HMI PERLU REFORMASI DIRI DAN MEMBUTUHKAN PEMIMPIN YANG KUAT

VI. HMI PERLU REFORMASI DIRI DAN MEMBUTUHKAN PEMIMPIN YANG KUAT

Dari berbagai kritik yang merupakan realitas yang harus diterima HMI, setidaknya HMI hari ini meminjam istilah Syafruddin Azhar, (Kompas, 25 April 2002) bahwa HMI harus mampu mendeskripsikan lagi perjalanan organisasinya untuk dapat meningkatkan keunggulan komparatif sumber daya manusia (SDM) yang dimilikinya sekaligus eksis di tengah gerakan – gerakan sosial masyarakat yang sangat akseleratif. Oleh karena itu dalam konteks ini HMI harus berupaya keras untuk : 1) Merebut kembali tradisi intelektualisme; yaitu diantaranya para kader HMI dan pengurusnya harus berprestasi di kampusnya dengan studi tepat waktu dan menghidupkan kembali kajian – kajian ilmiah; 2) Mengambil peran populis di tengah – tengah perubahan masyarakat. Hal ini memiliki arti bahwa HMI harus kembali kepada cita – cita awal berdirinya seperti tertuang dalam tujuan HMI. Insan akademis dalam AD/ART HMI dijelaskan bahwa seorang kader HMI berpendidikan setinggi – tingginya, berwawasan luas, berpikir rasional, kritis dan objektif, dan sekaligus bertanggung jawab terciptanya masyarakat

22 Sumadi AF, Menemukan Kembali Peran Populis HMI Refleksi Atas Kesaksian Implementasi Visi dan Misi HMI (Makalah, tahun 2003),hlm.3.

adil makmur dan sejahtera. HMI tidak hanya sekedar bersemedi di kantor – kantornya akan tetapi HMI bersama rakyat membangun peradaban yang kuat.

Jika disimpulkan semua kritikan terhadap HMI, menunjukkan bahwa kini organisasi HMI lemah, HMI terpuruk, HMI tinggal mitos, HMI tidak pernah lagi membuahkan karya yang dapat dibanggakan, bahkan secara ekstrim Nanag Tahqiq mengusulkan supaya HMI dibubarkan, diganti dengan yang lain. Dalam berbagai hal di tubuh HMI terjadi pembusukan, seperti pembusukan komisariat, cabang, pembusukan lembaga, pembusukan perkaderan, pembusukan KOHATI, dan pembusukan aqidah. Di atas realitas seperti itu, maka tidak ada alternatif lain, HMI harus berani mereformasi diri untuk membangun kembali HMI, menjemput masa depannya yang lebih baik dari masa lalu. Hal ini nampaknya bukan masalah sepele, akan tetapi masalah yang sangat mendasar dan mendesak, yang tidak bisa ditawar dan ditunda lagi. Apabila reformasi diri HMI tidak segera dilakukan, maka HMI akan lebih terpuruk, dan inilah yang akan mengantarkan HMI, untuk hilang dari peredaran. Di samping reformasi diri HMI yang mutlak dilakukan, walaupun untuk itu tidak perlu menghadirkan “HMI Reformasi”, HMI saat ini membutuhkan pemimpin yang kuat. Kuat aqidahnya, kuat dedikasinya, kuat inisiatifnya, kuat pemikirannya, kuat manajerialnya, kuat komitmennya, amanah, ikhlas, mempunyai tipe kepemimpinan problem solving, dan lain-lain. Oleh karena persoalan yang dihadapi HMI dan bangsa Indonesia ke depan di abad ke-21, millenium ketiga, bukan semakin ringan, akan tetapi justru semakin berat dan kompleks maka pemimpin yang kuat yang dibutuhkan HMI saat ini adalah sekaliber Lafran Pane, A. Dahlan Ranuwihardjo, Deliar Noer, Amir Rajab Batubara, Ismail Hasan Metarium, Bintoro Cokroamijoyo, Nursal, Oman Komaruddin, Syarifuddin Harahap, Sulastomo, Mar’ie Muhammad, Nurcholish Madjid, Akbar Tanjung.

VII.

MASA DEPAN HMI

Seperti disebutkan dalam 44 indikator kemunduran HMI suatu kritik dan koreksi untuk kebangkitan kembali HMI, bahwa melihat kondisi riil HMI saat ini, serta tantangan internal maupun eksternal yang dihadapinya sangat kompleks sekali, maka keberadaan HMI di masa depan ada 3 kemungkinan : Pertama, HMI akan tetap eksis dan bangkit kembali dari kemunduran dan keterpurukan yang melandanya selama 29 tahun. Hal itu dapat dicapai apabila HMI mampu melakukan perubahan, dengan agenda-agenda perubahan. Kedua, HMI Status Quo. Keadaan HMI akan tetap seperti yang sekarang dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Hal itu terjadi karena HMI enggan melakukan perubahan, dan tantangan yang dihadapinya pun tidak kunjung terselesaikan. Bahkan kondisi saat ini akan lebih parah lagi untuk di masa-masa mendatang, apabila HMI tetap merasa dirinya sebagai organisasi mahasiswa terbesar dan tertua, sebagai kesombongan historis yang kini menghinggapinya. Lebih dari itu, HMI tidak mau mendengar dan memperhatikan kritik yang konstruktif baik dari luar maupun dari intern HMI yang banyak dialamatkan pada HMI. Kritikan dan saran perbaikan itu oleh PB HMI dan cabang-cabang HMI seluruh Indonesia dianggap angin lalu saja. Ketiga, HMI akan hilang dari peredaran untuk tidak dikatakan bubar. Hal itu terlihat, terdapatnya 44 indikator kemunduran HMI, yang hingga kini belum ada tanda-tanda perubahan ke arah perbaikan yang semestinya sesuai dengan tuntutan kontemporer. Hal ini lebih diperparah lagi karena saat ini HMI sedang mengalami krisis kepemimpinan, yang antara lain ditandai dengan pecahnya HMI menjadi dua kubu, pada dua periode terakhir PB HMI yang masing-masing kelompok mengklaim dirinya yang paling benar. Tentu hal ini tidak diinginkan oleh HMI sendiri. Akan tetapi mengapa para pemegang kendali pimpinan HMI saat ini, tidak kunjung mampu melakukan langkah-langkah strategis, sehingga dalam waktu singkat mampu mencegah HMI dari ancaman bubar.

VIII.

KHATIMAH

Dari persoalan-persoalan yang dikemukakan di atas serta analisis komparatif yang telah dilakukan dapatlah diambil kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut :

1. Dinamika perjalanan HMI masa dulu mengalami berbagai macam rona dan peristiwa dengan prestasi-prestasi yang sangat gemilang.

2. Kondisi HMI sekarang ini sedang memudar dan mengalami kemunduran yang sangat serius yang ditandai dengan 44 indikator kemunduran HMI.

3. Tantangan yang dihadapi HMI ada dua; 1). Tantangan internal, dan 2). Tantangan eksternal.

4. Agenda-agenda perubahan yang perlu dilakukan untuk membangkitkan kembali HMI dalam makalah ini ditawarkan 14 langkah dan agenda- agenda lain yang sangat strategis.

5. HMI perlu mereformasi diri untuk melakukan perubahan dan harus dipimpin oleh pemimpin yang kuat.

6. Masa depan HMI ada 3 kemungkinan, 1). Akan tetap eksis, 2). Status quo, dan 3). Bubar. Demikianlah pokok-pokok pikiran yang disampaikan untuk dikaji dan dikembangkan dalam forum dialog di LK II ini.

Alamat :

Yogyakarta, 1 Juni 2010 Griya Sakinah, Jl. Pangajapsih No. 5

Penulis

RT 01 RW 08 Sukoharjo, Sanggrahan, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta 55283 Rumah

: 0274- 44 63 404

HP : 0815 793 6625 Prof. Dr. H. Agussalim Sitompul

Dokumen yang terkait

ANALISIS PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH, INVESTASI SWASTA, DAN TENAGA KERJA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI EKS KARESIDENAN BESUKI TAHUN 2004-2012

13 284 6

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

ANALISIS PROSES PENYUSUNAN PLAN OF ACTION (POA) PADA TINGKAT PUSKESMAS DI KABUPATEN JEMBER TAHUN 2007

6 120 23

ERBANDINGAN PREDIKSI LEEWAY SPACE DENGAN MENGGUNAKAN TABEL MOYERS DAN TABEL SITEPU PADA PASIEN USIA 8-10 TAHUN YANG DIRAWAT DI KLINIK ORTODONSIA RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT UNIVERSITAS JEMBER

2 124 18

HUBUNGAN ANTARA KONDISI EKONOMI WARGA BELAJAR KEJAR PAKET C DENGAN AKTIVITAS BELAJAR DI SANGGAR KEGIATAN BELAJAR KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN PELAJARAN 2010/2011

1 100 15

INTENSI ORANG TUA DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN UNTUK MENIKAHKAN ANAK PEREMPUAN DI BAWAH USIA 20 TAHUN DI KECAMATAN PAKEM KABUPATEN BONDOWOSO

10 104 107

PENGARUH HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN TERHADAP TINGKAT APLIKASI NILAI KARAKTER SISWA KELAS XI DALAM LINGKUNGAN SEKOLAH DI SMA NEGERI 1 SEPUTIH BANYAK KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2012/2013

23 233 82

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TPS UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B DI SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

6 73 58

EVALUASI ATAS PENERAPAN APLIKASI e-REGISTRASION DALAM RANGKA PEMBUATAN NPWP DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA TANJUNG KARANG TAHUN 2012-2013

9 73 45

TINJAUAN HISTORIS GERAKAN SERIKAT BURUH DI SEMARANG PADA MASA KOLONIAL BELANDA TAHUN 1917-1923

0 26 47