Kinerja Lingkungan Hidup Bidang Sumber Daya alam dan Lingkungan hidup . A.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah RPJMD 32 pemeliharaan gedung yang sudah tua membuat rendahnya daya saing BUMD. Terbatasnya akses pasar juga merupakan salah satu penyebab belum optimalnya kinerja BUMD di Jawa Timur. Walaupun saat ini kinerja BUMD secara umum telah menunjukkan adanya peningkatan, namun pencapaian tersebut masih jauh dari hasil yang diharapkan. Disamping itu belum optimalnya kinerja pengelolaan BUMD tersebut antara lain disebabkan masih lemahnya koordinasi kebijakan antara langkah perbaikan internal perusahaan dengan kebijakan industrial di Jawa Timur, dan masih rendahnya Sumber Daya Manusia.

8. Kesenjangan Pembangunan Antar Daerah

Berdasarkan data yang ada di tabel 2.1 diatas terlihat bahwa didasarkan atas pertumbuhan ekonomi yang mampu dicapai daerah- daerah di propinsi Jawa Timur dapat dikelompokkan dalam empat kuadran. Terlihat pada tabel tersebut, daerah-daerah yang memiliki pertumbuhan rendah menunjukkan jumlah yang cukup besar. Sebagian besar daerah – daerah tersebut merupakan daerah yang ada di wilayah Jawa Timur Selatan. Kemiskinan dan akses pendidikan yang rendah juga terjadi didaerah- daerah tersebut.

2.1.5. Bidang Sumber Daya alam dan Lingkungan hidup . A.

Kinerja Pembangunan Sumberdaya Alam Dan Lingkungan Hidup Dan Penataan Ruang

1. Kinerja Lingkungan Hidup

Luas kawasan hutan di Propinsi Jawa Timur  1.363.719 Ha atau sekitar 28 dari luas daratan dan menurut fungsinya terbagi menjadi Hutan Lindung 315.503, 3 Ha; Hutan Produksi 815.086,6 Ha dan Hutan Konservasi yang terdiri atas Cagar Alam 10.957,9 Ha, Suaka Margasatwa 18.009,6 Ha, Taman Wisata 297,5 Ha, Taman Nasional 175.994,8 Ha dan Taman Hutan Raya 27.868,3 Ha. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah RPJMD 33 Kondisi terjadinya bencana alam berupa banjir, tanah longsor di beberapa daerah dalam tahun-tahun terakhir ini merupakam indikasi bahwa fisik kawasan hutan telah mengalami degradasi yang relatif berat. Hal ini terlihat pada luas lahan kritis di dalam kawasan hutan yang meliputi Hutan Produksi dan Lindung  160.000 Ha serta Hutan Konservasi 40.000 Ha, sedangkan di luar kawasan hutan telah mencapai  665.000 Ha. Adapun penyebab dari kondisi tersebut antara lain pencurian atau penjarahan dan perubahan lahan untuk peruntukan lain atau pemanfaatan lahan hutan untuk non kehutanan seperti permukiman, fasilitas umum dan waduk atau irigasi. Meningkatnya pembangunan di wilayah pesisir yang kurang memperhatikan kelestarian daya dukung sumber daya alam dan fungsi lingkungan hidup telah menyebabkan kerusakan habitat ekosistem di wilayah pesisir dan laut, terutama di wilayah Pantai Utara Jawa Timur. Kondisi ekosistem hutan mangrove di Jawa Timur yang baik  37.237 Ha, rusak  11.124 Ha dan tanah kosong yang yang ideal ditanami  5.242 Ha. Luas hutan mangrove yang ideal di Jawa Timur adalah 45.000 Ha. Kondisi ekosistem terumbu karang di perairan laut bervariasi antara 30 - 80 yang tersebar antara lain di Situbondo, P. Sabunten, P. Sesiil, P. Gili Raja, P. Raas dan P. Mamburit. Rusaknya habitat ekosistem di wilayah pesisir dan laut tersebut telah mengakibatkat erosi pantai dan berkurangnya keanekaragaman hayati. Pencemaran lingkungan, baik pada medium air, udara maupun tanah telah menjadikan kualitas lingkungan hidup semakin menurun. Sumber-sumber pencemar dari industri, domestik, pertanian maupun yang lain harus dapat diatasi dalam bentuk pencegahan maupun pengendalian. Pada tahun 2003, tercatat pencemaran air dari industri sebanyak 14 kasus, sedangkan tahun 2004 tercatat 5 kasus ditambah dengan kualitas air sungai yang buruk pada masing-masing Daerah Aliran Sungai DAS, terutama di bagian hilir. Hal ini juga diakibatkan oleh penggunaan peptisida yang tidak terpantau. Pada tahun 2005 Triwulan I, kualitas air sungai Brantas pada posisi hulu Jembatan Pendem untuk nilai COD mencapai 15,5 mgl dan BOD 4,2 mgl, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah RPJMD 34 sedangkan pada posisi hilir Bendungan Lengkong Baru untuk nilai COD mencapai 23,0 mgl dan BOD 4,9 mgl. Selanjutnya, Daerah Kali Surabaya posisi Bambe Tambangan untuk nilai COD mencapai 26,5 mgl dan BOD 9,6 mgl. Adapun nilai COD dan BOD yang ditetapkan, yaitu nilai COD 10 mgl dan BOD 6 mgl. Hal ini berarti kualitas Kali Surabaya melebihi nilai ambang batas yang telah ditetapkan Kualitas udara di beberapa kota besar seperti Surabaya pada musim kemarau tercatat kurang baik, disebabkan pencemaran dari sumber bergerak sektor transportasi dan sumber tidak bergerak industri Rata-rata produksi sampah di Kota Surabaya sebesar 8.700 m 3 hari atau 2.436 tonhari dan Kabupaten Gresik sebesar 1.580 m 3 hari atau 442,45 tonhari. Sistem pengelolaan sampah di TPA yang kurang tepat, yaitu dengan open dumping mengakibatkan umur Tempat Pembuangan Akhir TPA terbatas. Di samping itu, sistem pengelolaan sampah seperti ini juga menyebabkan pencemaran tanah dan bau. Sumber daya mineral di Jawa Timur secara umum sangat potensial, namun pemanfaatannya masih perlu dioptimalkan. Sumber daya mineral tersebut meliputi bahan galian golongan A dan B minyak, gas bumi, yodium, belerang, mangan, pasir besi, emas, perak dan mineral ikutannya, Bahan galian golongan C lebih dari 23 jenis batugamping, pasir, fosfat, batu bintang, feldspar, tanah liat, dolomit, marmer, kaolin, pasir kwarsa, bentonit, tanah urug, trass, firopilit, pasir batu sirtu, gypsum, zeolit, oniks dll. Usaha pertambangan bahan galian golongan C tersebut pada tahun 2004 mengalami peningkatan luas areal, pada tahun 2003 luas areal bahan galian golongan C sebesar 8.263,20 Ha dan pada tahun 2004 meningkat menjadi 10.992.846 Ha. Sedangkan kontribusi sektor pertambangan ditinjau dari aspek PDRB keberadaannya sangat potensi terhadap pertumbuhan pemulihan ekonomi yang memberikan efek ganda pada pertumbuhan berbagai industri maupun infrastruktur. Perkembangan kegiatan usaha pertambangan di Jawa Timur cukup pesat, hal ini bisa ditinjau dari ijin yang dikeluarkan mengalami peningkatan. Pada tahun 2003 sebanyak 170 SIPD dan tahun 2004 sebanyak 404 SIPD. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah RPJMD 35 Kenaikan jumlah SIPD tersebut disebabkan adanya masa transisi pelaksanaan otonomi daerah dan sebagian Kabupaten Kota telah memproses permohonan SIPD. Sedangkan produksi pertambangan bahan galian golongan C pada tahun 2004 mengalami kenaikan. Produksi tahun 2003 sebesar 24.168.553 ton, tahun 2004 sebesar 27.294.985,967 ton. Kenaikan produksi tersebut menunjukkan semakin membaiknya iklim usaha di Jawa Timur. Untuk mencukupi kebutuhan air bersih diwilayah Propinsi Jawa Timur, kegiatan pengambilan Air Bawah Tanah berijin pada tahun 2003 – 2004 sebagai berikut : tahun 2003 sebanyak 85 Rekomendasi teknik SIPA dan tahun 2004 sebanyak 159 Rekomendasi Teknik SIPA. Sejak tahun 2001 proses perijinan dilaksanakan oleh Pemerintah KabupatenKota . Potensi Air Bawah Tanah diwilayah Jawa Timur masih sangat besar, namun sebagian besar belum dimanfaatkan secara optimal. Akan tetapi pada Cekungan – cekungan tertentu pengambilan Air Bawah Tanahnya sangat berlebihan . Pembangunan tenaga listrik diarahkan untuk pemerataan ketersediaan listrik sampai desa-desa terpencil dan kepulauan baik dengan tenaga listrik dari PLN maupun dengan energi alternatif seperti Pembangkit Listrik Tenaga Diesel PLTD, Pembangkit Listrik Tenaga Surya PLTS, Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro PLTMH dan pengembangan energi alternatif biogas limbah manusia serta pemakaian batubara dibeberapa daerah di Jawa Timur. Dalam rangka pengembangan tenaga listrik tersebut, Pemerintah Propinsi Jawa Timur Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Propionsi Jawa Timur telah membangun PLTD, PLTS, PLTMH dan pemanfaatan tenaga surya sebagai sumber energi alternatif . Berdasarkan data pada tahun 2003 – 2004 telah dibangun PLTD sebanyak 10 unit di Kabupaten Sumenep, Bangkalan, Pulau Bawean Gresik Tuban , Lumajang, Ngawi, Probolinggo dan Pacitan. Selain itu telah dibangun pula PLTS sebanyak 205 unit di Kabupaten Bondowoso, Situbondo, Trenggalek, Lamongan, Ngawi dan Pamekasan, dibangun PLTMH sebanyak 1 unit di Kabupaten Banyuwangi. Minyak dan gas bumi di wilayah Propinsi Jawa Timur cukup potensial terdapat di 14 wilayah blok yaitu , Bawean, Brantas, Cepu, Kangean, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah RPJMD 36 Kesapan, Ketapang, Madura, lepas pantai Madura Madura Off Shore Selat Madura Madura Strait Muria, Pangkah, Poleng, Sekala Timur, Sampang, Sepanjang, Tuban dan Madura Sebelah Barat West Madura yang dilaksanakan oleh 14 KPS. Pengembangan batubara dilaksanakan berupa bantuan tungku briket batubara kepada Pengusaha kecil – menengah di Kabupaten Ngawi, sedangkan pengembangan energi alternatif lainnya berupa pemanfaatan energi surya yang telah dilaksanakan di Kota Madiun, Kabupaten Madiun, Kabupaten Jember, Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Kediri. Disamping hal tersebut juga telah dilaksanakan rancang bangun peralatan energi angin di Kabupaten Probolinggo dan Gresik.

2. Kinerja Penataan Ruang