DISKURSUS AL-QUR’AN SEBAGAI PENYEMBUH PENYAKIT
BAB II DISKURSUS AL-QUR’AN SEBAGAI PENYEMBUH PENYAKIT
Diskusi al-Qur’an sebagai penyembuh penyakit, menjadi perdebatan panjang di antara para ulama, baik klasik maupun kontemporer. Banyak ulama memahami al-Qur’an sebagai penyembuh penyakit fisik dan psikis, tetapi tidak sedikit yang menolaknya. Menurutnya al-Qur’an hanya dapat menyembuhkan penyakit psikis, penyakit fisik yang dapat disembuhkan oleh al- Qur’an adalah fisikomatik, yakni penyakit fisik yang disebabkan oleh psikis. Yang lebih ekstrim lagi, ada ulama yang memahami bahwa penyembuhan dengan al-Qur’an adalah penyembuhan atas petunjuk-petunjuk al-Qur’an. Perdebatan ini akan lebih serius dijelaskan pada bagian penyembuhan perspektif al-Qur’an dan ulama.
Untuk mendapatkan pemahaman secara komprehensif tentang penyembuhan penyakit dengan al-Qur’an, penulis akan memaparkan kriteria penyakit menurut al-Qur’an, ulama, dan medis. Hal ini sangat urgen dilakukan karena dapat mengantar para pembaca terhadap pemahaman secara utuh tentang penyembuhan penyakit dengan al-Qur’an. Pembaca dapat melihat lewat tulisan yang penulis sajikan ini tentang kriteria penyakit dari masing-masing kubu. Bagaimana al-Qur’an memberikan kriteri penyakit? Apakah kriteria penyakit menurut al-Qur’an sama dengan kriteria penyakit yang digambarkan medis dan ulama? Cara ini seperti ini akan mempermudah pembaca dalam memahami penyakit berdasarkan kriteria masing-masing.
Cara penulis melihat penyakit perspektif al-Qur’an adalah dengan melihat teks-teks atau lafaz-lafaz yang biasa digunakan oleh al-Qur’an dalam menunjukan penyakit. Setelah dapat diketahui teks-teks yang biasa digunakan oleh al-Qur’an untuk menunjukan penyakit, lantas bagaimana para ulama menafsirkan teks-teks tersebut. Setelah didapat pengetahuan tentang penyakit menurut al-Qur’an, penulis juga akan melihat teks-teks penyembuh yang biasa digunakan oleh al-Qur’an, dan bagaimana ulama menafsirkan teks-teks tersebut.
Adapun kriteria penyakit menurut medis, penulis akan banyak merujuk pada definisi penyakit yang diutarakan oleh dunia medis Islam dan barat, agar mendapatkan kriteria penyakit secara utuh dalam dunia medis. Tidak hanya dunia medis yang dijadikan rujukan tetapi penulis juga akan merujuk konsep sehat menurut who. Setelah didapat pemahaman secara utuh tentang penyakit menurut medis, penulis menjelaskan penyembuhan yang diutarakan oleh dunia medis.
A. Penyakit dalam al-Qur’an Selain al-Qur’an berbicara penyakit, al-Qur’an juga berbicara sehat. Ini bukti keseimbangan al-Qur’an dan sekaligus karakter, dimana berbicara penyakit, al-Qur’an juga berbicara penyembuh. Berbicara dosa juga berbicara pahala dan begitu seterusnya. Tidak ada satu kata pun yang tidak dibicarakan pasangannya.
Pengistilahan kata yang digunakan oleh al-Qur’an terkadang berlainan dengan disiplin ilmu lain. Sehat misalnya, kata sehat dalam al-Qur’an digunakan tetapi sedikit berbeda dengan disiplin ilmu kedokteran. Sehat menurut al-Qur’an mencakup beberapa hal. Di antaranya; memelihara agama, jiwa, akal, jasmani, harta, dan keturunan. Tidak heran jika ditemukan bahwa Islam amat kaya dengan tuntunan kesehatan.
Al-Qur’an mengistilahkan sehat dengan dua kata. Pertama kata sehat dan yang kedua kata al-Afiyah. Dalam bahasa Indonesia dua kata tersebut di atas sering digunakan menjadi kata
majemuk, 1 yang dalam pengertiannya kata "afiat" dipersamakan dengan "sehat". Afiat diartikan sehat dan kuat, sedangkan sehat
(sendiri) antara lain diartikan sebagai keadaan baik segenap badan serta bagian-bagiannya (bebas dari sakit). Tentu pengertian kebahasaan ini berbeda dengan pengertian dalam tinjauan ilmu kesehatan, yang memperkenalkan istilah-istilah kesehatan fisik, kesehatan mental, dan kesehatan masyarakat.
Walaupun Islam mengenal hal-hal tersebut, namun sejak dini perlu digarisbawahi satu hal pokok berkaitan dengan kesehatan, yaitu melalui pengertian yang dikandung oleh kata
Wawasan al-Qur’an, http://media.isnet.org/Islam/Quraish/Wawasan/Kesehatan1.html , 2012
1 Lihat Muhammad
Quraish
Shihab, Shihab,
Pakar bahasa Al-Quran dapat memahami dari ungkapan sehat wal-afiat bahwa kata sehat berbeda dengan kata afiat, karena wa yang berarti "dan" adalah kata penghubung yang sekaligus menunjukkan adanya perbedaan antara yang disebut pertama (sehat) dan yang disebut kedua (afiat). Nah, atas dasar itu, dipahami adanya perbedaan makna di antara keduanya.
Dalam literatur keagamaan, bahkan dalam hadis-hadis Nabi Saw. ditemukan sekian banyak doa, yang mengandung permohonan afiat, di samping permohonan memperoleh 2 3 sehat. Dalam kamus bahasa Arab,
kata afiat diartikan sebagai perlindungan Allah untuk hamba-Nya dari segala macam bencana dan tipu daya. Perlindungan itu tentunya tidak dapat diperoleh secara sempurna kecuali bagi mereka yang mengindahkan petunjuk-petunjuk-Nya. Maka kata afiat dapat diartikan sebagai berfungsinya anggota tubuh manusia sesuai dengan tujuan penciptaannya. Keadaan sehat diartikan sebagai keadaan baik bagi segenap anggota badan, maka agaknya dapat dikatakan bahwa mata yang sehat adalah mata yang dapat melihat maupun membaca tanpa menggunakan kacamata. Tetapi, mata yang afiat adalah yang dapat melihat dan membaca objek-objek yang bermanfaat serta mengalihkan pandangan dari objek-objek yang terlarang, karena itulah fungsi yang diharapkan dari penciptaan mata.
Telah disinggung bahwa dalam tinjauan ilmu kesehatan dikenal berbagai jenis kesehatan, yang diakui pula oleh pakar- pakar Islam. Majelis Ulama Indonesia (MUI), misalnya, dalam Musyawarah Nasional Ulama tahun 1983 merumuskan kesehatan sebagai "ketahanan jasmaniah, ruhaniah, dan sosial
2 Lihat Muhammad Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an (Bandung: Mizan, 1996),240
3 Lihat Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia (Jakarta: Hidakarya Agung,1999) 3 Lihat Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia (Jakarta: Hidakarya Agung,1999)
4 Lihat Hadis Nabi Riwayat al-Al-Bukhari dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-
‘Ash
5 Lihat QS: 2:222
222. mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: "Haidh itu adalah suatu kotoran". oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri[1] dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci[2]. apabila mereka telah Suci, Maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.
[1] Maksudnya menyetubuhi wanita di waktu haidh. [2] Ialah sesudah mandi. Adapula yang menafsirkan sesudah berhenti
darah keluar. Lihat juga QS:74:4-5 dan pakaianmu bersihkanlah, 5. dan perbuatan dosa tinggalkanlah, 6 Lihat QS: 7:31 darah keluar. Lihat juga QS:74:4-5 dan pakaianmu bersihkanlah, 5. dan perbuatan dosa tinggalkanlah, 6 Lihat QS: 7:31
Qur’an dikatakan rijs kata rijs diartikan sebagai keburukan budi pekerti atau kebobrokan mental. Pendapat serupa dikemukakan
antara lain oleh seorang ulama kontemporer Syaikh Taqi Falsafi dalam bukunya Child between Heredity and Education, yang mengutif pendapat Alexis Carrel dalam bukunya Man the Unknown. Carrel, peraih hadiah Nobe1 bidang kedokteren ini, menulis bahwa pengaruh campuran kimiawi yang dikandung oleh makanan terhadap aktivitas jiwa dan pikiran manusia belum diketahui secara sempurna, karena belum diadakan eksperimen dalam waktu yang memadai. Namun tidak dapat diragukan bahwa perasaan manusia dipengaruhi oleh kuantitas dan kualitas makanan. Itulah sekelumit sehat menurut al-Qur’an, yang mencakup pada seluruh aspek kehidupan manusia.
Selain al-Qur’an berbicara sehat, al-Qur’an juga berbicara sakit, baik sakit fisik maupun psikis. Dalam al-Qur’an banyak digunakan kata-kata untuk menunjukan kondisi sakit, di
Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di Setiap (memasuki) mesjid[3], Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan[4]. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan .
[3]Maksudnya: tiap-tiap akan mengerjakan sembahyang atau thawaf keliling ka'bah atau ibadat-ibadat yang lain. [4]Maksudnya: janganlah melampaui batas yang dibutuhkan oleh tubuh dan jangan pula melampaui batas-batas makanan yang dihalalkan. 7 Lihat QS:6:145 Katakanlah: "Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaKu, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi - karena Sesungguhnya semua itu kotor - atau binatang yang disembelih atas nama selain Allah. Barangsiapa yang dalam Keadaan terpaksa, sedang Dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, Maka Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang".
antaranya; kata 8 marad} ( ضرم), kata saqi>m (ميقس), kata al-Akmah
9 ( 10 ةمكلاا) kata al-Abras} ( صربلأا) kata al-Massy (سلدا) kata harada}
8 Lihat QS: 3:49
49. dan (sebagai) Rasul kepada Bani Israil (yang berkata kepada mereka): "Sesungguhnya aku telah datang kepadamu dengan membawa sesuatu tanda (mukjizat) dari Tuhanmu, Yaitu aku membuat untuk kamu dari tanah berbentuk burung; kemudian aku meniupnya, Maka ia menjadi seekor burung dengan seizin Allah; dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahirnya dan orang yang berpenyakit sopak; dan aku menghidupkan orang mati dengan seizin Allah; dan aku kabarkan kepadamu apa yang kamu Makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah suatu tanda (kebenaran kerasulanku) bagimu, jika kamu sungguh- sungguh beriman.
9 Lihat QS: 3:49 10 Lihat QS:2:275 275. orang-orang yang Makan (mengambil) riba[174] tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila[175]. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-
11 12 ( 13 اضرح), kata jinnah ( ةنج) dan kata al-Durru ( رضلا). Semua kata tersebut digunakan oleh al-Qur’an sesuai dengan kondisi sakit.
Dengan demikian jika al-Qur’an menggunakan salah satu kata
orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu[176] (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.
[174] Riba itu ada dua macam: nasiah dan fadhl. Riba nasiah ialah pembayaran lebih yang disyaratkan oleh orang yang meminjamkan. Riba fadhl ialah penukaran suatu barang dengan barang yang sejenis, tetapi lebih banyak jumlahnya karena orang yang menukarkan mensyaratkan demikian, seperti penukaran emas dengan emas, padi dengan padi, dan sebagainya. Riba yang dimaksud dalam ayat ini Riba nasiah yang berlipat ganda yang umum terjadi
dalam masyarakat Arab zaman jahiliyah. [175] Maksudnya: orang yang mengambil Riba tidak tenteram jiwanya
seperti orang kemasukan syaitan. [176] Riba yang sudah diambil (dipungut) sebelum turun ayat ini, boleh tidak dikembalikan.
11 Lihat QS:12:85
mereka berkata: "Demi Allah, Senantiasa kamu mengingati Yusuf, sehingga kamu mengidapkan penyakit yang berat atau Termasuk orang-orang yang binasa".
12 Lihat QS:23:25,70
la tidak lain hanyalah seorang laki-laki yang berpenyakit gila, Maka
tunggulah (sabarlah) terhadapnya sampai suatu waktu." atau (apakah patut) mereka berkata: "Padanya (Muhammad) ada penyakit gila." sebenarnya Dia telah membawa kebenaran kepada mereka, dan kebanyakan mereka benci kepada kebenaran itu.
13 Lihat QS:21:83
dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya: "(Ya Tuhanku), Sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan yang Maha Penyayang di antara semua Penyayang".
tersebut di atas, itu artinya al-Qur’an menunjukan pada kondisi tertentu. Misalnya, al-Qur’an menggunakan kata marad} ( ضرم),
untuk menunjukan pada penyakit fisik dan psikis. 14 kata saqi>m ( 15 ميقس), kata al-Akmah ( ةمكلاا) al-Abras} (صربلأا) harada} (اضرح), untuk
14 Lihat QS: 2:10, 184
dalam hati mereka ada penyakit[23], lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta. [23] Yakni keyakinan mereka terdahap kebenaran Nabi Muhammad s.a.w. lemah. Kelemahan keyakinan itu, menimbulkan kedengkian, iri-hati dan dendam terhadap Nabi s.a.w., agama dan orang-orang Islam.
(yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka Barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi Makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan[114], Maka Itulah yang lebih baik baginya. dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.
[114] Maksudnya memberi Makan lebih dari seorang miskin untuk satu hari.
15 Lihat QS,24:61, 2:185
61.tidak ada halangan bagi orang buta, tidak (pula) bagi orang pincang, tidak (pula) bagi orang sakit, dan tidak (pula) bagi dirimu sendiri, Makan (bersama- sama mereka) dirumah kamu sendiri atau dirumah bapak-bapakmu, dirumah ibu-ibumu, dirumah saudara- saudaramu yang laki-laki, di rumah saudaramu yang perempuan, dirumah saudara bapakmu yang laki-laki, dirumah saudara bapakmu yang perempuan, dirumah saudara ibumu yang laki-laki, dirumah saudara ibumu yang perempuan, dirumah yang kamu miliki kuncinya[1051] atau dirumah kawan-kawanmu. tidak ada halangan bagi kamu Makan bersama- sama mereka atau sendirian. Maka apabila kamu memasuki (suatu rumah dari) rumah- rumah (ini) hendaklah kamu memberi salam kepada (penghuninya yang berarti memberi salam) kepada dirimu sendiri, salam yang ditetapkan dari sisi Allah, yang diberi berkat lagi baik. Demikianlah Allah menjelaskan ayat- ayatnya(Nya) bagimu, agar kamu memahaminya. [1051] Maksudnya: rumah yang diserahkan kepadamu mengurusnya.
184. (yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka Barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi Makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan[114], Maka Itulah yang lebih baik baginya. dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. [114] Maksudnya memberi Makan lebih dari seorang miskin untuk satu hari.
Dari uraian di atas yang mewakili untuk menunjukan pada penyakit fisik dan psikis adalah kata marad}. Kata marad} dalam al- Qur’an untuk menunjukan pada penyakit fisik muncul dalam berbagai bentuk, di antaranya adalah marad} ( ضرم), mari>d}a> (اضيرم),
mard}a>y ( ىضرم), al-mari>d} (ضيرلدا), marad}an (اضرم), marid}tu (تضرم). Kata marad} ( ضرم), di dalam al-Qur’an disebut sebanyak lima belas kali, yang terdapat pada surat al-Baqarah ayat 10, 184, 185
dan 194, surat al-Maidah ayat 6, 52, surat al-Anfa>l ayat 49, surat al-Taubah ayat 125, surat al-Haj ayat 53, surat an-Nur ayat 50,61, surat al-Ahzab ayat 12, 32, surat Muhammad ayat 20, 29, surat Mudathir ayat 31, surat al-Fath ayat 17, surat al-Nisa> ayat 43,102, surat al-Muzamil ayat 20, surat Asu’ara ayat 80, dan kata saqi>m ( ميقس) hanya ada pada surat al-S}afat ayat 89, 145, dengan
satu bentuk, yaitu subjek ( isim fa>’il). Demikian juga dengan kata al-Massy hanya ada satu yang terdapat dalam surat al-Baqarah ayat 2, dan kata jinnah terdapat pada surat 7 ayat 184, surat 23 ayat 25, 70, surat 34 ayat 8, kata al-Abras dan al-Akmah terdapat pada surat 3 ayat 49, surat 5 ayat 110.
Dalam penggunaan kata yang terambil dari kata marad} untuk menunjukan penyakit fisik, al-Qur’an mengambil bentuk subjek ( isim fa>il), seperti mari>d}a> ( اضيرم), mard}a>y (ىضرم), al-marid} (ضيرلدا),
sementara untuk menunjukan penyakit psikis al-Quran menggunakan fi’il mad}i, dan mas}dar, contohnya kata marad} ( ضرم),
dan marad}a> ( اضرم). Selain bentuk kata yang berbeda jumlah penggunaan kata pun berbeda, seperti kata mari>d}a> ( اضيرم) digunakan dalam al-Qur’an sebanyak tiga kali, kata mard}a>y
( ىضرم), digunakan dalam al-Qur’an sebanyak empat kali, kata al- marid} ( ضيرلدا), digunakan sebanyak dua kali, kata marad}a> (اضرم) sebanyak satu kali, kata marid}tu ( تضرم), sebanyak satu kali.
Terlepas dari perbedaan bentuk dan jumlah kata yang menunjukan penyakit dalam al-Qur’an, yang jelas penyakit perspektif al-Qur’an mencakup fisik dan psikis, seperti yang tersebut di atas. Adapun yang dimaksud penyakit psikis perspektif al-Qur’an adalah penyakit hati yang tidak nampak dan Terlepas dari perbedaan bentuk dan jumlah kata yang menunjukan penyakit dalam al-Qur’an, yang jelas penyakit perspektif al-Qur’an mencakup fisik dan psikis, seperti yang tersebut di atas. Adapun yang dimaksud penyakit psikis perspektif al-Qur’an adalah penyakit hati yang tidak nampak dan
( 17 hasad), shak (ragu) dan kufur. Yang dimaksud dengan shirik adalah menyekutukan atau menduakan Allah. Di dalam hati orang
ini ada dua Tuhan dan ada yang dipertuhankan, wujudnya bisa beragam. Antonim dari shirik adalah mukhlis, artinya di hatinya tida ada apapun kecuali Allah. 18 Adapun penyakit hati dengan bentuk nifaq adalah kafir tersembunyi, nampaknya seperti orang beriman tetapi hatinya berpaling. 19
16 Yang termasuk penyakit hati, yaitu penyakit yang tidak terlihat oleh kasat mata, tepai penyakit tersebut jelas adanya. Seperti kemushrikan, kebodohan, hasud, munafiq, iri hati dan sejenisnya. 17
Lihat QS: 113:5 dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki." 18 Lihat QS: 98:5 Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus[1595], dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus.
[1595] Lurus berarti jauh dari syirik (mempersekutukan Allah) dan jauh dari kesesatan. 19 Lihat QS: 2:13-14
apabila dikatakan kepada mereka: "Berimanlah kamu sebagaimana orang- orang lain telah beriman." mereka menjawab: "Akan berimankah Kami
Begitu juga dengan Jahal yang dimaksud adalah bodoh dalam akidah 20 bukan bodoh dalam artian pada umumnya, yang
lebih menitik beratkan pada pengertian kebodohan dalam pemikiran yang berhimbas pada kesejahteraan hidup. Begitu juga
dengan penyakit hati dengan bentuk kufur yang dimaksud adalah hatinya tertutup dari hidayah Allah. 21
sebagaimana orang-orang yang bodoh itu telah beriman?" Ingatlah, Sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh; tetapi mereka tidak tahu.
14.dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: "Kami telah beriman". dan bila mereka kembali kepada syaitan- syaitan mereka[25], mereka mengatakan: "Sesungguhnya Kami sependirian dengan kamu, Kami hanyalah berolok-olok."
[25] Maksudnya: pemimpin-pemimpin mereka. 20 Lihat QS: 2:273
(Berinfaqlah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan Allah; mereka tidak dapat (berusaha) di bumi; orang yang tidak tahu menyangka mereka orang Kaya karena memelihara diri dari minta-minta. kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak. dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), Maka Sesungguhnya Allah Maha Mengatahui.
21 Lihat QS: 2:7
Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka[20], dan penglihatan mereka ditutup[21]. dan bagi mereka siksa yang Amat berat. [20] Yakni orang itu tidak dapat menerima petunjuk, dan segala macam nasehatpun tidak akan berbekas padanya. [21] Maksudnya: mereka tidak dapat memperhatikan dan memahami ayat-ayat Al-Qur’anyang mereka denganr dan tidak dapat mengambil pelajaran dari tanda-tanda kebesaran Allah yang mereka Lihat di cakrawala, di permukaan bumi dan pada diri mereka sendiri.
Nifaq, jahal, shirik, hasad, ragu dan kufur tersebut di atas al- Qur’an menyebutnya penyakit hati, karena penyakit tersebut bersemayam di dalam hati manusia. Hati yang dimaksud di sini bukan hati menurut ilmu kedokteran yang hanya melihat bentuk hati secara fisik, tetapi hati yang pengertiannya lebih dalam dari
itu. Hati dalam al-Qur’an disebutkan sekitar pada 345 ayat, 22 yang secara umum dapat bermakna tempat melahirkan dan
menyembuyikan sesuatu, 23 karena sesuatu yang ada berada dalam hati tidak dapat dilihat, yang hanya dilihat adalah gejala dari hati
tersebut. Begitu tersembunyi sesuatu yang berada di dalam hati sehingga Allah memberikan satu gambaran, bahwa di akhirat
sesuatu yang berada di dalam hati akan dinampakan. 24 Dalam al-Qur’an hati diistilahkan dengan sudu>r, qalbun,
fuad, dan lub. Abdul Mujib dalam menyampaikan materi kuliah di SPs UIN Jakarta pada mata kuliah Agama dan Psikikoterapi
ditahun 2011 menggambarkan susunan sudur, qalbun, fuad dan lubb sebagai berikut:
Sudur Qalb
Fuad
Lubb
22 Lihat Internet www.qurankita.org , bandingkan dengan Azhari Azi>z Samudra, dan Setua Budi, Hakikat akal Jasmani dan Rohani (Bekasi: Yayasan
Majelis Ta’lim HDH, 2004): 120 23 Lihat Azhari Azi>z Samudra, dan Setua Budi, Hakikat akal Jasmani dan
Rohani (Bekasi: Yayasan Majelis Ta’lim HDH, 2004): 120 24 Lihat al-Qur’ansurat al-Adiyat ayat 10
dan dilahirkan apa yang ada di dalam dada,
S}udur adalah bentuk jama dari s}adr ( ردص) yang secara bahasa dapat diartikan dada, atau permulaan sesuatu, 25 karenanya kata
s}udur dapat diartikan hati bagian luar, yang dalam al-Qur’an disebutkan sebanyak empat puluh satu kali, dan mengindikasikan
sesuatu yang tersembunyi dibalik dada, atau pangkal hati. Adapun qalb secara harfiyah dapat diartikan hati, jantung, akal, dapat juga diartikan bolak balik, 26 yang di atas menjadi di bawah dan yang di bawah menajdi di atas. kata qalb dalam al-Qur’an disebutkan dalam berbagai bentuk sebanyak 163. 27 Di bawah qalb yaitu fu’ad yang secara harfiyah diartikan hati, akal. 28 Kata fu’ad disebutkan
di dalam al-Qur’an sebanyak enam belas kali, yang meng- indikasikan hati yang bersih. 29 Lapisan hati berikutnya disebut
lubb dengan bentuk jamak al-bab, lubb secara harfiyah diartikan
isi dari tiap-tiap sesuatu, akal, cerdik, bersih dari sesuatu. Dalam al-Qur’an lubb dengan bentuk jama’ yaitu al-alba>b disebutkan sebanyak lima belas kali, yang mengandung isyarat
akal. 31 Menurut Muhammad Quraish Shihab, yang dimaksud dengan al-albab adalah saripati sesuatu. Kacang misalnya, yang
menutupi isinya. Isi kacang disebut 32 lubb. Jika al-Qur’an mendefinisikan hati seperti yang tersebut di
atas, dengan cara memberikan klasifikasi, yaitu s}udur, qalbun, fuad dan lubb, yang semuanya mengarah pada bagian psikis,
25 Lihat Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia (Jakarta: PT Hidakarya Agung):213
26 Lihat Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia (Jakarta: PT Hidakarya Agung,1999):353, lihat juga QS: 24:37, 33:66
27 Lihat Fath ar-Rahman, 367-369 28 Lihat Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia (Jakarta: PT Hidakarya
Agung,1999):306 29 Lihat Firman Allah pada surah an-Najm ayat 11 hatinya tidak mendustakan apa yang telah dilihatnya[1429]. [1429] Ayat 4-11 menggambarkan Peristiwa turunnya wahyu yang pertama di gua Hira.
30 Lihat Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia (Jakarta: PT Hidakarya Agung,1999):388
31 Lihat QS, 2:179 w 32 Lihat Muhammad Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah (Ciputat: Lentera
Hati, 2000) volume satu:369 Hati, 2000) volume satu:369
IbnQayyim al-Jauziyah, seorang ulama abad ketujuh beliau juga penulis kitab tafsir berkenamaan Tafsir Ibn Qayyim yang di dalamnya hanya menafsirkan ayat-ayat pilihan, juga seorang penulis kitab Zadu al-Ma’ad, kitab al-Da> wa al-Dawa>’ dan kitab T}ib al-Nabawi, dalam salah satu kitabnya, yaitu Ti}b al-Nabawi beliau berkomentar tentang penyakit hati menurut al-Qur’an. menurutnya penyakit hati menurut al-Qur’an secara umum dapat dikelompokan pada dua bagian; pertama penyakit shubhat yakni keraguraguan, yang kedua penyakit 33 shahwat yakni hawa nafsu.
Saraswati Mahmuddin dalam sebuah disertasinya berkomentar bahwa secara umum penyakit terbagi pada dua
bagian, yaitu fisik dan psikis. 34 Penyakit fisik adalah penyakit yang ada pada tubuh manusia, sementara penyakit psikis adalah
penyakit kegoncangan jiwa, yang menyangkut perasaan. Definisi penyakit psikis yang diutarakan Saraswati bukan pada penyakit yang berada dalam hati, sebagaimana yang djelaskan dalam al- Qur’an seperti hasud kufur, munafiq dan sejenisnya. Kriteria yang diutarakan Saraswati tentang penyakit psikis, adalah kriteria yang sejalan dengan kriteria yang diutarakan oleh dunia medis.
B. Penyembuhan Perspektif al-Qur’an Berdasarkan Kata Shifa>’
Abdul Razak Naufal, seorang sarjana Mesir menemukan bahwa kata-kata yang terkandung dalam Quran sangat harmonis dan akurat. Yakni selalu seimbang dalam berbagai hal. Dari hasil penelitiannya, dia berusaha mempublikasikan lewat sebuah bukunya yang berjudul " Al-Ijaaz Al-Adady li al-Qur’an al-Karim" (Kemukjizatan dari segi bilangan dalam Quran) yang terdiri dari
33 Lihat IbnQayyim al-Jauziyah, T}ib al-Nabawi (tp/tt),1 34 Lihat Saraswati Mahmuddin, Sistem Kedokteran IbnSina (SPs UIN
Jakarta: Disertasi,2011),104-105 Jakarta: Disertasi,2011),104-105
dalamnya penyembuhan. Seperti yang penulis paparkan di atas, bahwa al-Qur’an membagi penyakit pada dua bagian, penyakit
fisik dan psikis. Begitu juga al-Qur’an menjelaskan tentang penyembuhan dua penyakit tersebut.
Dalam al-Qur’an diketemukan kata shifa>’, yang secara harfiyah dapat diartikan sebagai penyembuh. 36 Kata shifa>’
(penyembuh) di dalam al-Qur’an diketemukan sebanyak enam kata, yang terletak pada enama ayat, yaitu pada surat al-Isra ayat
37 38 82, 39 surat at-Taubah ayat 14, surat an-Nahl ayat 69, surat
35 Lihat http://petanidakwahmenulis 36 Lihat Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia (Jakarta: PT Hidakarya
Agung,1999) 37 Lihat QS: 17:82
dan Kami turunkan dari Al-Qur’ansuatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Qur’anitu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.
38 Lihat QS: 9:14
Perangilah mereka, niscaya Allah akan menghancurkan mereka dengan (perantaraan) tangan-tanganmu dan Allah akan menghinakan mereka dan menolong kamu terhadap mereka, serta melegakan hati orang-orang yang beriman.
39 Lihat QS:16:69
69.kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang
40 Yunus ayat 57, 41 surat ash-Shu’ara ayat 80, dan surat Fus}ulat ayat 44. 42 Dari enam ayat, yang secara sepesifik meng-isyaratkan al-Qur’an sebagai penyembuh penyakit psikis sejumlah 2 ayat
yang terletak pada surat at-taubah ayat 14 dan surat yunus ayat
57, sementara empat aya bersifat umum, yakni fisik dan psikis. Inilah isyarat al-Qur’an yang dapat ditangkap tentang dirinya dapat menyembuhkan penyakit fisik dan psikis. Bahkan penggunaan kata shifa>’ yang ada dalam al-Qur’an secara umum lebih mendominasi dibandingkan dengan yang menunjukan pada penyakit hati. Kata shifa>’ untuk peyakit fisik dan psikis psikis empat ayat, sementara untuk psikis hanya dua ayat, seperti
demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memilikirkan.
40 Lihat QS:10:57
57. Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.
41 Lihat QS:26:80
dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan Aku, 42 Lihat QS: 41:44
dan Jikalau Kami jadikan Al-Qur’anitu suatu bacaan dalam bahasa selain Arab, tentulah mereka mengatakan: "Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?" Apakah (patut Al Quran) dalam bahasa asing sedang (Rasul adalah orang) Arab? Katakanlah: "Al-Qur’anitu adalah petunjuk dan penawar bagi orang- orang mukmin. dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, sedang Al-Qur’anitu suatu kegelapan bagi mereka[1334]. mereka itu adalah (seperti) yang dipanggil dari tempat yang jauh".
[1334] Yang dimaksud suatu kegelapan bagi mereka ialah tidak memberi petunjuk bagi mereka.
tersebut di atas. Namun dari enam kata shifa>’ itu melahirkan perdebatan di antara ulama tafsir. Muhahammad Quraish Shihab seorang mufasir kontemporer Indonesia dalam salah satu karyanya, yaitu tafsir al-Misbah yang diterbitkan pada tahun 2002, dengan metode tafsir tahli>li> dengan pendekatan kebahasaan ( lughah) berkomentar, bahwa al-Qur’an hanya dapat menyembuhkan penyakit psikis, penyakit fisik yang dapat disembuhkan oleh ayat al-Qur’an adalah penyakit psikomatik. Yakni penyakit fisik yang disebabkan psikis. Muhammad juga menambahkan bahwa ulama yang memahami al-Qur’an sebagai penyembuh penyakit fisik dan psikis didasarkan pada hadis yang diperselisihkan makna dan kes}ahihannya. 43 Di sini terlihat Muhammad Quraish Shihab tidak menafsirkan kata shifa>’, melainkan mendebat mufasir yang menafsirkan al-Qur’an dapat menyembuhkan penyakit fisik dan psikis yang lahir dari pemahaman kata shifa>’ dengan didukung hadis-hadis Nabi. Padahal sudah di ma’lum Muhammad Quraish Shihab terkenal dengan penafsiran corak lughawi (kebahasaan), tetapi pada penafsiran kata shifa>’ seakan berpaling dari kenyataan. Anehnya lagi Muhammad Quraish Shihab dalam menafsirkan kata shifa>’lebih mengutif perkataan Hasan al-Bas}ri yang dikutip oleh T}ant}awi al-Jauhari, dalam tafsir al-Jauhar, salah satu tafsir kontemporer timur tengah. Kelemahan lain dari bantahan Muhammad Quraish tidak mengutif langsung perkataan Hasan Bas}ri, sehingga Muhammad Quraish Shihab terkesan tidak menafsirkan kata shifa>’ dengan pendekatan yang biasa dilakukannya, yaitu pendekatan bahasa.
Pandangan Muhammad Quraish Shihab sejalan dengan mufasir kontemporer timur tengah, yang terkenal dengan metodenya yaitu adabi ijtima’i (sosial kemasyarakatan), sekalipun antara Muhammad Qurasih Shihab dengan ulama kontemporer timur tengah dengan argumen yang berbeda. Ahmad Mus}t}afa al-Maraghi misalnya, seorang mufasir yang lahir pada abad ke dua puluh dalam tafsirnya mengatakan bahwa al-Qur’an
43 Lihat Muhammad Quraishi’s Shihab, Tafsir al-Misbah (Ciputat: Lentera Hati,2000) volume 7 43 Lihat Muhammad Quraishi’s Shihab, Tafsir al-Misbah (Ciputat: Lentera Hati,2000) volume 7
ditafsirkan sebagai penyembuh penyakit psikis. Padahal al- Maraghi dalam menafsirkan kata shifa>’ dalam tafsirnya selain
menggunakan pendekatan logika, juga menggunakan pendekatan riwayat. Hadis yang digunakan al-Maraghi dalam menafsirkan kata shifa>’ sama dengan hadis yang digunakan mufasir klasik pada umumnya, al-Qurt}ubi misalnya, seorang mufasir yang lahir pada abad ke tujuh, tepatnya pada tahun 671 hijriyah. 45 Namun sekalipun hadis yang digunakan al-Maraghi dengan mufasir klasik pada umumnya sama, tetapi melahirkan penafsiran yang berbeda. 46
Al-Qur’an hanya dapat menyembuhkan penyakit pisikis dilontarkan juga oleh Ibni Kathir, seorang mufasir yang lahir 47
pada abad ke lima dan ke enam tepatnya tahun 772 H dalam salah satu karyanya, yaitu Tafsir al-Qur’an al-Az}im dengan metode yang digunakan tah~li>li>> al-Riwa>yah, mengatakan, bahwa al-Qur’an hanya dapat menyembuhkan penyakit psikis, bahkan Ibni Kathir lebih ketat dalam menafsirkan kata shifa>’ yang ada dalam al-Qur’an. Ibni Kathir dalam komentarnya; hati yang dapat disembuhkan oleh al-Qur’an adalah hati orang mu’min, tidak
44 Lihat Ahmad Must}afa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi (Kairo: Dar al- Fikr), Juz 4, hlm.38, 169, Juz 5 hlm 155, 235. Juz 7 hlm 48, Juz 8 hlm 287
45 Lihat Muhammad Hasbi al-Shidieqey, Sejarah dan Pengantar Ilmu al- Qur’an dan Tafsir (Semarang: PT Pustaka Rizki Putra,2000),223
46 Dengan hadis yang sama antara mufasir klasik dengan mufasir kontemporer, al-Maraghi misalnya, dengan al-Qur’t}ubi dalam menafsirkan
kata shifa>’ menggunakan hadis yang sama tetapi melahirkan penafsiran yang berbeda. al-Maraghi menafsirkan kata shifa>’ dengan bantuan hadis yang digunakan oleh al-Qur’t}ubi mengatakan bahwa shifa>’ yang ada di dalam al- Qur’anbermakna penyembuh penyakit fisikis. Adapun al-Qur’t}ubi mengatakan al-Qur’ansebagai penyembuh penyakit fisik dan psikis.
47 Lihat Tengku Muhammad Hasbi As-Shidieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu al-Qur’an dan Tafsir (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 200 M), 224
Tengku Muhammad Hasbi As-Shidieqy, dalam bukunya, berkomentar, menurutnya Tafsir Ibni Kathir merupakan tafsir terbaik pada masanya. Tafsir yang pendektannya riwayat dengan riwayat-riwayat yang digunakan adalah riwayat paling s}ahih.
setiap hati manusia. 48 Padahal kita tahu, penafsiran Ibni Kathir terhadap al-Qur’an bersumberkan riwayat yang pada umumnya
tafsir yang bersumberkan riwayat dalam menafsirkan kata shifa>’ selalu menunjukan pada penyakit z}ahir dan ba>t{in. Pendapat yang
sama juga dilontarkan oleh Jalal al-Di>n al-Mamally, dan Jalal al- Di>n al-Suyut}i>, dalam tafsir Jala>lain yang lahir pada abad ke sembilan. Menurut dua mufasir ini bahwa al-Qur’an peyembuh dari kesesatan ( al-D}ala>lah), sehingga memberi kesan al-Qur’an bukan penyembuh penyakit melainkan petunjuk dari kesesatan. Tafsir yang ditafsirkan oleh dua mufasir melahirkan dua tafsir yang berjilid-jilid pada abad ke sembilan. 49 Yang pertama empat jilid yaitu yang disebut tafsir al-S}awi, dan yang ke dua sepuluh jilid yang di sebut tafsir Futu>ha>t al-Ilahiyah. Kenamaan tafsiran al-S}awi dinisbatkan kepada penulisnya, yaitu Ima>m al-S}awi, sementara penulis tafsir al-Futu>ha>t al-Ilahiyah adalah Sulaima>n bin ‘Umar al-‘Aji>li> al-Shafi’i>. Dua mufasir yang men- sharahi tafsir jala>lain ini, bertolak belakang dengan komentar dua Jalal al-Din, menurutnya, bahwa al-Qur’an dapat menyembuhkan penyakit fisik dan psikis. 50 Bahkan dua mufasir ini menjelaskan, yang termasuk ayat shifa>’ adalah surat Al-Fa>tih{ah, pendapat ini didasarkan pada hadis yang tidak dijelaskan rawinya. Sulaima>n bin ‘Umar al-‘Aji>li> al-Shafi’i>, selain merujuk pada hadis Nabi juga merujuk pada ‘Ala> al-Din ‘Ali bin Muhammad al-Baghdadi>, dalam Tafsir Kha>zin. Komentar yang sama, juga diungkapkan oleh Nawawi al-Bantani, dalam tafsir Mara>h Labi>d yang lahir pada abad ke dua belas, dan salah satu fasir yang menjadikan tafsir Futu>ha>t al-Ilahiyah karya Sulaima>n bin ‘Umar al-‘Aji>li> al- Shafi’i>, sebagai rujukan dalam penafsiran di samping tafsir Ibni Abas, Mafatih al-Ghaib karya ar-Ra>zi, dan tafsir
48 Lihat al-Ima>m al-Jali>l al-Hafiz} ‘Ima> al-Di>n Abi> al-Fida> Isma>il bin Kathir al-Qurshi> al-Damshiqi, Tafsir al-Qur’an al-Z}im (al-Na>shir Shirkah al-Nur
Asiya,tt), Juz 3, hlm 59 49 Lihat Hasbi al-Shidiqey, Sejarah dan Pengantar Ilmu al-
Qur’an (Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 2000 ),225 50 Lihat al-S}awi, Tafsir al-S}awi (Haramain), Juz 2. hlm, 447, lihat Juga
Sulaima>n bin ‘Umar al-‘Aji>li al-Shafi’i>, al- Futuha>t al-Ilahiyah (Kairo: Dar al- Fikr,2003), Juz 4 hlm 358
IbnMas’ud. 51 Dalam mengomentari al-Qur’an sebagai penyembuh penyakit psikis, Yusuf Qarad}awi seorang ulama kontemporer
tidak tinggal diam, dalam salah satu karyanya, yaitu tafsir tematik mengatakan bahwa jika ayat al-Qur’an dapat dijadikan
sebagai penyembuh penyakit, tentu dunia medis dalam Islam tidak akan pernah berkembang. 52
Dari uraian pendapat para mufasir di atas, ‘Ala> al-Din ‘Ali bin Muhammad al-Baghdadi>, seorang ulama tafsir yang lahir pada abad permulaan dalam salah satu karyanya, yaitu Tafsir Kha>zin, sepertinya menengahi perdebatan itu, dengan cara memasukan syarat 53 dalam penyambuhan penyakit. Menurutnya, al-Qur’an dapat menyembuhkan penyakit fisik maupun psikis jika diniatkan tabaruk. 54 Selain mensyaratkan al-Baghdadi juga memberikan penjelasan bahwa al-Qur’an yang dapat dijadikan penyembuh penyakit fisik yaitu surat Al-Fa>tih{ah, hal ini didasarkan pada hadis, namun sayang sepertinya al-Baghdadi tidak menyebutkan kualitas atau tingkat kes}ahihan hadis tersebut.
C. Penyembuhan dengan al-Qur’an Berdasarkan Isyarat Jika mufasir kontroversi ( ikhtilaf) al-Qur’an sebagai
penyembuh penyakit fisik, dan psikis didasarka atas penafsiran kata shifa>’ yang ada di dalam al-Qur’an dengan jumlahnya hanya enam ayat. Maka sufi dan para ilmuwan didasarkan atas isyarat- isyarat ayat, dan bukti empiris. Abdu al-Majid bin Abdu al-Azi>z al-Zahim misalnya, dalam salah satu karyanya, yaitu ‘ Ila>j al- ‘Amra>d} bi al-Qur’an wa al-Sunah menjelaskan tentang isyarat
` 51 lihat Nawawi al-Bantani, Tafsir Mara>h Labi>d (Kairo: Da>r al-Fikr,tt) pada bagian muqadimah
52 Lihat Yusuf Qarad}awi, Kaifa Nata’amal ma’a al-Qur’an (Da>r al- Shuruq,1999)
53 Lihat‘Ala> al-Din ‘Ali bin Muhammad al-Baghdadi>, Tafsir Kha>zin (Kairo:
Dar al-Fikr,1979), Juz 3, hlm 180.
54 Tabaruk dalam bahasa keseharian mengambil berkah. Konteksnya dengan al-Qur’anadalah memohon sesuatu (kesembuhan ) kepada Allah dengan
mengatnamakan ayat al-Qur’anyang telah dibacanya. Pendapad al-Baghdadi ini memberi kesan al-Qur’antidak akan berpungsi sebagai penyembuh jika tidak diniatkan tabaruk .
penyembuhan dengan al-Qur’an. Al-Zahim juga menambahkan jika al-Qur’an dibaca oleh seseorang yang memiliki ketaqwaan ke pada Allah maka ayat yang dibaca akan memiki daya penyembuh. Argumen ini didasarkan atas isyarat ayat surat al-Ma>idah ayat
27. 55 Begitu juga dengan Abdu al-Daem al-Kahel, seorang peneliti dari Suria, yang menemukan teori angka tujuh dalam al-Qur’an,
juga banyak menulis tentang kemukjizatan al-Qur’an, dalam salah satu karyanya dia berkomentar bahwa diketemukannya isyarat- isyarat penyembuhan dengan ayat al-Qur’an. 56 Salah satunya diketemukan penciptaan telinga terlebih dahulu dibandingkan dengan yang lainnya, seperti mata dan hati. 57 Menurutnya isyarat ini merupakan salah satu bukti bahwa penyembuhan dengan dibacakan ayat al-Qur’an sangat efektif, karena pendengaran sangat berpengaruh terhadap otak, dan otak dapat mempengaruhi seluruh anggota tubuh. Belakang juga diketemukan oleh S. Farman, tentang penyembuhan dengan terapi suara. Tambahnya diantara suara yang paling tinggi prekuensinya adalah suara al- Qur’an, ketinggiannya mencapai 60,11%, sementara ketinggian suara selain suara al-Qur’an hanya dapat mencapai 11%. Abdu al- Majid juga berkomentar bahwa pengobatan dengan mantra- mantra sudah ada sebelum Islam datang, tetapi hal itu hanya khurafat-khurafat, sihir dan hal lain yang berhubungan dengan dunia
tenung dan paranormal, 58 sementara penyembuhan dengan al-Qur’an tidak ada
55 Lihat Abdu al-Majid bin Abdu al-Azi>z al-Zahim misalnya, ‘ Ila>j al- ‘Amra>d} bi al-Qur’an wa al-Sunah (http://dear.to/abusalma),7
56 Lihat Abdu al-Daem al-Kahel, Pengobatan melalui al-Qur’anwawasan ilmiyah kontempore (www. Khaheel17.com)
57 Lihat QS:16:78
dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.
58 Lihat Abdu al-Majid bin Abdu al-Azi>z al-Zahim, ‘Ila>j al-Amrad} bi al- Qur’anwa al-Sunah , (tjmh) internet, http://dear.to/abusalma.2012 , pukul 03 58 Lihat Abdu al-Majid bin Abdu al-Azi>z al-Zahim, ‘Ila>j al-Amrad} bi al- Qur’anwa al-Sunah , (tjmh) internet, http://dear.to/abusalma.2012 , pukul 03
Seperti pada umumnya mufasir yang mengatakan al-Qur’an dapat menyembuhkan beragam penyakit atas dasar kata shifa>’ yang ada dalam al-Qur’an dengan landasan hadis Rasul, demikian juga dengan al-Zahim, ketika mengatakan al-Qur’an sebagai penyembuh beragam penyakit, fisik dan psikis argumen ( dalil) yang digunakan selain isyarat al-Qur’an juga hadis. Menurutnya Rasul itu tidak akan pernah bohong, maka ketika Rasul berkata bahwa al-Qur’an dapat menyembuhkan beragam penyakit, fisik atau psikis itu benar adanya, karena tidak ada yang keluar dari mulut Rasul sesuatu bersifat 60 hawa nafsu. Tambahnya, penyembuhan penyakit fisik dan psikis dengan al-Qur’an dapat dilakukan oleh setiap orang yang beriman, hanya saja orang yang bertaqwa sangat lebih mempunyai pengaruh yang sangat kuat dalam penyembuhan, berdasarkan firman Allah dalam surat al- Ma>idah ayat 27. 61
59 Komentar Abdu al-Mujib bi Abdu al-Azi>z al-Zahim, dalam karyanya, yaitu al-‘Ila>j al-Amra>d bi al-Qur’anwa al-Sunah terkesan al-Qur’anlafalnya
dapat menyembuhkan penyakit fisik, hal ini terbukti dalam pembahasannya memasukan ayat-ayat yang dapat menyembuhkan penyakit fisik, seperti sakit gigi dan sejenisnya. Sementara maknanya dapat menyembuhkan penyakit hati, kesan ini tertangkap dari komentarnya, bahwa al-Qur’anmengisyaratkan untuk menjaga kesehatan tubuh.
Komentar Al-Zahim sejalan dengan perkataan Abdul Mujib, menurutnya bahwa al-Qur’anmaknanya untuk kesembuhan penyakit hati, dan lafalnya untuk kesembuhan penyakit fisik.
60 Lihat QS, 53: 3-4
dan Tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa
nafsunya. ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).
61 Lihat Abdu al-Majid bin Abdu al-Azi>z al-Zahim, ‘Ila>j al-Amrad} bi al- Qur’anwa al-Sunah (Internet:http//dear.to/abusalma),6.
Menurutnya, kes}alihan, ketaqwaan, dan ke waraan mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam penyembuhan penyakit, hal ini didasarkan pada firman Allah, QS, 5:27
Abdu al-Majid bin Abdu al-Azi>z al-Zahimi, berbicara al- Qur’an dapat menyembuhkan beragam penyakit, fisik dan psikis, selain ditataran konsep juga berbicara ditataran teknis, dengan cara menuliskan dan menjelaskan ayat-ayat yang dapat menyembuhkan penyakit fisik, syarat dengan ketentuannya. Tambahnya ayat-ayat yang tepat dijadikan sebagai penyembuhan adalah ayat-ayat yang menyebutkan janji-janji Allah swt, baik janji kenikmatan maupun siksa. Juga yang membahas tentang neraka, jin dan 62 shaitha>n.
Komentar Abdu al-Majid bin Abdu al-Azi>z al-Zahim, tenyata bersilang dengan pendapat Ibn Qayyim. Jika Abdu al-Majid bin Abdu al-Azi>z al-Zahim mengatakanal-Qur’an hanya ayat tertentu yang dapat dijadikan sebagai penyembuh penyakit fisik dan psikis. Maka pendapat ini tidak sejalan dengan pendapat Ibn Qayyim, menurutnya semua ayat al-Qur’an adalah penawar ( shifa>’). Tambahnya kata min ( نم) yang ada pada surat al-Isra
63 64 ayat 82 65 penjelas (baya>n al-Jins) bukan sebagian (litab’id)}.
Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, Maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). ia berkata (Qabil): "Aku pasti membunuhmu!". berkata Habil: "Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa".
62 Lihat Abdu al-Majid bin al-Azi>z al-Zahim, ‘Ila>j al-Amra>d bi al- Qur’anwa al-Sunah ( http://dear.to/abusalma , 2012, pukul 03 hlm 13
63 Lihat QS,17:82
dan Kami turunkan dari Al-Qur’ansuatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Qur’anitu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.
64 Baya>n al-Jins maksudnya min ( نم) disitu menjelaskan bahwa
diturunkannya al-Qur’an untuk penawar.
65 Lihat IbnQayyim, al-Da>’ wa al-Dawa>’ (tp/th)
IbnQayyim dalam argumennya selain menggunakan pendekatan kebahasaan dalam ayat di atas, juga menggunakan isyarat ayat yang ada di dalam al-Qur’an. Salah satu ayat yang dijadikan landasannya adalah surat 66 al-Hashr ayat 21-24. komentarnya dalam menafsirkan ayat ini, bagaimana mungkin penyakit dapat melawan firman Allah swt, Tuhan pencipta langit dan bumi, yang sekiranya Dia menampakan diri kepada gunung itu akan luluh lantah. 67
66 Lihat QS 59:21-24
kalau Sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir.* Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Dia-lah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, yang Maha Suci, yang Maha Sejahtera, yang Mengaruniakan Keamanan, yang Maha Memelihara, yang Maha perkasa, yang Maha Kuasa, yang memiliki segala Keagungan, Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.* Dialah Allah yang Menciptakan, yang Mengadakan, yang membentuk Rupa, yang mempunyai asmaaul Husna. bertasbih kepadanya apa yang di langit dan bumi. dan Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
67 Lihat IbnQayyim, Za>du al-Ma’ad (tt/tp) hlm 345
Persamaan dan perbedaan pandangan al-Zahim dengan IbnQayyim terletak pada; pertama al-Zahim mengatakan penyembuhan penyakit dengan al-Qur’an berlaku umum. Artinya tidak menentukan syarat tertentu, misalnya orang yang menggunakan ayat untuk penyembuhan harus bertaqwa. Pendapat ini tentu tidak sejalan dengan IbnQayyim, karena IbnQayyim mengatakan bahwa orang-orang yang dapat menggunakan al- Qur’an sebagai penyembuh adalah orang-orang yang mendaptkan anugrah tentang pemahaman al-Qur’an dari Allah. Kedua al- Zahim mengatakan bahwa ayat-ayat tertentu yang dapat dijadikan sebagai penyembuh, pendapat ini juga dibantah oleh IbnQayyim menurutnya, semua ayat al-Qur’an adalah penyembuh, selain menggunakan argumen tersebut di atas juga
menggunakan surat al-Ankabut ayat 51. Komentarnya, siapa yang tidak disembuhkan al-Qur’an maka Allah tidak akan
menyembuhkannya. 69 Poin satu dan dua merupakan perbedaan pandangan antara al-Zahim dengan IbnQayyim, sementara
pandangan yang sama yaitu, keduanya mengatakan bahwa al- Qur’an dapat menyembuhkan penyakit fisik dan psikis.
Komentar tentang al-Qur’an sebagai penyembuh beragam penyakit, fisik dan psikis diungkapkan juga oleh Abdullah al- S}ad}an. Menurutnya al-Qur’an menggunakan kata shifa>’ bukan kata dawa>’ ( ءاود), kata shifa>’ dan dawa>’ (ءاود) maknanya berbeda. Shifa>’ mengandung arti penawar, yang hasilnya nyata, sementara dawa>’ ( ءاود) bermakna obat, yang dengan obat terkadang orang bisa sembuh terkadang tidak. 70 Abdullah al-S}ad}an dalam
68 Lihat QS 29: 51
dan Apakah tidak cukup bagi mereka bahwasanya Kami telah menurunkan kepadamu Al kitab (Al Quran) sedang Dia dibacakan kepada mereka? Sesungguhnya dalam (Al Quran) itu terdapat rahmat yang besar dan pelajaran bagi orang-orang yang beriman.
69 Lihat IbnQayyim, Za>du al-Ma’ad (Kairo: Da>r al-Fikr,1990) hlm 345
70 Lihat Abdullah al-S}ad}an, Kaifa Tu’a>liju Mariduk bi al-Ruqiyah al- Shar’iyah (Internet: Islamhause), h 24 70 Lihat Abdullah al-S}ad}an, Kaifa Tu’a>liju Mariduk bi al-Ruqiyah al- Shar’iyah (Internet: Islamhause), h 24
Abdullah al-S}ad}an dalam kitabnya sebanyak 110 halaman menjelaskan bahwa al-Qur’an sebagai penyembuh beragam penyakit fisik dan psikis. Menurutnya bahwa terdapat beberapa penyakit jasmani di mana shait}an berperan besar dalam perkembangan penyakit tersebut, hal itu disebabkan karena shait}an mempunyai kemampuan untuk mengendalikan peredaran darah, tambahnya, hal ini atas dasar hadis Rasul yang diriwatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim. 72
Sesungguhnya syaithan berjalan pada peredaran darah putra Adam.
Di antara hal negatif yang diperankan shait}an adalah memunculkan rasa marah. Marah adalah sebab utama bagi timbulnya berbagai penyakit, oleh karena itu Rasul melarang marah. Pengaruh marah terhadap badan sangat jelas, seperti luk pada lambung (stomach ulcer) yang dibarengi panas badan dan radang usus besar (nervus spastic colon) adalah akibat marah yang berlebihan. Begitu juga dengan penyakit gula (diabetes) pada sebagian orang disebabkan oleh rasa cemas yang diakibatkan marah. Banyak lagi penyakit dalam yang diakibatkan oleh marah. Seperti sakit kepala karena tersumbat peredaran darah akibat marah. Lumpuh mendadak, penyakit kejang jantung, dan penyakit badan lainnya yang disebabkan marah. Jelaslah marah sangat
71 Lihat Abdullah al-S}ad}an, Kaifa Tu’a>liju Mariduk bi al-Ruqiyah al- Shar’iyah (Internet: Islamhause), h 25.
Ayat-ayat yang dijadikan argumen al-Qur’anoleh IbnQayyim banyak dikutip oleh ulama-ulama setelahnya yang mengatakan al-Qur’ansebagai penyembuh beragam penyakit. seperti yang dikatakan oleh Husain bin Baakmah al-Mu>raga>ni al-Ji>jaliy, al-Burha>n fi al-Ishtifa>i’bi al-Sunnah wa al- Qur’an (Da>r IbnKathir) hlm 115
72 Lihat Abdullah al-S}ad}an, Kaifa Tu’a>liju Mariduk bi al-Ruqiyah al- Shar’iyah (Internet: Islamhause), h 25 72 Lihat Abdullah al-S}ad}an, Kaifa Tu’a>liju Mariduk bi al-Ruqiyah al- Shar’iyah (Internet: Islamhause), h 25
kesimpulannya shait}an penyebab utama dalam terjadinya penyakit. firman Allah swt 74
dan ingatlah akan hamba Kami Ayyub ketika ia menyeru Tuhan- nya: "Sesungguhnya aku diganggu syaitan dengan kepayahan dan siksaan". Ayat tersebut dijadikan argumen oleh Abdullah bi al-S}ad}an dalam memperkuat pendapatnya, yakni penyebab utama penyakit adalah shait}an, karenanya penyembuhan dengan ruqiyah 75 sangat tepat.
Pendapat Abdullah al-S}ad}an ada kemiripan dengan A. Abdurrochman, S. Perdana dan S. Andhika, Muratal al-Qur’an: Alternatif Suara Baru. 76 Komentarnya, Stimulan al-Qur’an dapat dijadikan sebagai terapi relaksasi bahkan lebih baik dibandingkan dengan stimulan terapi karena stimulan al-Qur’an dapat memunculkan gelombang delta sebesar 63,11% sedangkan kenaikan gelombang delta mencapai persentase tertinggi sebesar 1.057%. Begitu juga dengan Abdu al-Daem al-Kaheel, seorang peneliti, da’i dan penemu sistem angka tujuh dalam al-Qur’an al- Karim beliau juga seorang pengarang lebih dari dua puluh buku dan buklet tentang tiga puluh mu’jizat al-Qur’an dan sunah Nabawiyah, beliau dilahirkan di kota Hamas Suria pada tahun 1966 dan hafal al-Qur’an al-Karim, beliau juga memiliki kreatif
73 Lihat Abdullah al-S}ad}an, Kaifa Tu’a>liju Mariduk bi al-Ruqiyah al- Shar’iyah (Internet: Islamhause), h 26
74 Lihat QS, S}a>d:41 75 Ruqiyah adalah penyembuhan penyakit dengan cara dibacakan al-
Qur’anpada pasien, atau sipenderita membacanya. Ayat-ayat yang yang dibaca dalam ruqiyah biasanya ayat-ayat yang sudah ada ketentuannya dari Rasul.
76 Lihat A. Abdurrochman, S. Perdana dan S. Andhika, Muratal al-Qur’an: Alternatif Suara Baru, Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008
Universitas Lampung, 17-18 November 2008 Universitas Lampung, 17-18 November 2008
Isyarat penyembuhan dengan al-Qur’an juga diutarakan oleh Harun Yahya seorang ulama yang lahir di Angkara pada tahun 1956. Beliau seorang penulis terkenal yang banyak menerbitkan berbagai buku politik, masalah-masalah yang berkaitan dengan agama dan masalah-masalah ilmu pengetahuan. Beliau juga terkenal sebagai seorang penulis yang telah menulis karya-karya penting yang menyikap tentang kepalsuan para pendukung teori evolusi, kebohongan pernyataan mereka, dan hubungan Darwinisme dengan ideologi berdarah. Dalam salah satu karyanya dia
berkomentar, bahwa al-Qur’an dapat menyembuhkan beragam penyakit. 78 Komentar ini didasarkan atas
ayat 79 al-Qur’an yang menurutnya, ayat ini merupakan isyarat penyembuhan dengan al-Qur’an.
Dari beberapa penafsiran ulama tentang al-Qur’an dapat menyembuhkan beragam penyakit, setidaknya dapat penulis pentakan dari argumen masing-masing. Dalam memahami al- Qur’an sebagai penyembuh beragam penyakit ulama terbagi dua dalam membangun argumennya. Pertama ulama membangun argumennya atas dasar kata shifa>’ yang ada dalam al-Qur’an.
77 Lihat Abdu al-Daem al-Khaheel, Pengobatan melalui al-Qur’anwawasan ilmiyah kontempore (www. Khaheel17.com)
78 Lihat Harun Yahya, Same Socrets Of The Qur’a>n (Suralaya: Risalah Gusti, 2003),11 (tjmh)
79 Ayat yang dimaksud oleh Harun Yahya adalah surat al-Baqarah ayat 186
186. dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.
Argumen ini pada umumnya dibangun oleh para mufasir baik ulama klasik maupun kontemporer. Kedua ulama yang memahami al-Qur’an sebagai penyembuh beragam penyakit dengan argumen yang dibangun atas isyarat ayat. Argumen seperti ini dibangun oleh ulama sufi pada umumnya. Ketiga ulama memahami al- Qur’an sebagai penyembuh beragam penyakit atas dasar pendekatan ilmiyah dan empiris. Argumen seperti ini dibangun oleh ilmuwan pada umumnya.
Tidak hanya di tataran ulama yang mengatakan al-Qur’an sebagai penyembuh beragam penyakit yang berbeda dalam membangun argumen. Ulama yang silang pendapat pun berbeda dalam membangun argumen. Perbedaanya, ulama yang memahami al-Qur’an dapat menyembuhkan beragam penyakit terdiri dari empat argumen yang dibangun seperti tersebut di atas, sementara ulama yang silang pendapat dalam membangun argumennya hanya pada tataran rasional.