156 • Mereka yang Melampaui Waktu

156 • Mereka yang Melampaui Waktu

Fatimah sayang pada setiap anak, tapi bukan berarti memanjakannya. Fatimah melatih anak untuk mencukupi kebutuhannya sendiri, sehingga mereka mandiri dan bisa bertahan hidup. Dia selalu melibatkan anak-anak yang berada di rumahnya untuk berkerja sedari dini. Ia membiasakan bangun pagi, mengajak salat subuh, bersih- bersih badan, bermain dan merawat bunga di depan rumah.

“Sebagai ibu atau nenek, saya membiasakan setiap anak-cucu untuk beraktivitas, sebagai bekal kehidupannya

Eko Susanto

kelak,” serunya. Setiap anak Fatimah, sejak kecil memang dibiasakan bangun pagi, diajak beraktivitas dan bermain di depan rumah, lalu diajari bersih-bersih. “Anak yang diberi contoh baik oleh orang tuanya, pasti kelakuannya akan baik,” imbuhnya. Jadi setiap anak mempunyai kebiasaan bangun pagi. Dari dulu ia tidak pernah repot ketika anak- anak akan sekolah, karena telah terbiasa bangun pagi dan beraktivitas. Merekapun menjadi anak mandiri, termasuk ke sekolah berangkat sendiri.

Ia selalu berpesan pada anak dan cucunya untuk bekerja. Ia tak ingin mereka menjadi beban bagi orang lain. Jika kelak meraka telah berkeluarga, anak-anaknya bisa merawat dan membahagiakan keluarga.

Proses belajar yang diberikan Fatimah pada mereka yang muda cukup unik. Tidak dengan kata-kata, namun melalui praktik dan keterlibatan langsung. Hal ini terlihat dalam proses menyiapkan makanan. Fatimah memang suka memasak. Ketika mengolah makanan, ia selalu melibatkan anak dan cucunya. Praktik ini ditempuhnya supaya mereka bisa belajar. Anak-anak nya membeli bahan makanan di

Konsep panjang umur, bahagia, sehat dan tetap produktif • 157 Konsep panjang umur, bahagia, sehat dan tetap produktif • 157

Tak heran bila saat memasak ada banyak orang yang terlibat di dapur. Ada yang goreng ikan, buat sayur, buat sambal, dan menanak nasi. Adegan semacam ini hadir tiga kali sehari, karena Fatimah tak terbiasa menyimpan makanan jadi. Ia membiasakan pula dalam keluarganya untuk mengkonsumsi makanan segar. Ada banyak orang di rumahnya, dipadu makanan segar kaya rempah, mereka makan dengan lahap. Dalam sehari di rumahnya, Fatimah menghabiskan 10 kilogram beras. “Saya memasak menggunakan minyak kelapa, karena baunya harum dan makanan lebih enak,” ujar Fatimah.

Anak-anak semacam hiburan bagi Fatimah, yang membuat ia terhindar dari beban pikiran. Meskipun ada banyak orang, ia tak pernah susah dalam mencukupi kebutuhan. Fatimah bahkan akan bertanya mengenai keinginan untuk melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi ketika salah seorang dari mereka lulus SMA. Bila ada keinginan, Fatimah akan membiayainya. Jika tidak, ia pun tak memaksanya, karena ia tahu mereka akan bekerja.

Hidup di kerumunan banyak orang ini yang membuatnya selalu merasa bahagia. “Saya ni, tak pandai stes!” menurut istilah Fatimah.

*** Meskipun hampir selalu beraktivitas, Fatimah jarang sakit.

“Kalau badan terasa tidak enak atau sakit, saya minum ramuan jahe, sirih, cengkeh, pala, kayu manis dan lain sebagainya,” katanya. Dari dulu, Fatimah biasa menggunakan ramuan tradisional untuk mengobati penyakit di keluarganya. Kalau

158 • Mereka yang Melampaui Waktu 158 • Mereka yang Melampaui Waktu

Fatimah senantiasa menghindari pengobatan modern. “Dokter kadang-kadang berbeda diagnosis, saya takut, kadang- kadang dokter kita sakit satu, tapi dikabarkannya sepuluh. Berbeda dengan sinsang , langsung pada penyakitnya. Dokter macam-macam bikin kita stres, kita tidak sakit jadi sakit karena pikiran.”

Anak-anaknya khawatir atas kesehatannya, lantas memeriksakan kesehatan Fatimah ke dokter pribadinya. Kali ini ia menuruti. Pemeriksaan umum pada organ dalamnya dilakukan. Ternyata seluruh bagian tubuhnya dalam kondisi baik. Tak ada kolestrol, kencing manis, atau darah tinggi. Jantung pun sehat.

Pengalaman menderita sakit yang gawat baginya ialah saat ia sakit gigi. Itu terjadi sekitar 20 tahun lalu. Giginya goyah, ia susah mengunyah makanan. Sebelumnya ia tak pernah merasakan sakit gigi. Sejak kecil ia dibiasakan makan sirih. Suatu kebiasaan yang justru menyelamatkannya di saat masa penjajahan Jepang. Kala itu tentara Jepang membawa anak-aak gadis seusianya. Rupanya tentara Jepang tak suka pada gadis- gadis yang mempunyai kebiasaan makan sirih.

Kebiasaan memakan sirih berlanjut. Sampai di usia lanjut, ternyata gigi ada waktunya untuk goyah. Kali ini datang ke dokter gigi. Enam giginya dicabut 6 sekaligus. Dalam proses itu Fatimah tak diperkenankan makan sirih dahulu. Dokter gigi yang didatanginya khawatir terjadi infeksi.

Konsep panjang umur, bahagia, sehat dan tetap produktif • 159

Eko Susanto

Ia mengisi waktu istirahat dengan merokok. Rokok bagi Fatimah merupakan bentuk aktivitas lain yang membuat dirinya tenang dan bisa berpikir.