Kinerja Penataan Ruang Bidang Sumber Daya alam dan Lingkungan hidup . A.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah RPJMD 36 Kesapan, Ketapang, Madura, lepas pantai Madura Madura Off Shore Selat Madura Madura Strait Muria, Pangkah, Poleng, Sekala Timur, Sampang, Sepanjang, Tuban dan Madura Sebelah Barat West Madura yang dilaksanakan oleh 14 KPS. Pengembangan batubara dilaksanakan berupa bantuan tungku briket batubara kepada Pengusaha kecil – menengah di Kabupaten Ngawi, sedangkan pengembangan energi alternatif lainnya berupa pemanfaatan energi surya yang telah dilaksanakan di Kota Madiun, Kabupaten Madiun, Kabupaten Jember, Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Kediri. Disamping hal tersebut juga telah dilaksanakan rancang bangun peralatan energi angin di Kabupaten Probolinggo dan Gresik.

2. Kinerja Penataan Ruang

Berdasarkan Undang-undang No. 24 tahun 1992 tentang Penataan Ruang disebutkan Rencana Tata Ruang Wilayah merupakan: 1 rumusan kebijakan pokok pemanfaatan ruang di wilayah propinsi, 2 perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antar wilayah propinsi serta keserasian antar sektor, 3 arahan Pengarahan lokasi investasi yang dilaksanakan pemerintah dan atau masyarakat. Dengan demikian Rencana Tata Ruang Wilayah merupakan kebijakan perencanaan pembangunan daerah dalam pemanfaatan dan pengendalian ruang, media koordinasi serta sinkronisasi berbagai program pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah, swasta maupun masyarakat. Dalam perkembangannya, pola pemanfaatan ruang Jawa Timur sebagaimana telah ditetapkan dalam Perda 41996 mengalami beberapa pergeseran. Fenomena yang berkembang menunjukkan bahwa pada beberapa wilayah cenderung dapat dengan sendirinya, namun demikian wilayah yang kurang berkembang semakin ditinggalkan dan kurang mendapat kesempatan untuk menjadi pusat pertumbuhan. Kondisi tersebut sering diperparah dengan penempatan atau pembangunan fasilitas yang tidak mengacu pada hirarki pelayanan, sistem perkotaan atau perwilayah yang telah di tetapkan. Dampak dari hal tersebut diatas antara lain : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah RPJMD 37 a. Kota-kota kabupaten hanya berperan bagi wilayahnya saja sehingga ada kecenderungan berdiri sendiri. b. Urbanisasi tetap ataupun para komuter mengakibatkan konsentrasi penduduk terjadi diperkotaan dan akhirnya fasilitas pelayanan umum cenderung berada di perkotaan. Faktor jarak pelayanan ke perkotaan yang relatif jauh menjadikan kawasan belakang semakin tidak menarik. c. Kawasan hinterland yang tidak mempunyai akses yang baik sulit berkembang dan tidak ada kesempatan untuk menjadi titik pertumbuhan, karena pengembangan wilayah yang cenderung urban bias. d. Peringkat orde kota berdasarkan kelengkapan fasilitas ternyata tidak sesuai dengan yang diharapkan dalam RTRWP Jawa Timur. e. Berkembangnya fenomena mega urban yang antara lain disebabkan oleh kebijakan pengembangan industrialisasi, pengembangan infrastruktur dan beberapa faktor terkait lainnya. Berdasarkan pola perkembangan dan kecenderungan perkotaan di Jawa Timur menunjukkan gejala adanya ketidakseimbangan dalam jangka panjang. Secara umum perkembangan Surabaya dan wilayah sekitarnya yakni GERBANGKERTOSUSILA ternyata menunjukkan perkembangan yang lebih besar dari konsep semula. Beberapa kota lain yang mempunyai perkembangan yang relatif pesat adalah Malang, Kediri, Madiun, Jember dan Blitar. Maka pola perkembangan wilayah, kecenderungan perkembangan dan minat investasi wilayah, serta distribusi penduduk kawasan perkotaan ternyata tetap menunjukkan ketidakmerataan yang tinggi. Selain itu kecenderungan perubahan struktur perkotaan antara lain dipengaruhi oleh jumlah penduduk perkotaan, kelengkapan fasilitas, dan perkembangan ekonomi wilayah di Jawa Timur. Kelengkapan fasilitas suatu kota secara tidak langsung mencerminkan tingkat kekotaan suatu wilayah. Secara sederhana dengan menggunakan metode pembobotan, dapat diukur tingkat kekotaan suatu wilayah relatif terhadap wilayah lainnya. Asumsi yang digunakan adalah bahwa setiap fasilitas mempunyai bobot sama dan kota yang memiliki bobot semakin banyak maka semakin tinggi pula tingkat kekotaannya. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah RPJMD 38 Dengan dasar perkembangan perkortaan diatas serta mempertimbangkan kebijakan pembangunan, maka kecenderungan pergeseran struktur perkembangan perkotaan dan keterkaitan antar wilayah, yang terdapat di struktur perwilayahan dalam Perda 41996 mengalami beberapa perubahan, antara lain: a. GKS Plus yang terdiri atas: New Surabaya Metropolitan Area, Tuban- Lamongan, Bojonegoro, Mojokerto-Jombang, Pasuruan. b. Madiun dan sekitarnya c. Kediri dan sekitarnya d. Madura dan sekitarnya e. Malang Raya f. Blitar g. Probolinggo dan sekitarnya h. Jember dan sekitarnya i. Banyuwangi dan sekitarnya Adapun pola pemanfaatan ruang Jawa Timur, terbagi atas fungsi lindung dan budidaya. Dalam perkembangannya, kawasan dengan fungsi lindung cenderung berkurang akibat terjadinya alih fungsi lahan menjadi fungsi budidaya antara lain peralihan fungsi lindung ke area perkebunan, kawasan lindung menjadi tegalan dan sebagainya, kondisi tersebut akan berakibat terhadap merosotnya fungsi lindung yang berdampak terjadinya bencana. Pada fungsi budidaya, khususnya persawahan dan pertanian tanaman kering menunjukkan bahwa lahan pertanian sekarang masih mencukup untuk mensuplai kebutuhan pangan Jawa Timur. Berdasarkan data tahun 2003 maka luas lahan yang dibudidayakan untuk pertanian di Jawa Timur antara lain sawah irigasi 905.902 Ha 19 wilayah Jawa Timur. Dengan memperhatikan daya dukung lahan dan rencana pengembangan jaringan irigasi di Jawa Timur, dan proyeksi kebutuhan pangan serta potensi ekonomi maka tahun-tahun mendatang akan mampu dipertahankan sawah irigasi sebesar 905.902 ha, dengan peningkatan jaringan irigasi semi teknis atau sederhana menjadi irigasi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah RPJMD 39 teknis seluas 101.725 ha yang tersebar di masing-masing wilayah sungai serta Pertanian Tanah Kering 568.298,57 ha. Dalam rangka mengatasi degradasi fungsi lingkungan yang mempunyai dampak penting terhadap hasil-hasil pembangunan dan kehidupan masyarakat yang perlu mendapat perhatian, antara lain : 1. Jumlah luasan lahan kritis di luar kawasan hutan dan lahan rusak di dalam kawasan terus bertambah sekitar 0,02 per-tahun, dan pada tahun 2004 jumlah luas lahan kritis dan lahan rusak mencapai sekitar 865.000 Ha. 2. Masih tingginya tingkat kerusakan kawasan konservasi sebagai sumber plasma nutfah dan perlindungan daerah bawahannya, seperti kawasan Taman Hutan Raya R. Soeryo yang terletak di Hulu DAS Brantas, dampak kerusakan hutan konservasi menyebabkan sekitar 60 mata airnya berhenti mengalir ke Sungai Brantas, berkurangnya luasan hutan mangrove dan tingginya kerusakan terumbu karang 3. Tingginya tingkat pencemaran air dan udara dari sumber-sumber pencemaran bergerak dan tidak bergerak. 4. Diperlukan pengaturan penataan ruang pengelolaan sampah perkotaan terpadu secara regional. 5. Meningkatkan kemampuan teknis secara terpadu guna melestarikan fungsi lingkungan serta pemahaman masyarakat terhadap lingkungan dan isu-isu lingkungan. 6. Meningkatkan koordinasi antara pengelola lingkungan, industriawan pengusaha, Perguruan Tinggi dan masyarakat guna menumbuhkan kepedulian penanganan lingkungan hidup.

B. Permasalahan