Hubungan Obesitas dan Kebiasaan Merokok Terhadap Kejadian Stroke Iskemik di RSUP Haji Adam Malik Medan
LAMPIRAN 1
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Ayu Yusriani Nasution Tempat/ Tanggal Lahir : Medan/ 25 Mei 1994 Pekerjaan : Mahasiswa
Agama : Islam
Alamat : Jl.Pelita IV No.1A, Sidorame Barat I, Medan Perjuangan, Kota Medan, Sumatera Utara. 20236
e-Mail : [email protected] Orang tua
a. Ayah : Drs.H.Muhammad Yusuf Nasution, MM b. Ibu : Hj.Rosnaini Harahap, S.Pd
Riwayat Pendidikan : 1. TK Kuntum Melati Rantau Prapat (1999 – 2000) 2. SD Negeri 101898 Lubuk Pakam (2000 – 2006) 3. SMP Negeri 1 Lubuk Pakam (2006 – 2009) 4. SMA Negeri 1 Medan (2009 – 2012) 5. Fakultas Kedokteran USU (2012 – sekarang) Riwayat Organisasi : 1. Badan Kenadziran Mesjid Ibnu Sina
SMA Negeri 1 Medan Tahun 2009 - 2011 2. SCORA PEMA FK USU Tahun 2014 – 2015
(2)
LAMPIRAN 2
(3)
LAMPIRAN 3
(4)
LAMPIRAN 4
(5)
LAMPIRAN 5
LEMBAR PENJELASAN TERHADAP SUBYEK PENELITIAN
Assalamu’alaikum wr.wb,
Saya adalah mahasiswa semester VII Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang sedang melakukan penelitian berjudul Hubungan Obesitas dan Kebiasaan Merokok Terhadap Kejadian Stroke Iskemik di RSUP Haji Adam Malik Medan.
Stroke Iskemik adalah serangan otak yang terjadi secara tiba-tiba yang dapat mengakibatkan kelumpuhan bagian tubuh atau kematian akibat berkurang atau terhentinya aliran darah pada bagian otak. Ada dua tipe faktor risiko dari stroke , faktor risiko yang tidak dapat dikontrol/dikendalikan dan yang dapat dikontrol. Obesitas atau kegemukan dan kebiasaan merokok merupakan faktor risiko stroke iskemik yang dapat dikontrol/dikendalikan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah hubungan obesitas dan kebiasaan merokok terhadap kejadian stroke iskemik di RSUP Haji Adam Malik Medan.
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai bahan informasi untuk edukasi masyakarat agar dapat melakukan tindakan pencegahan maupun pengendalian faktor risiko sehingga dapat mengurangi risiko kejadian stroke iskemik.
Oleh karena itu, saya meminta kesediaan Ibu/Bapak untuk ikut serta menjadi subyek penelitian ini dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pada saat wawancara. Adapun data individu dalam penelitian ini tidak akan dipublikasikan.
Apabila di kemudian hari terjadi hal-hal yang tidak diinginkan sehubungan dengan keikutsertaan Ibu/Bapak dalam penelitian ini maka Ibu/Bapak dapat menghubungi saya, Ayu Yusriani Nasution (nomor telepon: 082167373223).
(6)
LAMPIRAN 6
LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORM CONSENT)
Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama :
Umur :
Setelah mendapat penjelasan dan keterangan mengenai penelitian :
Hubungan Obesitas dan Kebiasaan Merokok Terhadap Kejadian Stroke Iskemik di RSUP Haji Adam Malik Medan
Dengan ini saya dengan sukarela menyetujui untuk diikutsertakan dalam penelitian ini, persetujuan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan dari siapapun.
Medan, 2015
Peneliti, Menyetujui,
(7)
LAMPIRAN 7
KUESIONER PENELITIAN
Hubungan Obesitas dan Kebiasaan Merokok Terhadap Kejadian Stroke Iskemik di RSUP Haji Adam Malik Medan
No. Responden : Diagnosa Responden : Tgl Wawancara : IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama :
2. Usia :
3. Jenis Kelamin :
FAKTOR RISIKO YANG DILIHAT 1. Riwayat TIA/ Stroke sebelumnya
Ya Tidak
2. Penyakit Jantung (Katup/ Otot/ Irama)
Ya Tidak
3. Hipertensi
Ya Tidak
4. Diabetes Melitus
Ya Tidak
5. Asupan Makanan Buruk
(Tinggi lemak/kolesterol, Tinggi garam, Kalori berlebih)
Ya Tidak
6. Physical Inactivity/ Kebiasaan Olahraga Tidak Teratur
(8)
7. Riwayat Kejadian Stroke dalam Keluarga
Ya Tidak
FAKTOR RISIKO YANG DINILAI 1. Berat Badan : kg 2. Tinggi Badan : cm
IMT = BB = (TB)2
Obes Non-Obes
3. Apakah anda mempunyai kebiasaan merokok ? Ya
Tidak
4. Jika ya, sudah berapa lama anda merokok ? Kurang dari 10 tahun
Lebih dari 10 tahun
5. Berapa batang jumlah rokok yang anda konsumsi per hari ? 1-10 batang/hari
11-20 batang/hari > 20 batang/hari
(9)
LAMPIRAN 8
(10)
LAMPIRAN 9
HASIL DATA PENELITIAN Frequencies
Diagnosa
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Stroke Iskemik 23 50,0 50,0 50,0
Non Stroke 23 50,0 50,0 100,0
Total 46 100,0 100,0
Crosstabs
Case Processing Summary Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Diagnosa * JenisKelamin 46 100,0% 0 0,0% 46 100,0%
Diagnosa * R1 46 100,0% 0 0,0% 46 100,0%
Diagnosa * R2 46 100,0% 0 0,0% 46 100,0%
Diagnosa * R3 46 100,0% 0 0,0% 46 100,0%
Diagnosa * R4 46 100,0% 0 0,0% 46 100,0%
Diagnosa * R5 46 100,0% 0 0,0% 46 100,0%
Diagnosa * R6 46 100,0% 0 0,0% 46 100,0%
Diagnosa * R7 46 100,0% 0 0,0% 46 100,0%
Diagnosa * Merokok 46 100,0% 0 0,0% 46 100,0%
Diagnosa *
LamaMerokok 46 100,0% 0 0,0% 46 100,0%
Diagnosa *
KonsusmsiHarian 46 100,0% 0 0,0% 46 100,0%
Diagnosa * Kategori IMT 46 100,0% 0 0,0% 46 100,0% Diagnosa * Kategori Usia 46 100,0% 0 0,0% 46 100,0%
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Usia 46 48 75 60,78 7,127
(11)
T-Test
Group Statistics
Diagnosa N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Usia Stroke Iskemik 23 60,83 7,499 1,564
Non Stroke 23 60,74 6,903 1,439
Diagnosa * Kategori Usia
Crosstab
Kategori Usia
Total 45-55
Tahun
56-65 Tahun
66-75 Tahun Diagnosa Stroke
Iskemik
Count 6 11 6 23
% within
Diagnosa 26,1% 47,8% 26,1% 100,0%
Non Stroke Count 6 11 6 23
% within
Diagnosa 26,1% 47,8% 26,1% 100,0%
Total Count 12 22 12 46
% within
Diagnosa 26,1% 47,8% 26,1% 100,0%
Diagnosa * Jenis Kelamin
Crosstab
JenisKelamin
Total Laki-Laki Perempuan
Diagnosa Stroke Iskemik Count 14 9 23
% within Diagnosa 60,9% 39,1% 100,0%
Non Stroke Count 13 10 23
% within Diagnosa 56,5% 43,5% 100,0%
Total Count 27 19 46
(12)
Diagnosa * R1 Crosstab R1 Total ada riwayat stroke/TIA tanpa riwayat stroke/TIA
Diagnosa Stroke Iskemik Count 3 20 23
% within Diagnosa 13,0% 87,0% 100,0%
Non Stroke Count 0 23 23
% within Diagnosa 0,0% 100,0% 100,0%
Total Count 3 43 46
% within Diagnosa 6,5% 93,5% 100,0%
Diagnosa * R2
Crosstab R2 Total ada penyakit jantung (katup/otot/irama) tanpa penyakit jantung (katup/otot/irama)
Diagnosa Stroke Iskemik Count 7 16 23
% within Diagnosa 30,4% 69,6% 100,0%
Non Stroke Count 7 16 23
% within Diagnosa 30,4% 69,6% 100,0%
Total Count 14 32 46
% within Diagnosa 30,4% 69,6% 100,0%
Diagnosa * R3
Crosstab R3 Total hipertensi tanpa hipertensi
Diagnosa Stroke Iskemik Count 15 8 23
% within Diagnosa 65,2% 34,8% 100,0%
Non Stroke Count 17 6 23
% within Diagnosa 73,9% 26,1% 100,0%
Total Count 32 14 46
(13)
Diagnosa * R4 Crosstab R4 Total diabetes melitus tanpa diabetes melitus
Diagnosa Stroke Iskemik Count 11 12 23
% within Diagnosa 47,8% 52,2% 100,0%
Non Stroke Count 10 13 23
% within Diagnosa 43,5% 56,5% 100,0%
Total Count 21 25 46
% within Diagnosa 45,7% 54,3% 100,0% Diagnosa * R5
Crosstab R5 Total asupan makanan baik asupan makanan buruk
Diagnosa Stroke Iskemik Count 13 10 23
% within Diagnosa 56,5% 43,5% 100,0%
Non Stroke Count 8 15 23
% within Diagnosa 34,8% 65,2% 100,0%
Total Count 21 25 46
% within Diagnosa 45,7% 54,3% 100,0% Diagnosa * R6
Crosstab R6 Total aktivitas fisik baik/ olahraga ada aktivitas fisik kurang/ olahraga tidak ada
Diagnosa Stroke Iskemik Count 5 18 23
% within Diagnosa 21,7% 78,3% 100,0%
Non Stroke Count 7 16 23
% within Diagnosa 30,4% 69,6% 100,0%
Total Count 12 34 46
(14)
Diagnosa * R7
Crosstab
R7
Total riwayat
keluarga
tidak ada riwayat keluarga
Diagnosa Stroke Iskemik Count 8 15 23
% within Diagnosa 34,8% 65,2% 100,0%
Non Stroke Count 3 20 23
% within Diagnosa 13,0% 87,0% 100,0%
Total Count 11 35 46
% within Diagnosa 23,9% 76,1% 100,0%
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Diagnosa * Merokok 46 100,0% 0 0,0% 46 100,0%
Diagnosa * LamaMerokok 46 100,0% 0 0,0% 46 100,0%
Diagnosa *
KonsusmsiHarian 46 100,0% 0 0,0% 46 100,0%
Diagnosa * Kategori IMT 46 100,0% 0 0,0% 46 100,0%
Diagnosa * Merokok
Crosstab
Merokok
Total
ya tidak 11,00
Diagnosa Stroke Iskemik Count 14 9 0 23
% within Diagnosa 60,9% 39,1% 0,0% 100,0%
Non Stroke Count 6 16 1 23
% within Diagnosa 26,1% 69,6% 4,3% 100,0%
Total Count 20 25 1 46
(15)
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 6,160a 2 ,046
Likelihood Ratio 6,664 2 ,036
Linear-by-Linear Association 2,874 1 ,090
N of Valid Cases 46
a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,50.
Symmetric Measures
Value
Asymp. Std.
Errora Approx. Tb Approx. Sig. Interval by
Interval
Pearson's R
,253 ,056 1,733 ,090c
Ordinal by Ordinal Spearman Correlation ,363 ,134 2,585 ,013c
N of Valid Cases 46
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c. Based on normal approximation.
Diagnosa * LamaMerokok
Crosstab LamaMerokok Total < 10 tahun > 10 tahun tidak
ada 22,00
Diagnosa Stroke Iskemik
Count 2 12 9 0 23
% within
Diagnosa 8,7% 52,2% 39,1% 0,0% 100,0%
Non Stroke Count 1 5 16 1 23
% within
Diagnosa 4,3% 21,7% 69,6% 4,3% 100,0%
Total Count 3 17 25 1 46
% within
(16)
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 6,176a 3 ,103
Likelihood Ratio 6,682 3 ,083
Linear-by-Linear Association 1,968 1 ,161
N of Valid Cases 46
a. 4 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,50.
Symmetric Measures
Value
Asymp. Std.
Errora Approx. Tb Approx. Sig. Interval by
Interval
Pearson's R
,209 ,056 1,419 ,163c
Ordinal by Ordinal Spearman Correlation ,352 ,135 2,495 ,016c
N of Valid Cases 46
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c. Based on normal approximation.
Diagnosa * KonsusmsiHarian
Crosstab KonsusmsiHarian Total 1-10 batang/ hari 10-20 batang/hari > 20 batang/hari tidak ada
Diagnosa Stroke Iskemik
Count 3 5 6 9 23
% within
Diagnosa 13,0% 21,7% 26,1% 39,1% 100,0%
Non Stroke Count 4 3 0 16 23
% within
Diagnosa 17,4% 13,0% 0,0% 69,6% 100,0%
Total Count 7 8 6 25 46
% within
(17)
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 8,603a 3 ,035
Likelihood Ratio 10,953 3 ,012
Linear-by-Linear Association ,788 1 ,375
N of Valid Cases 46
a. 6 cells (75,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,00.
Symmetric Measures
Value
Asymp. Std.
Errora Approx. Tb Approx. Sig. Interval by
Interval
Pearson's R
,132 ,148 ,886 ,381c
Ordinal by Ordinal Spearman Correlation ,194 ,150 1,314 ,196c
N of Valid Cases 46
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c. Based on normal approximation.
Diagnosa * Kategori IMT
Crosstab
Kategori IMT
Total
Normal Obesitas
Diagnosa Stroke Iskemik Count 11 12 23
% within Diagnosa 47,8% 52,2% 100,0%
Non Stroke Count 14 9 23
% within Diagnosa 60,9% 39,1% 100,0%
Total Count 25 21 46
(18)
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square ,789a 1 ,375
Continuity Correctionb ,350 1 ,554
Likelihood Ratio ,791 1 ,374
Fisher's Exact Test ,554 ,277
Linear-by-Linear
Association ,771 1 ,380
N of Valid Cases 46
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10,50. b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures
Value
Asymp. Std.
Errora Approx. Tb Approx. Sig. Interval by
Interval
Pearson's R
-,131 ,146 -,876 ,386c
Ordinal by Ordinal Spearman Correlation -,131 ,146 -,876 ,386c
N of Valid Cases 46
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c. Based on normal approximation.
(19)
DATA INDUK Subjek Diagnosa Gender Usia K.Usia BB TB IMT K.IMT R
1 R 2 R 3 R 4 R 5 R 6 R 7 Kebiasaan Merokok Lama Merokok Jlh Rokok
CA1 SI Pr 75 3 40 165 14,71 1 2 1 2 1 2 2 2 2 3 4
CA2 SI Lk 60 2 72 165 26,45 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2
CA3 SI Pr 56 2 61 155 25,39 2 1 2 1 1 2 2 2 2 3 4
CA4 SI Pr 55 1 45 152 19,48 1 2 1 1 1 1 2 2 2 3 4
CA5 SI Lk 64 2 65 160 25,39 2 1 1 1 2 2 2 2 1 2 2
CA6 SI Lk 69 3 70 170 24,22 1 2 2 1 1 2 2 2 1 1 1
CA7 SI Lk 58 2 80 170 27,68 2 2 2 2 2 1 1 2 1 2 2
CA8 SI Pr 65 2 67 160 26,17 2 2 1 1 2 1 2 2 2 3 4
CA9 SI Lk 60 2 87 160 33,98 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 3
CA10 SI Lk 73 3 72 170 24,91 1 2 2 1 2 1 2 2 1 2 3
CA11 SI Pr 55 1 78 155 32,47 2 2 2 2 1 1 2 2 1 1 1
CA12 SI Pr 58 2 45 160 17,58 1 2 2 2 1 1 2 2 2 3 4
CA13 SI Lk 50 1 60 160 23,44 1 2 2 1 2 2 2 2 1 2 3
CA14 SI Lk 65 2 70 165 25,71 2 2 2 1 2 2 2 2 2 3 4
CA15 SI Lk 48 1 45 155 18,73 1 2 2 1 1 2 2 2 1 2 3
CA16 SI Lk 65 2 50 162 19,05 1 1 1 1 2 1 1 2 1 2 2
CA17 SI Pr 54 1 75 168 26,57 2 2 1 1 2 1 2 2 2 3 4
CA18 SI Lk 68 3 66 170 22,84 1 2 2 2 1 1 1 2 1 2 3
CA19 SI Pr 50 1 80 160 31,25 2 2 2 2 1 1 2 2 2 3 4
CA20 SI Lk 67 3 61 166 22,14 1 2 2 1 1 1 1 2 1 2 2
CA21 SI Lk 56 2 52 162 19,81 1 2 2 1 2 1 2 2 1 2 3
(20)
CA23 SI Lk 70 3 77 165 28,28 2 2 1 2 1 1 2 2 2 3 4
CO1 Non Stroke Pr 65 2 74 174 24,44 1 2 1 1 2 2 2 2 2 3 4
CO2 Non Stroke Lk 64 2 90 175 29,39 2 2 2 1 1 2 2 2 1 2 2
CO3 Non Stroke Pr 70 3 66 160 25,78 2 2 1 2 2 2 1 2 2 3 4
CO4 Non Stroke Pr 55 1 65 160 25,39 2 2 2 2 1 2 2 2 2 3 4
CO5 Non Stroke Lk 65 2 70 175 22,86 1 2 1 1 2 2 2 2 1 2 1
CO6 Non Stroke Lk 60 2 55 160 21,48 1 2 2 1 2 2 2 2 2 3 4
CO7 Non Stroke Pr 54 1 87 160 33,98 2 2 1 1 2 2 2 2 1 1 1
CO8 Non Stroke Lk 49 1 110 180 33,95 2 2 2 1 2 2 2 2 2 3 4
CO9 Non Stroke Pr 50 1 70 155 20,81 1 2 2 1 1 1 1 2 2 3 4
CO10 Non Stroke Pr 55 1 62 160 24,22 1 2 2 1 2 2 2 2 2 3 4 CO11 Non Stroke Pr 65 2 40 160 15,63 1 2 1 2 2 2 2 2 2 3 4 CO12 Non Stroke Lk 68 3 70 175 22,86 1 2 2 2 1 1 2 2 2 3 4 CO13 Non Stroke Lk 70 3 72 158 28,84 2 2 2 1 1 1 1 2 2 3 4 CO14 Non Stroke Pr 56 2 60 155 24,97 1 2 2 1 1 2 2 2 2 3 4 CO15 Non Stroke Lk 50 1 62 160 24,22 1 2 2 1 2 2 2 2 1 2 1 CO16 Non Stroke Lk 65 2 60 168 21,26 1 2 1 1 2 1 1 2 1 2 2
CO17 Non Stroke Lk 69 3 50 170 17,3 1 2 2 1 1 2 1 2 2 3 4
CO18 Non Stroke Lk 58 2 66 172 22,31 1 2 2 2 2 1 1 2 2 3 4 CO19 Non Stroke Pr 58 2 70 158 28,04 2 2 2 2 1 1 2 2 2 3 4 CO20 Non Stroke Lk 70 3 58 170 20,06 1 2 1 1 1 2 2 2 1 2 1 CO21 Non Stroke Lk 56 2 76 170 26,29 2 2 2 1 2 1 2 2 11 22 2 CO22 Non Stroke Pr 58 2 68 158 27,24 2 2 2 1 2 2 2 2 2 3 4 CO23 Non Stroke Lk 67 3 55 160 21,48 1 2 2 1 1 1 1 2 2 3 4
(21)
39
DAFTAR PUSTAKA
Bhat, V.M., Cole, J.W., Sorkin, J.D., et al., 2008. Dose-Response Relationship Between Cigarette Smoking and Risk of Ischemic Stroke in Young Women. Stroke ; 39:2439-2443.
Bresler, M.J., Sternbach, G.L., 2006. Kedaruratan Non-Traumatik. Dalam Manual Kedokteran Darurat, Terj Suyono, Y.J., Edisi 6. Jakarta : EGC. Dahlan, M.S., 2013. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam
Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika. Goldszmidt, A.J., Caplan, L.R., 2011. Esensial Stroke, Terj Sihombing, R.N.E.,
Jakarta: EGC.
Heart Foundation, 2002. Cigarette Smoking. Available from : http://www.heartfoundation.org.au/SiteCollectionDocuments/Cigarette-Smoking.pdf. [Acessed 11 April 2015].
Jauch, E.C., Stettler, B., Arnold, J.L., et al., 2015. Ischemic Stroke. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/1916852-overview. [Acessed 18 April 2015].
Jood, K., Jern, C.,Wilhelmsen, L., et al., 2004. Body Mass Index in Mid-Life Is Associated With a First Stroke in Men, A Prospective Population Study Over 28 Years. Stroke ; 35:2764-2769.
Kelompok Studi Serebrovaskuler & Neurogeriatri PERDOSSI, 1999. Konsensus Nasional Pengelolaan Stroke di Indonesia. Jakarta: Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia.
Kelompok Studi Serebrovaskuler. 2011. Guideline Stroke. Jakarta: Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia.
(22)
40
King, V.L., Hatch, N., Chan, Huei-Wei., et al., 2010. A Murine Model of Obesity with Accelerated Atherosclerosis. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2811527/pdf/nihms-169947.pdf. [Diakses 9 Mei 2015].
Komalasari, D., Helmi, A.F., 2000. Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Merokok Pada Remaja. Available from:
http://www.avin.staff.ugm.ac.id/data/jurnal/perilakumerokok_avin.pdf. [Acessed 25 April 2015].
Kurth, T., Kase, C.S., Berger, K., et al., 2003. Smoking and the Risk of Hemorrhagic Stroke in Men. Stroke ; 34:1151-1155.
Marisa. 2014. Naskah Publikasi Hubungan Perilaku Merokok Dengan Kejadian Strok Di Bagian Saraf RSU Dokter Soedarso Pontianak Periode Juni-Juli
2012. Available from :
http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jfk/article/viewFile/6338/6515. [Acessed 25 Maret 2015].
Martono, Hadi. Tuty Kuswardani, RA. Strok dan Penatalaksanaannya oleh Internis. Dalam: Sudoyo, Aru W. dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I Edisi V. Jakarta: Interna Publishing Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam, 2009.
Morag, N.K., Goldbourt, U., Tanne, D., 2005. Relation Between the Metabolic Syndrome and Ischemic Stroke or Transient Ischemic Attack. Stroke ; 36:1366-1371.
Mozaffarian, D., Benjamin, E.J., Go, A.S., et al., 2015. Heart Disease and Stroke Statistics—2015 Update A Report From the American Heart Association. DOI : 10.1161/CIR.0000000000000152.
(23)
41
National Institutes of Health. 2014. What is a stroke?. Available from : http://www.nhlbi.nih.gov/health/health-topics/topics/stroke#. [Acessed 22 Maret 2015].
Nurwidayanti, L., Wahyuni C.U., 2013. Analisis Pengaruh Paparan Asap Rokok di Rumah pada Wanita Terhadap Kejadian Hipertensi. Surabaya : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga.
Organisation for Economic Co-operation and Development. 2014. Obesity Update. Available from : http://www.oecd.org/els/health-systems/Obesity-Update-2014.pdf. [Acessed 11 April 2015].
Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS), 2007. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian RI.
Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS), 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian RI.
Sacco, R.L., Cheun, J.F., Elkind, M.S., 2003. Abdominal Obesity and Risk of Ischemic Stroke The Northern Manhattan Stroke Study. DOI: 10.1161/01.STR.0000075294.98582.2F.
Sarnowski, Bettina., Putaala, Jukka., Gritner, Ulrike., et al., 2013. Lifestyle Risk Factors for Ischemic Stroke and Transient Ischemic Attack in Young Adults in the Stroke in Young Fabry Patients Study. Stroke ; 44:119-125. Song, Yun-Mi., Sung, Joohon., Smith, George D., et al., 2004. Body Mass Index
and Ischemic and Hemorrhagic Stroke, A Prospective Study in Korean Men. Stroke ; 35:831-836.
Strazzullo, Paquale., Elia, L.D., Cairella Giulia., et al., 2010. Excess Body Weight and Incidence of Stroke Meta-Analysis of Prospective Studies With 2 Million Participants. Stroke ; 41:e418-e426.
(24)
42
Stroke Association, 2012. Stroke Risk Factors. Available from : http://www.strokeassociation.org/STROKEORG/AboutStroke/Understan dingRisk/Understanding-Stroke-Risk_UCM_308539_SubHomePage.jsp. [Acessed 25 April 2015].
Sugondo, Sidartawan. Obesitas. Dalam: Sudoyo, Aru W. dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III Edisi V. Jakarta: Interna Publishing Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam, 2009.
Widyo, Kriswanto. 2014. Klasifikasi Stroke. Available from : http://www.neurobethesda.com/klasifikasi-stroke/. [Acessed 22 April 2015].
World Health Organization. 2014. Global status report on noncommunicable diseases. Available from : http://www.who.int/nmh/publications/ncd-status-report-2014/en/. . [Acessed 7 April 2015].
World Health Organization. 2014. Noncommunicable Disease Country
Profil-Indonesia. Available from :
http://www.who.int/nmh/countries/idn_en.pdf?ua=1. [Acessed 25 Maret 2015].
World Health Organization. 2014. Obesity, Global Health Observatory data.
Available from :
http://www.who.int/gho/ncd/risk_factors/obesity_text/en/#. [Acessed 7 April 2015].
World Heart Organization. 2008. Konsumsi Rokok dan Prevalensi Merokok. Available from :
http://www.ino.searo.who.int/LinkFiles/Tobacco_Initiative_Bab_1-Rokok_dan_Prevalensi_Merokok.doc.doc. [Acessed 7 April 2015]. Zhou, M., Offer, A., Yang, G., et al., 2008. Body Mass Index, Blood Pressure,
and Mortality From Stroke, A Nationally Representative Prospective Study of 212 000 Chinese Men. DOI: 10.1161/STROKEAHA.107.
(25)
20
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1 Kerangka Konsep
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
3.2 Variabel dan Definisi Operasional Tabel 2.3 Variabel dan Definisi Operasional
Variabel Bebas
Definisi Operasional
Cara dan Alat Ukur
Hasil Ukur Skala Ukur Obesitas Keadaan dengan
akumulasi lemak yang tidak normal atau berlebihan ditandai hasil pengukuran IMT dengan hasil > 25 kg/m2 pada responden penelitian.
Observasi dengan melihat data berat badan dan tinggi badan pasien stroke iskemik saat awal dirawat inap pada rekam medik, untuk kontrol dengan melakukan pengukuran berat badan dengan timbangan dan tinggi badan dengan meteran. Obesitas (>25kg/m2); Non-obesitas (< 25 kg/m2).
Nominal Obesitas STROKE ISKEMIK Kebiasaan Merokok NON-STROKE
(26)
21
Kebiasaan Merokok
Mengkonsumsi rokok secara rutin dalam kehidupan sehari-hari yang dimiliki responden dalam penelitian. Wawancara dengan kuesioner. Kebiasaan merokok (Ya / Tidak);
Lama merokok (< 10 Tahun/ ≥ 10 Tahun); Konsumsi rokok harian (1-10 batang/ 11-20/ > 20) Nominal Nominal Ordinal Variabel Terikat Definisi Operasional
Cara dan Alat Ukur
Hasil Ukur Skala Ukur Stroke Iskemik Tanda klinis hilangnya fungsi neurologis otak secara tiba-tiba akibat terbatas atau terhentinya sirkulasi darah terhadap area pada otak yang
ditegakkan oleh dokter ahli saraf dan dikonfirmasi hasil pemeriksaan CT-Scan kepala. Observasi dengan melihat data diagnosa pada rekam medik. Stroke iskemik dan non-stroke. Nominal
3.3 Hipotesis
1. Ada hubungan antara obesitas dengan kejadian stroke iskemik di RSUP Haji Adam Malik Medan.
2. Ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian stroke iskemik di RSUP Haji Adam Malik Medan.
(27)
22
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 JENIS PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain penelitian studi cross sectional untuk mengetahui hubungan antara obesitas dan kebiasaan merokok terhadap kejadian stroke iskemik.
4.2 LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN 4.2.1 Lokasi Penelitian
Pengambilan data penelitian ini dilakukan di RSUP Haji Adam Malik Medan yang merupakan rumah sakit tipe A dan menjadi rumah sakit rujukan utama untuk wilayah Sumatera Utara.
4.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan September hingga November 2015.
4.3 POPULASI DAN SAMPEL 4.3.1 Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah semua pasien yang dirawat inap di instalasi Rindu A RSUP Haji Adam Malik Medan dan individu non-stroke.
4.3.2 Sampel
Sampel kelompok stroke iskemik dari penelitian ini adalah pasien stroke iskemik yang dirawat inap di instalasi Rindu A RSUP Haji Adam Malik Medan.
Adapun kriteria pemilihan pasien stroke iskemik adalah sebagai berikut :
Kriteria Inklusi
- Pasien stroke iskemik yang rawat inap di intalasi Rindu A lantai 2 RSUP Haji Adam Malik Medan
- Berusia ≥ 40 tahun
- Bersedia menjadi subyek penelitian dan telah mengisi lembar persetujuan setelah mendapat penjelasan
(28)
23
Kriteria Ekslusi
- Pasien yang tidak kooperatif - Pasien dengan afasia
- Tidak memberikan data yang dibutuhkan secara lengkap untuk penelitian
Adapun kriteria pemilihan sampel kelompok non-stroke adalah sebagai berikut :
Kriteria Inklusi
- Berusia ≥ 40 tahun
- Memiliki satu faktor risiko stroke atau lebih
- Bersedia menjadi subyek penelitian dan telah mengisi lembar persetujuan setelah mendapat penjelasan
Kriteria Eksklusi
- Memiliki riwayat penyakit stroke sebelumnya
- Tidak memberikan data yang dibutuhkan secara lengkap untuk penelitian
Perkiraan besar sampel pada penelitian ini ditentukan dengan menggunakan rumus besar sampel penelitian untuk penelitian analitik kategorik tidak berpasangan (Dahlan, 2013) :
�
1=
�
2=
{� 2�(1−�)+� �1 1−�1 +�2(1−�2)}2
(�1−�2)2
Keterangan :
�1 : Jumlah sampel stroke iskemik
�2 : Jumlah sampel non-stroke
�∝ : Deviat baku alfa ditetapkan = 1,96 � : Deviat baku beta ditetapkan = 1,28
(29)
24
�1 : Proporsi pajanan pada kelompok kasus yang nilainya merupakan
judgement peneliti =0,98
�2 : Proporsi pajanan pada kelompok kontrol yang sudah diketahui nilainya =
0,61 (Stazzulo, P. et al., 2010)
�1−�2 : Selisih proporsi minimal yang dianggap bermakna = 0,37
P : Proporsi total (�1+�2)/2 = 0,8
Maka :
�
1=
�
2=
{1,96 2×0,8 1−0,8 +1,28 0,98 ×0,02 +(0,61×0,39)}2 (0,37)2
�
1=
�
2=
22,57Dengan demikian, besar sampel untuk tiap kelompok digenapkan menjadi 23.
4.4 TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah non-randomized consecutive sampling, semua subyek yang datang secara berurutan dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subyek yang diperlukan terpenuhi. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah campuran data primer yang diperoleh langsung dari sumber data dan data sekunder yang diperoleh dari rekam medik. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan wawancara terhadap responden yang telah mengisi lembar persetujuan.
4.5 PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA
Pengolahan dan analisa data pada penelitian ini akan dilakukan dengan tahap-tahap berikut ini:
1. Editing
(30)
25
2. Coding
Tahap kedua yaitu memberi kode atau angka tertentu pada kuesioner untuk mempermudah proses tabulasi dan analisa data.
3. Entry
Tahap ketiga yaitu memasukkan data dari kuesioner ke dalam program komputer.
4. Cleaning
Tahap keempat yaitu mencek kembali data yang telah dimasukkan untuk mengetahui adanya kesalahan pengkodean ataupun ketidaklengkapan data 5. Analyzing
Tahap kelima adalah menganalisa data dengan menggunakan program komputer.
(31)
26
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di RSUP (Rumah Sakit Umum Pusat) Haji Adam Malik di Medan, Sumatera Utara. Rumah sakit ini berlokasi di Jalan Bunga Lau No. 17 Kecamatan Medan Tuntungan, Medan, Sumatera Utara. Sesuai dengan SK Menkes No. 335/Menkes/SK/VIII/1990 menyatakan bahwa rumah sakit ini merupakan rumah sakit tipe A dan menjadi rumah sakit pusat rujukan regional untuk Provinsi Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat, dan Riau. Wilayah tersebut masuk dalam 20 besar wilayah di Indonesia dengan prevalensi stroke yang tinggi.
Sejalan dengan visi RSUP Haji Adam Malik yaitu menjadi pusat rujukan pelayanan kesehatan pendidikan dan penelitian yang mandiri dan unggul di Sumatera tahun 2015, dan misi yaitu melaksanakan pelayanan kesehatan yang paripurna, bermutu dan terjangkau, melaksanakan pendidikan, pelatihan serta penelitian kesehatan yang profesional, serta melaksanakan kegiatan pelayanan dengan prinsip efektif, efisien, akuntabel dan mandiri melalui moto yang mengutamakan keselamatan pasien dengan pelayanan cepat, akurat, terjangkau , efisien dan nyaman.
5.1.2 Deskripsi Karakteristik Sampel Penelitian
Responden yang diikutsertakan dalam penelitian ini dibagi menjadi kelompok stroke iskemik dan kelompok non-stroke. Kelompok pasien stroke iskemik dipilih dari pasien yang rawat inap di instalasi Rindu A lantai 2 RSUP Haji Adam Malik Medan dari tanggal 22 September 2015 sampai 15 November 2015 dan telah memenuhi kriteria inklusi sebanyak 23 orang. Sedangkan kelompok non-stroke adalah orang-orang yang bukan penderita stroke dan belum pernah mengalami stroke dan telah memenuhi kriteria inklusi sebanyak 23 orang. Berdasarkan data-data tersebut dapat dibuat distribusi karakteristik sampel penelitian sebagai berikut :
(32)
27
Tabel 5.1. Distribusi Karakteristik Sampel Penelitian
Karakteristik Stroke Iskemik
n (%) Non-Stroke n (%) Jenis Kelamin - Laki-laki - Perempuan
Usia Rerata ± (SD) Kelompok Usia
- 45-55 tahun
- 56-65 tahun
- 66-75 tahun Faktor Risiko
- Hipertensi Ya Tidak
- Diabetes melitus Ya
Tidak
- Penyakit jantung Ada
Tidak
- Riwayat stroke/TIA Ya
Tidak
- Aktivitas Fisik Kurang Ya
Tidak
- Riwayat keluarga Ada Tidak 14 (60,9) 9 (39,1) 60,83 (7,499) 6 (26,1) 11 (47,8) 6 (26,1) 15 (65,2) 8 (34,8) 11 (47,8) 12 (52,2) 7 (30,4) 16 (69,6) 3 (13,0) 20 (87,0) 18 (78,3) 5 (21,7) 8 (34,8) 15 (65,2) 13 (56,5) 10 (43,5) 60,74 (6,903) 6 (26,1) 11 (47,8) 6 (26,1) 17 (73,9) 6 (26,1) 10 (43,5) 13 (56,5) 7 (30,4) 16 (69,6) - 23 (100) 16 (69,6) 7 (30,4) 3 (13,0) 20 (87,0)
(33)
28
Berdasarkan jenis kelaminnya, dapat dilihat bahwa jenis kelamin pada kelompok pasien stroke iskemik lebih banyak didapati jenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 14 orang (60,9%), sedangkan untuk jenis kelamin perempuan sebanyak 9 orang (39,1%). Untuk kelompok non-stroke tidak jauh berbeda dengan kelompok pasien stroke iskemik dengan jenis kelamin terbanyak didapati pada jenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 13 orang (56,5%), sedangkan untuk jenis kelamin perempuan sebanyak 10 orang (43,5%).
Berdasarkan usia sampel penelitian ini, didapati nilai rerata usia pasien stroke iskemik adalah 60, 83 (SD ± 7,499) dan 60,74 (SD ± 6,903) untuk kelompok non-stroke. Setelah dikelompokkan dapat dilihat bahwa kelompok usia terbanyak pada pasien stroke iskemik adalah 56-65 tahun yaitu sebanyak 11 orang (47,8%) sebanding jumlahnya dengan kelompok non-stroke sebagai pembanding yang menyesuikan karakteristik usia kelompok stroke iskemik. Lalu diikuti kelompok usia 45-55 tahun dan usia 66-74 tahun yang sama banyak, baik dari kelompok kasus maupun kontrol yaitu sebanyak 6 orang (26,1%) pada masing-masing kelompok usia.
Berdasarkan faktor risiko yang dimiliki, dapat dilihat bahwa faktor risiko terbanyak yang dimiliki oleh kelompok pasien stroke iskemik adalah aktivitas fisik yang kurang dengan persentase sebesar 78,3 %, diikuti adanya hipertensi sebesar 65,2 %, diabetes melitus sebesar 47,8 %, riwayat keluarga sebesar 34,8 %, penyakit jantung sebesar 30,4 %, dan yang paling sedikit adalah riwayat stroke/TIA sebelumnya sebesar 13,0 %. Sedangkan pada kelompok non-stroke, dapat dilihat bahwa faktor risiko terbanyak yang dimiliki adalah hipertensi dengan persentase sebesar 73,9 % , diikuti kurangnya aktivitas fisik sebesar 69,6 %, diabetes melitus sebesar 43,5 %, penyakit jantung sebesar 30,4 %, riwayat keluraga sebesar 13,0 %, dan tidak ada sama sekali yang memiliki riwayat stroke/TIA sebelumnya.
(34)
29
5.1.3. Distribusi dan Hasil Analisis Hubungan Variabel Bebas dengan Variabel Terikat dalam Penelitian
Untuk mengetahui distribusi dan hubungan yang dimiliki varibel bebas dengan variabel terikat dalam penelitian ini, maka dilakukan uji distribusi dan analisis hubungan dengan hasil sebagai berikut:
Tabel 5.2 Distribusi Sampel dan Hasil Analisis Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Kejadian Stroke Iskemik
Variabel Stroke Iskemik
n (%)
Non-Stroke
n (%) P value IMT - Obesitas - Non-Obesitas 12 (52,2) 11 (47,8) 9 (39,1) 14 (61,9) 0,375
Berdasarkan indeks massa tubuhnya, pada kelompok pasien stroke iskemik terdapat 12 orang (52,2%) dengan obesitas yang tidak jauh berbeda dengan pasien non-obesitas yaitu sebanyak 11 orang (47,8%). Sedangkan pada kelompok non-stroke dapat dilihat bahwa sampel non-obesitas lebih banyak yaitu sebanyak 14 orang (61,9%) dibanding sampel obesitas yaitu sebanyak 9 orang (39,1%).
Dengan menggunakan uji Chi Square, data tersebut menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara obesitas dengan kejadian stroke iskemik dengan nilai p > 0,05 (p=0,375).
Tabel 5.3 Distribusi Sampel dan Hasil Analisis Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Kejadian Stroke Iskemik
Variabel Stroke Iskemik
n (%)
Non-Stroke
n (%) P value Kebiasaan Merokok - Ya - Tidak 14 (60,9) 9 (31,1) 7 (21,4) 16 (69,6) 0,038
(35)
30
Berdasarkan kebiasaan merokok, dapat dilihat bahwa lebih banyak yang memiliki kebiasaan merokok pada kelompok pasien stroke iskemik yaitu 14 orang (60,9%) dibandingkan dengan kelompok non-stroke yaitu 7 orang (21,4%) dari jumlah sampel pada masing-masing kelompok.
Dengan menggunakan uji Chi Square, data tersebut menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan merokok dengan kejadian stroke iskemik dengan nilai p < 0,05 (p=0,038).
Tabel 5.4 Distribusi Sampel dan Hasil Analisis Hubungan Lamanya Merokok dengan Kejadian Stroke Iskemik
Variabel Stroke Iskemik
n (%)
Non-Stroke
n (%) P value Lama Merokok
- Tidak Merokok - < 10 Tahun - ≥ 10 Tahun
9 (39,1) 2 (8,7) 12 (52,2)
16 (69,6) 1 (4,3) 6 (26,1)
0,103
Berdasarkan lamanya merokok, dapat dilihat bahwa sebagian besar kelompok pasien stroke iskemik telah merokok selama lebih dari 10 tahun yaitu sebanyak 12 orang (52,2%), sedangkan pada kelompok non-stroke hanya 6 orang (26,1%) yang telah merokok lebih dari 10 tahun. Sementara hanya 2 orang (8,7%) yang telah merokok kurang dari 10 tahun dari kelompok pasien stroke iskemik dan hanya 1 orang (4,3%) dari kelompok non-stroke yang telah merokok kurang dari 10 tahun. Selebihnya tidak memiliki kebiasaan merokok secara rutin setiap harinya dalam setahun terakhir.
Dengan menggunakan uji Chi Square, data tersebut menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara lama merokok dengan kejadian stroke iskemik dengan nilai p > 0,05 (p=0,103).
(36)
31
Tabel 5.5 Distribusi Sampel dan Hasil Analisis Hubungan Konsumsi Rokok Harian dengan Kejadian Stroke Iskemik
Variabel Stroke Iskemik
n (%)
Non-Stroke
n (%) P value Konsumsi Rokok/ Hari
- Tidak Merokok - 1-10 Batang - 11-20 Batang - > 20 Batang
9 (39,1) 3 (13,0) 5 (21,7) 6 (26,1)
16 (69,6) 4 (17,4) 3 (13,0) -
0,035
Berdasarkan jumlah konsumsi rokok per harinya, dapat dilihat bahwa pada kelompok pasien stroke iskemik terdapat 6 orang (26,1%) yang mengkonsumsi rokok lebih dari 20 batang per harinya, kemudian 5 orang (21,7%) yang mengkonsumsi rokok 11-20 batang per harinya, dan 3 orang (13,0%) yang mengkonsumsi rokok kurang dari 10 batang per harinya. Berbeda dengan kelompok non-stroke yang lebih banyak ditemui konsumsi rokok per harinya antara 11-20 batang per harinya yaitu sebanyak 3 orang (13,0 %), konsumi rokok kurang dari 10 batang per harinya sebanyak 4 orang (17,4 %), dan tidak ada konsumsi rokok lebih dari 20 batang per harinya. Selebihnya tidak memiliki kebiasaan merokok secara rutin setiap harinya dalam setahun terakhir.
Dengan menggunakan uji Chi Square, data tersebut menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara konsumsi rokok harian dengan kejadian stroke iskemik dengan nilai p < 0,05 (p=0,035).
(37)
32
5.2 Pembahasan
5.2.1 Karakteristik Sampel Penelitian
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat dilihat berdasarkan jenis kelamin bahwa didapati lebih banyak laki-laki pada kelompok pasien stroke iskemik yaitu sebanyak 14 orang (60,9%), sedangkan untuk jenis kelamin perempuan sebanyak 9 orang (39,1%). Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Marisa (2014) di RSU dr.Soedarso Pontianak didapati jumlah responden laki-laki lebih banyak daripada wanita yaitu sebanyak 60 orang dari 90 responden (66%). Hasil ini pun didukung dengan Stroke Association (2012) yang mengemukakan bahwa stroke lebih sering menyerang pria dibanding wanita hingga usia dewasa akhir, namun pada usia lanjut wanita memiliki kecenderungan terkena stroke sama atau bahkan lebih dari pria.
Berdasarkan usia sampel penelitian ini, didapati nilai rerata usia pasien stroke iskemik adalah 60, 83 (SD ± 7,499) dan 60,74 (SD ± 6,903) untuk kelompok non-stroke. Setelah dikelompokkan dapat dilihat bahwa kelompok usia terbanyak pada pasien stroke iskemik adalah kelompok usia 56-65 tahun yaitu sebanyak 11 orang (47,8%). Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Stroke Association (2012) bahwa risiko mengalami stroke akan meningkat dua kali lipat setelah usia di atas 55 tahun. Selain itu, penelitian sebelumnya di Cina didapati nilai rerata usia 212.000 responden yang didapat selama follow up 10 tahun adalah 54 tahun dari rentang usia 40-79 tahun (Zhou et al., 2008).
Berdasarkan faktor risiko yang dimiliki, dapat dilihat bahwa faktor risiko terbanyak yang dimiliki oleh kelompok pasien stroke iskemik adalah aktivitas fisik yang kurang dengan persentase sebesar 78,3 %, diikuti adanya hipertensi sebesar 65,2 %, diabetes melitus sebesar 47,8 %, riwayat keluarga sebesar 34,8 %, penyakit jantung sebesar 30,4 %, dan yang paling sedikit adalah riwayat stroke/TIA sebelumnya sebesar 13,0 %. Sedangkan pada kelompok non-stroke, dapat dilihat bahwa faktor risiko terbanyak yang dimiliki adalah hipertensi dengan persentase sebesar 73,9 % , diikuti kurangnya aktivitas fisik sebesar 69,6 %,
(38)
33
diabetes melitus sebesar 43,5 %, penyakit jantung sebesar 30,4 %, riwayat keluraga sebesar 13,0 %, dan tidak ada sama sekali yang memiliki riwayat stroke/TIA sebelumnya.
5.2.2 Hubungan Obesitas dengan Kejadian Stroke Iskemik
Berdasarkan kategori indeks massa tubuh yang diteliti, pada kelompok pasien stroke iskemik terdapat pasien dengan obesitas sebanyak 12 orang (52,2%), sedangkan pada kelompok non-stroke dapat dilihat bahwa sampel non-obesitas lebih banyak yaitu sebanyak 14 orang (61,9%).
Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji Chi Square dari data tersebut hasilnya menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara obesitas dengan kejadian stroke iskemik dengan nilai p > 0,05 (p=0,375).
Hasil ini berbeda dengan penelitian meta analisis sebelumnya oleh Strazzullo et al., (2010) yang menemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara obesitas dengan kejadian stroke iskemik dengan nilai p < 0,05 (p=0.002) pada 2.274.961 orang Barat maupun Timur dari 10 negara melalui data artikel orisinil yang memenuhi kriteria inklusi. Hal ini bisa saja terjadi karena beberapa hal seperti perbedaan parameter IMT yang digunakan berdasarkan kriteria WHO yang mengklasifikasikan obesitas jika IMT ≥ 30 kg/m2, sementara peneliti menggunakan kriteria Asia-Pasifik yang mengklasifikasikan obesitas jika IMT ≥ 25 kg/m2
.
Penelitian terdahulu oleh Sacco et al., (2003) menyatakan bahwa obesitas sentral adalah faktor risiko independen yang potensial untuk stroke iskemik dalam semua kelompok ras dan etnis, dan efeknya lebih kuat dibandingkan dengan indeks massa tubuh. Diperkuat oleh Sugondo (2009) yang menerangkan bahwa obesitas sentral merupakan indikator penting terhadap perubahan metabolik dan kelainan kardiovaskular yang memiliki hubungan sebab-akibat dengan kejadian stroke iskemik melalui sindrom metabolik yang timbul. Penelitian Morag et al., (2005) menyatakan bahwa sindrom metabolik meningkatkan risiko terjadinya
(39)
34
stroke iskemik karena keadaan pro-inflamasi yang ditimbulkan meningkatkan manifestasi penyakit vaskular melalui progresifitas aterosklerosis.
5.2.3 Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Kejadian Stroke Iskemik Berdasarkan kebiasaan merokok yang dimiliki sampel penelitian ini, dapat dilihat bahwa lebih banyak yang memiliki kebiasaan merokok pada kelompok pasien stroke iskemik yaitu 14 orang (60,9%) dibandingkan dengan kelompok non-stroke yaitu 7 orang (21,4%).
Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji Chi Square dari data tersebut hasilnya menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan merokok dengan kejadian stroke iskemik dengan nilai p < 0,05 (p=0,038). Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Bhat et al., (2008) di area Baltimore-Washington yang menemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaa merokok dengan kejadian stroke iskemik dengan nilai p < 0,05 (p=0.001). Hal ini membuktikan benar adanya hubungan kebiasaan merokok terhadap kejadian stroke iskemik, karena zat-zat kimia berbahaya yang terkandung dalam rokok menyebabkan keadaan hiperkoagulasi juga hiperviskositas darah yang mempercepat proses aterosklerosis sehingga lebih rentan untuk terjadinya stroke iskemik (Bhat et al., 2008).
Berdasarkan lamanya merokok dapat dilihat bahwa sebagian besar kelompok pasien stroke iskemik telah merokok selama lebih dari 10 tahun yaitu sebanyak 12 orang (52,2%), sedangkan pada kelompok non-stroke hanya 6 orang (26,1%) yang telah merokok lebih dari 10 tahun.
Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji Chi Square hasilnya menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara lama merokok dengan kejadian stroke iskemik dengan nilai p > 0,05 (p=0,103). Hasil ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Marisa (2014) yang menemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara lama merokok dengan kejadian stroke iskemik dengan nilai p < 0,05 (p=0.017). Namun Price dan
(40)
35
Wilson (2006) dalam Nurwidayanti dan Wahyuni (2013) menyatakan bahwa lama merokok tidak menunjukkan kemaknaan secara statistik, tetapi lebih kepada jumlah rokok yang dihisap per hari. Seseorang yang merokok lebih dari satu pak sehari menjadi lebih rentan karena zat-zat kimia dalam rokok bersifat kumulatif dan jika dosisnya telah mencapai titik toksis maka gejala yang ditimbulkan akan terlihat.
Berdasarkan jumlah konsumsi rokok per harinya dapat dilihat bahwa pada kelompok pasien stroke iskemik terdapat 6 orang (26,1%) yang mengkonsumsi rokok lebih dari 20 batang per harinya, kemudian 5 orang (21,7%) yang mengkonsumsi rokok 11-20 batang per harinya, dan 3 orang (13,0%) yang mengkonsumsi rokok kurang dari 10 batang per harinya. Berbeda dengan kelompok non-stroke yang lebih banyak ditemui konsumsi rokok per harinya antara 11-20 batang per harinya yaitu sebanyak 3 orang (13,0 %), konsumi rokok kurang dari 10 batang per harinya sebanyak 4 orang (17,4 %), dan tidak ada konsumsi rokok lebih dari 20 batang per harinya. Selebihnya tidak memiliki kebiasaan merokok secara rutin setiap harinya dalam setahun terakhir.
Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji Chi Square hasilnya menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara konsumsi rokok harian dengan kejadian stroke iskemik dengan nilai p < 0,05 (p=0,035). Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Bhat et al., (2008) yang menemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara konsusmsi rokok harian dengan kejadian stroke iskemik dengan nilai p < 0,05 (p=0.0045). Selain itu hasil ini sejalan juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Marisa (2014) yang juga menemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara konsusmsi rokok harian dengan kejadian stroke iskemik dengan nilai p < 0,05 (p=0.047). Hal ini menunjukkan bahwa jumlah rokok yang dihisap per hari akan memberi pengaruh yang besar terhadap progresifitas aterosklerosis terutama pada pembuluh darah otak sebagai pemicu kejadian stroke iskemik.
(41)
36
5.3 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini tidak terlepas dari berbagai keterbatasan yang tidak dapat dihindari. Adapun keterbatasan tersebut adalah tidak disingkirkannya faktor risiko lain yang dapat menyebabkan bias pada hasil penelitian ini.
(42)
37
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai hubungan obesitas dan kebiasaan merokok terhadap kejadian stroke iskemik di RSUP Haji Adam Malik diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Pada kelompok pasien stroke iskemik lebih banyak didapati jenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 14 orang (60,9%), tidak jauh berbeda dengan kelompok non-stroke didapati lebih banyak jenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 13 orang (56,5%).
2. Kelompok usia terbanyak pasien stroke iskemik adalah kelompok usia 56-65 tahun yaitu sebanyak 11 orang (47,8%) sebanding jumlahnya dengan kelompok non-stroke yang menyesuaikan karakteristik usia pasien stroke iskemik.
3. Pada kelompok pasien stroke iskemik didapati lebih banyak pasien dengan obesitas yaitu 12 orang (52,2%), sedangkan pada kelompok non-stroke didapati yang obesitas sebanyak 9 orang (39,1%) dari jumlah sampel pada masing-masing kelompok.
4. Lebih banyak yang memiliki kebiasaan merokok pada kelompok pasien stroke iskemik yaitu sebanyak 14 orang (60,9%) dibandingkan dengan kelompok non-stroke sebanyak 7 orang (21,4%) dari jumlah sampel pada masing-masing kelompok.
5. Sebagian besar kelompok pasien stroke iskemik telah merokok selama lebih dari 10 tahun yaitu sebanyak 12 orang (52,2%), sedangkan pada kelompok non-stroke hanya 6 orang (26,1%) yang telah merokok lebih dari 10 tahun dari jumlah sampel pada masing-masing kelompok.
6. Pada kelompok pasien stroke iskemik terdapat 6 orang (26,1%) yang mengkonsumsi rokok lebih dari 20 batang per harinya, sedangkan pada kelompok non-stroke tidak ditemukan konsumsi rokok lebih dari 20 batang per harinya.
(43)
38
7. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara obesitas dengan kejadian stroke iskemik (p=0,375).
8. Terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan merokok dengan kejadian stroke iskemik (p=0,038).
9. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara lama merokok dengan kejadian stroke iskemik (p=0,103).
10.Terdapat hubungan yang signifikan antara konsumsi rokok harian dengan kejadian stroke iskemik (p=0,035).
6.2 Saran
Adapun saran yang dapat penulis berikan dari seluruh proses penelitian yang telah dijalani oleh penulis dalam menyelesaikan penelitian ini adalah sebagai berikut :
- Perlunya tenaga kesehatan memberi penyuluhan pada masyarakat tentang pengendalian faktor risiko stroke dan himbauan memeriksakan kesehatan secara teratur.
- Pasien stroke sebaiknya menerapkan gaya hidup sehat, menghentikan kebiasaan merokok yang dimiliki dan mengontrol berat badan agar tidak terjadi stroke berulang serta meningkatkan kualitas hidup pasca stroke.
(44)
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Stroke Iskemik
2.1.1 Definisi Stroke Iskemik
Stroke didefinisikan oleh WHO tahun 1986 sebagai tanda-tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak secara fokal maupun global yang dapat menyebabkan kematian atau kecacatan yang menetap selama 24 jam atau lebih, tanpa penyebab lain selain gangguan vaskular (Kelompok Studi Serebrovaskuler & Neurogeriatri PERDOSSI, 1999).
Stroke Iskemik merupakan tanda klinis hilangnya fungsi neurologis otak secara tiba-tiba akibat terbatas atau terhentinya sirkulasi darah terhadap area pada otak (Jauch, Edward C., et al. 2015).
2.1.2 Epidemiologi Stroke
Stroke termasuk salah satu dari sepuluh penyakit penyebab kematian teratas di dunia. Berdasarkan laporan terbaru WHO terdapat 6,7 juta kematian terjadi akibat stroke dari total kematian yang disebabkan penyakit tidak menular (WHO, 2014).
Pada profil statistik WHO yang diperbaharui pada Januari 2015, stroke merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan yang utama di Indonesia. Pada tahun 2012 terdapat 328.500 kematian akibat stroke di Indonesia. Laporan ini sejalan dengan Hasil Riset Kesehatan Dasar yang menunjukkan terjadi peningkatan prevalensi stroke di Indonesia berdasarkan wawancara jawaban responden yang pernah didiagnosis tenaga kesehatan dan gejalanya meningkat dari 8,3 per1000 di tahun 2007 menjadi 12,1 per1000 di tahun 2013 (Riskesdas, 2013).
Berdasarkan perjalanan penyakitnya batasan stroke adalah suatu defisit neurologis mendadak sebagai akibat hemoragi atau iskemia sirkulasi saraf otak.
(45)
6
Stroke hemoragik merupakan 20% kasus dari semua stroke. Sementara jenis yang tersering didapatkan adalah stroke iskemik, yaitu sekitar 80% dari semua stroke (Martono dan Kuswardani, 2009).
2.1.3 Etiologi Stroke Iskemik
Stroke iskemik disebabkan oleh peristiwa terhentinya aliran darah pada bagian otak akibat trombo-embolisme atau hipoperfusi relatif sehingga neuron-neuronnya berhenti berfungsi (Jauch, Edward C., et al. 2015). Adapun penyebab terhentinya aliran darah tersebut adalah : trombosis akibat plak aterosklerosis arteri otak atau yang memberi vaskularisasi pada otak, atau emboli dari pembuluh darah di luar otak yang tersangkut di arteri otak (Martono dan Kuswardani, 2009).
Gambar 2.1 Lokasi dan Mekanisme Tersering Stroke Iskemik (Sumber : Goldszmidt dan Caplan, 2003)
2.1.4 Klasifikasi Stroke Iskemik dan Gambaran Klinis
Berdasarkan stadium atau perjalanan penyakitnya, stroke diklasifikasikan menjadi :
Transient Ischemic Attack
Gangguan neurologis lokal yang terjadi selama beberapa menit sampai jam saja. Gejala yang muncul akan hilang dengan spontan dan sempurna dalam waktu kurang dari 24 jam.
(46)
7
Reversible Ischemic Neurologic Defisit
Terjadi lebih lama dari pada TIA, gejala hilang lebih dari 24 jam tetapi tidak lebih dari 1 minggu.
Stroke in evolution
Perkembangan stroke perlahan-lahan sampai alur munculnya gejala makin lama semakin buruk, proses progresif beberapa jam sampai beberapa hari.
Completed stroke
Gangguan neurologis yang timbul sudah menetap atau permanen. Sesuai dengan namanya, stroke komplit dapat diawali oleh serangan TIA berulang (Widyo, 2014).
Berdasarkan penyebabnya stroke yang terjadi akibat iskemia otak diklasifikasikan menjadi 3 jenis, antara lain :
Tabel 2.1 Klasifikasi Stroke Iskemik dan Gambaran Klinis
Penyebab Iskemia Onset Defisit Neurologis Gejala yang Berkaitan Trombosis arteri besar
Arteri besar
Lakkunar
Didahului oleh TIA pada 50% kasus. Sering terjadi saat tidur. Perubahan neurologis sering berfluktuasi yaitu dapat progresif dalam pola tangga atau gejala berkurang akibat rekanalisasi, re-trombosis, dan perubahan aliran darah kolateral.
Nyeri kepala sebelum, pada saat, atau setelah onset.
Emboli otak
Kardiogenik
Arteri ke arteri
Sisa aorta
Tiba-tiba pada 80% kasus, dengan defisit maksimal saat onset. Kasus lainnya menunjukkan progresi seperti tangga dalam 24 jam pertama. Sindrom arteri serebri media adalah gambaran yang paling sering ditemukan : defisit
Nyeri kepala saat atau setelah onset.
(47)
8
sensomotorik kontralateral (lengan/wajah > tungkai), afasia (hemisfer dominan), kesiagaan berkurang (hemisfer nondominan) ± kuadran-anopsia.
Hipoperfusi sistemik Diawali oleh kelainan sistemik.
Pucat, berkeringat, hipotensi.
(Sumber : Goldszmidt dan Caplan, 2003)
2.1.5 Faktor risiko Stroke
Faktor-faktor risiko untuk terjadinya stroke dapat dikategorikan sebagai berikut (Stroke Association, 2012) :
Faktor yang tidak dapat dirubah adalah :
Usia
Risiko stroke menjadi berlipat ganda pada usia di atas 55 tahun. Usia dewasa akhir (40-65 tahun) menjadi rentan terkena stroke karena memasuki masa menurunnya keterampilan fisik dan semakin tingginya tingkat stres yang dimiliki.
Hereditas
Risiko terkena stroke akan lebih besar jika terdapat riwayat stroke pada keluarga.
Ras
Ras Afrika-Amerika lebih rentan terkena stroke karena memiliki risiko hipertensi, diabetes, dan obesitas lebih tinggi.
Jenis kelamin
Stroke lebih sering menyerang pria dibanding wanita, namun kematian akibat stroke lebih banyak terjadi pada wanita.
Riwayat stroke sebelumnya, TIA, atau serangan jantung
Risiko stroke akan meningkat pada orang yang telah mengalami stroke atau serangan jantung sebelumnya, atau pada orang yang mengalami TIA
(48)
9
risiko akan meningkat 10 kali , karena itu merupakan peringatan akan kejadian stroke.
Faktor yang dapat dirubah :
Hipertensi
Hipertensi merupakan penyebab penting dan paling banyak terjadinya stroke. Pengobatan yang efektif terhadap hipertensi adalah kunci untuk menurunkan angka kejadian stroke dan kematian akibat stroke.
Merokok
Beberapa tahun terkahir, banyak studi menunjukkan bahwa merokok adalah faktor risiko penting untuk stroke. Nikotin dan karbon monoksida dari merokok membahayakan sistem kardiovaskular.
Diabetes melitus
Diabetes merupakan faktor risiko independen untuk stroke. Orang dengan diabetes umunya disertai dengan hipertensi, hiperkolesterolemia, dan berat badan berlebih sehigga meningkatkan risiko terjadinya stroke.
Penyakit arteri karotid atau arteri lainnya
Arteri karotis berperan untuk menyuplai darah ke otak, jika terjadi pendangkalan arteri akibat aterosklerosis atau penyakit stenosis arteri karotis, maka suplai darah ke otak akan terganggu dan risiko terjadinya stroke akan meningkat.
Penyakit jantung
Penyakit jantung koroner, penyakit katup jantung, penyakit jantung bawaan, atau kardiomegali dapat meningkatkan risiko terjadinya stroke. Keadaan atrial fibrilasi juga dapat mengakibatkan stroke jika terjadi pembentukan bekuan darah yang memasuki aliran darah dan menyumbat pada arteri yang menyuplai darah ke otak.
Sickle-cell disease
Pada penderita Sickle-cell disease kemampuan sel darah merah untuk membawa oksigen akan menurun. Sickle-cell ini juga dapat melekat
(49)
10
pada dinding pembuluh darah dan dapat memblok arteri menuju otak sehingga menyebabkan stroke.
Hiperkolesterolemia
Kadar kolesterol yang tinggi dalam darah adalah risiko untuk kejadian aterosklerosis, yang juga akan meningkatkan risiko kejadian stroke.
Asupan makanan yang buruk
Diet yang tingggi lemak jenuh, lemak trans, dan kolesterol dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam darah. Kemudian diet tinggi sodium atau garam juga berperan terhadap peningkatan tekanan darah. Selain itu, kalori berlebih juga berkontribusi terhadap kejadian obesitas. Jadi, asupan makanan yang buruk akan menghasilkan keadaan dengan risiko tinggi terhadap stroke.
Physical inactivity dan Obesitas
Ketidakatifan fisik, obesitas, atau keduanya akan meningkatkan risiko hipertensi, diabetes, penyakit jantung, dan stroke. Cobalah aktif beraktivitas minimal 30 menit setiap hari.
Faktor yang lainnya :
Faktor sosioekonomi
Beberapa bukti menyatakan bahwa stroke lebih sering terjadi pada orang dengan pendapatan rendah.
Penyalahgunaan alkohol
Penyalahgunaan alkohol dapat menyebabkan banyak komplikasi medis, termasuk stroke.
Penyalahgunaan obat-obatan
Kecanduan obat-obatan seperti kokain, amphetamin, dan heroin memiliki hubungan dengan meningkatnya kejadian stroke pada populasi yang lebih muda.
2.1.6 Patofisiologi Stroke Iskemik
Stroke iskemik terjadi akibat oklusi vaskular pada otak sehingga menghasilkan daerah iskemik di wilayah vaskular yang terkena. Keadaan iskemik
(50)
11
menyebabkan sel otak menjadi hipoksia dan kehabisan ATP. Tanpa adanya ATP maka tidak ada energi untuk mengatur aktivitas ion di membran sel dan proses depolarisasi sel dan berujung kepada kematian sel (Jauch, Edward C., et al. 2015)
2.1.7 Diagnosis Stroke
Penegakan diagnosis stroke dapat dilakukan dengan mengenali gejala stroke, seperti : kelemahan tiba-tiba atau kaku pada wajah, lengan, dan kaki yang biasanya menyerang satu sisi tubuh. Gejala lain berupa kebingungan, kesulitan bicara atau memahami kata-kata, gangguan penglihatan pada satu atau kedua mata, kehilangan keseimbangan atau koordinasi, sakit kepala hebat, pingsan atau hilang kesadaran (National Institutes of Health, 2014).
Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik juga digunakan dalam mengkaji luasnya disfungsi neurologis dan mengidentifikasi faktor risiko aterotrombosis serta kondisi medis yang menyertai.
Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mengidentifikasi kemungkinan penyebab stroke (mis. sindrom hiperviskositas, koagulopati), komplikasi terkait stroke, untuk menetapkan dasar parameter koagulasi, dan untuk mengidentifikasi faktor risiko aterosklerosis generalisata (mis. dislipidemia).
Semua pasien yang diduga stroke harus menjalani pemeriksaan CT Scan atau MRI untuk menentukan lokasi dan jenis stroke juga untuk menyingkirkan penyebab gejala neurologis nonvaskular. MRI lebih sensitif dibanding CT untuk mendeteksi infark otak dalam 72 jam pertama, namun CT lebih unggul dalam membedakan perdarahan dan iskemia pada lesi akut.
Pungsi lumbal digunakan untuk mendiagnosis perdarahan subaraknoid bila CT/MRI tidak tersedia atau menunjukkan hasil negatif. Tidak adanya darah dalam cairan pungsi menyingkirkan diagnosis perdarahan subaraknoid atau intraserebral. Ekokardiorgam digunakan untuk menilai jenis dan luasnya penyakit miokardial/valvular ketika emboli kardiogenik diduga sebagai penyebab stroke (Goldszmidt dan Caplan, 2003).
(51)
12
2.1.8 Penatalaksanaan Stroke Iskemik
Tata laksana keadaan stroke akut menurut ilmu kedokteran darurat adalah dengan mengamankan jalan napas, pernapasan, dan sirkusasi pasien. Pasien stroke sering menunjukkan tekanan darah yang meningkat. Tekanan darah ini tidak harus diturunkan karena tekanan perfusi yang meningkat dipercaya merupakan mekanisme kompensasi yang menguntungkan pada stroke. Hipertensi yang menetap (>220 mmHg sistolik atau >120 mmHg diastolik) dapat diturunkan secara bertahap (Bresler dan Sternbach, 2006).
Sementara penatalaksanaan khusus terhadap stroke iskemik adalah sebagai berikut:
Pemberian antiplatelet dengan dosis awal 325 mg dalam 24 jam sampai 48 jam setelah awitan stroke dianjurkan untuk setiap stroke iskemik akut.
Jika direncanakan pemberian trombolitik, aspirin jangan diberikan.
Pemberian terapi trombolisis recombinant Tissue Plasminogen Activator (rTPA) secara umum memberikan keuntungan reperfusi dari lisisnya trombus dan perbaikan sel serebral yang bermakna. Dosis pemberian rTPA adalah 0,9 mg/kgBB (maksimum 90 mg), 10% dari dosis total diberikan sebagai bolus inisial, dan sisanya diberikan sebagai infus selama 60 menit. Terapi ini harus diberikan dalam rentang waktu 3 jam dari onset tanpa disertai perdarahan atau tanda-tanda infark dini pada hasil CT-Scan, dan dengan tekanan darah < 185 mmHg sistolik dan < 110 mmHg diastolik (Kelompok Studi Serebrovaskuler PERDOSSI, 2011).
2.1.9 Komplikasi Stroke
Pasien stroke berisiko tinggi mengalami komplikasi medis serius setelah mendapat serangan stroke. Adapun komplikasi yang dapat timbul adalah sebagai berikut :
Perdarahan utama dapat terjadi pada penggunaan antikoagulan dan trombolitik (Goldszmidt dan Caplan, 2003).
(52)
13
Imobilisasi dalam waktu yang lama pada pasien stroke dapat meningkatkan risiko trombosis vena dalam pada ekstremitas inferior, juga kelemahan otot dan penurunan fleksibilitas otot.
Jika stroke mempengaruhi otot-otot yang bekerja untuk proses menelan maka akan berisiko aspirasi ke paru-paru dan menyebabkan pneumonia.
Beberapa kondisi stroke juga dapat mempengaruhi otot-otot saluran kemih, penderita membutuhkan kateter urin sampai dapat berkemih sendiri kembali. Penggunaan kateter urin ini dapat menyebabkan infeksi saluran kemih.
Kehilangan kontrol terhadap saluran cerna yang menyebabkan konstipasi juga dapat terjadi setelah kejadian stroke (National Institutes of Health, 2014).
2.1.10 Pencegahan Stroke
Adapun upaya pencegahan yang dapat dilakukan terhadap kejadian stroke adalah sebagai berikut :
Pencegahan primer pada stroke meliputi upaya perbaikan gaya hidup dan pengendalian berbagai faktor risiko. Upaya ini ditujukan pada orang sehat dan kelompok risiko tinggi yang belum pernah terserang stroke. Upaya yang dapat dilakukan antara lain :
Mengkonsumsi makanan rendah lemak jenuh dan kolesterol, juga menambah asupan kalium dan mengurangi asupan natrium (<6gram/hari) dapat mencegah terjadinya stroke. Makanan biji-bijian seperti beras merah, jagung, gandum, kacang kedele, kacang mede, dapat membantu menurunkan kolesterol dengan menambah ekskresi asam empedu, meningkatkan aktifitas esterogen dari isoflavon, memperbaiki elastisitas arteri, dan meningkatkan aktivitas antioksidan yang menghalangi oksidasi LDL.
Mengendalikan stres dengan cara berpikir positif sesuai dengan jiwa sehat menurut WHO, menyelesaikan pekerjaan satu demi satu, bersikap ramah dan mendekatkan diri pada Tuhan Yang Maha Esa, dan mensyukuri hidup
(53)
14
yang ada. Penanganan stres menghasilkan respon relaksasi yang menurunkan denyut jantung dan tekanan darah. Kemudian istirahat yang cukup dan tidur teratur antara 6-8 jam sehari.
Pemeriksaan kesehatan secara teratur dan taat anjuran dokter dalam hal diet dan obat.
Pencegahan sekunder pada stroke iskemik adalah dengan pengendalian faktor risiko yang dapat dimodifikasi antara lain:
Penurunan rata-rata 10/5 mmHg tekanan darah pada penderita hipertensi
Kontrol gula darah secara teratur
Penurunan lipid yang efektif menggunakan statin dengan target LDL < 70 mg/dl
Konseling untuk modifikasi gaya hidup seperti olahraga dan penurunan berat badan untuk menurunkan risiko vaskular (Kelompok Studi Serebrovaskuler PERDOSSI, 2011).
2.2 Obesitas
2.2.1 Epidemiologi Obesitas
Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang sukar diatasi. Prevalensi obesitas di dunia tahun 2008 meningkat hampir dua kali lipat dari tahun 1980. Pada tahun 2008 terdapat 10 persen laki-laki dan perempuan 14 persen, dibanding tahun 1980 terdapat 5 persen laki-laki dan 8 persen perempuan. Perkiraan WHO 205 juta laki-laki dan 297 juta perempuan di atas 20 tahun mengalami obesitas dengan IMT > 30 kg/m2. Di seluruh dunia terdapat setidaknya 2,8 juta jiwa meninggal setiap tahun akibat berat badan berlebih atau obesitas, dan diperkirakan 38,5 juta jiwa (2,3%) menderita disabiliti disebabkan komplikasi berat berlebih atau obesitas (WHO, 2015).
Di Indonesia prevalensi obesitas adalah 2,4 persen dari total populasi tahun 2012 (OECD,2014). Total populasi di Indonesia tahun 2014 adalah 247 juta jiwa (WHO, 2014).
(54)
15
2.2.2 Definisi dan Klasifikasi Obesitas
Secara fisiologis, obesitas didefinisikan sebagai suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau berlebihan di jaringan adiposa sehingga dapat mengganggu kesehatan. Obesitas terjadi bila besar dan jumlah sel lemak bertambah pada tubuh seseorang.
Indeks massa tubuh (IMT), yaitu berat badan dalam kilogram (kg) dibagi tinggi badan dalam meter kuadrat (m2) merupakan indikator yang paling sering digunakan dan praktis untuk mengukur tingkat populasi berat badan lebih dan obes pada orang dewasa (Sugondo, 2009).
Tabel 2.2 Klasifikasi Berat Badan Lebih dan Obesitas Berdasarkan IMT Menurut Kriteria Asia Pasifik
IMT (kg/m2) Berat badan kurang
Kisaran normal Berisiko
Obes I Obes II
< 18,5 18,5-22,9 23,0-24,9 25,0-29,9
≥30 (Sumber : Sugondo, Sidartawan. 2009)
2.2.4 Obesitas Sebagai Faktor Risiko Stroke Iskemik
Sebuah pengamatan meta-analisis dari 25 studi kohort prospektif dengan 2 juta lebih partisipan menunjukkan secara statistik dengan RR 1,64 (95% CI, 1,36-1,99) bahwa ada hubungan bermakna antara obesitas terhadap kejadian stroke iskemik. Individu dengan berat badan lebih dan obes, masing-masing memiliki kemungkinan 22% dan 64% untuk mengalami stroke iskemik dibandingkan subyek dengan berat badan normal (Strazzullo et al, 2010). Selain itu, sebuah studi prospektif menunjukkan adanya hubungan kenaikan IMT setiap 1 kg/m2 di atas normal dengan kejadian stroke dengan 95% CI, 1,09-1,12 (Song, Yun-Mi., et al, 2004).
Mortalitas yang berkaitan dengan obesitas sangat erat hubungannya dengan sindrom metabolik. Sindrom metabolik merupakan satu kelompok kelainan metabolik yang meliputi obesitas, resistensi insulin, gangguan toleransi glukosa, abnormalitas trigliserida dan hemostasis, disfungsi endotel, dan
(55)
16
hipertensi yang semuanya secara sendiri-sendiri atau bersama-sama merupakan faktor risiko utama untuk terjadinya aterosklerosis dengan manifestasi penyakit jantung koroner dan/atau stroke (Sugondo, 2009).
Penelitian terbaru oleh Victoria L. King dkk menunjukkan bahwa obesitas dapat mempercepat terjadinya aterosklerosis dari percobaan dengan model hewan. Dinyatakan bahwa obesitas berhubungan dengan peradangan kronis jaringan adiposa itu sendiri, yang diduga berkontribusi terhadap peradangan sistemik, yang berperan dalam perkembangan dan progresifitas aterosklerosis (King et al, 2010).
2.3 Kebiasaan Merokok
2.3.1 Epidemiologi Konsumsi Rokok
Prevalensi perokok di dunia terus meningkat setiap tahun. Total perokok di dunia mencapai 1,3 milyar orang. Berdasarkan jumlah perokok, Indonesia adalah negara ketiga dengan jumlah perokok terbesar di dunia setelah China dan India (WHO, 2008).
Di Indonesia prevalensi perokok usia 15 tahun ke atas tahun 2007 adalah sebesar 34,2 persen (lebih dari 50 juta orang dewasa), meningkat dari 31,5 persen tahun 2001 dan tidak menunjukkan perbedaan dibandingkan tahun 2004 (Riskesdas, 2007). Setelah pembaharuan masih belum terjadi penurunan dari 2007 ke 2013, cenderung meningkat dari 34,2 persen tahun 2007 menjadi 36,3 persen tahun 2013. 64,9 persen laki-laki dan 2,1 persen perempuan masih menghisap rokok tahun 2013 (Riskesdas, 2013).
2.3.2 Tahapan dan Klasifikasi Kebiasaan Merokok 2.3.2.1 Tahapan Kebiasan Merokok
Menurut Leventhal dan Clearly untuk menjadi seorang perokok terdapat 4 tahapan dalam perilaku merokok, yaitu :
Tahap preparasi adalah tahap dimana seseorang mendapat gambaran yang menyenangkan mengenai merokok dengan cara mendengar, melihat, atau dari hasil bacaan. Hal ini menimbulkan minat untuk merokok.
(56)
17
Tahap inisiasi adalah tahap perintisan merokok yaitu tahap apakah seseorang akan meneruskan atau tidak terhadap perilaku merokok.
Tahap menjadi perokok adalah apabila seseorang telah mengkonsumsi rokok sebanyak 4 batang per hari maka ia mempunyai kecenderungan menjadi perokok.
Tahap maintenace of smoking adalah tahap dimana merokok sudah menjadi salah satu bagian dari cara pengaturan diri (self-regulating). Merokok dilakukan untuk memperoleh efek fisiologis yang menyenangkan (Komalasari dan Helmi, 2006).
2.3.2.2 Klasifikasi Kebiasan Merokok
Kebiasaan merokok yang dapat memicu terjadinya stroke dapat diklasifikasikan berdasarkan dua hal (Marisa, 2014), yaitu dari banyaknya rokok yang dihisap dan lamanya waktu kebiasaan merokok berlangsung.
Kebiasaan merokok dapat diklasifikasikan berat atau ringannya berdasarkan banyaknya jumlah rokok yang dihisap per harinya. Dalam penelitian yang dilakukan Marisa dinyatakan bahwa perokok ringan jika mengkonsumsi kurang dari 20 batang per hari, sedangkan perokok berat mengkonsumsi lebih dari 20 batang per hari berdasarkan hasil uji Fisher yang dilakukan. Nilai p yang didapat dari uji tersebut adalah 0,047 artinya jumlah rokok yang dihisap per hari mempunyai hubungan bermakna terhadap kejadian stroke. Pasien yang merokok lebih dari 20 batang per hari akan memberi pengaruh yang sangat besar terhadap kejadian aterosklerosis terutama pada pembuluh darah otak sebagai pemicu stroke.
Kebiasaan merokok juga dapat diklasifikasikan berdasarkan singkat atau lamanya waktu kebiasaan tersebut berlangsung. Dari hasil analisis uji Fisher menunjukkan terdapat hubungan bermakna antara lama merokok dengan kejadian stroke dengan nilai p=0,017. Semakin lama seseorag beraktivitas sebagai perokok dapat memberi indikasi banyaknya bahan berbahaya yang telah masuk dalam tubuh. Orang yang merokok lebih dari 10 tahun memiliki risiko empat kali lebih besar terkena serangan stroke.
(57)
18
2.3.3 Kebiasaan Merokok Sebagai Faktor Risiko Stroke Iskemik
Merokok merupakan penyebab mayor kejadian serangan jantung, stroke, penyakit arteri perifer, dan aneurisma aorta abdominalis yang merupakan bentuk dari penyakit kardiovaskular. Kandungan dalam rokok yang berkontribusi terhadap timbulnya penyakit diantaranya adalah :
Nikotin yang dapat meningkatkan tekanan darah, membuat jantung bekerja lebih keras, dan memperngaruhi aktivitas otak serta otot.
Karbon monoksida dapat meningkatkan denyut jantung dan menurunkan kemampuan sel-sel darah membawa oksigen dengan menggantikan tempat ikatan oksigen.
Tar akan menyelimuti paru-paru seperti jelaga di cerobong asap yang dapat mempersulit napas, tar juga mengandung puluhan senyawa kimia yang menyebabkan kanker.
Racun lainnya yang terhirup perokok aktif maupun pasif seperti nitrogen oksida, hidrogen sianida, arsenik, amonia (bahan pembersih lantai), fenol (bahan pembuat cat), naftalen (bahan kapur barus), kadmium (bahan baterai mobil), uretan aseton (bahan penghapus cat), DDT (insektisida), dan butana (bahan bakar), dll (Heart Foundation, 2002).
Merokok diketahui dapat menyebabkan aterosklerosis dan keadaan prokoagulan yang meningkatkan proses pembekuan darah dimana hal tersebut merupakan mekanisme primer terjadinya stroke. Merokok juga menyebabkan disfungsi endotel vaskular yang berhubungan dengan perubahan proses hemostasis dan penanda proses inflamasi, meningkatkan konsentrasi fibrinogen, menurunkan aktivitas fibrinolitik, meningkatkan agregasi platelet, dan menyebabkan polisitemia sehingga keadaan-keadaan tersebut meningkatkan risiko kejadian stroke iskemik (Bhat, Vivecea M. et al, 2008).
Penelitian terkini menyatakan bahwa merokok termasuk gaya hidup yang berpotensi sebagai risiko untuk kejadian stroke iskemik, dari 4467 pasien 55,5% diantaranya merokok (Sarnowski et al, 2013). Hasil penelitian sebelumnya oleh Bhat dan kawan-kawan pada responden usia 15-29 tahun di Amerika dengan desain studi kasus kontrol menyatakan terdapat hubungan erat antara jumlah
(58)
19
rokok yang dikonsumsi (1-10 batang/hari dengan OR 2,2; 11-20 batang/hari dengan OR 2,5; dan > 20 batang/hari dengan OR 4,9) dengan kejadian stroke iskemik (Bhat, Vivecea M. et al, 2008).
(59)
1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang menanggung beban masalah kesehatan akibat peningkatan kejadian penyakit tidak menular. Salah satu penyakit tidak menular yang menunjukkan terjadinya peningkatan saat ini adalah stroke.
Stroke didefinisikan oleh WHO tahun 1986 sebagai tanda-tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak secara fokal maupun global yang dapat menyebabkan kematian atau kecacatan yang menetap selama 24 jam atau lebih, tanpa penyebab lain selain gangguan vaskular (Kelompok Studi Serebrovaskuler & Neurogeriatri PERDOSSI, 1999).
Berdasarkan perjalanan penyakitnya batasan stroke adalah suatu defisit neurologis mendadak sebagai akibat hemoragi atau iskemia sirkulasi saraf otak. Stroke hemoragik merupakan 20% kasus dari semua stroke. Sementara jenis yang tersering didapatkan adalah stroke iskemik, yaitu sekitar 80% dari semua stroke (Martono dan Kuswardani, 2009).
Stroke termasuk salah satu dari sepuluh penyakit penyebab kematian teratas di dunia. Berdasarkan laporan terbaru WHO terdapat 6,7 juta kematian terjadi akibat stroke dari total kematian yang disebabkan penyakit tidak menular (WHO, 2014).
Pada profil statistik WHO yang diperbaharui pada Januari 2015, stroke merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan yang utama di Indonesia. Pada tahun 2012 terdapat 328.500 kematian akibat stroke di Indonesia. Laporan ini sejalan dengan Hasil Riset Kesehatan Dasar yang menunjukkan terjadi peningkatan prevalensi stroke di Indonesia berdasarkan wawancara jawaban responden yang pernah didiagnosis tenaga kesehatan dan gejalanya meningkat dari 8,3 per1000 di tahun 2007 menjadi 12,1 per1000 di tahun 2013. Wilayah Sumatera Utara termasuk dalam 20 besar wilayah di Indonesia dengan prevalensi stroke yang tinggi yaitu 10,3 per1000 di tahun 2013 (Riskesdas, 2013).
(60)
2
Dalam suatu studi kohort prospektif di Jerman yang melibatkan 4.467 pasien (umur median, 47 tahun; jangkauan interkuartil, 40–51), faktor risiko stroke iskemik yang paling sering dan didokumentasikan dengan baik serta merupakan faktor risiko yang dapat dimodifikasi adalah merokok (55.5%), ketidakaktifan fisik (48.2%), hipertensi arteriol (46.6%), dislipidemia (34.9%), dan obesitas (22.3%) (Sarnowski, B et al, 2013).
Menurut laporan American Heart Association kebiasaan merokok dan berat badan berlebih atau obesitas termasuk faktor risiko mayor untuk penyakit kardiovaskular dan stroke (Mozaffarian, D et al, 2015).
Penelitian sebelumnya menyatakan kebiasaan merokok saat ini turut berhubungan dengan kejadian stroke iskemik. Hasil penelitian Kurth dan kawan-kawan yang melibatkan 22.022 partisipan menyatakan terdapat hubungan erat antara jumlah rokok yang dikonsumsi (<20 batang/hari RR 1,56; 95%CI 1,03-2,37; >20batang/hari RR 2,25; 95%CI 1,80-2,81) dengan kejadian stroke (Kurth et al, 2003). Kemudian sebuah pengamatan meta-analisis dari 25 studi kohort prospektif dengan 2 juta lebih partisipan menunjukkan secara statistik dengan RR 1,64 (95% CI, 1,36-1,99) bahwa ada hubungan bermakna antara obesitas terhadap kejadian stroke iskemik (Strazullo, P et al, 2010). Maka peningkatan kejadian stroke saat ini dapat dikaitkan dengan peningkatan prevalensi kejadian faktor risiko yang diteliti tersebut.
Prevalensi perokok di dunia terus meningkat setiap tahun. Total perokok di dunia mencapai 1,3 milyar orang. Berdasarkan jumlah perokok, Indonesia adalah negara ketiga dengan jumlah perokok terbesar di dunia setelah China dan India (WHO, 2008).
Di Indonesia prevalensi perokok usia 15 tahun ke atas tahun 2007 adalah sebesar 34,2 persen (lebih dari 50 juta orang dewasa), meningkat dari 31,5 persen tahun 2001 dan tidak menunjukkan perbedaan dibandingkan tahun 2004 (Riskesdas, 2007). Setelah pembaharuan masih belum terjadi penurunan dari 2007 ke 2013, cenderung meningkat dari 34,2 persen tahun 2007 menjadi 36,3 persen tahun 2013. 64,9 persen laki-laki dan 2,1 persen perempuan masih menghisap rokok tahun 2013 (Riskesdas, 2013).
(61)
3
Prevalensi obesitas di dunia tahun 2008 meningkat hampir dua kali lipat dari tahun 1980. Pada tahun 2008 terdapat 10 persen laki-laki dan perempuan 14 persen, dibanding tahun 1980 terdapat 5 persen laki-laki dan 8 persen perempuan. Menurut taksiran WHO 200 juta lebih laki-laki dan hampir 300 juta perempuan di atas 20 tahun mengalami obesitas dengan IMT > 30 kg/m2 (WHO, 2015).
Di Indonesia prevalensi obesitas adalah 2,4 persen dari total populasi tahun 2014 (OECD,2014). Total populasi di Indonesia tahun 2014 adalah 247 juta jiwa (WHO, 2014).
Obesitas dan kebiasaan merokok tersebut pada dasarnya dapat dicegah. Namun pada kenyataannya angka kejadian obesitas dan kebiasaan merokok masih tinggi bahkan terdapat peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya.
Pemilihan lokasi penelitian berdasarkan pertimbangan bahwa RSUP Haji Adam Malik Medan merupakan rumah sakit tipe A dan menjadi rumah sakit rujukan utama untuk wilayah Sumatera Utara. Hasil survei awal penelitian penulis di RSUP Haji Adam Malik Medan menunjukkan terdapat peningkatan jumlah pasien stroke iskemik yang di rawat inap dalam 2 tahun terakhir. Pada tahun 2013 terdapat 358 pasien rawat inap, meningkat pada tahun 2014 menjadi 393 pasien.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan obesitas dan kebiasaan merokok terhadap kejadian stroke iskemik di RSUP Haji Adam Malik.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: Adakah hubungan antara obesitas dan kebiasaan merokok dengan terjadinya stroke iskemik di RSUP Haji Adam Malik Medan?
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui adanya hubungan antara obesitas dan kebiasaan merokok dengan terjadinya stroke iskemik.
(1)
vii
2.1.9 Komplikasi Stroke... 12
2.1.10 Pencegahan Stroke... 13
2.2 Obesitas...…… 14
2.2.1 Epidemiologi... 14
2.2.2 Definisi dan Klasifikasi... 15
2.2.3 Obesitas Sebagai Faktor Risiko Stroke Iskemik... 15
2.3 Kebiasaan Merokok... 16
2.3.1 Epidemiologi... 16
2.3.2 Tahapan dan Klasifikasi Kebiasaan Merokok... 16
2.3.2.1 Tahapan Kebiasaan Merokok... 16
2.3.2.2 Klasifikasi Kebiasaan Merokok... 17
2.3.3 Kebiasaan Merokok Sebagai Faktor Risiko Stroke Iskemik... 18
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL... 20
3.1 Kerangka Konsep... 20
3.2 Variabel dan Definisi Operasional... 20
3.3 Hipotesis... 21
BAB 4 METODE PENELITIAN... 22
4.1 Jenis Penelitian... 22
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian... 22
4.2.1 Lokasi Penelitian... 22
4.2.2 Waktu Penelitian... 22
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian... 22
4.3.1 Populasi... 22
4.3.2 Sampel... 22
4.4 Teknik Pengumpulan Data... 24
(2)
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN... 26
5.1 Hasil Penelitian... 26
5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian... 26
5.1.2 Deskripsi Karakteristik Sampel Penelitian... 26
5.1.3 Distribusi dan Hasil Analisis Hubungan Variabel Bebas dengan Variabel Terikat dalam Penelitian... 29
5.2 Pembahasan... 32
5.2.1 Karakteristik Sampel Penelitian... 32
5.2.2 Hubungan Obesitas dengan Kejadian Stroke Iskemik... 33
5.2.3 Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Kejadian Stroke Iskemik... 34
5.3 Keterbatasan Penelitian... 36
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN... 37
6.1 Kesimpulan... 37
6.2 Saran... 38
DAFTAR PUSTAKA... 39 LAMPIRAN
(3)
ix
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 2.1 Klasifikasi Stroke Iskemik dan Gambaran Klinis... 6 Tabel 2.2 Klasifikasi Berat Badan Lebih dan Obesitas Berdasarkan
IMT Menurut Kriteria Asia Pasifik... 14 Tabel 2.3 Variabel dan Definisi Operasional... 20 Tabel 5.1 Distribusi Karakteristik Sampel Penelitian... 27 Tabel 5.2 Distribusi Sampel dan Hasil Analisis Hubungan Indeks Massa
Tubuh dengan Kejadian Stroke Iskemik... 29 Tabel 5.3 Distribusi Sampel dan Hasil Analisis Hubungan Kebiasaan
Merokok dengan Kejadian Stroke Iskemik... 29 Tabel 5.4 Distribusi Sampel dan Hasil Analisis Hubungan Lamanya
Merokok dengan Kejadian Stroke Iskemik... 30 Tabel 5.5 Distribusi Sampel dan Hasil Analisis Hubungan Konsumsi
(4)
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1 Lokasi dan Mekanisme Tersering Stroke Iskemik... 6 Gambar 3.1 Kerangka Konsep... 20
(5)
xi
DAFTAR SINGKATAN
95%CI 95% Confident Interval CT Computed Tomography
DDT dichlorodiphenyltrichloroethane
IMT Indeks Massa Tubuh
LDL Low Density Lipoprotein MRI Magnetic Resonance Imaging
OECD Organisation for Economic Co-operation and Development OR Odds Ratio
PERDOSSI Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia RR Relative Risk
RSUP Rumah Sakit Umum Pusat
rTPA recombinant Tissue Plasminogen Activator
SD Standard Deviasi
TIA Transient Ischemic Attack WHO World Health Organization
(6)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup Lampiran 2 Surat Ethical Clearance Lampiran 3 Surat Pengantar MEU FK USU
Lampiran 4 Surat Izin Penelitian Di RSUP Haji Adam Malik Medan Lampiran 5 Lembar Penjelasan Terhadap Subyek Penelitian
Lampiran 6 Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (Inform Consent) Lampiran 7 Kuesioner Penelitian
Lampiran 8 Dokumentasi Penelitian Lampiran 9 Hasil Data Penelitian