mempunyai akal. [1310] Thaghut ialah syaitan dan apa saja yang disembah selain Allah s.w.t. [1311] Maksudnya ialah mereka yang mendengarkan ajaran-ajaran Al-Qur’an dan ajaran-ajaran yang lain, tetapi yang diikutinya ialah ajaran-ajaran Al- Qur’ankarena ia adalah yang paling baik.
dan Apakah tidak cukup bagi mereka bahwasanya Kami telah menurunkan kepadamu Al kitab (Al Quran) sedang Dia dibacakan kepada mereka? Sesungguhnya dalam (Al Quran) itu terdapat rahmat yang besar dan pelajaran bagi orang-orang yang beriman.
3 Lihat al-Hamami, Tafsir Ya>si>n (Da>r al-Kutub al-Arabiyah) hlm.11
Maha suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui.
Indonesia, yang banyak menulis buku-buku yang berkaitan dengan al-Qur’an dan tafsir. Muhahammad Quraish Shihab dalam
salah satu bukunya, 4 mengatakan, bahwa al-Qur’an mempunyai makna empat tahap, di antaranya:
1. Al-Ibrah (pelajaran), makna ini dapat ditangkap oleh semua orang yang mau mempelajari al-Qur’an.
2. Al-Isyarah (isyarat), makna ini hanya dapat ditangkap oleh ulama tasawuf, atau orang yang konsisten mempelajari al-Qur’an.
3. Lat{a>’if (halus), makna ini hanya dapat ditangkap oleh wali Alah (kekasih Allah)
4. Haqa>‘iq (hakikat), makna ini tidak dapat ditangkap oleh siapapun kecuali oleh Nabi dan Rasul. Maka wajar jika Nabi Muhammad dikatakan al-Qur’an yang berjalan.
Pemahaman Muhammad Haqqi al-Na>zili> tentang keluasan makna al-Qur’an didasarkan atas penafsiran surat al-Nisa>’ ayat 82 5 .
Adapun isyarat penyembuhan dengan al-Qur’an al-Na>zili> 6 mengutif ayat-ayat-ayat amthal, .Yang dimaksud ayat-ayat
4 Lihat Muhammad Quraish Shihab, Sejarah dan Ulum al-Qur’an (Jakarta: Pustaka Firdaus,2001) h 180-181
5 Lihat Muhammad Haqqi al-Na>zili>, Khazi>nat al-Asra>r (Libanon: Da>r al- Kutub al-Ilmiyah,1993).3
Al-Na>zili dalam komentarnya tentang keluasan makna di dasarkan pada ayat di bawah ini: Maka Apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? kalau kiranya Al- Qur’an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya.
Menurutnya ayat ini mengandung isyarat keluasan makna al-Qur’an yang dapat dilihat dari berbagai sisi. maka dalam penafsirannya al-Na>zili lebih
kepada asra>r al-Ayah.
6 Lihat QS surat al-Ankabut ayat 43
dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buat untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu.
surat al-Rum ayat 58 dan Sesungguhnya telah Kami buat dalam Al-Qur’an ini segala macam perumpamaan untuk manusia. dan Sesungguhnya jika kamu membawa kepada mereka suatu ayat, pastilah orang-orang yang kafir itu akan berkata: "Kamu tidak lain hanyalah orang-orang yang membuat kepalsuan belaka."
Surat al-Hashr ayat 21 6
kalau Sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir.
Surat al-‘An’A>m 6: 38 6
dan Tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat (juga) seperti kamu. Tiadalah Kami alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab 6 , kemudian kepada Tuhanlah mereka
dihimpunkan.
Surat al-‘An’a>m 6:59 6
dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia
7 Bertitik tolak dari itu, ayat-ayat amthal oleh al-Na>zili> dijadikan satu isyarat bahwa al-Qur’an dapat menyembuhkan
penyakit fisik dan psikis. Ayat amthal yang dimaksud di sini seperti yang terdapat pada surat 8 al-Hashr ayat 21. Menurutnya
ayat ini mengandung kedahsyatan al-Qur’an sebagai isyarat penyembuhan penyakit fisik dan psikis dengan al-Qur’an. komentarnya, bayangkan gunung saja yang merupakan benda yang sangat besar dan sebagai pasak bumi bisa hancur dengan al- Qur’an, apalagi penyakit fisik yang berada dalam tubuh manusia
mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis
dalam kitab yang nyata ( Lauh Mahfudz)"
7 Amthal amsal ( ) yang dimaksud adalah ayat-ayat contoh, yakni Allah dalam al-Qur’an memberikan perumpamaan. Argumen ini didasari atas al-
Qur’an
dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buat untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu.(al-Ankabut 43)
dan Sesungguhnya telah Kami buat dalam Al-Qur’an ini segala macam perumpamaan untuk manusia. dan Sesungguhnya jika kamu membawa kepada mereka suatu ayat, pastilah orang-orang yang kafir itu akan berkata: "Kamu tidak lain hanyalah orang-orang yang membuat kepalsuan belaka." (al-Rum 58)
8 Lihat QS: 59:21
kalau Sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir.
yang ukurannya lebih kecil. Bukan hanya gunung manusia dan jin juga tidak akan sanggup menahan ayat al-Qur’an. 9 Khusus untuk
dua ayat di atas yaitu surat al-‘Aa>m ayat 38 dan 59 al-Na>zili> mengutif argumen yang digunakan oleh al-Tami>mi>. Untuk
memperkuat argumen di atas al-Na>zili> memasukan hadis yang tidak di sebutkan 10 rawinya. Menurutnya Rasul telah bersabda,
andai saja seorang yang ber taqwa membaca al-Qur’an kepada gunung pasti gunung akan goncang. Selain hadis di atas al-Na>zili> juga mengutif hadis yang dikeluarkan oleh IbnAbi Shai>bah dari Abi Sharih al-Khaza>’i. Rasul bersabda; sesungguhnya al-Qur’an satu sisi ditangan Allah swt dan satu sisi ditangan kamu semua maka berpeganglah kamu semua terhadap al-Qur’an maka kamu tidak akan sesat dan tidak akan pernah rusak selamanya. Sesungguhnya Allah telah menunjukan kepada kita sebaik- baiknya murshid, dan pengobatan dengan kitab-Nya yang maha mulia yang dapat melemahkan setiap yang ingkar (menentang).
Argumen yang dibangun oleh Muhammad Haqqi al-Na>zili> tentang al-Qur’an sebagai penyembuh beragam penyakit fisik dan psikis sejalan dengan argumen yang dikatakan IbnQayyim al- Jauziyah, dalam sebuah karyanya tafsinya yang lahir pada abad ke tujuh, 11 dengan judul tafsir, Tafsir al-Qayyim pada karya tafsir ini Ibu al-Qayyim memahami al-Qur’an sebagai penyembuh beragam penyakit yang didasarkan pada makna isyarat ayat, bukan pada makna shifa>’ tambahnya bahwa surat Al-Fa>tih{ah mempunyai makna isyarat penyembuhan yang terdapat pada kalimat
9 Lihat al-Qur’an
Katakanlah: Sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)". (al-Kahfi 109)
10 Lihat Muhammad Haqqi al-Na>zili>, Khazi>nat al-Asra>r (Bairut: Dar al- Kutub al-Ilmiyah),66
11 Lihat Tengku Muhammad Hashbi as-Shidiqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu al-Qur’an dan Tafsir (Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 2000).223
Tunjukilah 12 Kami jalan yang lurus, Ayat di atas dipahami oleh Ibn al-Qayyim satu isyarat
penyembuhan terhadap penyakit hati. Dengan pemahaman yang lurus 13 dapat mengurangi bahkan menghilangkan beban jiwa,
karena perasaan jiwa dipengaruhi oleh cara menyikapi persoalan. Jalan yang lurus juga dipahami sebagai aturan Allah baik perintah atau larangan. Ketika seseorang terhindar dari hasud, iri hati dan syirik atau penyakit hati lainnya maka jiwanya akan tenang. Termasuk jalan yang lurus ( al-S}ira>t} al-Mustaqi>m) adalah membuang segala penyakit hati dan diisi dengan z{ikir, dan z}ikir dipahami 14 dapat menentramkan jiwa. Adapun
isyarat penyembuhan terhadap penyakit fisik menurut Ibn al-Qayyim dipahami dari kalimat
hanya Engkaulah yang Kami sembah, 15 dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan. 16
12 Ihdina (tunjukilah kami), dari kata hidayaat: memberi petunjuk ke suatu jalan yang benar. yang dimaksud dengan ayat ini bukan sekedar memberi
hidayah saja, tetapi juga memberi taufik. Muhammad Quraish Shihab, memahami jika kata ihdina setelahnya tidak ada ila ( ihdina ila al-Shirat}a al- Mustaqim ) mengandung arti bukan sekedar tujukan tetapi lebih kepada makna bimbinglah kami.
13 Yakni penuh dengan rasa syukur 14 Lihat QS13:28
28.Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.
15 Na'budu diambil dari kata 'ibaadat: kepatuhan dan ketundukkan yang ditimbulkan oleh perasaan terhadap kebesaran Allah, sebagai Tuhan yang
disembah, karena berkeyakinan bahwa Allah mempunyai kekuasaan yang mutlak terhadapnya.
16 Nasta'iin (minta pertolongan), terambil dari kata isti'aanah: mengharapkan bantuan untuk dapat menyelesaikan suatu pekerjaan yang tidak
sanggup dikerjakan dengan tenaga sendiri.
Komentarnya, jika pasien berpasrah diri secara totalitas kepada dokter maka penyakit juga akan total disembuhkan. Demikian juga seseorang yang totalitas yang berharap kesembuhan dari beragam penyakit fisik dan psikis kepada Allah sang maha pencipta penyakit, tentu kesembuhan akan didapat. 17 Adapun yang dimaksud dengan kepasrahan secara totalitas adalah berusaha terus untuk selalu berharap atas pertolongan Allah. 18
Ibn al-Qayyim juga berkomentar tentang al-Qur’an sebagai penyembuh beragam penyakit fisik dan psikis dalam dua buah karyanya, yaitu al-Da> wa al-Dawa>’ dan Zadu al-Ma’ad. Dua kitab tersebut banyak dikutif oleh ulama setelahnya, seperti Abdullah al-S}ad}an dalam bukunya 108 halaman yang terbit pada tahun 2009 bertepatan dengan tahun hijriah yaitu tahun 1430, 19 dan
Abdu al-Majid bin Abdu al-Azi>z az-Hahim dalam bukunya, yang dituangkan sebanyak 109 halaman.
Pandangan Muhammad Haqqi al-Na>zili> tentang al-Qur’an sebagai penyembuh penyakit fisik dan psikis sejalan juga dengan Abdu al-Daem al-Kaheel, seorang peneliti, da’i dan penemu sistem angka tujuh dalam al-Qur’an al-Karim beliau juga seorang pengarang lebih dari dua puluh buku dan buklet tentang tiga puluh mu’jizat al-Qur’an dan sunah Nabawiyah. Beliau dilahirkan di kota Hamas Suria pada tahun 1966 dan hafal al-Qur’an al- Karim, beliau juga memiliki kreatif dalam menghafal al-Qur’an dan banyak menghadirkan visi ilmiyah terbaru untuk penyembuhan dengan al-Qur’an, mengatakan bahwa diketemukan dalam al-Qur’an ayat-ayat yang meng-isyaratkan penyembuhan penyakit fisik dan psikis dengan al-Qur’an. Di antaranya, diciptakannya pendengaran terlebih dahulu sebelum penglihatan dan hati. 21 Ini satu isyarat tentang penyembuhan dengan al-
17 Lihat al-Ima>m Ibnal-Qayyim, Tafsir al-Qayyim (Kairo: Da>r al- Fikr).juz.2,h.51
18 Lihat Muhammad Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an (Bandung:Mizan,1992),h.350-351 19 Lihat Abdullah al-S}ad}an, kaifa tu’a>liju mari>duk bi al-Ruqiyah al- Shar’iyah (Islamhause)
20 Lihat Abdu al-Majid bin Abdu al-Azi>z az-Hahim, ‘Ila>j al-Amra>d} bi al-
Qur’an wa al-Sunah (tp/tt)
21 Lihat QS:16:78
Qur’an. Menurutnya, bahwa sistem kekebalan tubuh di pengaruhi oleh pendengaran, ketika kita membaca ayat-ayat tertentu maka semua yang masuk kedalam sel-sel tubuh melakukan program ing sel kekebalan dengan informasi yang dibawa oleh suara al-Qur’an dan menjadi lebih mampu membedakan dan menghilangkan penyakit, dengan demikian terjadilah penyembuhan dengan al- Qur’an.
Komentar Abdu al-Daem al-Khaeel sejalan dengan Abdurrochman, S. Perdana dan S. Andhika, dalam penelitiannya, Muratal al-Qur’an: 22 Alternatif Terapi Suara Baru, mengatakan bahwa Stimulan al-Qur’an dapat dijadikan sebagai terapi relaksasi bahkan lebih baik dibandingkan dengan stimulan terapi karena stimulan al-Qur’an dapat memunculkan gelombang delta sebesar 63,11% sedangkan kenaikan gelombang delta mencapai persentase tertinggi sebesar 1.057%. Stimulan Al-Qur’an ini sering memunculkan gelombang delta di daerah frontal dan central baik sebelah kanan maupun kiri otak.
Ternyata al-Qur’an sebagai penyembuh beragam penyakit, fisik dan psikis yang diutarakan oleh Muhammad Haqqi al-Na>zili> banyak didukung oleh para ulama dan peneliti setelahnya, dengan pendekatan yang berbeda. Jika Muhammad Haqqi al-Na>zili> dalam komentarnya atas dasar makna isyarat ayat, hadis Nabi dan pendapat para ulama sufi, sementara para peneliti setelahnya, seperti al-Kahel yang telah penulis paparkan di atas didasarkan
dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.
Ayat tersebut menjadi rujukan Abdu al-Daem al-Kahel, komentar yang sama juga dikatakan oleh Abu al-Halim Faud}i al-Halimi>, al-Ishtishfa>’ wa Qada al-Hawaij bi al-Qur’an (Kairo: Da>r al-Fikr). Kitab ini berisi di dalamnya selain berbicara argumen penyembuhan dengan al-Qur’an juga berbicara teknis penyembuhannya.
22 A. Abdurrochman, S. Perdana dan S. Andhika, Muratal al-Qur’an: Alternatif Terapi Suara Baru 22 http//:.unpad.ac.id/abdurrochman/files 22 A. Abdurrochman, S. Perdana dan S. Andhika, Muratal al-Qur’an: Alternatif Terapi Suara Baru 22 http//:.unpad.ac.id/abdurrochman/files
Muhammad Haqqi al-Na>zili> dengan karyanya kitab Khazi>nat al-Asra>r yang ditulis sebanyak 199 halaman, terdiri dari 118 bab,
dan 16 pasal yang di dalamnya diuraikan argumentasi al-Qur’an sebagai penyembuh beragam penyakit, fisik dan psikis dan teknis penyembuhan penyakit fisik dan psikis dengan al-Qur’an. Argumentasi yang dibangung oleh Muhammad Haqqi al-Na>zili> tentang al-Qur’an sebagai penyembuh beragam penyakit, fisik dan psikis posisi argumen dengan ayat al-Qur’an diletakan pada bagian muqadimah sebagai penegas bahwa ayat al-Qur’an selain mempunyai makna harfiyah juga mempunyai makna bat}in. Adapun dalam menjelaskan ayat-ayat yang dapat dijadikan sebagai penyembuh penyakit fisik dan psikis di dasarkan pada hadis dan pendapat ulama-ulama sufi.
Muhammad Haqqi al-Na>zili> dalam membangun argumen al- Qur’an sebagai penyembuh penyakit fisik dan psikis, selain didasarkan apada makna isyarat ayat, juga memasukan hadis - hadis Nabi. Di antara hadis yang dijadikan argumen oleh Muhammad Haqqi al-Na>zili> adalah hadis riwayat Ahmad dan Baihaqi, hadis ini berasal dari Abdullah bin Ja>bir. Menurutnya, sesungguhnya Rasul bersabda; maukah kamu aku tunjukan pada surat yang diturunkan lebih baik? Abdullah bin Ja>bir berkata baik ya Rasul. Kemudian Rasul meneruskan perkataannya, sabdanya surat al-Fa>tih{ah, karena surat al-Fa>tih{ah penyembuh dari beragam penyakit fisik dan psikis. Muhammad Haqqi al-Na>zili> selain memasukan hadis riwayat tersebut, yakni Ahmad dan Baihaqi, juga memasukan hadis yang diriwayatkan oleh ulama hadis lain, yang sama dan mendukung penyembuhan dengan surat al- Fa>tih{ah. Di antara hadis yang dijadikan argumen oleh Muhammad Haqqi al-Na>zili> hadis yang diriwayatkan oleh Abaid, Ahmad, Al-Bukhari<, Muslim, Abu Daud Tirmizi, Nasa>i’, IbnMa>jah, IbnJa>rir, Ha>kim Baihaqi, dan Abi Said al-Khudri. Bahkan Muhammad Haqqi al-Na>zili> tidak segan-segan memasukan hadis yang diriwatkan oleh 12 mukharij hadis yang yakni hadis tentang diperintahkan membaca surat al-Fa>tih{ah Muhammad Haqqi al-Na>zili> dalam membangun argumen al- Qur’an sebagai penyembuh penyakit fisik dan psikis, selain didasarkan apada makna isyarat ayat, juga memasukan hadis - hadis Nabi. Di antara hadis yang dijadikan argumen oleh Muhammad Haqqi al-Na>zili> adalah hadis riwayat Ahmad dan Baihaqi, hadis ini berasal dari Abdullah bin Ja>bir. Menurutnya, sesungguhnya Rasul bersabda; maukah kamu aku tunjukan pada surat yang diturunkan lebih baik? Abdullah bin Ja>bir berkata baik ya Rasul. Kemudian Rasul meneruskan perkataannya, sabdanya surat al-Fa>tih{ah, karena surat al-Fa>tih{ah penyembuh dari beragam penyakit fisik dan psikis. Muhammad Haqqi al-Na>zili> selain memasukan hadis riwayat tersebut, yakni Ahmad dan Baihaqi, juga memasukan hadis yang diriwayatkan oleh ulama hadis lain, yang sama dan mendukung penyembuhan dengan surat al- Fa>tih{ah. Di antara hadis yang dijadikan argumen oleh Muhammad Haqqi al-Na>zili> hadis yang diriwayatkan oleh Abaid, Ahmad, Al-Bukhari<, Muslim, Abu Daud Tirmizi, Nasa>i’, IbnMa>jah, IbnJa>rir, Ha>kim Baihaqi, dan Abi Said al-Khudri. Bahkan Muhammad Haqqi al-Na>zili> tidak segan-segan memasukan hadis yang diriwatkan oleh 12 mukharij hadis yang yakni hadis tentang diperintahkan membaca surat al-Fa>tih{ah
Muhammad Haqqi al-Na>zili>, dalam berargumen al-Qur’an sebagai penyembuh penyakit fisik dan psikis seperti tersebut di
atas, yakni selain berdasarkan isyarat-isyarat ayat, juga didasarkan pada hadis -hadis Nabi. Dalam menggunakan argumen isyarat ayat, Muhammad Haqqi sepertinya mengutif mufasir di abad ketujuh, yaitu seorang mufasir yang menulis empat kitab, yakni tafsir al-Qayyim, al-Da> wa al-Da>wa>’ T}ib al-Nabawi dan kitab Zadul Ma’ad yang banyak dikutip oleh ulama-ulama setelahnya tentang al-Qur’an sebagai penyembuh beragam penyakit fisik dan psikis. Adapun argumen dengan riwayat Muhammad Haqqi al-Na>zili> tidak berkomentar sedikitpun tentang hadis yang dijadikan Argumen. Sehingga Muhammad Haqqi al-Na>zili> dalam berargumen dengan hadis terkesan hanya memindahkan hadis saja dari kitab mukharij hadis. Jadi penafsiran al-Qur’an sebagai penyembuh beragam penyakit yang bersumberkan hadis terkesan hanya mengkoleksi hadis -hadis yang berkaitan dengan pembahasan tersebut, dalam hal ini al-Qur’an sebagai penyembuh beragam penyakit fisik dan psikis.
Secara umum argumen Muhammad Haqqi al-Na>zili> tentang al-Qur’an sebagai penyembuh beragam penyakit fisik dan psikis yang tertuang dalam kitab Khaz>inat al-Asra>r untuk argumen dengan ayat-ayat al-Qur’an, memakai ayat yang pernah digunakan oleh Ibnal-Qayyim al-Jauziyah, dalam Tafsir al- Qayyim pada abad ketujuh, sebuah tafsir dengan metodologi tematik ( maud}u’i). Adapun argumen yang didasarkan hadis merupakan kumpulan-pulan hadis yang dapat mendukung al- Qur’an sebagai penyembuh beragam penyakit. Sehingga Muhammad Haqqi al-Na>zili> dalam kitab Khazi>nah al-Asra>r tidak berkomentar, karena semua argumennya hanya mengumpulakn komentar-komentar ulama sebelumnya. Bahkan argumen sebagian hadis yang digunakan untuk mengatakan al-Qur’an sebagai penyembuh beragam penyakit fisik dan psikis, mengutif juga hadis yang dijadikan argumen oleh al-Ima>m Abi Abdillah
23 Lihat Muhammad Haqqi al-Na>zili>, Khazi>nat al-Asra>r ((Libanon: Da>r al- Kutub al-Ilmiyah,1993), 34-35
Muhammad bin Ahmad al-Ans}ari, dalam li al-Jami li Ahkam al- Qur’an dan al-Saukani dalam Fath al-Qadi>r seperti tersebut di atas. jadi Muhammad Haqqi al-Na>zili> dalam memahami al-Qur’an sebagai penyembuh beragam penyakit mengutif penafsiran sufi dan mufasir pada umumnya.
Tidak semua ayat al-Qur’an dapat menyembuhkan beragam penyakit, komentar Muhammad Haqqi al-Na>zili>. Surat yang dapat menyembuhkan beragam penyakit fisik dan psikis adalah surat 24 al-Fa>tih{ah. Tambahnya, ayat atau surat selain surat Al- Fa>tih{ah hanya untuk penyembuh penyakit psikis. Komentar surat Al-Fa>tih{ah sebagai penyembuh beragam penyakit fisik dan psikis, sejalan dengan komentar ‘Ala> al-Din al-Baghdadi, dalam menafsirkan kata shifa>’ yang ada dalam surat al-Isra> ayat 82. Kata al-Baghdadi yang dimaksud dengan shifa>’ yang ada dalam al-Qur’an bermakna surat Al-Fa>tih{ah.
Muhammad Haqqi al-Na>zili> selain berargumen tentang al- Qur’an sebagai penyembuh beragam penyakit yang didasarkan pada isyarat ayat, juga berargumen tentang perintah penyembuhan dengan al-Qur’an. komentarnya perintah penyembuhan dengan ayat al-Qur’an didasarkan atas dasar firman Allah swt, QS:3:103
24 Lihat Muhammad Haqqi al-Na>zili>, Khazi>nat al-Asra>r ((Libanon: Da>r al- Kutub al-Ilmiyah,1993),64
103. dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh- musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.
Komentar Muhammad Haqqi al-Na>zili>, yang dimaksud dengan bi hablillah ( ) adalah al-Shifa yakni al- Qur’an sebagai penyembuh. Ayat di atas menurutnya perintah atas penyembuhan dengan al-Qur’an. Muhammad Haqqi al-Na>zili> untuk
mengatakan bahwa pendapatnya didasarkan atas, dan tafsir ruh al-Bayan, yang lahir pada abad kesembilan karya al-‘Alamah Isma’il Haqqi. Tidak puas dengan itu, al-Na>zili> juga memasukan pendapat Qatadah dan al-Sady yang sejalan dengan pendapatnya. Komentar Qatadah, kata hablullah bermakna al-Qur’an al-Nur al-Mubin dan al-Shifa>’ al-Nafi. Bahkan al-Na>zili> memasukan hadis, yang menurutnya berasal dari IbnMas’u>d, dan IbnMa’u>d dari Nabi Muhammad saw. 25 Muhammad Haqqi juga mengutif hadis yang diriwayatkan oleh IbnJarir dari Abi Sa’id al-Khudriy. Kata al-Khudriy, Rasul bersabda, bahwa hablullah itu dari langit turun ke bumi.
memperkuat
komentarnya,
Dari beberapa komentar Muhammad Haqqi al-Na>zili> tentang argumen dengan al-Qur’an seperti yang telah penulis uraikan di atas, semuanya di dasarkan kepada makna isyarat al-Qur’an, yang mungkin oleh mufasir lain tidak ditafsirkan seperti yang ditafsirkan oleh al-Na>zili>. Hal ini menyadarkan kita pada komentar ulama sufi yang mengatakan al-Qur’an maknanya sangat luas, atau multi dimensi. Hal ini menyadarkan kita pada
25 Lihat Muhammad Haqqi al-Na>zili>, Khazanat al-Asra>r ((Libanon: Da>r al- Kutub al-Ilmiyah,1993),58 25 Lihat Muhammad Haqqi al-Na>zili>, Khazanat al-Asra>r ((Libanon: Da>r al- Kutub al-Ilmiyah,1993),58
Maksud al-Qur’an yang tertangkap oleh semua mufasir baik tafsir klasik maupun kontemporer, baik yang bercorak lughah,
fiqh, maupun sufi itu hanya bagian kecil. Argumen al-Na>zili> tentang al-Qur’an sebagai penyembuh yang didasarkan pada makna isyarat tidak pada kata shifa>’, menggiring para pembaca pada satu kesadaran akan keluasan makna al-Qur’an. siapapun dapat menangkap pesan al-Qur’an sesuai dengan latar belakang yang berbeda.
B. Metode Yang Digunakan Dalam Menafsirkan al-Qur’an
Muhammad Haqqi al-Na>zili> dalam menafsirkan al-Qur’an dapat dikatakan menggabungkan dua metode tafsir, yaitu metode
maud}u’i, dan metode tahli>li> yang bersumber riwayat dan corak sufi isharai. Dikatakan metode maud}u’i (tematik) karena Muhammad Haqqi al-Na>zili> tidak menafsirkan semua ayat al- Qur’an. Ayat-ayat yang ditafsirkan adalah ayat-ayat yang menurutnya dapat dijadikan sebagai penyembuh penyakit, baik fisik maupun psikis. Di antara surat atau ayat yang ditafsirkan oleh Muhammad Haqqi al-Na>zili> dalam kitab Khazanat al-Asra>r sebagai berikut; basmalah, surah Al-Fa>tih{ah, surah al-Ikhla>s{, ayat al-kursi, surah yasi>n, surah al-Fath, surah al-Wa>qi’ah, surah al- Mulk, surah an-Naba>, surah al-D}uha>, surah Alam Nas}rah, surah, al-Qadar, surah al-Kauthar, akhir surah al-Baqarah, tiga ayat awal surah al-‘An’a>m. Semua ayat atau surat yang tersebut di atas ditafsirkan oleh Muhammad Haqqi al-Na>zili> berbeda dengan mufasir pada umumnya, yang menafsirkan hanya di tataran teks. Hal ini tidak berlaku bagi Muhammad Haqqi al-Na>zili>, karena al- Na>zili> selain menafsirkan teks juga menafsirkan ayat dari sisi makna rahasiahnya ( asra>r) di balik teks.
Mufasir pada umumnya menafsirkan ayat tersebut di atas dari abad ke abad tidak terlepas dari berbagai metode tafsir yang digunakana oleh para mufasir , baik tafsir klasik maupun tafsir kontemporer. Secara umum metode tafsir yang digunakan oleh mufasir dalam menafsirkan al-Qur’an terbagi pada empat metode yang terdiri dari metode ijmali, metode Muqa>ri>n, metode Tahli>li> Mufasir pada umumnya menafsirkan ayat tersebut di atas dari abad ke abad tidak terlepas dari berbagai metode tafsir yang digunakana oleh para mufasir , baik tafsir klasik maupun tafsir kontemporer. Secara umum metode tafsir yang digunakan oleh mufasir dalam menafsirkan al-Qur’an terbagi pada empat metode yang terdiri dari metode ijmali, metode Muqa>ri>n, metode Tahli>li>
metode ini mufasir tidak menafsirkan ayat secara terperinci ( tafsili). Metode ini cocok bagi pemula, karena bahasanya tidak
berbelit-belit. Bahasan bersifat langsung ( to the point). Di pondok pesantren misalnya, sangat populer tafsir dengan metode ijmali, karena para kiai atau pengajar, lebih berorientasi pada kosa kata bukan pada analisa isi penafsiran, nah dalam metode ini tersedia untuk hal-hal seperti itu. Berbeda dengan metode Muqa>ri>n, metode ini sedikit rumit bagi pemula, karena dalam metode ini mufasir berusaha menafsirkan ayat dengan ayat. mufasir berusaha mencari munasabah (korelasi) antara ayat yang satu dengan yang lainnya. begitu juga dengan metode tahli>li> lebih rumit lagi, karena metode ini melihat al-Qur’an menggunakan ketajaman analisa. Metode tahli>li> lebih banyak digunakan oleh mufasir kontemporer. Adapun metode maudu’i penafsiran secara tematik, sesuai dengan kebutuhan yang sedang dihadapi, pada metode ini mufasir tidak menafsirkan al-Qur’an secara utuh.
Seperti yang penulis uraikan di atas, bahwa Muhammad Haqqi al-Na>zili> dalam menafsirkan al-Qur’an merupakan gabungan dari kedua metode, yaitu tematik dan tahli>li>, metode tahli>li> yang digunakan oleh Muhammad Haqqi al-Na>zili> adalah menggunakan sumber riwayat dan corak sufi isyari. Dikatakan demikian karena Muhammad Haqqi al-Na>zili> dalam menafsirkan ayat al-Qur’an yang tertulis dalam kitab Khazanat al-Asra>r sebelum menafsirkan dengan riwayat terlebih dahulu menafsirkan makna isyarat ayat. Makna isyarat ayat diletakan pada bagian muqadimah sebagai argumen Muhammad Haqqi al-Na>zili> atas keluasan makna dan pungsi ayat al-Qur’an. Pada bagian muqadimah al-Na>zili> menggiring pembaca untuk mengetahui tentang isyarat penyembuhan dengan ayat al-Qur’an. Adapun posisi riwayat berpungsi hanya memperkuat komentarnya tentang al-Qur’an sebagai penyembuh beragam penyakit.
Sebagai tolak ukur analisi tentang penafsiran Muhammad Haqqi an-Na>zi>li terhadap al-Qur’an, penulis sekilas menguraikan
26 Lihat Nas}ruddin Baidan, Metodologi Tafsir (Jogjakarta: Pustaka Pelajar Offset,1998) 26 Lihat Nas}ruddin Baidan, Metodologi Tafsir (Jogjakarta: Pustaka Pelajar Offset,1998)
27 antaranya, tafsir 28 bi al-Mathur (riwayat), tafsir bi al-Ra’yi, tafsir 29 al-Fiqhi, dan tafsir al-S}ufi. Yang dimaksud tafsir S}ufi
adalah al-Qur’an yang ditafsirkan oleh ulama s}ufi. 30 Di mana s}ufi dalam menafsirkan al-Qur’an menggunakan dua metode; pertama
naz}ari kedua Isha>rri atau al-Faid}i. ‘Ulama s}ufi yang menggunakan tafsir dengan pendekatan naz}ari mengatakan bahwa pengertian al- Qur’an secara harfiyah bukan pengertian yang dikehendaki karena yang dikehendaki adalah pengertian bat}in. Karena itu mereka sering menggunakan 31 ta’wil untuk menyesuaikan pengertian
ayat-ayat al-Qur’an dengan teori-teori tasawuf yang mereka anut. Adapun ‘ulama s}ufi yang menafsirkan al-Qur’an dengan pendekatan isha>ri atau al-Faid}i berusaha men-ta’wilkan ayat-ayat al-Qur’an berdasarkan isharat-isharat yang menurut s}ufi hanya dapat ditangkap oleh s}ufi ketika mereka menjalankan suluk. 32 Tafsir sufi al-Faid}i dikatakan juga tafsir s}ufi amali karena tafsir
27 Metode Tafsir riwayat artinya, seorang mufasir dalam menafsirkan al- Qur’an bersumberkan riwayat atau hadis. Penafsiran seperti ini dapat dibagi
menjadi empat bagian; pertama penafsiran al-Qur’an dengan ayat lain, kedua penafsiran al-Qur’an dengan hadis Nabi, ketiga penafsiran ayat al-Qur’an dengan pendapat para s{ahabat, ke empat penafsiran al-Qur’an dengan pendapat para tabi’in.
28 Penafsiran seperti ini rasio dijadikan titik tolak. 29 Tafsir seperti ini lebih menitik beratkan pada fiqih 30 Lihat Muhammad Quraish Shihab, Sejarah dan ‘Ulum al-Qur’an
(Jakarta: Pustaka Firdaus:1999) 31 Yang dimaksud dengan ta’wil kata Said al-Jurjani>, adalah memalingkan
lafaz dari makna yang d}ahir kepada makna yang terkandung ( muhtamil ) apa bila makna al-muhtamil tidak berlawanan dengan al-Qur’an dan sunah
32 Suluk adalah perjalan b}atin seorang sufi ( taqarub ) 32 Suluk adalah perjalan b}atin seorang sufi ( taqarub )
Setelah penulis uraikan tentang metode tafsir, yang sangat beragam seperti di tersebut atas, sekiranya dapat ditarik pemahaman tentang metode tafsir yang digunakan oleh Muhammad Haqqi al-Na>zili> dalam kitab Khazi>nat al-Asra>r. Di mana Muhammad Haqqi al-Na>zili> dalam menafsirkan al-Qur’an masuk pada metode tafsir tahli>li> dengan sumber riwayat dan corak sufi Isha>ri. Muhammad Haqqi al-Na>zili> dalam memahami al-Qur’an sebagai penyembuh penyakit fisik dan psikis didasarkan pada isharat-isharat ayat tidak pada kata shifa>’ yang ada di dalam al-Qur’an yang jumlahnya relatif sedikit, sebagaimana mufasir pada umumnya. Komentar Muhammad Haqqi al-Na>zili> dalam kitabnya, Khazi>nat al-Asra>r bahwa selain Allah swt menurunkan al-Qur’an juga mengajarkan
penafsirannya 34 yang hanya dapat ditangkap oleh ulama s{ufi. Muhammad Haqqi al-Na>zili> dalam karyanya, yaitu kitab
Khazi>nat al-Asra>r selain menafsirkan al-Qur’an dengan dengan corak sufi, juga menafsirkan al-Qur’an seperti pada umunya mufasir . Bahkan selain Muhammad Haqqi al-Na>zili> menafsirkan al-Qur’an dari sisi sebagai penyembuh penyakit, juga menjelaskan kedudukan hukum meminta upah atas ayat yang dibacakan untuk kesembuhan penyakit, yang menurutnya boleh.
Dari uraiannya ini penulis dapat mengambil pemahaman tentang penafsiran Muhammad Haqqi al-Na>zili> dalam kitab Khazi>nat al-Asra>r, bahwa penafsiran al-Na>zili> termasuk penafsiran yang dapat menangkap ayat al-Qur’an dengan berbagai multi dimensi. Penafsiran Muhammad Haqqi al-Na>zili> sebenarnya
33 Lihat Muhammad Quraish Shihab, Sejarah dan ‘Ulum al-Qur’an (Jakarta: Pustaka Firdaus:1999),181
34 Lihat al-Qur’an surat al-Rahman ayat 3-4
Dia menciptakan manusia. 4. mengajarnya pandai berbicara.
Al-Baya>n ditafsirkan oleh Muhammad Haqqi al-Na>zili> adalah penafsiran dengan cara pendekatan isyarat dan riwayat untuk menangkap makna asra>r ayat.
bukan metode penafsiran yang baru, karena sebelumnya sudah ditempuh oleh Ibnal-Qayyim dalam tafsir al-Qayyim di abad ketujuh. 35
Jika masa Nabi Muhammad saw al-Qur’an ditafsirkan dengan
36 sunnah qauniyah, 37 ada kalanya sunnah fi’liyah, dan ada kalanya sunnah taqririyah. 38 Tiga sunah tersebut di atas, yakni qauliyah, fi’liyah dan taqririyah masuk pada definisi hadis. 39 Sehingga dapat ditarik satu pemahaman al-Qur’an pada masa Nabi ditafsirkan dengan menggunakan sumber 40 al-Riwa>yah. Metode penafsiran yang didasarkan pada riwayat terus berlangsung sampai masa s}habat. Bahkan metode penafsiran seperti ini dipertahankan oleh sebagain s}ahabat, seperti Abu Bakar al-S}idiq. Komentarnya penafsiran yang didasarkan ijtihad tidak dianggap
sebuah tafsir yang benar, semua tafsir harus didasarkan pada riwayat.
Perjalanan panjang sebuah kitab suci (al-Qur’a>) harus dapat menjawab segala persoalan hidup manusia, karena al-Qur’an merupakan kitab petunjuk ( hudan). Persoalannya tidak semua ayat dapat dipahami, karena ayat al-Qur’an tidak semuanya bersifat jelas ( qat}’i), banyak juga ayat tidak jelas maksudnya
35 Lihat Tengku Muhammad Hasbi al-S{idieqi, Sejarah dan Pengantar Ilmu al-Qur’an dan Tafsir. (Semarang: PT Pustaka Rizki Putri, 2000),223
36 Sunnah Qauniyah dalam kontek ilmu hadis perkataan yang disandarkan kepada Nabi. Adapun sunnah qauniyah dalam konteks tafsir adalah penafsiran yang didasarkan pada perkataan Nabi, artinya Nabi menjelaskan langsung dengan kata-kata pada ayat yang dimaksud.
37 Sunnah fi’liyah dalam konteks ilmu hadis perbuatan yang disandarkan perbuatan Nabi. Dalam konteks tafsir, yang dimaksud penafsiran sunnah
fi’liyah artinya rasul tidak menjelaskan penafsiran ayat dengan kata-kata, tetapi s}ahabat dapat melihat prilaku Nabi tentang isi ayat yang dimaksud
38 Sunah Taqririyah dalam konteks ilmu hadis adalah cita-cita atau rencana Nabi baik sudah terealisasi ataupun yang belum. Salah satu contoh
rencana Nabi yang belum terealisasi adalah puasa tanggal 9 muharam, karena usia nabi tidak sampai pada tahun setelah direncanakan.
39 Lihat Fatchur Rahman, Mus}t}ala’a al-Hadis (Bandung: PT Ma’arif1970).20 ( tjmh ) 40 Lihat Tengku Muhammad Hasbi al-S{idieqi, Sejarah dan Pengantar Ilmu al-Qur’an dan Tafsir. (Semarang: PT Pustaka Rizki Putri, 2000),195 41 Lihat Tengku Muhammad Hasbi al-S{idieqi, Sejarah dan Pengantar Ilmu al-Qur’an dan Tafsir. (Semarang: PT Pustaka Rizki Putri, 2000),199
( z}anni). Di sisi lain tidak semua ayat al-Qur’an ditafsirkan oleh Nabi Muhammad saw. Nah kondisi seperti ini yang membuat sebagai s}ahabat berusaha keras untuk dapat memahami pesan al- Qur’an dengan cara ijtihad, seperti IbnMas’ud IbnAbas, karena itu pada masa s}ahabat ijtihad atau logika merupakan sumber penafsiran kedua setelah riwayat, 42 yang pada akhirnya sumber penafsiran di masa sahabat berpijak pada dua sumber yakni, riwayat dan ijtihad. Sungguhpun demikian tidak semua s}ahabat setuju dengan cara seperti ini. Terlepas para s}ahabat setuju atau tidak dengan metode penafsiran yang di dasarkan ijtihad, yang jelas perkembangan tafsir pada masa ke masa terus berkembang, seiring dengan perkembangan zaman. Hanya saja tafsir klasik pada umumnya di dominasi dengan sumber penafsiran riwayat, sementara tafsir kontemporer di dominasi ijtihad, hal ini dilakukan oleh mufasir karena banyak persoalan bermunculan yang belum ada pada masa Nabi Muhammad saw.
Bertitik tolak dari semua ayat al-Qur’an tidak ditafsirkan oleh Nabi, maka secara umum sumber penafsiran pun terbagi pada dua golongan, sebagai mufasir menafsirkan ayat al-Qur’an bersumberkan riwayat, namun sebagian yang lain ditafsirkan bersumber berdasarkan ijtihad. Bahkan belakang diketemukan sebuah tafsir yang menggunakan kedua tafsir tersebut, yakni riwayat dan ijtihad, dengan menyebut dirinya sebagai tafsir yang berdasarkan dua sumber tersebut seperti tafsir 43 Fath al-Qadi>r,
sebuah tafsir yang lahir pada abad ke sebelas. 44 Muhammad Haqqi al-Na>zili> dengan karyanya kitab Khazi>nat
al-Asra>r sebuah kitab yang sangat populer di kalangan pondok pesantren 45 salafiah apalagi jika seorang pengajarnya (kiai)
42 Lihat Tengku Muhammad Hasbi al-S{idieqi, Sejarah dan Pengantar Ilmu al-Qur’an dan Tafsir. (Semarang: PT Pustaka Rizki Putri, 2000),199
43 Lihat al-Sauka>ni, Tafsir Fath al-Qadi>r (Kairo: Da>r al-Fikr) 44 Tengku Muhammad Hasbi al-S{idieqi, Sejarah dan Pengantar Ilmu al-
Qur’an dan Tafsir. (Semarang: PT Pustaka Rizki Putri, 2000),225 45 Pondok Pesantren salafiyah yang dimaksud adalah pondok pesantren
kebalikandari pondok pesantren moderen, sekilas seperti itu. Ada sedikit perbedaan dalam dunia pondok pesantren, yaitu pemilik pesantren dan pengajar santri hanya berpokus pada seorang kiai. Hal lain yang bededa adalah pondok pesantren salafiah biasanya dalam kegiatan belajar mengajar tidak mengikuti kebalikandari pondok pesantren moderen, sekilas seperti itu. Ada sedikit perbedaan dalam dunia pondok pesantren, yaitu pemilik pesantren dan pengajar santri hanya berpokus pada seorang kiai. Hal lain yang bededa adalah pondok pesantren salafiah biasanya dalam kegiatan belajar mengajar tidak mengikuti
seperti kitab pada umumnya yang dibaca oleh kiai dihadapan semua santri. Namun kitab ini dipelajari secara persoalan.
Seorang santri yang sudah senior dan sudah dapat membaca kitab fiqih, tafsir, dan yang paling penting santri sudah menguasai
47 48 49 50 nahwu, 51 s}araf, baik amil, jurumiyah maupun al-fiyah, biasanya sudah berani datang kekiai untuk belajar kitab tersebut.
Kitab Khazi>nat al-Asra>r populer di dunia pesantren sebagai kitab hikmah, namun kitab ini berbeda dengan kitab hikmah lainnya, yang pada umumnya bersifat praktis, sehingga yaris terkesan penulis tidak berargumen tetapi lebih kepada teknis penggunaan do’a atau wafaq. Adapun kitab Khazi>nat al-Asa>r karya Muhammad Haqqi al-Na>zili> selain membahas teknis penyembuhan dengan al-Qur’an juga argumen yang dibangun tentang penyembuhan yang didasarkan ayat-ayat al-Qur’an, hadis -hadis Nabi dan komentar para ulama. Selain itu Muhammad Haqqi al-Na>zili> membahas al-Qur’an dari sisi yang lain seperti mufasir pada umumnya. Hanya saja Muhammad Haqqi al-Na>zili>
aturan yang telah pemerintah tetapkan. Kurikulumnya kulikurum kiai sendiri, sehingga wana pesantren dipengaruhi oleh keahlian kiayai tersebut. Jika kiainya menonjol dibidang fiqih tentu pondok pesantren tersebut akan diwarnai dengan banyak belajar kitab fiqh. Begitu juga dengan yang lainnya. Yang paling menonjol dalam pendidikan salafiyah adalah lebih mempokuskan kepada baca kitab tidak dengan bahasa. Sehingga orang yang lulus dari pondok pesantren salafiah biasanya lebih bisa membaca kitab dabandingan dengan bahasa. Hal ini tentu berbeda dengan dengan pondok pesantren moderen yang lebih menonjol bahasanya, baik arab maupun inggris.
46 Hikmah yang dimaksud di sini adalah suatu ilmi pengobatan, jadi kiai hikmah seorang kiai yang sering melayani tahu dalam berbagai pengobatan.
47 Nahwu merupakan salah satu ilmu untuk mengetahui tatacara membaca arab, atau suatu ilmu yang mempelajari kalimat.
48 Saraf adalah sebuah ilmu yang mempelajari perubahan kata. 49 Salah satu bagian dari ilmu nahwu. Amil biasanya banyak dipelajari di
pondok pesantren banten. 50 Jurumiyah merupakan salah satu bagian dari ilmu nahwu. Santri di
daerah banten pada umumnya sebelum belajar jurumiyah terlebih dahulu belajar amail.
51 Al-Fiyah merupakan ilmu sebuah kitab yang didalamnya membahas nahwu dan saraf secara keseluruhan, dan dituangkan dalam seribu baris shair.
dalam menafsirkan al-Qur’an tidak secara utuh, yakni semua surat yang ada dalam al-Qur’an yang jumlahnya 114 surat 30 juz ditafsirkan. Hal ini dapat dipahami karena Muhammad Haqqi al- Na>zili> dalam menafsirkan al-Qur’an menggunakan metode tematik, yakni tentang penyembuhan dengan al-Qur’an. Tidak hanya metode yang digunakan berbeda dengan mufasir pada umumnya, sistimatika penulisan pun berbeda, sesuai dengan kehendak sipenulis.
Sistimatika penulisan kitab Khazi>nat al-Asra>r yaitu diawali dengan argumen-argumen Muhammad Haqqi al-Na>zili> tentang keluasan makna al-Qur’an yang tentunya Muhammad Haqqi al- Na>zili> menggiring pembaca untuk memahami bahwa makna al- Qur’an tidak hanya berada ditataran teks ( makna lafaz) melainkan ada makna yang tersembunyi ( Asra>r). Argumen ini oleh Muhammad Haqqi al-Na>zili> dituangkan pada bagian
muqadimah, 52 seperti pada umumnya kitab timur tengah. Muhammad Haqqi al-Na>zili> dalam berargumen al-Qur’an sebagai
penyembuh beragam penyakit selain dengan makna isyarat al- Qur’an juga menggunakan hadis . Di mana posisi hadis diletakan pada bagian-bagian ( fas}al) yang ada dalam kitab Khazi>nat al- Asra>r.
Dalam bahasannya Muhammad Haqqi al-Na>zili> sebelum membahas al-Qur’an sebagai penyembuh beragam penyakit,
terlebih 53 dahulu menjelaskan nama-nama al-Qur’a>>n. Menurutnya al-Qur’an memiliki lima puluh 55 nama, hal ini
didasarkan pada ayat-ayat yang menunjukkan pada makna al- Qur’an. 54 Komentar ini sama dengan komentar al-Suyut}i dalam
al-Itqa>n yang dikutip oleh Muhammad Abdu al-Rahma>n dalam Mu’jizat wa al-Ajaib Min al-Qur’an. 55 Di antara nama-nama al-
52 Lihat Muhammad Haqqi al-Na>zili>, Khazanat al-Asra>r (Libanon: Dar al- Kutub al-Ilmiyah,1993),2-3
53 Lihat Muhammad Haqqi al-Na>zili>, Khazanat al-Asra>r (Libanon: Dar al- Kutub al-Ilmiyah1993,),7
54 Lihat Muhammad Haqqi al-Na>zili>, Khazanat al-Asra>r ((Libanon: Da>r al- Kutub al-Ilmiyah,1993),7
Surat-surat Inilah adalah dasar komentar Muhammad Haqqi al-Na>zili>, surat
55 Lihat Muhammad Abdu al-Rahma>n, Mu’jizat wa al-Ajaib Min al-
Qur’an (Kairo: Da>r al-Fikr,1995), 23-29.
56 57 Qur’an adalah, 58 ahsan al-Hadith, amru Allah, bushra>, a l-
59 60 61 62 Bashir, 63 al-Bas}a>ir, al-Bala>gh, al-Baya>n ,al-Tazkirah, al-
56 Lihat QS: al-Zumar: 23
. Allah telah menurunkan Perkataan yang paling baik (yaitu) Al-Qur’an yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang [1312], gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. dan Barangsiapa yang disesatkan Allah, niscaya tak ada baginya seorang pemimpinpun.
[1312]Maksud berulang-ulang di sini ialah hukum-hukum, pelajaran dan kisah-kisah itu diulang-ulang menyebutnya dalam al-Qur’an supaya lebih kuat pengaruhnya dan lebih meresap. sebagian ahli tafsir mengatakan bahwa Maksudnya itu ialah bahwa ayat-ayat al-Qur’an itu diulang-ulang membacanya seperti tersebut dalam mukaddimah surat al Fa>tihah .
57 Lihat QS: T}alaq:5
.Itulah perintah Allah yang diturunkan-Nya kepada kamu, dan Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan akan melipat gandakan pahala baginya.
58 Lihat QS: 2:97
Katakanlah: "Barang siapa yang menjadi musuh Jibril, Maka Jibril itu telah menurunkannya (Al Quran) ke dalam hatimu dengan seizin Allah; membenarkan apa (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang yang beriman.
59 Lihat QS: Fus}ulat:3-4
64 65 66 67 68 Tanzil, 69 al-Habl, al-Haq al-ikmah al-Hakim al-Zikr al-
70 71 72 73 74 Rahmah 75 al-Ruh al-Zabu>r, al-Shifa>’, al-S}uhuf, al-S}idq, al-
. kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, Yakni bacaan dalam bahasa Arab, untuk
kaum yang mengetahui, yang membawa berita gembira dan yang membawa peringatan, tetapi kebanyakan mereka berpaling, tidak mau mendengarkan.
60 Lihat QS:45:21
Al-Qur’an ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini. 61 Lihat QS: 14:52 (Al Quran) ini adalah penjelasan yang sempurna bagi manusia, dan supaya mereka diberi peringatan dengan-Nya, dan supaya mereka mengetahui bahwasanya Dia adalah Tuhan yang Maha Esa dan agar orang-orang yang berakal mengambil pelajaran.
62 Lihat QS:3:138
(Al Quran) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.
63 Lihat QS:69:48
dan Sesungguhnya Al-Qur’an itu benar-benar suatu pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.
64 Lihat QS: 26:192
dan Sesungguhnya Al-Qur’an ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam,
65 Lihat QS:3:103
dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang- orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat- ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.
66 Lihat QS: 3:62
Sesungguhnya ini adalah kisah yang benar, dan tak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Allah; dan Sesungguhnya Allah, Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana .
67 Lihat QS: 54:5
Itulah suatu Hikmah yang sempurna Maka peringatan-peringatan itu tidak berguna (bagi mereka). 68 Lihat QS: 31:2
Inilah ayat-ayat Al-Qur’an yang mengandung hikmat, 69 Lihat QS:21:50
dan Al-Qur’an ini adalah suatu kitab (peringatan) yang mempunyai berkah yang telah Kami turunkan. Maka Mengapakah kamu mengingkarinya? 70 Lihat QS:31:3
menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang berbuat kebaikan,
71 Lihat QS: 42:52
76 77 78 S}ira>t} al-Mustaqim 79 al-‘Ajb al-‘Adl al-Arabi> al-‘Urwah al-
80 81 82 83 84 Wusqa>, 85 al-‘Azi>z al-‘Ilml, al-‘Aliy, al-Furqa>n, al-Fas}l, al-
dan Demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Quran) dengan perintah kami. sebelumnya kamu tidaklah mengetahui Apakah Al kitab (Al Quran) dan tidak pula mengetahui Apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al-Qur’an itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan Dia siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba kami. dan Sesungguhnya kamu benar- benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.
72 Lihat QS: 21:105
dan sungguh telah Kami tulis didalam Zabur[973] sesudah (kami tulis dalam) Lauh Mahfuzh, bahwasanya bumi ini dipusakai hamba-hambaKu yang saleh. [973] Yang dimaksud dengan Zabur di sini ialah seluruh kitab yang diturunkan Allah kepada nabi-nabi-Nya. sebagian ahli tafsir mengartikan dengan kitab yang diturunkan kepada Nabi Daud a.s. dengan demikian Adz Dzikr artinya adalah kitab Taurat.
73 Lihat QS: 17:82
dan Kami turunkan dari Al-Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.
74 Lihat QS:80:13
di dalam Kitab-Kitab yang dimuliakan[1556], [1556] Maksudnya: Kitab-Kitab yang diturunkan kepada nabi-nabi yang
berasal dari Lauhul Mahfuzh. 75 Lihat QS:39:33
dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan membenarkannya, mereka Itulah orang-orang yang bertakwa.
76 Lihat QS: 6:153
dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, Maka ikutilah Dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain)[152], karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya. yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.
[152]Shalat wusthaa ialah shalat yang di tengah-tengah dan yang paling utama. ada yang berpendapat, bahwa yang dimaksud dengan shalat wusthaa ialah shalat Ashar. menurut kebanyakan ahli hadis, ayat ini menekankan agar semua shalat itu dikerjakan dengan sebaik-baiknya.
77 Lihat QS: 72:1
1.Katakanlah (hai Muhammad): "Telah diwahyukan kepadamu bahwasanya: telah mendengarkan sekumpulan jin (akan Al Qur’an), lalu mereka berkata: Sesungguhnya Kami telah mendengarkan al-Qur’an yang menakjubkan,
78 Lihat QS: 6:115
telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al-Quran) sebagai kalimat yang benar dan adil. tidak ada yang dapat merobah robah kalimat-kalimat-Nya dan Dia lah yang Maha Mendengar lagi Maha mengetahui.
79 Lihat QS:12:2
Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa al-Qur’an dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya. 80 Lihat QS: 2:256 tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. karena itu Barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut[162] dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang Amat kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.
86 87 88 89 90 Qur’an 91 al-Qas}as, al-Qau>l, al-Qayyim, al-Kitab, al-Karim,
92 93 94 al-Kari>m, 95 al-Mubarak, al-Mubi>n, al-Mutasha>bih, al-
[162] Thaghut ialah syaitan dan apa saja yang disembah selain dari Allah s.w.t. 81 Lihat QS: 41:41 Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari Al-Qur’an ketika Al- Qur’an itu datang kepada mereka, (mereka itu pasti akan celaka), dan Sesungguhnya al-Qur’an itu adalah kitab yang mulia.
82 Lihat QS:2:120
orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah Itulah petunjuk (yang benar)". dan Sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, Maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.
83 Lihat QS:2:120 84 Lihat QS:25:1 Maha suci Allah yang telah menurunkan al Furqa>n (Al Quran) kepada hamba-Nya, agar Dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam[1052], [1052] Maksudnya jin dan manusia.
85 Lihat QS:86:13-14
Sesungguhnya al-Qur’an itu benar-benar firman yang memisahkan antara yang hak dan yang bathil.14. dan sekali-kali bukanlah Dia senda gurau.
86 Lihat QS: 56:77
Sesungguhnya al-Quran ini adalah bacaan yang sangat mulia, 87 Lihat QS: 12:3
Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al-Qur’an ini kepadamu, dan Sesungguhnya kamu sebelum (kami mewahyukan) nya adalah Termasuk orang-orang yang belum mengetahui.
88 Lihat QS: 86:13
Sesungguhnya Al-Qur’an itu benar-benar firman yang memisahkan antara yang hak dan yang bathil. 89 Lihat QS: 18:2 sebagai bimbingan yang lurus, untuk memperingatkan siksaan yang sangat pedih dari sisi Allah dan memberi berita gembira kepada orang-orang yang beriman, yang mengerjakan amal saleh, bahwa mereka akan mendapat pembalasan yang baik,
90 Lihat QS:44:1-2
Ha> mi>m [1368]. 2. demi kitab (Al Quran) yang menjelaskan, [1368] Ialah huruf-huruf abjad yang terletak pada permulaan sebagian
dari surat-surat Al-Qur’an seperti: Alif laam miim, Alif laam raa, Alif laam miim shaad dan sebagainya. diantara Ahli-ahli tafsir ada yang menyerahkan pengertiannya kepada Allah karena dipandang Termasuk ayat-ayat mutasyaabihaat, dan ada pula yang menafsirkannya. golongan yang menafsirkannya ada yang memandangnya sebagai nama surat, dan ada pula yang berpendapat bahwa huruf-huruf abjad itu gunanya untuk menarik perhatian Para Pendengar supaya memperhatikan al-Qur’an itu, dan untuk mengisyaratkan bahwa Al-Qur’an itu diturunkan dari Allah dalam bahasa Arab yang tersusun dari huruf-huruf abjad. kalau mereka tidak percaya bahwa Al- Qur’an diturunkan dari Allah dan hanya buatan Muhammad s.a.w. semata- mata, Maka cobalah mereka buat semacam Al-Qur’anitu.
91 Lihat QS:56:77 92 Lihat QS:9:6
dan jika seorang diantara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu, Maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah ia ketempat yang aman baginya. demikian itu disebabkan mereka kaum yang tidak mengetahui.
96 97 98 Matha>niy, 99 al-Majid, al-Marfu’, al-Mus}adiq, al-
Mut}aharah, 103 al-Mukaram, al-Muna>diy, al-Muhaimi>n, al-
93 Lihat QS:2150
dan Al-Qur’an ini adalah suatu kitab (peringatan) yang mempunyai berkah yang telah Kami turunkan. Maka Mengapakah kamu mengingkarinya?
94 Lihat QS:44:1-2 95 Lihat QS:39:23
Allah telah menurunkan Perkataan yang paling baik (yaitu) Al-Qur’an yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang [1312], gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. dan Barangsiapa yang disesatkan Allah, niscaya tak ada baginya seorang pemimpinpun.
[1312] Maksud berulang-ulang di sini ialah hukum-hukum, pelajaran dan kisah-kisah itu diulang-ulang menyebutnya dalam Al-Qur’an supaya lebih kuat pengaruhnya dan lebih meresap. sebagian ahli tafsir mengatakan bahwa Maksudnya itu ialah bahwa ayat-ayat Al-Qur’an itu diulang-ulang membacanya seperti tersebut dalam mukaddimah surat Al Faatihah.
96 Lihat QS:39:23 97 Lihat QS:50:1
Qaaf[1411] demi al-Qur’an yang sangat mulia. [1411] Ialah huruf-huruf abjad yang terletak pada permulaan sebagian dari
surat-surat al-Qur’an seperti: Alif laam miim, Alif laam raa, Alif laam miim shaad dan sebagainya. diantara Ahli-ahli tafsir ada yang menyerahkan pengertiannya kepada Allah karena dipandang Termasuk ayat-ayat mutasyaabihaat, dan ada pula yang menafsirkannya. golongan yang menafsirkannya ada yang memandangnya sebagai nama surat, dan ada pula yang berpendapat bahwa huruf-huruf abjad itu gunanya untuk menarik perhatian Para Pendengaranr supaya memperhatikan al-Qur’an itu, dan untuk mengisyaratkan bahwa al-Qur’an itu diturunkan dari Allah dalam bahasa Arab yang tersusun dari huruf-huruf abjad. kalau mereka tidak percaya bahwa al-
Qur’an diturunkan dari Allah dan hanya buatan Muhammad s.a.w. semata- mata, Maka cobalah mereka buat semacam al-Qur’an itu.
98 Lihat QS:80:14
yang ditinggikan lagi disucikan, 99 Lihat QS:2:97
Katakanlah: "Barang siapa yang menjadi musuh Jibril, Maka Jibril itu telah menurunkannya (Al Quran) ke dalam hatimu dengan seizin Allah; membenarkan apa (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang yang beriman. 100
Lihat QS:80:14 101 Lihat QS:80:13
102 Lihat QS:3:193
Ya Tuhan Kami, Sesungguhnya Kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman, (yaitu): "Berimanlah kamu kepada Tuhanmu", Maka Kamipun beriman. Ya Tuhan Kami, ampunilah bagi Kami dosa-dosa Kami dan hapuskanlah dari Kami kesalahan-kesalahan Kami, dan wafatkanlah Kami beserta orang-orang yang banyak berbakti.
103 Lihat QS:5:48
Mau’iz}ah, 107 an-Naba’al-‘Az}im, al-Nazir, al-Nu>r, al-
Ha>diy, 110 al-Huda>, al-Wahyu.
dan Kami telah turunkan kepadamu al-Qur’an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, Yaitu Kitab-Kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian[421] terhadap Kitab-Kitab yang lain itu; Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. untuk tiap-tiap umat diantara kamu[422], Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, Maka berlomba- lombalah berbuat kebajikan. hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu,
[421] Maksudnya: al-Qur’an adalah ukuran untuk menentukan benar tidaknya ayat-ayat yang diturunkan dalam Kitab-Kitab sebelumnya. [422] Maksudnya: umat Nabi Muhammad s.a.w. dan umat-umat yang sebelumnya. 104 Lihat QS:10:57
Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.
105 Lihat QS:78:1-2
1.tentang Apakah mereka saling bertanya-tanya? 2. tentang berita yang besar[1544], [1544] Yang dimaksud dengan berita yang besar ialah berita tentang hari berbangkit. 106 Lihat QS:41:4 yang membawa berita gembira dan yang membawa peringatan, tetapi kebanyakan mereka berpaling, tidak mau mendengarkan.
107 Lihat QS:4:174
Muhammad Haqqi al-Na>zili> selain menguraikan nama-nama al-Qur’an yang jumlahnya tersebut di atas, tetapi tidak menafikan komentar lain, seperti komentar seorang sufi terkemuka dengan julukan Muhhiddin, yakni al-Ima>m al-Ghazali yang mengatakan
nama-nama al-Qur’an berjumlah sepulu nama. 111 Ada beberapa kemungkinan hal tersebut dilakukan oleh al-Na>zili>, pertama boleh
jadi bentuk ke tawad}uan al-Na>zili>, kedua betuk pertunjukan al- Na>zili>, bahwa pandangan drinya terhadap al-Qur’an berbeda dengan yang lain.
Setelah Muhammad Haqqi al-Na>zili> menguraikan nama- nama al-Qur’an, kemudian menjelaskan hakikat turunnya al- Qur’an. Pandangan Muhammad Haqqi al-Na>zili> tentang turunnya al-Qur’an berbeda dengan pemahaman pada umunya mufasir yang mengatakan bahwa al-Qur’an turun secara sekaligus dari al-Lauh
Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu. (Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang (Al Quran).
108 Lihat QS:17:9
Sesungguhnya al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih Lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar,
109 Lihat QS: 31:2-3
. Inilah ayat-ayat al-Qur’an yang mengandung hikmat, 3. menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang berbuat kebaikan, 110 Lihat QS:21:45 Katakanlah (hai Muhammad): "Sesungguhnya aku hanya memberi peringatan kepada kamu sekalian dengan wahyu dan Tiadalah orang-orang yang tuli mendengar seruan, apabila mereka diberi peringatan"
111 Lihat Muhammad Haqqi al-Na>zili>, Khazi>nat al-Asra>r (Bairut: Libanon).7 111 Lihat Muhammad Haqqi al-Na>zili>, Khazi>nat al-Asra>r (Bairut: Libanon).7
aktif dengan manusia laksana mata dan matahari. Mata dapat melihat karena ia dapat menerima cahaya dari matahari. Adapun al-Qur’an turun secara bertahap dari akal aktif ke dalam hati Nabi
Muhammad saw, selama dua puluh tiga tahun. 113 Pandangan Muhammad Haqqi al-Na>zili> tersebut di atas hasil
mengutif komentar Shihab al-Din dalam tafsirnya, ketika menafsirkan surat al-Qadar. Penafsiran ini tidak akan pernah di dapat pada tafsir pada umumnya, karena penafsiran ini, yaitu al- Qur’an turun secara keseluruhan dalam waktu seketika dari al- Lauh al-Mahfuz ke akal aktif (al-Aql al-Fua’al) merupakan penafsiran yang sudah berbaur dengan filsafat. Pembahasan akal aktif atau akal ke sepuluh ternyata bukan hal yang baru, karena di dunia filsafat Islam hal ini sudah dibahas dalam teori emanasi (pancaran). Seorang filosuf Muslim yang pernah mengutarakan hal ini yaitu Abu Nas}r Muhammad al-Farabi kelahiran tahun 870
mahehi dan wafat 950 masehi. 114 Muhammad Haqqi al-Na>zili> dalam komentarnya tentang turunnya al-Qur’an mengatakan,
bahwa turunya al-Qur’an masih perdebatan di kalangan ulama. Menurutnya pendapat pertama Nabi Muhammad saw beralih bentuk menjadi malaikat untuk menerima al-Qur’an dari jibril.
Pendapat kedua jibril beralih bentuk menjadi manusia. 115 komentarnya juga bahwa semua firman Allah swt yang
diturunkan kepada Nabi pada dasarnya al-Qur’an ketika diterjemahkan kedalam bahasa arab. Taurat, Zabur, Injil yang
112 Lihat Harun Nasution, Filsafat Islam dan Mistisme dalam Islam (Jakarta: Bulan Bintang,2004),21
113 Lihat Muhammad Haqqi al-Na>zili>, Khazi>nat al-Asra>r (Bairut: Libanon),8
114 Lihat Harun Nasution, Filsafat dan Mistisme dalam Islam (Jakarta : Bulan Bintang, 2004),17
115 Lihat Muhammad Haqqi al-Na>zili>, Khazi>nat al-Asra>r ((Libanon: Da>r al-Kutub al-Ilmiyah,1993),8 115 Lihat Muhammad Haqqi al-Na>zili>, Khazi>nat al-Asra>r ((Libanon: Da>r al-Kutub al-Ilmiyah,1993),8
Muhammad Haqqi al-Na>zili> juga membahas tartib turun
surat, 118 hal ini sejalan dengan Abdu al-Rahman. Dalam bahasannya yaitu tentang tartib turun surat sama dengan pada
umumnya ulama, yaitu di awali dengan surat al-Alaq. Muhammad Haqqi al-Na>zili> juga dalam bahasannya mengutarakan tentang sejarah al-Qur’an, keutamaan membaca al- Qur’an, keutamaan mengajarkan al-Qur’an, dan etika membaca al-Qur’an, yang semuanya didasarkan pada riwayat.
Setelah Muhammad Haqqi al-Na>zili> menguraikan al-Qur’an dari berbagai sisi, seperti yang tulis di atas. Selanjutnya, al-Na>zili> menguraikan ayat-ayat yang menurutnya dapat menyembuhkan penyakit. Sehingga Muhammad Haqqi al-Na>zili> dalam menafsirkan al-Qur’an dengan multi dimensi. Dikatakan demikian karena al-Na>zili> menguraikan al-Qur’an dengan menggunakan pendekatan, seperti pendekatana fiqh, pendekatan filsafat, dan pendekatan sufi. Namun sungguhpun demikian penafsiran al-Na>zili> sifatnya dibatasi, artinya tidak semua ayat al-Qur’an ditafsiran.
C. Perbedaan dan Persamaan al-Na>zili> dengan Mufasir Lain
Al-Qur’an sebagai penyembuh beragam penyakit fisik dan psikis, setiap mufasir berbeda dalam membangun argumennya masing-masing, sesuai dengan latar belakang mufasir. Ada yang menggunakan metode tafsir tahli>li>, maud}u’i, Muqa>ri>n (komprehensif), dan ijmali. Tidak sebatas itu, bahkan setiap mufasir dalam menafsirkan al-Qur’an khususnya dalam memahami al-Qur’an sebagai penyembuh beragam penyakit fisik dan psikis diwarnai dengan sumber tafsir yang digunakan. Ada yang bersumberkan riwayat, logika, dan ada yang menggunakan keduanya. Bahkan ada yang menggunakan corak sufi, seperti
116 Lihat Muhammad Haqqi al-Na>zili>, Khazanat al-Asra>r ((Libanon: Da>r al-Kutub al-Ilmiyah,1993),8
Muhammad Haqqi al-Na>zili>, Khazanat al-Asra>r ((Libanon: Da>r al- Kutub al-Ilmiyah,1993),11 118 Lihat Badu al-Rahman, Mu’jizat wa Aja>ibu min al-Qur’an (kairo: Da>r
al-Fikr,1995),191
Muhammad Haqqi al-Na>zili>, hal ini jelas sangat berbeda dengan mufasir pada umunya. Muhammad Haqqi al-Nazi>li> memahami al- Qur’an sebagai penyembuh penyakit fisik dan psikis didasarkan pada isyarat-isyarat ayat al-Qur’an seperti tersebut di atas, jelas hal ini berbeda dengan mufasir pada umumnya, baik mufasir yang menafsirkan al-Qur’an bersumberkan riwayat maupun mufasir yang menafsirkan al-Qur’an bersumberkan logika atau al-Dirayah.
Mufasir pada umumnya dari abad keabad dalam memahami al-Qur’an sebagai penyembuh penyakit fisik dan psikis didasarkan pada kata shifa>’ yang ada dalam al-Qur’an. ‘Ala> al- Din ‘Ali bin Muhammad bin Ibra>him al-Baghdadi>,> misalnya, dalam tafsirnya, yakni tafsir Kha>zin yang lahir pada abad permulaan dengan sumber yang digunakan al-Riwa>yah menafsirkan kata shifa>’ yang ada dalam surat al-Isra ayat 82, 119 120 surat an-Nahl ayat 69,
surat al-Su’ara 80, surat yunus ayat
57, 123 surat al-Taubah ayat 14, surat fus}ulat ayat 44, sebagai penyembuh penyakit fisik dan psikis. 124 Semua kata shifa>’ yang ada dalam al-Qur’an yang terletak pada enam ayat ditafsirkan oleh mufasir kelahiran bagdad ini ‚sebagai penyembuh penyakit fisik dan psikis‛. Pemahaman al-Qur’an sebagai penyembuh penyakit fisik dan psikis didasarkan pada kata shifa>’ yang dalam al-Qur’an, seperti yang diutarakan ‘Ala>’ al-Din, ternyata sejalan dengan mufasir abad kelima 125 yakni Jarullah al-Zamaks{ary, dalam Tafsir al-Kasha>f merupakan tafsir dengan metode bi al- ma’qul (logika) yang terbaik pada masanya. Az-Zamakhshari
119 Lihat ‘Ala> al-Din ‘Ali bin Muhammad bin Ibra>him al-Baghdadi>, Tafsir Kha>zin (Kairo: Dar al-Fikr).juz,3.102
120 Lihat ‘Ala> al-Din ‘Ali bin Muhammad bin Ibra>him al-Baghdadi>, Tafsir Kha>zin (Kairo: Dar al-Fikr,1979).juz.120
121 Lihat‘Ala> al-Din ‘Ali bin Muhammad bin Ibra>him al-Baghdadi>, Tafsir Kha>zin (Kairo: Dar al-Fikr,1979).juz, 2. 194
122 Lihat ‘Ala> al-Din ‘Ali bin Muhammad bin Ibra>him al-Baghdadi>, Tafsir Kha>zin (Kairo: Dar al-Fikr,1979).juz,2.22
123 ‘Ala> al-Din ‘Ali bin Muhammad bin Ibra>him al-Baghdadi>, Tafsir Kha>zin (Kairo: Dar al-Fikr,1979).juz,4.114
124 Lihat ‘Ala> al-Din ‘Ali bin Muhammad bin Ibra>him al-Baghdadi>, Tafsir Kha>zin (Kairo: Dar al-Fikr,1979).juz.180
125 Lihat Teungku Muhammad Hasbi as-S}idiqi, Sejarah dan Pengantar Ilmu al-Qur’an dan Tafsir (Semarang: PT Pustaka Rizki Putra,2000).221 125 Lihat Teungku Muhammad Hasbi as-S}idiqi, Sejarah dan Pengantar Ilmu al-Qur’an dan Tafsir (Semarang: PT Pustaka Rizki Putra,2000).221
Abu Abdillah al-Qurt}ubi seorang mufasir abad ke tujuh yakni pada tahun 671 hijriyah 127 dengan metode tafsir yang
digunakan adalah metode tafsir tahli>li> dengan sumber yang digunakan dalam menafsirkan al-Qur’an riwayat dan corak tafsir fiqhi dalam komentarnya tentang al-Qur’an sebagai penyembuh beragam penyakit fisik dan psikis, didasarkan pada kata shifa>’ yang ada dalam al-Qur’an. Untuk memperkuat penafsirannya tentang kata shifa>’ bermakna sebagai penyembuh beragam penyakit fisik dan psikis Abu Abdillah al-Qurt}ubi mengutif beberapa hadis Nabi. Di antara hadis -hadis Nabi yang dijadikan untuk memperkuat penafsirannya adalah; hadis yang diriwayatkan oleh Ibn Majah, hadis riwayat Muslim, Hadis riwayat Al-Bukhari, hadis Ima>m al-Tirmizi. 128
Abu Abdillah al-Qurt}ubi juga dalam menafsirkan kata shifa>’ sebagai penyembuh beragam penyakit fisik dan psikis mengutif komentar Ibnal-Qayyim dalam Tafsir al-Qayyim yang lahir pada abad yang sama yaitu abad ke tujuh. Selain berargumen tentang al-Qur’an dapat menyembuhkan beragam penyakit fisik dan psikis, Abu Abdillah al-Qurt}ubi juga menjelaskan teknis penyembuhan dengan al-Qur’an dan ayat yang dapat dijadikan sebagai pemyembuh. Komentar tentang teknis penyembuhan didasarkan atas perkataan ulama sebelumnya, yakni ima>m Malik. Menurut Abu Abdillah al-Qurt}ubi teknis penyembuhan dengan al- Qur’an ada beberapa cara; di antaranya, pertama dapat dibacakan ke air lalu air itu dioleskan pada orang yang sakit. Kedua salah satu ayat al-Qur’an ditulis lalu dikalungkan pada leher orang yang sedang sakit. Abu Abdillah al-Qurt}ubi, tidak sebatas teknis penyembuhan dengan al-Qur’an seperti disebutkan di atas, tetapi
126 Lihat Jarullah Az-Zamakhshari, Tafsir Kasa>f (Maktabah Abika>h) 547lihat juga juz 6 h.451
127 Lihat Tengku Muhammad Hashbi as-Shidiky, Sejarah dan Pengantar Ilmu al-Qur’an dan Tafsir (Semarang: PT Pusaka Rizki Putra, 2000),223
128 Lihat Abu Abdillah al-Qurt}ubi, al-Ja>mi’ li Ahkam al-Qur’an (Kairo: Da>r al-Fikr,1993).juz 5,286 128 Lihat Abu Abdillah al-Qurt}ubi, al-Ja>mi’ li Ahkam al-Qur’an (Kairo: Da>r al-Fikr,1993).juz 5,286
Komentar yang sama tentang al-Qur’an sebagai penyembuh beragam penyakit fisik dan psikis yang didasarkan pada kata shifa>’ yang ada dalam al-Qur’an diutarakan oleh seorang mufasir yang lahir pada abad ke sembilan, 130 sebuah tafsir yang menggunakan sumber ijtihad (logika), yakni Ahmad Ibn Muhammad al-S}awi, menurutnya kata shifa>’ yang ada dalam al- Qur’an bermakna sebagai penyembuh penyakit baik fisik maupun psikis, tambahnya di antara surat yang dapat dijadikan sebagai penyembuh adalah surat al-Fa>tih{ah, surat tersebut dapat dijadikan sebagai penyembuh beragam penyakit fisik dan 131 psikis. Tafsir ini termasuk unik, dikatakan unik, karena sebuah tafsir yang pendekatannya ijtihad, mengutarakan al-Qur’an sebagai penyembuh beragam penyakit fisik dan psikis. Padahal tafsir dengan sumber ijtihad pada umumnya mengatakan al- Qur’an sebagai penyembuh penyakit psikis seperti kebanyakan tafsir kontemporer.
Tafsir al-S}awi merupakan sebuah tafsir yang menafsirkan tafsir Jala>lai>n yang lahir pada abad ke sembilan, yakni tahun 911 hijriayah. Jala>lai>n selain dis{arahi oleh tafsir s}awi juga ditafsirkan oleh Sulaiman IbnUmar ash-Shafi’i yang terkenal dengan nama al-Jama>l pada abad yang sama yakni abad kesembilan (1204 H). Sebuah karya tafsir dengan pendekatan kebahasaan ( lughah) dengan nama tafsir al-Futu>ha>t al-Ilahiyah yang ditulis sebanyak sepuluh jilid. Dalam penafsiran kata shifa>’ yang ada dalam al- Qur’an bermakna sebagai penyembuh penyakit fisik dan psikis 132 ,
129 Lihat Abu Abdillah al-Qurt}ubi, al-Ja>mi’ li Ahkam al-Qur’an (Kairo: Da>r
al-Fikr,1993).juz 5,286-287
130 Lihat Tengku Muhammad Hashbi as-Shidiky, Sejarah dan Pengantar Ilmu al-Qur’an dan Tafsir (Semarang: PT Pusaka Rizki Putra, 2000),225
131 Lihat Ahmad IbnMuhammad al-S}awi Tafsir al-S}awi ( Kairo : Da>r al- Fikr,),juz 2.447
132 Lihat Sulaima>n IbnUmar al-‘Ajili al-Shafi’i, al-Futu>h>at al-Ilahiyah (Kairo: Da>r al-Fikr,2003) 362 132 Lihat Sulaima>n IbnUmar al-‘Ajili al-Shafi’i, al-Futu>h>at al-Ilahiyah (Kairo: Da>r al-Fikr,2003) 362
Di abad ke sebelas lahir sebuah tafsir yang menggunakan dua pendekatan, yakni pendekatan riwayat dan logika, yang ditulis
oleh seorang ulama bernama al-Ima>m al-Sauka>ni. Al-Ima>m al- Sauka>ni dalam sebuah karyanya Fath al-Qadi>r dalam menafsirkan kata shifa>’ hanya memuat kutipan para ulama sebelumnya, baik berdasarkan riwayat maupun logika ulama sebelumnya. Menurutnya kata shifa>’ yang ada dalam al-Qur’an maknya terjadi perdebatan di antara ulama. Ada yang mengatakan sebagai penyembuh penyakit fisik dan ada juga yang mengatakan al- Qur’an sebagai penyembuh psikis. al-Sauka>ni dalam tafsirnya seakan tidak berkomentar karena semua komentar dalam menafsirkan al-Qur’an sebagai penyembuh ditafsirkan dengan cara mengutif perkataan ulama sebelumnya. Sehingga pemahaman al-Sauka>ni tidak dapat diketahui. Apakah al-Sauka>ni mengatakan al-Qur’an sebagai penyembuh penyakit fisik, atau penyakit psikis. Terlepas dari pemihakan al-Sauka>ni terhadap makna shifa>’ yang jelas al-Sauka>ni objektif menafsirkan kata shifa>’. 133
Keluasan makna al-Qur’an semakin jelas ketika dimunculkan metode yang digunakan oleh sufi, karena pada umunya sufi sangat berbeda sekali dalam menafsirkan al-Qur’an. Membaca tafsir yang bercorak sufi banyak hal yang tidak terduga dalam menafsirkan al-Qur’an, sebagai contoh, jika mufasir pada umumnya mengatakan al-Qur’an sebagai penyembuh beragam penyakit didasarkan kata shifa>’ sementara ulama sufi, Ibn Qayyim dan Muhammad Haqqi al-Na>zili> justru sebaliknya, yaitu penafsiran al-Qur’an sebagai penyembuh penyakit fisik dan psikis didasarkan oleh makna isyarat dalam ayat al-Qur’an seperti tersebut di atas.
Dari beberapa mufasir dalam menafsirkan al-Qur’an> sebagai penyembuh beragam penyakit fisik dan psikis, yang jelas berbeda dengan Muhammad Haqqi al-Na>zili> seperti tersebut di atas, hal
133 Lihat Muhammad bin Ali bin Muhammad al-Sauka>ni, Fath al-Qadi>r (Kairo: Da>r al-Fikr),juz 3.362-363 133 Lihat Muhammad bin Ali bin Muhammad al-Sauka>ni, Fath al-Qadi>r (Kairo: Da>r al-Fikr),juz 3.362-363
beragam penyakit fisik dan psikis, selain menggunakan metode yang digunakan oleh mufasir pada umumnya yaitu dengan kata
shifa>’, juga menggunakan argumen yang dilakukan oleh Muhammad Haqqi al-Na>zili>, yaitu dengan cara menangkap makna–makna isyarat tentang penyembuhan dan sebagai dukungannya adalah hadis -hadis Nabi. Begitu juga dengan
Muhammad Taqiyu al-Muqadam, 135 dalam menafsirkan al-Qur’an sebagai penyembuh tidak didasarkan seperti Muhammad Haqqi
al-Na>zili>, juga tidak seperti mufasir pada umumnya yang tersebut di atas. Muhammad Taqiyu memahami al-Qur’an sebagai penyembuh beragam penyakit didasarkan pada ijtihad dan hadis - hadis Nabi. Ayat-ayat yang dijadikan sebagai penyembuh lebih pada potongan ayat, yang menurutnya lafal yang dapat dijadikan penyembuh beragam penyakit. 136 Berbeda dengan Muhammad Salim, yang menguraikan al-Qur’an sebagai penyembuh beragam penyakit, di dasarkan pada hadis-hadis Nabi. 137 Salim menjadikan hadis sebagai argumen tentang al-Qur’an sebagai penyembuh beragam penyakit fisik dan psikis. dengan hadis tersebut Abah Salim menujukan ayat-ayat yang dapat dijadikan sebagai penyembuh, baik ayat yang dikhususkan untuk penyembuh penyakit fisik maupun psikis. Dalam bahasannya tidak sedikit pun ayat al-Qur’an dijadikan argumen sebagai penyembuh.
Dari beberapa ulama tentang al-Qur’an sebagai penyembuh beragam penyakit, yang berlangsung dari abad ke-abad, semuanya mempunyai metode pendekatan yang digunakan, sehingga beragamlah argumen tentang al-Qur’an sebagai penyembuh beragam penyakit, fisik dan psikis. Hal ini sejalan dengan komentar Muhammad Haqqi al-Na>zili> di atas, yang mengatakan
134 Lihat Abdu al-Halim Fud}i al-Halim, al-Istishfa>’ wa Qad}a> al-Hawaij bi al-Qur’an (Kairo: Dar al-Fikr,2007)
135 Lihat Muhammad Taqiyual-Muqadam, Khaza>nat al-Asra>r al-Khutu>m wa al-Az}kar (Dawi al-Qurba,tt)
136 Lihat Muhammad Taqiyual-Muqadam, Khaza>nat al-Asra>r al-Khutu>m wa al-Az}kar (Dawi al-Qurba,tt)
137 Lihat Muhammad Abah Haji Salim, al-Tada>wiy bi al-Qur’anwa al- Ishtishfa>’ bi al-Ruqiyah wa Ta’awiz (Maktabah al-Qur’an,th) 137 Lihat Muhammad Abah Haji Salim, al-Tada>wiy bi al-Qur’anwa al- Ishtishfa>’ bi al-Ruqiyah wa Ta’awiz (Maktabah al-Qur’an,th)