Epidemiologi Obesitas Definisi dan Klasifikasi Obesitas Obesitas Sebagai Faktor Risiko Stroke Iskemik

yang ada. Penanganan stres menghasilkan respon relaksasi yang menurunkan denyut jantung dan tekanan darah. Kemudian istirahat yang cukup dan tidur teratur antara 6-8 jam sehari.  Pemeriksaan kesehatan secara teratur dan taat anjuran dokter dalam hal diet dan obat. Pencegahan sekunder pada stroke iskemik adalah dengan pengendalian faktor risiko yang dapat dimodifikasi antara lain:  Penurunan rata-rata 105 mmHg tekanan darah pada penderita hipertensi  Kontrol gula darah secara teratur  Penurunan lipid yang efektif menggunakan statin dengan target LDL 70 mgdl  Konseling untuk modifikasi gaya hidup seperti olahraga dan penurunan berat badan untuk menurunkan risiko vaskular Kelompok Studi Serebrovaskuler PERDOSSI, 2011.

2.2 Obesitas

2.2.1 Epidemiologi Obesitas

Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang sukar diatasi. Prevalensi obesitas di dunia tahun 2008 meningkat hampir dua kali lipat dari tahun 1980. Pada tahun 2008 terdapat 10 persen laki-laki dan perempuan 14 persen, dibanding tahun 1980 terdapat 5 persen laki-laki dan 8 persen perempuan. Perkiraan WHO 205 juta laki-laki dan 297 juta perempuan di atas 20 tahun mengalami obesitas dengan IMT 30 kgm 2 . Di seluruh dunia terdapat setidaknya 2,8 juta jiwa meninggal setiap tahun akibat berat badan berlebih atau obesitas, dan diperkirakan 38,5 juta jiwa 2,3 menderita disabiliti disebabkan komplikasi berat berlebih atau obesitas WHO, 2015. Di Indonesia prevalensi obesitas adalah 2,4 persen dari total populasi tahun 2012 OECD,2014. Total populasi di Indonesia tahun 2014 adalah 247 juta jiwa WHO, 2014.

2.2.2 Definisi dan Klasifikasi Obesitas

Secara fisiologis, obesitas didefinisikan sebagai suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau berlebihan di jaringan adiposa sehingga dapat mengganggu kesehatan. Obesitas terjadi bila besar dan jumlah sel lemak bertambah pada tubuh seseorang. Indeks massa tubuh IMT, yaitu berat badan dalam kilogram kg dibagi tinggi badan dalam meter kuadrat m 2 merupakan indikator yang paling sering digunakan dan praktis untuk mengukur tingkat populasi berat badan lebih dan obes pada orang dewasa Sugondo, 2009. Tabel 2.2 Klasifikasi Berat Badan Lebih dan Obesitas Berdasarkan IMT Menurut Kriteria Asia Pasifik IMT kgm 2 Berat badan kurang Kisaran normal Berisiko Obes I Obes II 18,5 18,5-22,9 23,0-24,9 25,0-29,9 ≥30 Sumber : Sugondo, Sidartawan. 2009

2.2.4 Obesitas Sebagai Faktor Risiko Stroke Iskemik

Sebuah pengamatan meta-analisis dari 25 studi kohort prospektif dengan 2 juta lebih partisipan menunjukkan secara statistik dengan RR 1,64 95 CI, 1,36- 1,99 bahwa ada hubungan bermakna antara obesitas terhadap kejadian stroke iskemik. Individu dengan berat badan lebih dan obes, masing-masing memiliki kemungkinan 22 dan 64 untuk mengalami stroke iskemik dibandingkan subyek dengan berat badan normal Strazzullo et al , 2010. Selain itu, sebuah studi prospektif menunjukkan adanya hubungan kenaikan IMT setiap 1 kgm 2 di atas normal dengan kejadian stroke dengan 95 CI, 1,09-1,12 Song, Yun-Mi., et al , 2004. Mortalitas yang berkaitan dengan obesitas sangat erat hubungannya dengan sindrom metabolik. Sindrom metabolik merupakan satu kelompok kelainan metabolik yang meliputi obesitas, resistensi insulin, gangguan toleransi glukosa, abnormalitas trigliserida dan hemostasis, disfungsi endotel, dan hipertensi yang semuanya secara sendiri-sendiri atau bersama-sama merupakan faktor risiko utama untuk terjadinya aterosklerosis dengan manifestasi penyakit jantung koroner danatau stroke Sugondo, 2009. Penelitian terbaru oleh Victoria L. King dkk menunjukkan bahwa obesitas dapat mempercepat terjadinya aterosklerosis dari percobaan dengan model hewan. Dinyatakan bahwa obesitas berhubungan dengan peradangan kronis jaringan adiposa itu sendiri, yang diduga berkontribusi terhadap peradangan sistemik, yang berperan dalam perkembangan dan progresifitas aterosklerosis King et al , 2010.

2.3 Kebiasaan Merokok