Apipuddin AL QUR’AN SEBAGAI PENYEMBUH PENYAKIT

ANALISIS ATAS KITAB KHAZI>NAT AL-ASRA>R KARYA MUHAMMAD HAQQI>> AL-NA>ZILI>> 1993

Tesis

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Magister Agama dan Humaniora pada Konsentrasi Tafsir

Oleh : Apipudin NIM: 10.2.00.1.05.08.0061

Pembimbing: Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2012 M/1433 H

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama

:Apipudin

NIM :10.2.00.1.05.08.0061 Tempat Tanggal Lahir

:Cipanas, Lebak,02-03-1977 Pekerjaan

:Dosen di STAI Nida El-Adabi

Bogor

Alamat :Kp. Pabuaran, RT.05/01 Ds. Kabasiran Kec. Parungpanjang Kab. Bogor

menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis dengan judul: ‚Al- Qur’an Sebagai Penyembuh Penyakit, Analisis Kitab Khazi>nat al-

Asra>r Karya Muhammad Haqqi al-Na>zili> 1993‛ adalah benar merupakan hasil karya saya, kecuali kutipan-kutipan yang disebutkan sumbernya. Apabila dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain. Maka saya bersedia menerima sanksi berupa pencabutan gelar akademik.

Jakarta, 03 Nopember, 2012

18 Zulhijah, 1433 Penulis,

Apipudin

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Tesis dengan judul ‚Al-Qur ’an Sebagai Penyembuh Penyakit Analisis Kitab Khazi>nat al-Asra>r Karya Muhammad Haqqi al-

Na>zili> 1993, yang ditulis oleh: Nama :Apipudin NIM :10.2.00.1.05.08.0061 telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing untuk dibawa ke sidang ujian pendahuluan tesis.

Jakarta, 03 Nopember 2012

18 Zulhijah, 1433 Pembimbing,

Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA

PENGESAHAN TIM PENGUJI

Tesis dengan judul ‚Al-Qur’an Sebagai Penyembuh Penyakit, Analisis Kitab Khazi>nat al-Asra>r Karya Muhammad

Haqqi al-Na>zili> 1993‛ yang ditulis oleh Apipudin, NIM. 10.2.00.1.05.08.0061, telah diujikan dalam sidang ujian pendahuluan Magister Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari Senin, tanggal

19 November 2012, dan telah diperbaiki sesuai saran dan rekomendasi dari Tim Penguji Pendahuluan Tesis.

TIM PENGUJI

Ketua Sidang/Penguji,

Prof. Dr. Amany Burhanuddin Lubis, M.A. Tanggal: _______ 2012

Pembimbing/Penguji,

Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A. Tanggal: _______ 2012

Penguji I,

Prof. Dr. Hamdani Anwar, M.A. Tanggal: _______ 2012

Penguji II,

Prof. Dr. Abdul Mujib MSI, M.A. Tanggal: _______ 2012

ABSTRAK

Kesimpulan besar penelitian ini adalah al-Qur’an sebagai penyembuh beragam penyakit fisik dan psikis ( bio, psio, sosio, spiritual) dipahami dari kata shifa>’ dan isyarat ayat yang ada dalam al-Qur’an. Salah satu tokoh yang berkomentar tentang ini adalah Muhammad Haqqi al-Na>zili>.

Penelitian ini ada kesamaan dengan peneliti sebelumnya, walaupun dalam angka tahun dan beberapa hal lainnya sedikit berbeda. Di antaranya; Abduldaem al-Kaheel, P ower of al-Qur’an Healing. Menurutnya, isyarat penyembuhan dengan al-Qur’an adalah diketemukannya ayat tentang diciptakannya pendengaran terlebih dahulu dari pada yang lainnya, dan ternyata telinga merupakan organ vital untuk dijadikan sebuah media penyembuhan, karena otak dipengaruhi oleh suara yang masuk lewat telinga yang akan ditransfer ke seluruh anggota tubuh. Selanjutnya pendapat A. Abdurrochman, S. Perdana dan S. Andhika, Muratal al-Qur’an: Alternatif Terapi Suara Baru. Stimulan al-Qur’an dapat dijadikan sebagai terapi relaksasi bahkan lebih baik dibandingkan dengan stimulan terapi karena stimulan al- Qur’an dapat memunculkan gelombang delta sebesar 63,11% sedangkan kenaikan gelombang delta mencapai persentase tertinggi sebesar 1.057%. Stimulan Al-Qur’an ini sering memunculkan gelombang delta di daerah frontal dan central baik sebelah kanan maupun kiri otak. Begitu juga dengan Athoullah, Tesis Makna Bismillah dalam Perspektif Hikmah, yang menyatakan bahwa basmalah selain memiliki makna teks juga mempunyai makna isyarat kekuatan magis, jika diamalkan sesuai aturan yang telah ditentukan. Mohammad Daudah menyatakan dalam sebuah karyanyanya berjudul ‚ Energi Penyembuh dalam a- Qur’a>n antara sain dan keyakinan‛ menurutnya suara al-Qur’an dapat menghentikan pergerakan virus dan kuman, dan pada waktu yang bersamaan meningkatkan sel-sel sehat dan membangkitkan program yang terkacaukan di dalamnya agar siap bertempur melawan virus dan kuman. Tambahnya, bacaan al-Qur’an memiliki efek yang sangat luar biasa terhadap sel-sel dan dapat mengembalikan keseimbangan.

Kesimpulan penelitian ini bersilang pendapat dengan Muhammad Quraish Shihab, Ciputat: Lentera Hati; 2000 volume 7, yang mengatakan bahwa kata shifa>’ yang ada di dalam al-Qur’an bermakna penyembuh penyakit psikis. Menurutnya, hadis-hadis yang dijadikan dasar pijakan dalam menafsirkan kata shifa>’ adalah hadis yang diperselisihkan nilai dan maknanya. Tambahnya jika hadis itu benar, maka yang dimaksud bukanlah penyakit jasmani, tetapi ia adalah penyakit ruhani/jiwa yang berdampak pada jasmani. Ia merupakan psikosomatik. Begitu juga pendapat Shalah Abdul Fattah al-Kholidiy , Dasar-dasar Untuk Memahami al- Qur’an, menurutnya al-Qur’an kitab petunjuk, bukan kitab magis. Selanjutnya pendapat Yusuf Qarad}awi, Kai>fa Nata’amalu ma’a al- Qur’an, mengatakan al-Qur’an bukan kitab filsafat, bukan juga kitab penyembuhan fisik melainkan psikis, andai saja al-Qur’an sebagai penyembuh penyakit fisik, maka medis tidak berarti dalam peradaban Islam.

Penelitian ini menunjukkan bahwa kata shifa>’ yang ada dalam al-Qur’an berbentuk umum ( nakirah) dan banyak ulama tafsir menafsirkan sebagai penyembuh fisik dan psikis. Penyembuhan penyakit fisik dan pskis dengan al-Qur’an selain dipahami dari kata shifa>’ juga didapatkan dari isyarat-isayarat ayat, dan hadis yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari, Muslim, Abu Ubaid, Abu Daud, Tirmizi, Nasa>’i, IbnMajah, IbnJarir, al-Hakim dan Baihaqi> tentang penyembuhan bisa kalajengking dengan surat al-Fa>tih{ah.

Penelitian ini termasuk jenis penelitian kepustakaan (library reseach). Sumber primer penelitian ini adalah kitab Khazi>nat al- Asra>r, karya Muhammad Haqqi al-Nazili, sedangkan sumber skunder berupa kitab, buku, journal, dan artikel yang ada korelasi langsung atau tidak langsung dengan topik bahasan yang dimaksud. Sifat penelitian ini adalah deskriftik-analisis.

ABSTRACT

The conclusion of these study are the Qur'an as a healer of physical (bio) and psychological (psio-sosio-spiritual) illnesses understood from the word shifa' and cues verses in the Qur'an. One of the figures who commented on this is Muhammad Haqqi al- Na>zili>

This research was common with previous researchers, although the number of years and a few other things a little differently. Among them; Abdu al-Daem Al-Kaheel, Power of al-Qur'an Healing. According to him, with a gesture of healing is the discovery of al-Qur'an verses about the creation of the first hearing in the other ear and it is a vital organ to be used as a medium of

healing, because the brain is affected by the noise coming through the ear to be transferred to all members body. Furthermore, the

opinion A. Abdurrochman, S. Prime and S. Andhika, Muratal al- Qur’an: Alternatif Terapi Suara Baru. Stimulation of the Qur’an can be used as a relaxation therapy even better than the stimulant therapy because the Qur'an can bring delta waves at 63.11% while the increase in delta waves reached the highest percentage of 1057%. Stimulants Qur'an is often raised delta waves in the frontal and central both right and left brain. Likewise with Athoullah, Makna Bismillah dalam Perspektif Hikmah, which states that in addition to having the meaning of a text basmalah also meaning cues magical powers, if practiced according to the rules that have been defined. Mohammad Daudah, Energi Penyembuh dalam a- Qur’an antara sain dan keyakinan. That stated, the voice of al- Qur'an to stop the movement of viruses and bacteria, and at the same time increase the healthy cells and revives the disrupted program inside so ready to fight viruses and germs. He added, reading al-Qur'an has an extraordinary effect on cells and can restore the balance.

The conclusion of this study as well refuted Muhammad Quraish Shihab, Publisher: Lantera Hati; 2000 volume 7, which says that the word shifa 'in the Qur'an meaningful psychic healer of disease. According to him, those hadiss footing basis in interpreting the word shifa 'is a disputed hadis value and meaning.

Added if the hadis is true, then it is not a physical disease, but it is

a spiritual illness/mental impact on the body. He was psychosomatic. So is the opinion of Abdul Fattah Salah al-

Kholidiy, The Basics To Understanding al-Qur'an, according to al- Qur'an the book of instructions, not a book of magic. Furthermore, the opinion of Yusuf Qaradawi, Kai fa Nata’amalu Ma'a al-Qur'an, said al-Qur'an is not the book of philosophy, not physical but also psychic healing book, if only al-Qur'an the healing of physical disease, the medical does not mean the Islamic civilization.

This study suggests that the word shifa 'contained in the Qur'an in general forms ( nakirah) and many scholars of tafsir interpret as physical and psychological healing. Healing of physical illnesses and the Koran pskis understood apart from the word shifa 'is also derived from cue-isayarat verses and hadis related by Al-Bukhari, Muslim, Abu Ubaid, Abu Daud, Tirmidhi, Nasa'i, Ibn Majah Ibn Jarir, al-Hakim and Bayhaqi about healing poison when the letter al-Fa>tih{ah.

This study includes the type library research (library reseach). Primary source of this study is the book of Khazi>nat al-Asra>r, by Muhammad al-Nazili> Haqqi>, while secondary sources such as books, books, journals, and articles that there is direct or indirect correlation with the topic in question. The nature of this research is deskriftik-analysis.

) ةيسفنلاو ةيدسلجا ضارملاا نم لجاعمك نارقلاوى تاساردلا هذى نم جاتنتسلاا فى دجوت تىلا تايلاا نم تارشلااو ءافشلا ةملك نم مهفي ( bio,psio,sosio, spiritual

Power of al-Qur’an ( وتل ا سرلا ىىف ليحكلا مئادلادبع يأر ديؤي ثحبلااذى

قلعتت تىلا ةينارقلا تايلأا فاشتكلااب دجوي نارقلاب ءافشلا فرط نإ لاق ىذلا ) Healing ةليصوب خلدا رثؤي ونلأ ضارملاا ءافشل ةليسوك زاهلجا مىا وىو رخلاا قلخ لبق نذلأا قلبخ اكدناو انادرف . س . و نحمرلادبع يأر اهيليو . مسلجا ءاضعأ عيجم لىإ اهليصوتس تىلا توصلا ةيناكمإب اولاق نيذلا ) Muratal al-Qur’an: Alternatif Suara Baru ( مهتل سرلا فى ا نارقلا نلأ , تاطشنلدا ةفيرطب جلاعلا نم لضفأ ءاخترسلاا جلاعك نارقلل زيفحتلا مادختسا تلصو اتلد تاجوم فى عافترلاا رثكأ نأ ينح فىو 63,11% اتلد تاجوم ققيح نأ نكيد نياسنلاا خلدا نم ةيزكرلداو ةيماملاا ةرئادلا فى اتلد تاجوم جتنت نارقلا ةطشنم , 1.057% لىإ Tesis Makna ( وتل ا سر فى للها طعا يأر اهيليو . ءوس دح ىلع راسيلاو يننميلا فى

ةمكلحا ءوض فى ةلمسب نىعم نإ لاق وى ) Bismilah Dalam Perspektif Hikmah اهيليو . اهفيرعت تم تىلا دئاوقلل افقو تسمراماذإ رحسلا ىوق نىعمو صنلا نىعم اهمو ناينعم الذ Penyembuhan dengan al-Qur’an Antara Sain dan ( وباتك فى ةدود دممح يأر

, ةيتركبلاو تاسويرفلا ةكرح قيفوت نأ ريدقت نارقلا ةئارق توص نإ لاق وى ), Keyakinan ) يىك مسلجا لخادب لطعلدا ماظنلا يىتحو ةحيحصلا ايلالخا ديزت نأ عطتست تقولا سفن فىو لخاد ايلالخا ىلع ديج يوقرثأ الذ كلذك نارقلا ةئارقو . ميثارلجاو تاسويرفلا ةهجاولد دعتسي نزوتلا ةداعإ نكيدو مسلجا يرسفت نىعي وباتك فى باحيصلا شيرق دممح يأر فلتيخ ثحبلااذى نم طابنتسلاا ىأرو يرغلا نود طقف يىسفنلا ضرلدا لجاعلد نىعبد نارقلا فى ءافشلا ةملك نإ لاق ىذلا حابصلدا الذ تىلا ثيداحلأا ىى نارقلا فى ءافشلا ةملك يرسفتل اعجرم نوكت تىلا ثيداحلأا نأ يىمسلجا ضرلدا وى دارلدا سيلف احيحص ثيدلا كلذ ناك اذاو . نىعلداو ةميقلا فى فلاتخلاا

ضرم بابسب ىمسلجا ضرم نىعي .( psikosomatik ) ىىو يسفنلاوأ يحورلا ضرلدا نكلو Dasar-dasar Untuk Memahami al- ( وباتك فى ىدلالخا حتفلادبع اهيليو . ىحورلا

فسوي اضيا لاقو , رسلحا باتك سيلو ىدلذا باتك وى نارقلا نإ لاق ىذلا , Qur’an )

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt, yang atas karunianya penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul : ‚Al-Qur’an Sebagai

Penyembuh Penyakit: Analisis Kitab Khazi>nat al-Asra>r Karya Muhammad Haqqi> al-Na>zili>‛. Penyusunan tesis ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Agama Humaniora dalam program studi Tafsir pada sekolah pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam menyusun tesis ini, berbagai pihak telah memberikan dorongan, bantuan serta masukan sehingga dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Rektor Univeritas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Bapak Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, MA dan Direktur Sekolah Pascasarjana Univeritas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA atas semua kebijaksanaan dalam memberikan fasilitas dan pelayanan yang mendukung studi penulis selama menimba ilmu di Univeritas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Deputi Direktur Sekolah Pascasarjana Univeritas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta; Bapak Prof. Dr. Suwito, MA, Ibu Prof. Dr. Amany Lubis, MA, Juga Bapak Dr. Yusuf Rahman, MA yang telah banyak meluangkan waktu kepada penulis untuk berdiskusi dan memberi masukan.

3. Bapak Prof. Ahmad Thib Raya, MA sebagai pembimbing yang telah memberikan pengetahuan dan bimbingan yang sangat bermanfaat bagi penyusunan tesis ini.

4. Seluruh dosen staf pengajar serta karyawan sekolah pascasarjana Univeritas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Pemimpin Perpustakaan Sekolah Pascasarjana Univeritas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bantuan dan fasilitas untuk penulis memperoleh sebegai referensi yang menunjang penulisan tesis ini.

6. Direktur Diktis yang telah mengucurkan biaya kuliah selama perkuliahan berlansung.

7. Ketua, dosen dan staf STAI Nida El-Adabi yang telah mendukung dan memberikan motivasi selama kuliah berlangsung.

8. Bapak Thabri sebagai seorang tua sendiri dan Bapak Sumirta sebagai mertua yang telah memberikan motivasi.

9. Yayah Shalihah sebagai istri penulis yang dengan suka duka mendampingi penulis dalam menyelesaikan studi

magister.

10. Empat buah hati penulis; Muhammad Nashih Ulwan, Thariq Abdil Azi>z, Sabilah Zulfa Mustaqimah, dan Kais Hasbi Sakin yang selalu menjadi obat disaat sakit dan hiburan disaat gundah.

11. Semua temen-temen beasiswa diktis tahun 2010 yang selama dua tahun telah membangun kebersamaan baik suka maupun duka.

12. Semua pihak yang telah membantu penulis baik dalam studi maupun penyelesean tesis ini yang tidak mungkin

penulis sebutkan satu persatu. Semoga Allah membalas semua kebaikan mereka dengan balasan yang berlipat ganda. Amin.

Penulis menyaadari bahwa dalam penulisan tesis ini masih banyak kekurangan, oleh karenanya kritik dan saran sangat penulis harapkan guna menyempurnakan penulisan tesis ini. Akhir kata penulis ucapkan banyak terima kasih dan semoga tesis ini berguna bagi kita semua.

Ciputat, 03Nopember, 2012

18 Zulhijah, 1433

Penulis

TRANSLITERASI

Pendek : a = ´ ; i =

ِ ; u = ُِ

Panjang : a> = اَى ; i> = يٍي ; u> = وُس Diftong : ay = يْي ; aw = يْو ; iyy = يّي uww = يّوس

ة( Ta>’marbut}ah ) Di akhir : h ( ه) waz}arah

ةرازو :

Di tengah :t ( ة) waz}arat al-Tarbiyah : ةيبرتلا ةرازو

DAFTAR ISI

SURAT PERYATAAN....................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Al-Qur’an sebagai penyembuh ( shifa>’) penyakit merupakan

kontroversi di kalangan ulama, baik ulama terdahulu maupun sekarang. Ada yang mengatakan al-Qur’an sebagai penyembuh fisik dan psikis, 1 tetapi tidak sedikit ulama dan para sarjana Muslim menolak pemahaman ini. Menurutnya, al-Qur’an hanya dapat menyembuhkan penyakit psikis. 2 Perbedaan pandangan

Lihat Shaikh Nawawi, Tafsir Marah} Labi>d (Kairo: Da>r al-Fikr,tt), pendapat ini didukung oleh Abdul Mujib ketika memberikan mata kuliah

Agama dan Psikoterapi . Bandingkan juga dengan Ala> al-Di>n Muhammad al- Baghdadi, Tafsir Kha>zin (Kairo: Da>r al-Fikr,1989). Lihat juga al-Ima>m al- Qurt}ubi, Tafsir al-Ja>mi li Ahkam al-Qur’an (Kairo: Da>r al-Fikr,1993)

Semua kitab-kitab di atas dasar menafsirkatan kata shifa> yang ada dalam surat al-Isra ayat 82. Tafsir-tafsir tersebut objektif, terhadap penafsiran kata shifa>’ . Artinya memasukan mufasir terdahulu yang berkomentar al- Qur’andapat menyembuhkan penyakit fisik dan psikis, juga memasukan penafsiran ulama yang tidak sejalan dengannya.

2 Lihat Muhammad Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah (Ciputat: Lentera Hati 2000) v 7, dalam menafsirakan surat al-Isra ayat 82 penafsiran

Muhammad Quraish Shihab terhadap ayat tersebut hanya mengutif dari tafsir al-Ima>m al-T}ant}awi dalam Tafsir al-ja>wahir, dan al-Imam ini juga mengutif dari perkataan al-Basri. Menurutnya penafsiran kata shifa>’ yang ada di dalam al-Qur’andiartikan sebagai penyembuh fisik dan psikis hadisnya diperselihiskan oleh kalangan ulama, baik lafad} maupun maknanya.

Pemahaman M. Quraish Shihab di atas dalam menafsirkan kata shifa> yang ada pada surat al-Isra ayat 82. Bahkan semua kata shifa>’ yang ada dalam al- Qur’anoleh Muhammad Quraish Shihab ditafsirkan penyembuh penyakit hati, padahal al-Qur’ansendiri terkadang menggunakan kata shifa>’ untuk penyembuh penyakit fisik dan terkadang untuk penyembuh psikis. Namun Muhammad Quraish Shihab tidak terpengaruh dengan penggunaan kata shifa>’ yang ada dalam al-Qur’an, sehingga nampak jelas dalam tafsirnya, tidak satu pun kata shifa>’ yang ada dalam al-Qur’anoleh Muhammad Quraish ditafsirkan sebagai penyembuh penyakit fisik dan psikis. Bahkan Muhammad Quraish Shihab membatah pada setiap orang yang mengatakan al-Qur’andapat menyembuhkan penyakit fisik, tetapi dalam membantah atau menyangkal terhadap penafsiran kata shifa>’ yang ada dalam al-Qur’anpenyembuh beragam penyakit baik fisik maupun psikis, tidak didasarkan argumen yang kuat melainkan atas analisa Pemahaman M. Quraish Shihab di atas dalam menafsirkan kata shifa> yang ada pada surat al-Isra ayat 82. Bahkan semua kata shifa>’ yang ada dalam al- Qur’anoleh Muhammad Quraish Shihab ditafsirkan penyembuh penyakit hati, padahal al-Qur’ansendiri terkadang menggunakan kata shifa>’ untuk penyembuh penyakit fisik dan terkadang untuk penyembuh psikis. Namun Muhammad Quraish Shihab tidak terpengaruh dengan penggunaan kata shifa>’ yang ada dalam al-Qur’an, sehingga nampak jelas dalam tafsirnya, tidak satu pun kata shifa>’ yang ada dalam al-Qur’anoleh Muhammad Quraish ditafsirkan sebagai penyembuh penyakit fisik dan psikis. Bahkan Muhammad Quraish Shihab membatah pada setiap orang yang mengatakan al-Qur’andapat menyembuhkan penyakit fisik, tetapi dalam membantah atau menyangkal terhadap penafsiran kata shifa>’ yang ada dalam al-Qur’anpenyembuh beragam penyakit baik fisik maupun psikis, tidak didasarkan argumen yang kuat melainkan atas analisa

snediri, dengan cara mengutif penafsiran Tant}awi dalam tafsir Jauhari, padahal Tant}awi juga mengutif dari Hasan al-Bashri>.

3 Lihat QS   , 

        perangilah mereka, niscaya Allah akan menghancurkan mereka dengan (perantaraan) tangan-tanganmu dan Allah akan menghinakan mereka dan menolong kamu terhadap mereka, serta melegakan hati orang-orang yang beriman. QS. At-Taubah 14

    dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan Aku, (al-Syuara:80)

       Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. (Yunus:57)

kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memilikirkan. (an-Nahl:69)

              dan Kami turunkan dari al-Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan al-Qur’anitu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.(al-Isra:82)

Pada umumnya mufasir yang mengatakan al-Qur’an sebagai penyembuh penyakit fisik dan psikis dalam menafsirkan kata shifa>’menggunakan metode riwa>yah, 4 sementara mufasir yang memahami al-Qur’an sebagai penyembuh psikis atas dasar

penafsiran kata 5 shifa>’ dengan menggunakan metode tafsir al- dirayah. Hal ini berlaku secara umum baik tafsir klasik maupun tafsir kontemporer. Tafsir-tafsir kalsik yang menggunakan sumber ijtihad (logika) hampir sudah dapat dipastikan dalam menafsirkan kata shifa>’ bermakna sebagai penyembuh penyakit psikis. Tafsir Jala>lai>n misalnya yang lahir pada abad ke sembilan mengatakan al-Qur’an sebagai penyembuh penyakit psikis, sementara kitab-kitab yang men- sharahinya, yaitu kitab Futu>h>at

                            dan Jikalau Kami jadikan Al-Qur’anitu suatu bacaan dalam bahasa selain Arab, tentulah mereka mengatakan: "Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?" Apakah (patut Al Quran) dalam bahasa asing sedang (Rasul adalah orang) Arab? Katakanlah: "Al-Qur’anitu adalah petunjuk dan penawar bagi orang- orang mukmin. dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, sedang Al-Qur’anitu suatu kegelapan bagi mereka[1]. mereka itu adalah (seperti) yang dipanggil dari tempat yang jauh".(fusulat:44) [1]Yang dimaksud suatu kegelapan bagi mereka ialah tidak memberi petunjuk bagi mereka.

4 Lihat kitab-kitab tafsir riwa>yah, seperti al-Ima>m al-Qurt}ubi, Tafsir al- Ja>mi’ li al-Ahkam al-Qur’an (Kairo:Da>r al-Fikr,1993)

5 Lihat kitab-kitab tafsir al-dirayah , seperti Ahmad Mus}t}afa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi (Kairo: Da>r al-Fikr,2001), pemahaman ini diambil atas

penafsiran kata shifa> yang ada pada surat al-Isra ayat 82.

al-Ilahiyah, tafsir al-S}awi membantah penafsiran dua Jalaludin ini dalam tafsir Jala>lai>n.

Lahirnya berbagai tafsir dengan metode, sumber dan corak yang berbeda tidak urung dalam menafsirkan kata shifa>’ masih

tetap dalam perdebatan antara yang mengatakan al-Qur’an sebagai penyembuh penyakit fisik dan psikis dan al-Qur’an sebagai penyembuh penyakit psikis saja. Jika diperhatikan secara seksama, pada tafsir klasik mendominasi dalam menafsirkan kata shifa>’ bahwa al-Qur’an dapat menyembuhkan penyakit fisik dan psikis. Tafsir kontemporer mendominasi dalam menafsirkan kata shifa>’ bahwa al-Qur’an hanya dapat menyembuhkan penyakit psikis.

Sampai saat ini belum ada mufasir yang mempersatukan dua kubu perdebatan tersebut. Bahkan mufasir kontemporer pada

umumnya membantah terhadap mufasir yang menafsirkan al- Qur’an dapat menyembuhkan penyakit fisik dan psikis, yang pada umumnya dilakukan oleh mufasir klasik. Semua mufasir kontemporer semua kata shifa>’ yang ada di dalam al-Qur’an ditafsirkan hanya dapat menyembuhkan penyakit psikis. Jadi keberadaan tafsir kontemporer terkesan suatu bantahan terhadap tafsir klasik, khusus dalam kata menafsirkan shifa>’ sekalipun hal ini bukan sesuatu yang baru, sebab sebagian mufasir terdahulupun ada yang sejalan dengan mufasir kontemporer, 6 khususnya dalam menafsirkan makna shifa>’, seperti tafsir Jala>lai>n misalnya, yang lahir pada abad kesembilan tepatnya pada tahun 911 Hijriyah. Pada waktu tafsir pada umumnya mengatakan al-Qur’an dapat menyembuhkan penyakit psikis dan fisik, dua Jala al-Din ini, yakni Jala al-Din as-Suyut}i dan Jala al-Din al-Mamally dalam tafsirnya ( Jala>lai>n) mengatakan bahwa al-Qur’an hanya dapat menyembuhkan penyakit psikis. 7 Namun dua ratus tahun

6 Dua Jala al-Din, dengan nama Tafsir Jala> lain , dalam menafsirkan al- Qur’anmenggunakan sumber penafsiran sama dengan tafsir kontempore pada

umumnya, yaitu dengan logoka ( ra’yu ). 7 Lihat Jala al-Din al-Suyut}i dan Jala al-Din al-Mamally, Tafsir Jala>lain

(Kairo: Da>r al-Fikr) dalam menafsirkan kata shifa>’ yang ada pada surat al-Isra ayat 80.

kemudian, tepatnya pada tahun 1204 hijriayah tafsir yang alahir pada abad ke sembilan ini ditafsirkan ( sharah) oleh Sulaiman Ibn‘Umar al-Shafi’iy yang terkenal dengan nama al-Ja>mal, dan tafsirnya Futu>h>at al-Ilahiyah sebanyak 10 jilid. Kemudian 46 tahun, tepatnya pada tahun 1241, tafsir Jala>lai>n ini berhasil ditafsirkan oleh ulama yang bermazhabkan Maliki>, yaitu Ahmad Ibn Muhammad al-S}awiy, dengan nama tafsirnya al-S}awi> sebanyak empat jilid. Dua ulama yang mennafsirkan ( sharah) tafsir Jala>lai>n yang lahir di abad kesembilan ternyata berbeda dalam menafsirkan kata shifa>’. jika dua Jala al-Din di atas menafsirkan kata shifa>’ sebagai penyembuh psikis, maka ulama setelahnya yang mentafsirkan tafsir tersebut, menafsirkan kata shifa>’ sebagai penyembuh fisik dan psikis.

Terlepas dari perbedaan metode penafsiran, yang jelas penyembuhan penyakit fisik dengan al-Qur’an tidak hanya

ditataran konsep, tetapi sudah turun ke alam realita, banyak kita jumpai di bumi nusantara pengobatan-pengobatan al-ternatif, yang di dalamnya terjadi pengobatan dengan al-Qur’an terhadap penyakit fisik dan psikis. Bahkan belakangan ini pengobatan alternatif semakin berani menampakan eksistensi dirinya. Yang lebih me- na’jubkan pengobatan alternatif dengan al-Qur’an semakin mendapatkan tempat di hati masyarakat. Maka tidak mengherankan sebagian masyarakat berbondong-bondong mendatangi pengobatan seperti ini. NurSyifa misalnya, suatu lembaga pengobatan yang ada di wilayah jakarta, yang didirikan dari tahu 1984 telah eksis sampai sekarang dan tidak pernah sepi dari kunjungan pasien.

Sebenarnya pengobatan dengan al-Qur’an bukan hal yang baru, bahkan jika menengok kebelakang sebelum Indonesia merdeka, pengobatan dengan al-Qur’an terhadap penyakit fisik sudah ada, yang dipraktekan oleh para wali, sehingga jika kita mau jujur kedokteran datangnya belakangan ke bumi pertiwi ini. 8

Secara umum dua Jala al-Din ini, dalam menafsirkan kata sifa yang jumlahnya enam ayat semuanya ditafsirkan untuk penyembuhan penyakit psikis.

8 Lihathttps://www.google.co.idsejarah+ilmu+kedokteran+di+Indonesia& oq=sejarah+ilmu+kedokteran+di+Indonesia

Pondok Pesantren suatu lembaga pedidikan tertua di Indonesia, 9 di dalamnya mempraktekan pengobatan penyakit dengan al-

Qur’an, dan diwariskan oleh kiainya kepada para santri sebagai generasi setelahnya. Sehingga hampir dapat dipastikan setiap

orang yang membuka penyembuhan dengan al-Qur’an fisik dan psikis pasti berlatar belakang pondok pesantren.

Merupakan fakta sejarah, bahwa pengobatan penyakit fisik dengan al-Qur’an sudah dilakukan oleh Rasulallah saw. 10 Bahkan

Nabi pernah membacakan surat al-Fa>tih{ah untuk kesembuhan seorang s}ahabat yang kena sengatan ular. Prilaku Nabi tersebut meng-inspirasi para ulama yang notabenenya sebagai pewaris Nabi, yaitu dijadikannya al-Qur’an sebagai penyembuhan penyakit fisik dan psikis. Hal tersebut dijadikan dasar pijakan pembenaran atas penafsiran kata shifa>’ yang ada dalam al-Qur’an bermakna bahwa al-Qur’an selain dapat menyembuhkan penyakit psikis juga fisik. Perilaku Nabi membacakan surat al-Fa>tih{ah untuk kesembuhan sengatan ular semakin memperkuat para ulama dan para sarjana muslim yang mendukung al-Qur’an sebagai penyembuh segala macam penyakit, dengan cara menulis karya-karya kitab yang membahas secara khusus bahwa al-Qur’an sebagai penyembuh segala macam penyakit.

Kitab-kitab tersebut sekalipun tidak sebanyak kitab-kitab tafsir, atau hadis, tetapi kehadirannya dapat membantah para ulama dan serjana muslim yang menolak, bahwa al-Qur’an hanya dapat menyembuhkan penyakit psikis. Di antara kitab-kitab yang mengkhususkan membahas al-Qur’an dapat menyembuhkan segala macam penyakit, seperti Ibn Qayyim al-Jauziyah misalnya, menulis 4 buah kitab yang berjudul

11 Tafsir Ibn al-Qayyim, Zadu al-Ma’ad, al-Da> wa al-Da>wa>, dan T}ib al-Nabawi. Abdu al-Majid

bin Abdu Azi>z Al-Zahimi, ‘Ila>j al-Amra>d} bi al-Qur’an wa al- Sunnah, 12 dan Abdu al-Ha>li>m ‘Audh al-Haliyyi, al-Istishfa>’ wa

9 Lihat http://www.aliyahromu.com/2011/12/sejarah-pondok-pesantren-di- indonesia.html

10 Lihat al-Ima>m al-Al-Bukhari>, Fath} al-Bari (Kairo: Da>r al-Fikr,2001) hadis no 5745, dan hadis Muslim no 2194, dan hadis IbnMajah no 3463.

11 Lihat IbnQayyim al-Jauziyah, al-Da>’ wa al-Da>wa> (tp/tt) 12 Lihat Abdu al-Majid bin Abdu Azi>z Al-Zahimi, ‘Ila>j al-Amra>d} bi al-

Qur’anwa al-Sunnah ( http://dear.to.abusalma,2012 , pukul 03)

Qadha>’ al-Hawa>ij, 13 dan Muhammad Taqiyu al-Muqadam, Khaza>nat al-Asra>r al-Makhtum wa al-Azka>r. 14 Bahkan bukan hanya berbicara ditataran teoritis, melainkan menjelaskan pada tataran praktis dengan cara menginformasikan kepada para pembaca tentang penggunaan ayat al-Qur’an sebagai

15 shifa>’. Seperti al-Ima>m al-Ghaza>li> dalam kitab al-Au>faq, al-Ima>m al-

Kabi>r wa al-Haki>m as-Shahir Abi al-‘Aba>s Ahmad Alibu>ni> dalam kitab 16 Manba’ Us}u>l al-Hikmah, al-Ima>m al-Ala>mah Jala>l al-Di>n

as-Su>yuti} dalam kitab ar-Rahmah fi> T}ibi wa al-Hikmah, al-Sayyid Muhammad Haqqi> an-Na>zili> dalam kitab 17 Khazi>nat al-Asra>r, dan

banyak lagi yang lainnya, yang selalu eksis dari masa kemasa. Inilah fakta sejarah yang sulit dibantah, namun fakta itu tidak menggoyahkan pemahaman para ulama yang memahami al- Qur’an hanya dapat meyembuhkan penyakit psikis. Muhammad Quraish Shihab misalnya, seorang mufasir kontemporer, yang banyak menulis buku-buku yang berkaitan dengan al-Qur’an dengan ciri khasnya, yaitu dalam uraiannya selalu pendekatan kebahasaan. Bahasannya akan lebih nampak pada sebuah karya tafsir al-Qur’an yang ditulis sebanyak 15 volume dengan tafsir yang terkenalnya al-Mishbah yang diterbitkan pada tahun 2000 oleh lentera hati, dalam penafsiran shifa>’ fi al-Qur’an mengatakan bahwa al-Qur’an hanya dapat menyembuhkan penyakit psikis. menurutnya, hadis-hadis yang dijadikan dasar pijakan mufasir adalah hadis yang bersumber dari IbnMardawaih melalui s}ahabat Nabi Ibn Mas’ud yang diperselisihkan nilai dan maknanya. Tambahnya jika hadis itu benar, maka yang dimaksud bukanlah penyakit jasmani, tetapi ia adalah penyakit ruhani/jiwa yang

13 Abdu al-Ha>li>m Faudh al-Haliyyi, al-Istishfa>’ wa Qadha>’ al-Hawa>ij bi al- Qur’an (Markaj al-Tauzi>’:Da>r al-Ans}a>riy,2007)

14 Muhammad Taqiyu al-Muqadam, Khaza>nat al-Asra>r al-Makhtum wa al- Azka>r (Dawi> al-Qurba, 1428)

15 Lihat Ima>m al-Ghazali, al-Aufa>q (Semarang: Maktabah wa T}aba’ah, tt) 16 Lihat al-Ima>m al-Kabi>r wa al-Haki>m as-Shahir Abi al-Aba>s Ahmad

Alibu>ni>, Manba’ Us}u>l al-Hikmah (Haramain,tt)

17 Lihat al-Sayyid Muhammad Haqqi> an-Na>zili> dalam kitab Khazi>nat al-

As-Ra>r (Libanon: Da>r al-Kutub al-Ilmiyah,1993) As-Ra>r (Libanon: Da>r al-Kutub al-Ilmiyah,1993)

Timur Tengah mengatakan andai saja al-Qur’an dapat menyembuhkan penyakit fisik tentu peradaban Islam dalam dunia

medis tidak berarti. 19 lebih tegasnya lagi Yusuf Qarad}a>wi membantah terhadap pendapat yang mengatakan pengobatan

dengan al-Qur’an sudah ada sejak zaman Nabi Muhammad. Menurutnya bukti dari al-Qur’an sebagai penyembuh penyakit fisik, yaitu tidak diketemukan fakta sejarah tentang pengobatan dengan al-Qur’an, terbukti parasahabat tidak pernah selama hidupnya membuka klinik pengobatan dengan al-Qur’an.

Komentar yang bersebrangan, seperti Muhammad Quraish Shihab, yang mengatakan bahwa hadis yang menjelaskan al- Qur’an dapat menyembuhkan beragam penyakit, ternyata berbenturan dengan hadis yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari> dan Muslim. Dua orang ulama hadis yang terkenal tingkat kes}ahihannya, dan kitab yang ditulisnya masuk pada kitab induk hadis , di antara al-Kutub al-Tis’ah. Ima>m Al-Bukhari dalam kitabnya menulis hadis tentang al-Qur’an dapat menyembuhkan penyakit fisik dan psikis pada hadis ke 5745, dan Muslim pada hadis ke 2194. Hadis-hadis tersebut dijadikan dasar argumen oleh Abdu al-Majid bin Abdu al-Azi>z al-Zahimi, dalam kitab ‘Ila>j al- Amra>d} bi al-Qur’an wa al-Sunnah. 20 Selain diketemukan hadis- hadis Nabi tentang al-Qur’an sebagai penyembuh segala macam penyakit, ternyata diketemukan juga isyarat-isyarat dalam al- Qur’an tentang al-Qur’an sebagai penyembuh segala macam penyakit yang terdapat pada al-Qur’an surat al-Hashr ayat 21, dan

18 Lihat Muhammad Quraish Shihab, Tafasir al-Misbah (Ciputat: Lentera Hati,2000),

ma’a al-Qur’an, www.4shared.com/office/...-/034.ht . Di sisi lain Yusuf Qarad}awi mengatakan al-Qur’andapat menyembuhkan beragam penyakit, tetapi jika ayat al-Qur’andijadikan sebuah doa. Artinya jika hanya sekedar dibaca, menurutnya al-Qur’antidak dapat menyembuhkan beragam penyakit. pendapat Yusuf Qarad}awi ini terlihat tidak konsekwen.

19 Yusuf Qarad}awi,

Kai>fa

Nata’a>malu

20 Lihat Abdu al-Majid bin Abdu Azi>z Al-Zahimi, ‘Ila>j al-Amra>d} bi al- Qur’anwa al-Sunnah ( http://dear.to.abusalma,2012 , pukul 03),77 20 Lihat Abdu al-Majid bin Abdu Azi>z Al-Zahimi, ‘Ila>j al-Amra>d} bi al- Qur’anwa al-Sunnah ( http://dear.to.abusalma,2012 , pukul 03),77

" siapa yang tidak

melakukan penyembuhan dengan al-Qur’an maka Allah tidak akan menyembuhkannya‛. 22 Begitu juga seorang peneliti dengan

pendekatan sain menemukan isyarat tentang penyembuhan penyakit dengan al-Qur’an. 23

21 Lihat Husai>n al-Mu>ragha>niy al-Ji>jaliy, al-Burha>n fi al-Ishtifa>’i bi al- Sunnah wa al-Qur’an (Damaskus: Dar IbnKathsir,tt)

22 Lihat IbnQayyim al-Jaujiyah, Zadu al-Ma’ad (Kairo: Da>r al-Fikr), Juz 4, h.352, dan bandingkan dengan Husai>n al-Mu>ragha>niy al-Ji>jaliy, al-Burha>n fi al-

Ishtifa>’i bi al-Sunnah wa al-Qur’an (Damaskus: Dar IbnKathsir,tp/tt) Husai>n al-Mu>ragha>niy al-Ji>jaliy, al-Burha>n fi al-Ishtifa>’i bi al-Sunnah wa al-Qur’an (Bairut: Da>r IbnKathsir, tt), tafsir ini termasuk salah satu tafsir sufi, dengan pendekatan isyarat. Secara keseluruhan tafsir ini sama dengan tafsir pada umumnya, yaitu menafsirkan al-Qur’ansecara utuh, yang dimulai dari

surat al-Fa>tih{ah dan di akhiri dengan surat an-Na>s.

23 Lihat Abdu al-Daim al-Khaheel, al-Qur’anHealing Horizons www.kaheel17.com .

Menurutnya, dalam al-Qur’andisebutkan bahwa pendengaran berada lebih awal sebelum penglihatan, dan ini merupakan indikasi akan pentingnya efek suara dalam penyembuhan. Hal ini senada dengan A. Abdurrochman, S. Perdana dan S. Andhika yang mengatakan; Stimulan al-Qur’an dapat dijadikan sebagai terapi relaksasi bahkan lebih baik dibandingkan dengan stimulan terapi karena stimulan al-Qur’andapat memunculkan gelombang delta sebesar 63,11% sedangkan kenaikan gelombang delta mencapai persentase tertinggi sebesar 1.057%. Stimulan Al-Qur’anini sering memunculkan gelombang delta di daerah frontal dan central baik sebelah kanan maupun kiri otak.

Diketemukan 6 ayat dalam al-Qur’antentang penciptaan pendengaran lebih awal dari yang lainnya, di antaranya: Surat yunus ayat 31                              31. Katakanlah: "Siapakah yang memberi rezki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang Kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup[689] dan siapakah yang mengatur segala urusan?"

Kontroversi al-Qur’an sebagai penyembuh penyakit mengundang para ilmuwan/para peneliti untuk mengkaji lebih jauh, baik peneliti Timur maupun Barat. Seperti peneliti dari Suriah bernama Abdu al-Kaheel, dengan judul penelitiannya; al- Qur’an Healing Horizons 24 , Ahmed Qadri, Qur’a>nic Therapy Heal Yuorself, 25

A. Abdurrochman, S. Perdana dan S. Andhika, Muratal al-Qur’an: Alternatif Terapi Suara Baru, 26 bahkan

penelitian al-Qur’an sebagai penyembuh penyakit, tidak hanya

Maka mereka akan menjawab: "Allah". Maka Katakanlah "Mangapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya)?" [689] Sebagian mufasirin memberi misal untuk ayat ini dengan mengeluarkan anak ayam dari telur, dan telur dari ayam. dan dapat juga diartikan bahwa pergiliran kekuasaan diantara bangsa-bangsa dan timbul tenggelamnya sesuatu umat adalah menurut hukum Allah. Surat an-Nahl ayat 78

                dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. Surat al-Sajdah ayat 9

                kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)- Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur. Surat al-Mulk ayat 23

             Katakanlah: "Dia-lah yang menciptakan kamu dan menjadikan bagi kamu

pendengaran, penglihatan dan hati". (tetapi) Amat sedikit kamu bersyukur.

24 Abdu al-Dael al-Kaheel, al-Qur’anHealing Horizons www.kaheel 17.com 25 Muhammad Ahmed Qadri, Qur’a>nic Therapy Heal Yuorself,

www.iecrcna.org 26 A. Abdurrochman, S. Perdana dan S. Andhika, Muratal al-Qur’an:

Alternatif Terapi Suara Baru.

diteliti dengan pendekatan sain, tehnologi, dan medis, melainkan pendekatan mistispun ikut serta terlibat dalam penelitian ini. seperti Athoullah Ahmad misalnya dalam tesisnya berjudul, Makna 27 Basmalah dalam Perspektif Ilmu Hikmah, dan disertasinya ilmu hikmah di Banten. 28

Dari masa ke masa Al-Qur’an menjadi pusat kajian para ulama dan cendikiawan muslim, semakin dikaji semakin terungkap makna baru yang dapat ditemukan, sehingga kajian terhadap al-Qur’an tidak melahirkan kejenuhan. Berbagai pendekatan dilakukan oleh para ulama dan cendikiawan muslim untuk menangkap pesan Allah yang ada di balik teks al-Qur’an tersebut. Lebih-lebih ulama sufi, menafsirkan al-Qur’an dengan pendekatan yang berbeda dengan ulama pada umumnya, sehingga al-Qur’an tidak kering dari sumber informasi dan inspirasi. Jika ulama-ulama pada umumnya menafsirkan al-Qur’an hanya ditataran pendekatan teks, baik pendekatan al-Ibrah, maupun isharah. Sementara sufi sudah ketataran lat}a>’if, sehingga terkesan sufi bukan menafsirkan al-Qur’an tetapi lebih pada ta’wil, dan melahirkan kontraversi di kalangan ulama tentang sumber yang digunakan oleh ulama sufi.

Beragam pendekatan dapat dilakukan untuk mengungkap maksud al-Qur’an. Jika diibaratakan al-Qur’an laksana mutiara yang ada di tengah-tengah umat manusia, 29 setiap mufasir dapat melihat dan menangkap pesan al-Qur’an, baik tersurat maupun tersirat. Ja’far as-S}adik yang dikutip oleh Miftah misalnya, mengatakan bahwa makna al-Qur’an meliputi empat perkara: ibarat, isharat, lat}a>’if, dan haqa>‘iq. 30 Makna ibarat hanya dapat ditangkap oleh orang awam, makna isyarat dapat ditangkap bagi

27 Athoullah Ahmad, Makna Basmalah dalam Perspektif Ilmu Hikmah, http//www:isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/24307340351.pdf

28 Athoullah Ahmad, Ilmu Hikmah Di Banten, Disertasi SPS UIN Jakarta 2005

29 Lihat Muhammad Quraishis Shihab Mujizat al-Qur’an (Bandung: Mizan 2003)

30 http://miftah19.wordpress.com/2011/03/12/al-qur%E2%80%99an-dan- tafsir-sufi 30 http://miftah19.wordpress.com/2011/03/12/al-qur%E2%80%99an-dan- tafsir-sufi

Tidak berlebihan jika Nabi Muhammad dikatakan sebagai al- Qur’an yang berjalan, artinya, perkataan, perbuatan, dan rencana

Nabi yang berkaitan dengan ibadah merupakan penafsiran terhadap al-Qur’an. 32

Jika demikian adanya, bukan hal yang aneh jika lahir beragam hasil penafsiran akibat dari sumber tafsir yang digunakan dan corak tafsir yang berbeda. ‘Ulama Tasawuf misalnya, melihat al-Qur’an bukan hanya makna teks namun lebih kepada makna yang tersirat, karenanya dalam memahami al- Qur’an sebagai penyembuh penyakit tidak hanya dibatasi oleh kata shifa>’ yang ada di dalam al-Qur’an tetapi lebih pada pesan- pesan ayat yang mengandung isharat al-Qur’an sebagai penyembuh.

Secara umum metode yang digunakan oleh sufi dalam amenafsirkan al-Qur’an adalah terbagi pada dua cara; pertama dengan naz}ari, yang kedua Isha>rri. Para sufi naz}ari berpendapat bahwa pengertian harfiah al-Qur’an bukan pengertian yang dikehendaki, karena yang dikehendaki pengertian bat}in. Sementara sufi isyari menangkap isyarat-isyarat yang ada di balik teks al-Qur’an, yang menurutnya hanya dapat diketahui oleh sufi

31 Orangnya khusus maksudnya, orang-orang yang mengkhususkan diri mempelajari tafsir al-Qur’an> dan telah memenuhi syarat, yang telah ditentukan

ulama. Penafsiran model seperti ini banyak kita temukan pada tafsir-tafsir Isha>rri atau yang di sebut tafsir ilmi. Seperti tafsir UII Isyarat dan mukjizat al- Qur’anyang ditulis oleh Muhammad Quraish Shihab.

32 Lihat QS, An-Najm ayat 3-4.     

     3. dan Tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya. 4. ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya). Jadi semua yang terlintas dari lidah Nabi merupakan wahyu, yang tidak perlu diragukan lagi. Nabi Muhammad dalam menyampaikan makna al- Qur’ankepada para s}ahabatnya, baik dengan perkataan atau perbutan terkadang dengan makna harfiah al-Qur’annamun terkadang makna bat}in .

ketika mereka melakukan suluk. 33 Di sisi lain para sufi melihat al- Qur’an selain pada rahasia ayat, 34 juga melihat pada rahasia huruf ( 35 asra>r hu>ruf), karenanya hal yang wajar jika penafsiran ‘ulama sufi terhadap ayat al-Qur’an jauh berbeda dengan mufasir pada umumnya. Jika dalam tafsir yang lain dapat kita jumpai tafsir secara utuh, namun dalam tafsir sufi tidak pernah diketemukan tafsir sufi secara utuh, pada umumnya lebih ke tematik ( 36 maud}ui’) tergantung pada kecendrungan sufi. Seperti tersebut di atas bahwa secara umum tafsir sufi terbagi pada dua bagian, pertama tafsir sufi naz}ari tafsir ini tidak menafsirkan al-Qur’an secara harfiah, namun lebih menafsirkan ayat secara bat}i>n. artinya dalam menafsirkan ayat didasarkan atas pengalaman bat}innya. Kedua tafsir sufi Isha>rri yaitu tafsir yang menafsirkan isharat-

isharat tersembunyi yang ada di dalam ayat al-Qur’an. Dari 38 penafsiran-penafsiran sufi inilah lahir kitab-kitab hikmah yang

tentunya dalam melihat ayat al-Qur’an sangat bebeda jauh dengan ulama tafsir pada umumnya. Jika diperhatikan

33 Lihat Muhammad Quraish Shihab, Sejarah dan ‘Ulum al-Qur’an (Jakrta: Pustaka Firdaus, 2001), hlm 180-181

Dalam bukunya Muhammad Quraish Shihab membahas tentang cara sufi menafsirkan al-Qur’an. di antara babahasannya ada kata-kata suluk. Suluk merupakan perjalan spiritual dalam rangka takarub ila Allah , hal itu biasa dilakukan oleh ulama sufi. Suluk secara harfiah bentuk jama dari salaka, yang artinya jalan. Dalam konteks sufi yang dimaksud dengan suluk merupakan perjalanan spriritual ulama sufi dalam rangka taqarub kepada Allah swt, hasil taqarub tersebut biasanya sufi dapat ilham (jika ke Nabi bernama wahyu) atau isyarat tentang ayat yang dimauin oleh sufi.

34 Lihat Muhammad Quraish Shihab, Sejarah dan ‘Ulu>m al-

Qur’an (Jakarta: Pustaka Firdaus 2001): 180-181

35 Athoullah Ahmad, Ilmu Hikmah Di Banten, (Disertasi SPS UIN Jakarta 2005):1

36 Lihat Muhammad Quraish Shihab, Sejarah dan ‘Ulu>m al-

Qur’an (Jakarta: Pustaka Firdaus 2001): 180-181.

37 Lihat Muhammad Quraish Shihab, Sejarah dan ‘Ulu>m al- Qur’an (Jakarta: Pustaka Firdaus 2001): 180-181.

38 Athoullah Ahmad, Makna Basmalah dalam Perspektif Ilmu Hikmah, isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/24307340351.pdf.

Ilmu Hikmah adalah ilmu yang tersusun dari kata ilmu dan hikmah. ilmu secara harfiah adalah pengetahuan, sedangkan secara terminologi adalah penemuan pengetahuan. Dalam konteks Tasawuf yang dimaksud ilmu hikmah adalah ilmu tentang rahasia sesuatu.

pemahaman sufi terhadap al-Qur’an sebagai penyembuh tidak dibatasi oleh kata shifa>’ tetapi lebih cenderung kepada makna yang tersirat yang ada di dalam teks ayat, dan didukung oleh

hadis yang ditemukannya. 39

Dari beberapa kitab hikmah, yang dihasilkan atas penafsiran ulama sufi, seperti Sams al-Ma’arif al-Kubra, kitab Manba’ Us}u>l al-Hikmah, 40 karya al-Ima>m al-Kabi>r wa al-Haki>m as-Shahir Abi al-‘Aba>s Ahmad Alibu>ni>, kitab 41 al-aufaq , al-Ima>m al-Ghaza>li>, dan kitab ar-Rahmah Fi> T}ibi wa al-Hikmah karya al-Ima>m al- Ala>mah Jala>l al-di>n as-Su>yuti}, kitab Khazi>nat al-Asra>r, karya al- Sayyid Muhammad Haqqi> an-Na>zili>, Abu Ma’shar al-Fa>laki>, karya Shaikh Abu Hayyu Allah al-Marzuqi>, Abdu al-Ha>li>m Faudh al-Haliyyi, 42 al-Istishfa>’ wa Qadha>’ al-Hawa>ij, dan Muhammad Taqiyu al-Muqadam, Khaza>nat al-Asra>r al-Makhtum wa al- 43 Azka>r, pada kitab-kitab tersebut tidak melihat al-Qur’an dari sisi z}ahir (teks) namun lebih menitik beratkan pada ba}tin (rahasia), maka dapat kita lihat dari hasil penafsirannya tersebut lebih kepada rahasia ayat, surat atau huruf.

Dari beberapa kitab yang penulis uraikan di atas, Khazi>nat al- Asra>r yang tetap dengan keriteria penafsiran sufi Isha>rri. Sebagai buktinya dalam kitab ini, penulisnya, yakni al-Na>zili> selain menafsirkan ayat dari sisi makna yang tersirat juga menafsirkan dari sisi yang tersurat ( tekstual), padahal al-Na>zili> merupakan ulam sufi, yang tentunya melihat al-Qur’an lebih pada makna yang tersirat. Ternyata dugaan ini salah, karena al-Na>zili> selain menafsirkan ayat dari sisi hikmah, juga menfasirkan dari sisi yang lain, yaitu pada umumnya mufasir hanya saja ayat-ayat yang ditafsirkan ayat-ayat yang menurutnya dapat digunakan sebagai

39 Lihat Zamak Sari, Tafsir Kashaf (Kairo:Dar al-Fikr) Juz 3 Surat al-Isra ayat 80

40 Lihat Abu al-Aba>s Ahmad Alibu>ni>, Manba’ Us}u>l al-Hikmah (Haramain,tt)

41 Lihat al-Ghazali, al-Aufa>q (Semarang: Maktabah wa T}aba’ah,tt). Dalam kitab ini lebih pada membahas tehnis peneyembuhan. Dalil-dalil yang

diungkapkan hanya pendapt pribadi. 42 Lihat Abdu al-Ha>li>m Faudh al-Haliyyi, al-Istishfa>’ wa Qadha>’ al-Hawa>ij ,

(Markaj al-Tauzi’Da>r al-Ans}a>riy,2007) 43 Lihat Muhammad Taqiyu al-Muqadam, Khaza>nat al-Asra>r al-Makhtum

wa al-Azka>r (Dawi al-Qur’ba>,1428) wa al-Azka>r (Dawi al-Qur’ba>,1428)

Dokumen yang terkait

ANALISIS KARAKTERISTIK MARSHALL CAMPURAN AC-BC MENGGUNAKAN BUTON GRANULAR ASPHALT (BGA) 15/20 SEBAGAI BAHAN KOMPOSISI CAMPURAN AGREGAT HALUS

14 283 23

TEPUNG LIDAH BUAYA (Aloe vera) SEBAGAI IMMUNOSTIMULANT DALAM PAKAN TERHADAP LEVEL HEMATOKRIT DAN LEUKOKRIT IKAN MAS (Cyprinus carpio)

27 208 2

PENGARUH KONSENTRASI TETES TEBU SEBAGAI PENYUSUN BOKASHI TERHADAP KEBERHASILAN PERTUMBUHAN SEMAI JATI (Tectona grandis Linn f) BERASAL DARI APB DAN JPP

6 162 1

OPTIMASI SEDIAAN KRIM SERBUK DAUN KELOR (Moringa oleifera Lam.) SEBAGAI ANTIOKSIDAN DENGAN BASIS VANISHING CREAM

57 260 22

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) SEBAGAI ADJUVAN TERAPI CAPTOPRIL TERHADAP KADAR RENIN PADA MENCIT JANTAN (Mus musculus) YANG DIINDUKSI HIPERTENSI

37 251 30

HASIL PENELITIAN KETERKAITAN ASUPAN KALORI DENGAN PENURUNAN STATUS GIZI PADA PASIEN RAWAT INAP DI BANGSAL PENYAKIT DALAM RSU DR SAIFUL ANWAR MALANG PERIODE NOVEMBER 2010

7 171 21

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

INTENSIFIKASI PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH ( DI KABUPATEN BANYUWANGI

16 118 18

PERAN PT. FREEPORT INDONESIA SEBAGAI FOREIGN DIRECT INVESTMENT (FDI) DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA

12 85 1