Permodelan Rumah Kopi Dalam Pemberantasan Korupsi
C. Permodelan Rumah Kopi Dalam Pemberantasan Korupsi
Sejauh ini masyarakat menilai keberadaan media televisi merupakan jenis media yang paling efektif sebagai penyalur informasi dan pengetahuan anti korupsi. Sedangkan sebagian lain menilai pemerintah merupakan sumber yang paling efektif (mudah diterima, dapat membawa hasil, berguna) dalam memberikan pengetahuan anti korupsi. Sejauh ini, secara umum, media memang menaruh perhatian pada pemberitaan korupsi. Hanya, yang paling menonjol barangkali Majalah Tempo. Majalah ini kerap melakukan investigasi secara serius terhadap kasus-kasus korupsi. Walau, setelah itu nyaris tak ada upaya serius lanjutan dari penegak hukum. Contoh kecil, majalah ini pernah mengangkat kasus “Rekening Gendut Polisi”. Sempat mengemuka menjadi wacana publik, tapi hanya sebentar saja, lantas hilang berlalu bersama angin.
Bagaimana sebenarnya media kita memberikan perhatian pada masalah ini? Media, sejauh ini masih menjadi sarana advokasi publik melawan korupsi. Hanya saja, persoalan menjadi rumit ketika misalnya pemilik modal yang memiliki sebuah media juga terindikasi terlibat korupsi. Akankah media tersebut akan mengungkap keterlibatan korupsi pemiliknya sendiri? Tentu saja mustahil. Pada titik inilah media, khususnya jajaran redaksi media menjadi macan ompong. Tak punya nyali untuk melawan korupsi (tor) yang bisa jadi dilakukan oleh majikannya sendiri.
Dilematis memang. Media melawan korupsi (tor) menjadi sesuatu yang jauh dari harapan. Ditengah kekosongan harap ini, satu-satunya jawaban untuk terus melakukan perlawanan adalah partisipasi publik (masyarakat). Lembaga- Lembaga Swadaya masyarakat (LSM) anti korupsi, gerakan mahasiswa, perkumpulan warga/pemuda maupun individu sebagai perwakilan tokoh masyarakat menjadi elemen yang penting kehadirannya. Disini kebutuhan akan Dilematis memang. Media melawan korupsi (tor) menjadi sesuatu yang jauh dari harapan. Ditengah kekosongan harap ini, satu-satunya jawaban untuk terus melakukan perlawanan adalah partisipasi publik (masyarakat). Lembaga- Lembaga Swadaya masyarakat (LSM) anti korupsi, gerakan mahasiswa, perkumpulan warga/pemuda maupun individu sebagai perwakilan tokoh masyarakat menjadi elemen yang penting kehadirannya. Disini kebutuhan akan
Pilihan rumah kopi sebagai permodelan dalam pemberantasan korupsi disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut:
1. Kedekatan rumah kopi dengan kehidupan masyarakat mengingat rumah kopi tumbuh dan berkembang bersama masyarakat dari semua kalangan. Perbedaan yang ada hanyalah pada transformasi bentuk fisik yang membedakan rumah kopi dilingkungan pedesaan dan perkotaan
2. Inklusifitas kelembagaan rumah kopi yang teruji, sebagai ruang publik yang terbuka bagi siapa saja dan dalam kepentingan atau diskusi dalam tema apapun
3. Keberadaan rumah kopi selalu diterima oleh semua lapisan masyarakat tanpa prasyarat formal tertentu.
4. Pusat episentrum pertemuan dan berkumpulnya masyarakat untuk bersosialisasi dan berinteraksi, berbagi ide dan berdiskusi tentang segala hal
5. Dalam perannya rumah kopi memungkinkan terjadinya tiga aktivitas pada ruang publik, secara bersamaan seperti :
Aktivitas proses. Aktivitas ini dilakukan sebagai peralihan dari dua atau lebih aktivitas utama. Bentuk dari aktivitas ini biasanya pergerakan dari
suatu tempat (misalnya rumah) ke kios (aktivitaskonsumsi). Kontak fisik. Aktivitas ini dilakukan dalam bentuk interaksi antara dua
orang atau lebih yang secara langsung melakukan komunikasi atau aktivitas sosial lainnya. Aktivitas transisi. Aktivitas ini dilakukan tanpa tujuan yang spesifik yang
biasanya dilakukan seorang diri, seperti duduk mengamati pemandangan dan lain sebagainya.
6. Karakter kopi sebagai cita rasa yang jujur dan menampilkan apa adanya serta tidak bisa dikorupsi. Slogan “rasa tidak pernah bohong” pantas disandangkan untuk kopi. Bagi penikmat kopi cita rasa kopi adalah harga mahal yang tidak bisa dikorupsi
7. Rumah kopi mampu menjadi medium kebersamaan tanpa membedakan suku, agama, ras dan antar golongan serta segmentasi usia atau tingkat pendidikan
8. Dan yang hal yang terpenting rumah kopi mampu otonom atas hasil usahanya sendiri untuk mempertahankan integritas dan independensinya terhadap pemberantasan korupsi.
Peran dan fungsi rumah kopi ini dalam pemberantasan korupsi dapat digambarkan seperti bunga yang setiap kelopaknya memiliki peran dan fungsi berbeda. Ini merupakan upaya untuk memaksimalkan keberadaan rumah kopi yang potensial dalam pemberantasan korupsi. Peran dan fungsi yang dimaksud dapat dilihat dalam gambar dibawah ini:
Rumah Empower
Mediator
people