Konsep panjang umur, bahagia, sehat dan tetap produktif • 113

Konsep panjang umur, bahagia, sehat dan tetap produktif • 113

September pertengahan lalu, adalah waktu Mbah Aman untuk wiwit. Musim hujan memang masih jauh untuk mengguyur bumi Gunung Kidul. Namun menurut petungan Mbah Aman, hari tersebut adalah neptu yang baik untuk wiwit benih. Yaitu menebar benih, menurut aturan hari baik, untuk selanjutnya diolah ketika musim hujan tiba.

Lahir dan besar dari keluarga Jawa yang njawani, menjadikan Mbah Aman seorang Jawa yang paripurna. Menurut pandangan Mbah Aman, tidak ada satupun di dunia ini berjalan secara kebetulan. Perjalanan hidup seseorang telah ada dalam kehendak Tuhan. Jadi bagi orang Jawa, mereka tidak bisa bertindak sembarangan, semua harus dalam petungan. Dengan petungan , seorang Jawa itu dianggap lengkap ke-Jawa-an nya.

Petungan adalah perhitungan waktu dan hari baik menurut peristiwa kelahiran, geblag (kematian) untuk melakukan perjodohan, pernikahan, memulai menanam padi, pindah rumah, bepergian jauh, membangun rumah, pindah rumah, dan lain-lain.

Perhitungan ini menggunakan penanggalan Jawa dan penanggalan Islam yang digabung dalam perhitungan hari yang khusus. Dalam penanggalan Jawa yang berganti dalam 5 hari (pasaran ) dan 35 hari (sepasar) serta penanggalan Islam yang berganti dalam 7 hari (seminggu) dan 30 hari (bulan).

Dalam hari-hari itu, orang Jawa menetapkan neptu. Dalam hari pasaran Jawa yang berurutan: legi, pahing, pon, wage dan kliwon memiliki angka 5, 9, 7, 4 dan 8. Sedangkan senin, selasa, rabu, kamis, jumat, sabtu dan ahad memiliki angka 4, 5,

3, 7, 8, 6 dan 9. Semua itu dijumlah untuk menghasilkan hari baik.

114 • Mereka yang Melampaui Waktu

Mbah Aman percaya dengan bersikap njawani kosmos ini tertata dengan baik. Begitu pula dengan hasil panen, rezeki, kesehatan, pikiran menjadi damai dan tenteram. Orang njawani itu orang yang tidak asal dalam berbuat. Patuh pada perhitungan neptu . Tradisi dan spiritualitas seperti ini, telah merosot dan menghilang di kalangan orang Jawa kebanyakan. []

Konsep panjang umur, bahagia, sehat dan tetap produktif • 115

Lelaki di Lereng Sumbing

P Sumbing. Ketika matahari terbit, dan sinarnya menghangatkan. Lalu

agi masih gelap di lereng timur Gunung Sumbing, Kabupaten Temanggung. Musim kemarau ini, malam terasa dingin. Embun menyelimuti malam di lereng-lereng Gunung

116 • Mereka yang Melampaui Waktu

Eko Susanto

Sejak dini hari para pekerja mengangkat rigen yang berisi rajangan tembakau untuk dijemur.

lalang aktivitas masyarakat pun menggeliat. Tak terkecuali Atmo Prawiro. Ia kenakan baju berlengan panjang, celana panjang, dan tak lupa caping dibawanya. Ia berjalan menyusuri pinggiran aspal menuju ladang yang letaknya 1,5 kilometer dari rumah.

Konsep panjang umur, bahagia, sehat dan tetap produktif • 117

Usianya genap 83 tahun. Semenjak kecil Atmo Prawiro hidup di Gunung Sumbing. Aktivitas bertani ditekuni sejak bersama orang tuanya dulu. Dia masih kuat pergi ke ladang. Dua lahan ladangnya bahkan berpisah jauh. Satu ladang berada di sisi jalan yang terletak di bawah gunung, satu lagi ia harus naik ke atas gunung. Di sepanjang jalan, setiap bertemu orang, ia melemparkan senyum. Kadang ia berhenti sejenak untuk bertegur sapa.

Perjalanan menuju ladang yang berpaut jauh itu biasa dilakukannya sehari-hari. Nafasnya tetap teratur, meski menempuh perjalanan jauh. “Sudah kulino (terbiasa). Kalau pun badan terasa capek, saya istirahat dulu, ngudud (merokok), nanti badan kembali kuat,” katanya.

Ia lebih sering ditemui di ladang. Istirahat siangnya dilakukan di rumah. Makan dan salat. Dia tak pernah makan yang aneh-aneh, nasi, sayur, sambel, dan lauk seadanya. “Biasa makan seadanya saja, kesukaannya nasi jagung,” kata istrinya. Ia sama seperti manusia Indonesia pada umumnya, makan tiga kali sehari. Jika masih lapar ia akan menambah satu piring lagi. Ia banyak minum air putih, utamanya saat pagi hari.

Atmo Prawiro memiliki dua orang anak, tapi meninggal satu. Dari keturunannya ia dikaruniai dua cucu dan empat cicit. “Saya sangat senang ketika punya anak, tambah senang ketika punya cucu, dan tambah senang lagi bisa memiliki cicit,” katanya dengan wajah sumringah. Alasannya, itu adalah karunia Allah yang luar biasa diberikan padanya. Masih diberi umur panjang, dan bisa menyaksikan tumbuh kembang generasi penerusnya.

Keturunan adalah hadiah paling berharga yang diterimanya langsung dari Sang Pencipta. Hadiah ini selama hidup selalu

118 • Mereka yang Melampaui Waktu

Dari pintu teras rumah ini Atmo Prawiro memulai hari usai salat Eko Susanto subuh. Pagi masih begitu muda saat ia berangkat ke ladang.

diharap-harapkan. Atmo Prawiro memang sering melakukan tirakat agar keinginannya terkabul. Dia semakin kuat melakukan tirakat , ketika doanya terkabul.

Tirakat yang biasa dilakukan adalah mengurangi tidur untuk merapal doa di malam hari. Cara melatih tirakatnya, “Kalau kita terbiasa tidur jam 10, coba ditambah 30 menit, jadi tidurnya jam

10.30. Sampai akhirnya tubuh ini terbiasa dan kuat tidak tidur malam,” katanya. Tidur yang baik menurut Atmo Prawiro, hanya sekitar 2-3 jam dalam sehari. Dia percaya dengan mengurangi tidur rezeki bisa lebih lancar, umur bertambah dan kesehatan terjaga.

Baginya saat malam adalah waktu yang baik untuk berserah diri pada Allah. Pikiran bisa lebih tenang, sehingga khusyuk dalam berdoa dan memohon pada Allah. Doa yang biasa dipanjatkan; “Nyuwun rejeki ingkang barokah, ingkang

Konsep panjang umur, bahagia, sehat dan tetap produktif • 119 Konsep panjang umur, bahagia, sehat dan tetap produktif • 119

Beberapa waktu lalu, cucu pertamanya, Agus Parmuji terpilih menjadi Kepala Desa Wonosari. Dia senang bisa menyaksikan hidup cucunya bermanfaat untuk masyarakat.

Rumah Atmo Prawiro berada di lereng timur Gunung Sumbing. Lingkungan berudara bagus, sinar matahari berlimpah. Komoditas tembakau tumbuh dengan kualitas terbaik. Komoditas ini sudah dibudidayakan sejak lama. “Daun tembakau adalah daun emas hijau bagi masyarakat sini. Masyarakat bisa membeli emas dari hasil tembakau. Harga 1 kilo daun tembakau sama dengan 1 gram emas,” katanya. Seperti sebagian besar petani di daerah ini, ia menanam tembakau kala musim

Eko Susanto

kemarau. Bila musim penghujan ia akan menanam bawang dan jagung di ladangnya.

120 • Mereka yang Melampaui Waktu

Saat panen, Atmo Prawiro turun tangan langsung ikut memetik daun tembakau.

Konsep panjang umur, bahagia, sehat dan tetap produktif • 121

Dalam hal pekerjaan, Atmo Prawiro berpandangan, “Bekerjalah sesuai kekuatan badan. Jangan dipaksa, jangan iri pada kemampuan dan pendapatan orang lain. Iri bisa menimbulkan malapetaka pada diri sendiri, karena setiap orang punya jatahnya sendiri-sendiri.”

Mengenai isu miring tentang tembakau, Atmo Prawiro menanggapinya, “Kalau di tempat lain, tembakau katanya pembunuh, penyebab penyakit, dan tanaman racun. Namun, bagi masyarakat sini, tembakau malah menghidupi. Saya kira ketika ada pernyataan yang menjelek-jelekkan komoditas tembakau. Tandanya mereka mau memberi malapetaka bagi petani tembakau. Kalau pemerintah bersikap membela orang-orang yang memusuhi tembakau berarti pemerintah menantang doa-doa petani di sini yang dipanjatkan kepada Allah setiap harinya,” katanya penuh semangat.

122 • Mereka yang Melampaui Waktu

Ketika dimintai pendapat tentang larangan merokok, lelaki berusia 83 tahun ini berkeras hati mempertahankan keyakinannya. Nada suaranya meninggi. “Kalau saya bekerja tidak merokok, jadi tidak kuat. Pedoman saya; merokok ya mati,

Eko Susanto

Berkumpul di gudang tembakau bersama para pekerja saat istirahat siang.

tidak merokok ya mati, maka merokoklah sampai mati. Toh yang menentukan manusia mati bukan rokok, tapi Allah Yang Maha Kuasa. Saya lebih percaya pada Allah daripada peringatan pemerintah.”

Konsep panjang umur, bahagia, sehat dan tetap produktif • 123

Melinting tembakau menjadi semacam ritual bagi

Eko Susanto

Atmo Prawiro sebelum berangkat ke ladang.

Dia pun menambahkan, “Tembakau diharamkan, itu hanya masalah iri beberapa kelompok orang yang tidak suka pada petani tembakau. Tanah di sini, sulit ditanami komoditas pertanian lain. Pernah dicoba sayur, buah-buahan, dan palawija, tapi tidak sebagus hasilnya dibanding tembakau. Petani merugi terus. Nah, kalau begitu, mau makan apa petani tembakau kalau menanam tembakau saja dilarang,” tanyanya.

Meskipun karunia tanah dan cuaca di lereng Timur Gunung Sumbing cocok untuk komoditas tembakau. Namun, faktor angin dan hujan juga menjadi ancaman serius bagi petani tembakau.

124 • Mereka yang Melampaui Waktu

“Kalau sudah kena angin dan hujan, tembakau pasti rusak. Maka petani akan terancam gagal panen, sehingga menyebabkan kerugian yang besar,” kata Atmo Prawiro. Itulah suka duka petani tembakau. Rugi tenaga dan modal kalau tembakau rusak. Kalau pas tanaman tembakau bagus hasilnya, harga tembakau tinggi, semua petani sejahtera.

Masyarakat petani tembakau sudah terbiasa menghadapi naik-turunnya harga tembakau. “Mbako payu larang ora umuk, mbako ora payu ora ngerasakke remuk. (kalau harga tinggi ya tidak terlalu senang, harga rendah ya tidak terlalu senang, biasa- biasa saja),” katanya diiringi senyum tipis.

Begitulah ciri masyarakat petani di lereng Gunung Sumbing menyikapi hidup. “Pokoknya iman panggeng (iman yang kuat) dipraktikkan dengan mental yang kuat dalam menghadapi tantangan. Harapannya, Insya Allah, Tuhan tidak akan menutup mata, esok kita akan diberi yang lebih baik,“ kata Atmo Prawiro.

Ya, inilah keramahan yang dicontohkan oleh Atmo Prawiro dalam hubungan kemanusiaan dan menyikapi alam. []

Konsep panjang umur, bahagia, sehat dan tetap produktif • 125

Merawat

Merayakan