Persepsi Tentang Proyek

3.5 Persepsi Tentang Proyek

3.5.1 Pengetahuan Tentang Rencana Kegiatan Eksplorasi Tambang BHP Billiton di Bumbun

Merujuk pada informasi dari pihak pemrakarsa, kegiatan eksplorasi di Bumbun pernah disosialisasikan kepada masyarakat bahkan pernah terjadi proses ganti rugi tanaman karet di lokasi Quarry. Namun demikian tampaknya penduduk belum/tidak memahami dengan jelas tentang tahapan kegiatan dan kemungkinan-kemungkinan dampak atau pengaruh yang akan diterima oleh mereka.

Wawancara dan diskusi dengan beberapa informan, memberikan gambaran bahwa sosialisasi belum tersebar dengan merata dan informasi yang terserap oleh penduduk juga masih terbatas. Tahapan kegiatan dan aktivitas yang dilakukan selama ini yang masih terbatas dan berada jauh dari wilayah permukiman bisa jadi merupakan salah satu penyebab penduduk tidak begitu merasa perlu untuk mendapatkan informasi tambahan dari kegiatan yang dilaksanakan.

Sementara itu beberapa penduduk setempat yang terserap di kegiatan proyek sebagai tenaga kerja juga tidak bisa memberikan informasi kepada penduduk. Informasi yang dimiliki para pekerja lokal ini juga terbatas dan dibatasi oleh kewenangan dalam menyampaikan informasi kepada penduduk. Kondisi yang kemudian terjadi adalah terbentuknya kesenjangan informasi antara kegiatan dengan penduduk di Desa Tumbang Olong.

3.5.2 Persepsi Tentang Risiko dan Manfaat Kegiatan

a. Persepsi Terhadap Resiko Proyek.

Kegiatan pembangunan selalu menghasilkan resiko dan manfaat dan hal ini berlaku pula dalam kegiatan eksplorasi tambang. Persepsi penduduk tentang manfaat dan resiko kegiatan yang akan mereka terima merupakan hal yang penting untuk diketahui agar bisa merencanakan setepat mungkin penanganan yang harus dikembangkan dalam masyarakat.

Wawancara yang dilakukan dengan beberapa informan mengindikasikan bahwa penduduk belum memiliki pemahaman tentang risiko yang dapat timbul dari kegiatan eksplorasi. Terlihat bahwa kejelasan batas wilayah eksplorasi hanya diketahui oleh sebagian kecil penduduk tertentu. Sebagian besar penduduk tidak menyadari bahwa area eksplorasi tersebut mencakup wilayah hulu Sungai Bumbun atau aliran Sungai Laas yang kemudian masuk ke Sungai Murung (penduduk setempat lebih mengenal dengan sebutan Sungai Barito), yang banyak terkait secara langsung dengan aktivitas mereka seperti kegiatan MCK, menangkap ikan atau pendulangan emas.

Beberapa penduduk yang sedikit mengetahui tentang batas area eksplorasi dan posisinya dengan wilayah hulu S. Bumbun atau aliran S. Laas, juga tidak mengekspresikan kecemasan terhadap dampak yang mungkin timbul dari kegiatan eksplorasi tersebut atau keyakinan bahwa kegiatan eksplorasi tidak akan menimbulkan dampak yang merugikan mereka. Hal ini bisa terjadi karena tahap-tahap kegiatan eksplorasi tidak diketahui oleh sebagian besar penduduk.

b. Persepsi Terhadap Manfaat Proyek.

Keterbatasan informasi yang diterima penduduk pada proses sosialisasi terlihat pada wawancara yang berkaitan dengan persepsi penduduk terhadap manfaat kegiatan (proyek). Pola pendekatan yang selama ini dilakukan oleh PT. SSP sudah membentuk pencitraan di masyarakat bahwa perusahaan-perusahaan yang berada di wilayah mereka akan menjadi penyumbang bagi keperluan-keperluan penduduk.

Dalam diskusi yang dilakukan dengan aparat dan tokoh setempat, pencitraan bahwa perusahaan tambang (milik orang asing) memiliki modal dan kekayaan yang besar seolah sudah terbentuk. Seragam dan atribut, aturan-aturan kedisplinan para pekerja, hingga jenis kendaraan yang digunakan, menjadi bahan perbandingan dan penilaian oleh penduduk.

Pada gilirannya, persepsi yang berkembang mengenai manfaat yang bisa diterima oleh penduduk berkaitan dengan adanya kegiatan eksplorasi adalah harapan terhadap adanya berbagai bantuan terhadap penduduk. Bentuk-bentuk permintaan yang implisit dan tema-tema tentang bentuk-bentuk proposal banyak dimunculkan dalam diskusi. Di sisi lain perbedaan karakteristik antara perusahaan kayu (PT. SSP) dengan perusahaan Tambang yang berpengaruh terhadap jumlah tenaga kerja lokal yang bisa diserap dan tingkat keahlian yang disyaratkan, sepertinya belum difahami oleh penduduk Desa Tumbang Olong.

Gambar 11

Sarana angkutan yang disediakan oleh PT. Sarang Sapta Putra: Salah satu manfaat yang diperoleh penduduk dengan beroperasinya perusahaan di desa mereka.

Dokumen yang terkait

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB ORANG TUA MENIKAHKAN ANAK PEREMPUANYA PADA USIA DINI ( Studi Deskriptif di Desa Tempurejo, Kecamatan Tempurejo, Kabupaten Jember)

12 105 72

Hubungan Antara Kompetensi Pendidik Dengan Kecerdasan Jamak Anak Usia Dini di PAUD As Shobier Kecamatan Jenggawah Kabupaten Jember

4 116 4

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

Identifikasi Jenis Kayu Yang Dimanfaatkan Untuk Pembuatan Perahu Tradisional Nelayan Muncar Kabupaten Banyuwangi dan Pemanfaatanya Sebagai Buku Nonteks.

26 327 121