64 • Mereka yang Melampaui Waktu

64 • Mereka yang Melampaui Waktu

Pada usianya yang uzur ini, Haji Misto menolak pandangan umum bahwa merokok dan minum kopi merongrong kesehatan. Menurutnya, sebagai orang miskin, hartanya sedikit, tetapi memiliki rezeki besar. Orang sekarang, terangnya, hartanya banyak, tetapi rezekinya sedikit. Buktinya mereka kena stroke karena dilarang macam-macam. Bagi Haji Misto, tidak bersyukur dan tidak bekerja itulah yang merusak kesehatan jiwa dan mental. “Ya semua ini memang

berkat Allah, kalau Allah tidak menghendaki semua

win Nugraha

Dar

tidak terjadi.”

Usia bagi Haji Misto adalah amanah. Dia tidak pernah menyia-nyiakan amanah dengan berpangku tangan saja. Beribadah tekun dan berbuat baik bagi sesama, adalah pelaksanaan wujud amanah itu.

Misto memulai hari pada pukul dua pagi. Salat malam dilanjutan dengan mengaji, adalah aktivitasnya rutin. Setelah selesai, ia akan tidur-tidur ayam, sambil menunggu bangun salat subuh. Tidur seorang muslim harus selalu terjaga sembari mengingat-Nya.

Kesukaannya nasi jagung, urap, dan ikan asin sambal.

Konsep panjang umur, bahagia, sehat dan tetap produktif • 65

Subuh adalah tanda bagi tubuh Haji Misto yang renta untuk beraktivitas fisik. Dia selalu memulai segala pekerjaannya usai berjamaah subuh. Memasak air panas untuk kopi biasanya telah dilakukannya sebelum solat subuh. Sesuai subuh, ia akan mengistirahatkan sebentar tubuhnya. Hingga matahari mengintip di ufuk timur, Haji Misto telah bergegas ke kandang untuk memberi tambahan sedikit pakan ternak, melepaskan ayam dan menyapu halaman.

Tidak setiap hari ia mencuci pakaian. Hanya beberapa pakaian saja yang kotor setiap harinya. Maklum hidupnya sendiri. Ia hanya berganti pakaian sehari 5 kali, yaitu kala salat. Jadi dalam sehari dua atau tiga potong baju, dua potong celana pendek dan satu potong sarung ia kenakan.

Setiap pagi, ia akan berangkat ke sawah untuk mencari pakan ternak dan membersihkan huma yang ada. Kadang- kadang ia mencangkul dan menggemburkan tanah sawah. Tapi aktivitasnya, lebih banyak mengurusi ternak dan kebun di belakang rumahnya. Pada pukul 8 pagi, ia sudah berada di rumah, untuk meneruskan pekerjaan rumah.

Aktivitas mencari pakan ternak, pergi ke sawah dan kebun, dan mengandangkan ternaknya akan berulang pada sore hari. Begitu setiap harinya. Selebihnya, hari-hari Haji Misto lebih banyak digunakan untuk beribadah.

Semesta hidup Haji Misto tidak pernah jauh dari sawah, kebun, kandang, rumah dan masjid. Itu semua dilakukan tidak jauh dari rumahnya yang berdinding anyaman bambu dan berplester semen. Sederhana sekali. Bahkan dalam ukuran

66 • Mereka yang Melampaui Waktu

Biro Pusat Statistik dikategorikan miskin.

Menempel dengan dinding belakang rumah Haji Misto, terdapat pekarangan berpagar bambu bercampur tumbuhan hidup. Di pekarangan itu, Haji Misto memelihara sapi dan ayam. Di belakang rumah Haji Misto ini pula, terdapat kebun pepaya dan pisang yang luas. Dari sini keluarga besar Haji Misto menggantungkan hidupnya.

Sekali lagi, jangan nilai orang dari penampilan rumahnya. Namun coba tengok musala berdinding batu merah dan kaca, berubin keramik, berlangit-langit indah yang lebih luas dari rumah Haji Misto itu. Dua bangunan berhadap-hadapan dan kontras ini adalah bukti hidup yang melampaui hidup. Ini adalah bukti pengabdian pada Tuhan, seorang Haji Misto. Musala itu adalah prakarsa Haji Misto dan keluarga besarnya.

“Saat ini, sapi saya tinggal satu saja. Sapi-sapi sudah saya jual untuk menyumbang ke masjid. Itu celengan Islam saya.”

Haji Misto berfilosofi, tabungan hidup bagi setiap muslim itu berbagi. Jadi harta itu tidak hanya untuk menghidupi diri sendiri. Tetapi juga diberikan kepada mereka yang membutuhkan. Selain juga digunakan untuk mendirikan Islam seperti membangun masjid.

“Celengan tiyang Islam itu, nek gadah arta mboten dipangan thok, kedah disukaaken masjid. Nek wonten tiyang butuh, ngeh disukaaken , (Tabungan orang Islam itu, kalau punya uang tidak dimakan saja, harus diberikan masjid. Kalau ada orang butuh ya diberikan),” ujarnya sambil melepaskan kepulan asap rokok.

Konsep panjang umur, bahagia, sehat dan tetap produktif • 67

Haji Misto mengenang, pada 1988 adalah titik balik religiusnya. Tahun itu, istri terkasih meninggal dunia. Praktis hidupnya sendiri. Dari perkawinan dengan almarhumah, Haji Misto tidak dikarunia anak. Hari-hari dengan istrinya hanya dijalani berdua dengan dikelilingi para keluarga batih yang tinggal dalam satu pekarangan besar itu.

Ketika hari-harinya semakin sunyi. Banyak kekhawatiran, dan usulan melanjutkan hidup dengan kawin lagi. Bagi Haji Misto, sudah bukan saatnya lagi memikirkan kesenangan diri sendiri dan mabuk dunia. Sudah saatnya, hidup untuk orang lain dan Tuhan. Saat itulah dia berjanji, mengisi hidupnya dengan celengan Islam.

“Daripada saya mencari uang untuk diberikan ke orang (baca Istri baru), lebih baik saya mengisi celengan Islam.”

Semangat celengan Islam itulah yang membawa hidup Haji Misto selalu tenang bahagia. Hidupnya hanyalah untuk beribadah dan berbuat baik pada orang lain. Dia tidak khawatir akan masa tuanya yang sendiri. Kopi, rokok, gula, tembakau dan cengkeh masih mampu dibelinya dari hasil kerjanya di sawah tiap tahun. Pun dengan hasil ternak yang dibudidayakannya.

“Ilmune tiyang Islam niku nggih sembahyang. (Ilmunya orang Islam itu ya beribadah),” Bahagianya seorang muslim adalah beribadah.

Di masa tuanya kini, Haji Misto rajin berziarah ke makam- makam para alim ulama dan penyebar agama Islam di Jawa dan Madura. Ziarah ke sembilan wali penyebar Islam ini rutin dilakukan Haji Misto setiap tahun. Baginya, memperoleh

68 • Mereka yang Melampaui Waktu 68 • Mereka yang Melampaui Waktu

“Kalau ada rejeki, saya ingin ke Mekkah lagi. Saya dulu naik haji tidak dengan menjual sawah.” []

Konsep panjang umur, bahagia, sehat dan tetap produktif • 69

Penghasilan di desa sebagai buruh tani tak cukup untuk J kebutuhan sehari-hari. Keduanya tipe orang yang pantang

ainah bersama suaminya akhirnya memutuskan mengadu nasib di Ibu Kota.