Kinerja Pembangunan Agama, Politik , Sosial Dan Budaya

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah RPJMD 11 tinggi dan IPM yang rendah seperti Kab. Pacitan, Kab.Ponorogo, Kab.Trenggalek, Kab.Tulungagung, Kab.Blitar, Kab.Kediri, Kab Malang, Kab. Lumajang, Kab. Jember, Kab. Banyuwangi, Kab. Bondowoso, Kab. Situbondo, Kab. Probolinggo, Kab. Mojokerto, Kab. Jombang, Kab. Nganjuk, Kab. Madiun, Kab. Magetan, Kab. Ngawi, Kab. Bojonegoro, Kab. Tuban, Kab. Lamongan, Kab. Bangkalan, Kab. Sampang, Kab. Pamekasan, Kab. Sumenep 2.1.1. Bidang Politik, Sosial dan Budaya

A. Kinerja Pembangunan Agama, Politik , Sosial Dan Budaya

Pembangunan agama merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat, yaitu hak memeluk agama dan beribadat menurut keyakinan masing-masing sebagaimana diatur di dalam UUD 1945, Bab XI Pasal 29 1 dan 2, yang menegaskan bahwa ”Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa” dan ”Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agama dan kepercayaannya itu.” Pembangunan agama merupakan upaya mewujudkan agenda meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui peningkatan kualitas dan pemahaman agama serta kehidupan beragama kesalehan sosial. Selain itu, pembangunan agama juga mencakup dimensi peningkatan kerukunan hidup umat beragama, yang mendukung peningkatan saling percaya dan harmonisasi antar kelompok masyarakat. Dimensi kerukunan ini sangat penting dalam rangka membangun masyarakat yang memiliki kesadaran mengenai realitas multikulturalisme dan memahami makna kemajemukan sosial, sehingga tercipta suasana kehidupan masyarakat yang penuh toleransi, tenggang rasa, dan harmonis. Melalui pembinaan kerukunan hidup umat beragama serta peningkatan kualitas pemahaman beragama, agenda menciptakan kesalehan sosial yang berujung penciptaan Jawa Timur yang aman dan damai dapat diwujudkan. Selanjutnya perkembangan pembangunan Politik di Jawa Timur secara umum sudah semakin baik, hal ini di tandai dari proses demokratisasi telah Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah RPJMD 12 berjalan pada arah yang benar. Demikian pula antusias masyarakat berpolitik melalui organisasi partai politik cukup tinggi, seiring dengan dinamika kehidupan masyarakat yang semakin kritis, maka adanya tuntutan keterbukaan dalam wadah partisipasi politik rakyat yang ditandai dengan berlakunya sistim multi partai yang mengikuti Pemilu serta munculnya berbagai bentuk asosiasi masyarakat sipil baik dalam bentuk organisasi kemasyarakatan,lembaga swadaya masyarakat maupun forum forum lainnya, menjadi model yang sangat penting dalam mewujudkan proses demokratisasi ke depan. Pemilu tahun 2004 yang diikuti oleh 24 partai politik, hasilnya 9 partai politik telah memperoleh kursi di DPRD Propinsi periode 2004-2009 yaitu PKB memperoleh 31 kursi, PDIP 24 kursi, Partai Golkar 15 kursi, PPP 8 kursi, PAN 7 kursi, PBB 1 kursi, Partai Demokrat 10 kursi, PKS 3 kursi dan PDS 1 kursi dan secara umum berlangsung aman dan tertib. Dengan diberlakukannya Pemilihan Kepala Daerah PILKADA Langsung maka hak hak rakyat akan semakin terakomodasi. Namun demikian, sebagai tahapan awal dari era demokrasi akan banyak permasalahan yang muncul disekitar Pemilihan Kepala Daerah baik mulai tahapan pengusulan sampai pelaksanaan pemungutan suara. Pemungutan suara yang aman akan menjamin Kepala Daerah yang representatif dan memiliki dukungan masyarakat. Masyarakat madani civil society yang kuat akan dapat melakukan pengawasan terhadap pelaksanaakan pembangunan. Oleh sebab itu penguatan kelembangan menjadi tugas bersama sebagai langkah mempercepat masyarakat madani. Sementara itu, pembangunan sosial masih dihadapkan pada permasalahan penyandang masalah sosial dimana pada tahun 2004 jumlah keluarga fakir miskin sebanyak 1.339.298 orang, keluarga berumah tak layak huni 394.333 KK, anak terlantar 321.715 orang, gelandangan 1.974 orang, pengemis 14.185 orang, anak jalanan 5.454 orang, dan wanita rawan sosial ekonomi 204.883 orang. Banyaknya anak terlantar dan anak jalanan akan memicu meningkatnya kerawanan khususnya diwilayah perkotaan. Terdapat 27 Jenis PMKS Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial dengan jumlah Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah RPJMD 13 sebanyak 3.334.518 orang PMKS atau 47,78 dari jumlah penduduk miskin di Jawa Timur. Selanjutnya kondisi kemiskinan di Jawa Timur masih menunjukkan angka yang cukup tinggi, berdasarkan Pendataan Kemiskinan dengan Indikator Baru PKIB tahun 2001 di Propinsi Jawa Timur masih terdapat penduduk miskin sebanyak 7.267.093 jiwa 20,73 atau 2.196.363 rumah tangga miskin RTM. Melalui berbagai program pembangunan termasuk Program Gerdu- Taskin, angka kemiskinan sampai dengan tahun 2003 masih cukup tinggi sebesar 19,52 setara dengan 7.064.289 jiwa dan tahun 2004 menurun menjadi 6.979.565 jiwa atau 19,10 . Ini berarti hanya terjadi penurunan sebesar 1,63 selama kurun waktu 3 tahun dari tahun 2001. Perkembangan kondisi budaya seiring dengan kemajuan teknologi informasi secara langsung maupun tidak langsung telah mempengaruhi pola budaya di daerah terutama di kalangan anak-anak dan generasi muda hal tampak pada lunturnya nilai-nilai budaya warisan leluhur seperti budi pekerti dan gotong royong, budaya antri yang mempengaruhi etos kerja. Untuk wilayah budaya seperti Mataraman, Osing dan Madura , Arek, dan sebagainya nilai-nilai luhur budaya daerah masih dipelihara dengan baik walaupun belum optimal, hal ini disebabkan karena kemampuan untk mengelola kekayaan budaya masih kurang.

B. Permasalahan