sensomotorik kontralateral
lenganwajah tungkai,
afasia hemisfer dominan, kesiagaan
berkurang hemisfer
nondominan ±
kuadran-anopsia. Hipoperfusi sistemik
Diawali oleh
kelainan sistemik.
Pucat, berkeringat,
hipotensi. Sumber : Goldszmidt dan Caplan, 2003
2.1.5 Faktor risiko Stroke
Faktor-faktor risiko untuk terjadinya stroke dapat dikategorikan sebagai berikut
Stroke Association
, 2012 : Faktor yang tidak dapat dirubah adalah :
Usia Risiko stroke menjadi berlipat ganda pada usia di atas 55 tahun. Usia
dewasa akhir 40-65 tahun menjadi rentan terkena stroke karena memasuki masa menurunnya keterampilan fisik dan semakin tingginya
tingkat stres yang dimiliki. Hereditas
Risiko terkena stroke akan lebih besar jika terdapat riwayat stroke pada keluarga.
Ras Ras Afrika-Amerika lebih rentan terkena stroke karena memiliki risiko
hipertensi, diabetes, dan obesitas lebih tinggi. Jenis kelamin
Stroke lebih sering menyerang pria dibanding wanita, namun kematian akibat stroke lebih banyak terjadi pada wanita.
Riwayat stroke sebelumnya, TIA, atau serangan jantung Risiko stroke akan meningkat pada orang yang telah mengalami stroke
atau serangan jantung sebelumnya, atau pada orang yang mengalami TIA
risiko akan meningkat 10 kali , karena itu merupakan peringatan akan kejadian stroke.
Faktor yang dapat dirubah : Hipertensi
Hipertensi merupakan penyebab penting dan paling banyak terjadinya stroke. Pengobatan yang efektif terhadap hipertensi adalah kunci untuk
menurunkan angka kejadian stroke dan kematian akibat stroke. Merokok
Beberapa tahun terkahir, banyak studi menunjukkan bahwa merokok adalah faktor risiko penting untuk stroke. Nikotin dan karbon
monoksida dari merokok membahayakan sistem kardiovaskular. Diabetes melitus
Diabetes merupakan faktor risiko independen untuk stroke. Orang dengan
diabetes umunya
disertai dengan
hipertensi, hiperkolesterolemia, dan berat badan berlebih sehigga meningkatkan
risiko terjadinya stroke. Penyakit arteri karotid atau arteri lainnya
Arteri karotis berperan untuk menyuplai darah ke otak, jika terjadi pendangkalan arteri akibat aterosklerosis atau penyakit stenosis arteri
karotis, maka suplai darah ke otak akan terganggu dan risiko terjadinya stroke akan meningkat.
Penyakit jantung Penyakit jantung koroner, penyakit katup jantung, penyakit jantung
bawaan, atau kardiomegali dapat meningkatkan risiko terjadinya stroke. Keadaan atrial fibrilasi juga dapat mengakibatkan stroke jika
terjadi pembentukan bekuan darah yang memasuki aliran darah dan menyumbat pada arteri yang menyuplai darah ke otak.
Sickle-cell disease
Pada penderita
Sickle-cell disease
kemampuan sel darah merah untuk membawa oksigen akan menurun.
Sickle-cell
ini juga dapat melekat
pada dinding pembuluh darah dan dapat memblok arteri menuju otak sehingga menyebabkan stroke.
Hiperkolesterolemia Kadar kolesterol yang tinggi dalam darah adalah risiko untuk kejadian
aterosklerosis, yang juga akan meningkatkan risiko kejadian stroke. Asupan makanan yang buruk
Diet yang tingggi lemak jenuh, lemak trans, dan kolesterol dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam darah. Kemudian diet tinggi
sodium atau garam juga berperan terhadap peningkatan tekanan darah. Selain itu, kalori berlebih juga berkontribusi terhadap kejadian
obesitas. Jadi, asupan makanan yang buruk akan menghasilkan keadaan dengan risiko tinggi terhadap stroke.
Physical inactivity
dan Obesitas Ketidakatifan fisik, obesitas, atau keduanya akan meningkatkan risiko
hipertensi, diabetes, penyakit jantung, dan stroke. Cobalah aktif beraktivitas minimal 30 menit setiap hari.
Faktor yang lainnya : Faktor sosioekonomi
Beberapa bukti menyatakan bahwa stroke lebih sering terjadi pada orang dengan pendapatan rendah.
Penyalahgunaan alkohol Penyalahgunaan alkohol dapat menyebabkan banyak komplikasi medis,
termasuk stroke. Penyalahgunaan obat-obatan
Kecanduan obat-obatan seperti kokain, amphetamin, dan heroin memiliki hubungan dengan meningkatnya kejadian stroke pada populasi yang lebih
muda.
2.1.6 Patofisiologi Stroke Iskemik