Karakter Sosial Budaya Masyarakat Indonesia
3. Change Facilitator
Stakeholder strategis yang kurang memiliki pengaruh pembentukan opini secara signifikan namun memiliki potensi untuk bekerjasama. Merupakan stakeholder strategis dari kelompok akademisi, institusi terkait pemerintah, dan masyarakat umum (terdapat 4 subyek stakeholder di cluster ini). Strategi: Stakeholder involvement strategy adalah strategi dengan mengundang dan menciptakan dialog proaktif secara frekuentif dengan stakeholder dengan output terukur dalam bentuk endorsement dan testimoni positif di pemberitaan media massa.
4. Minor Sceptic
Stakeholder strategis yang kurang memiliki pengaruh pembentukan opini secara signifikan dan kurang memiliki potensi untuk bekerjasama. Terdapat
11 stakeholder strategis dari kelompok pengamat, media, ormas non Islam, politikus, dan masyarakat umum. Strategi: Stakeholder Information Strategy. Menginformasikan kepada stakeholder atas kegiatan sosialisasi tanpa melalui dialog. Stakeholder strategis dari kelompok pengamat, media, ormas non Islam, politikus, dan masyarakat umum. Strategi: Stakeholder Information
Strategy. Menginformasikan kepada stakeholder atas kegiatan sosialisasi tanpa melalui dialog.
Most important
Less willing to High willingness to cooperate
cooperate
Less important
Gambar 4.1
Stakeholder Strategis Dalam Sosialisasi Nilai Pada Masyarakat
Diharapkan dengan adanya stakeholder strategis yang dapat mensosialisasikan nilai-nilai positif pemberantasan korupsi, pro-kontra dan mispersepsi atas keberadaan dan perkembangan pemberantasan korupsi di Indonesia dapat digantikan dengan pemahaman dan opini yang lebih sesuai dengan keinginan regulator. Sebab perilaku korupsi masih hanya difahami sebagai perilaku oknum birokrasi yang memiliki kewenangan tertentu, tetapi bukan perilaku masyarakat secara umum. Padahal beberapa perilaku masyarakat dapat secara umum dikategorikan dalam korupsi, seperti pemukiman liar yang menggunakan lahan pemerintah atau untuk peruntukan yang tidak semestinya, pembuatan petak-petak kios PKL di trotoar atau ruang publik lain. Penguasaan lahan publik oleh suatu pihak tertentu sudah jadi pemandangan sehari-hari. Parahnya, kelakuan ini tidak mutlak milik pribadi atau swasta, tapi juga oleh institusi negara. Di Jakarta, badan jalan yang merupakan lahan publik berubah jadi Diharapkan dengan adanya stakeholder strategis yang dapat mensosialisasikan nilai-nilai positif pemberantasan korupsi, pro-kontra dan mispersepsi atas keberadaan dan perkembangan pemberantasan korupsi di Indonesia dapat digantikan dengan pemahaman dan opini yang lebih sesuai dengan keinginan regulator. Sebab perilaku korupsi masih hanya difahami sebagai perilaku oknum birokrasi yang memiliki kewenangan tertentu, tetapi bukan perilaku masyarakat secara umum. Padahal beberapa perilaku masyarakat dapat secara umum dikategorikan dalam korupsi, seperti pemukiman liar yang menggunakan lahan pemerintah atau untuk peruntukan yang tidak semestinya, pembuatan petak-petak kios PKL di trotoar atau ruang publik lain. Penguasaan lahan publik oleh suatu pihak tertentu sudah jadi pemandangan sehari-hari. Parahnya, kelakuan ini tidak mutlak milik pribadi atau swasta, tapi juga oleh institusi negara. Di Jakarta, badan jalan yang merupakan lahan publik berubah jadi
Di lihat dari sisi ekonomi, jalan yang dikuasai itu berstatus barang publik. Artinya, Siapa pun berhak menggunakan, karena menjadi fasilitas bagi masyarakat umum. Jalan itu sebenarnya tidak gratis, karena dibayar oleh warga secara tidak langsung (melalui pajak). Barang publik dikelola dan dikuasakan kepada pemerintah untuk mengelolanya. Sesuai kodratnya, sifat barang publik adalah “non excludable” atau tidak eksklusif. Tidak ada orang yang berhak menghalangi orang lain untuk menggunakan manfaatnya. Karena itu, tidak ada pula yang boleh menguasainya untuk kepentingan sendiri. Selain itu, sifatnya pun “non-rivalry” alias bisa dimanfaatkan secara bersama tanpa saling menghilangkan manfaat yang didapat masing-masing pengguna. Jika ada satu pihak memanfaatkan jalan itu dan karenanya mengurangi manfaat yang diterima pihak lain (bahkan hilang) maka secara ekonomi ini merupakan pelanggaran. Bayangkan, betapa besarnya pemasukan negara seandainya lahan-lahan yang dikuasai secara sepihak itu harus disewa.