BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Akhir-akhir ini, seiring dengan kemajuan ekonomi negara China yang sangat pesat, hubungan antar negara yang terjalin semakin bagus, dan kerjasama
yang semakin meningkat di berbagai bidang membuat kebutuhan untuk menguasai bahasa Mandarin BM sebagai sarana komunikasi semakin tinggi.
Oleh karena itu, pertumbuhan minat masyarakat untuk mempelajari BM di seluruh dunia mengalami peningkatan yang besar, salah satunya adalah di negara
Indonesia. Hal ini terbukti dengan banyaknya instansi pendidikan di Indonesia, baik instansi formal ataupun informal yang telah menyelenggarakan pengajaran
BM. Beberapa instansi mulai dari sekolah dasar sampai tingkat perguruan tinggi di Indonesia telah menjadikan pelajaran bahasa Mandarin sebagai mata pelajaran
intrakulikuler atau menjadi mata kuliah utama yang wajib diikuti. Salah satu perguruan tinggi yang telah menyelenggarakan pengajaran bahasa Mandarin
adalah Universitas Negeri Jenderal Soedirman Purwokerto Unsoed. Bahasa Mandarin 中文
zhōngwén atau bahasa Tiong Hua sebutan di Indonesia sesuai dengan Keppres No 122014 merupakan bahasa resmi Negara
Republik Rakyat China RRC. Bahasa Mandarin selain digunakan di negara RRC,
www.eprints.undip.ac.id © Master Program in Linguistics, Diponegoro University
2
juga digunakan di Singapura, Malaysia, Taiwan, Hongkong, dan Makau, termasuk di Indonesia, terutama oleh masyarakat etnis keturunan Tiong Hua. Menurut
Summer Institute for Linguistik SIL Ethnologue 2003 jumlah penutur BM di
dunia ini lebih dari 1 miliar orang. BM merupakan bahasa internasional yang diakui oleh PBB sebagai bahasa Internasional kedua setelah bahasa Inggris. Selain
itu BM juga merupakan bahasa dengan pengguna terbesar di dunia. Indonesia merupakan salah satu negara dengan suku keturunan Tiong
Hua terbesar di dunia, namun kemampuan berbahasa Mandarin dari masyarakat tergolong cukup rendah. Banyak warga keturunan Tiong Hua yang tidak bisa
berbicara BM dengan baik. Hal itu dikarenakan kebanyakan dari mereka menggunakan
‘dialek Mandarin’, misalnya dialek Hokian, Kantonis, dan Gek. Saat ini kajian tentang BM di Indonesia masih sedikit, sedangkan kebutuhan
pengajaran BM yang didasarkan dari penelitian research based teaching cukup besar. Salah satunya adalah pada Program Studi D3 Bahasa Mandarin Universitas
Negeri Jenderal Soedirman Purwokerto. Dalam proses pembelajaran bahasa asing, kesalahan berbahasa tidak dapat
dihindari, termasuk dalam belajar BM. Salah satu bentuk kesalahan yang muncul adalah kesalahan fonologis. Kesalahan fonologis pengucapan bunyi pada BM juga
terjadi pada mahasiswa D3 Bahasa Mandarin Unsoed. Kesalahan pengucapan bunyi pada BM ini menjadi objek penelitian untuk diteliti lebih mendalam.
www.eprints.undip.ac.id © Master Program in Linguistics, Diponegoro University
3
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan istilah bahasa Mandarin karena dua alasan. Alasan yang pertama adalah karena istilah bahasa Mandarin
merupakan istilah resmi yang digunakan PBB untuk menyebut bahasa Tiong Hua. Alasan kedua adalah karena bahasa Mandarin merupakan sebutan nama program
studi yang digunakan pada Program Studi D3 Bahasa Mandarin di Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto.
Pada sistem fonologis BM terdapat banyak bunyi konsonan yang merupakan paduan bunyi konsonan dengan bunyi beraspirasi atau bunyi glide.
Hal tersebut dijelaskan oleh Duanmu 2000:5 bahwa dalam pengucapan bunyi standar bahasa Mandarin terdapat pengucapan bunyi konsonan yang merupakan
gabungan bunyi konsonan dengan bunyi glide dan bunyi aspirasi. Responden yang menjadi objek penelitian ini mengalami kesulitan pengucapan bunyi BM.
Kesulitan dalam belajar BM juga dijelaskan oleh Suparto 2004 bahwa pelafalan konsonan dalam BM tidak sama dengan bahasa Indonesia. Dalam BM terdapat
bunyi-bunyi yang sulit untuk diucapkan dengan tepat oleh pembelajar bahasa Indonesia.
Mahasiswa yang belajar BM di Program Studi D3 Bahasa Mandarin Unsoed merupakan penutur bahasa Indonesia BI dan penutur bahasa Jawa BJ.
Sistem fonologi dalam BI dan BJ berbeda dengan BM, sehingga dalam
www.eprints.undip.ac.id © Master Program in Linguistics, Diponegoro University
4
mempelajari BM terutama dalam pengucapan bunyi harus diperhatikan supaya pengucapan bunyi bisa benar dan tepat.
BM memiliki vokal dan konsonan alfabet yang berbeda dengan BI dan BJ. Menurut Xun 2010:3 alfabet dalam BM disebut pin yin 拼音,pin yin
dalam BM memiliki 21 konsonan dan 8 vokal tunggal, dan 30 vokal rangkap. Konsonan dalam BM merupakan konsonan open sylabel atau silabel terbuka yaitu
konsonan yang letak distribusinya hanya pada posisi awal kata, sedangkan untuk distribusi vokal hanya terdapat pada posisi tengah dan posisi belakang.
Pada penelitian ini akan dianalisis semua bentuk pengucapan bunyi pada BM oleh responden, yaitu pengucapan bunyi konsonan dan vokal. Selanjutnya
pembahasan akan difokuskan terhadap pengucapan bunyi BM yang salah oleh responden. Kesalahan pengucapan bunyi BM yang dianalisis kemudian
dikelompokan berdasarkan ciri-ciri pembeda bunyi standar yang diucapkan oleh native speaker
dengan ciri-ciri pembeda bunyi yang diucapkan oleh responden.
Pengucapan bunyi yang tepat dalam BM sangat penting, karena kesalahan pengucapan bunyi dapat membedakan arti atau makna. Untuk itu perlu
diketahui bunyi-bunyi yang terdapat dalam kosa kata BM. Untuk memudahkan pemahaman tentang kosa kata pada BM, berikut ini ditampilkan tabel kosa kata
dari konsonan dan vokal dalam BM.
www.eprints.undip.ac.id © Master Program in Linguistics, Diponegoro University
5
Tabel 1.1 tabel kosa kata BM
www.eprints.undip.ac.id © Master Program in Linguistics, Diponegoro University
6
Kosa kata BM dalam tabel di atas mewakili semua pengucapan bunyi standar dalam BM. Pengucapan bunyi standar dalam BM disebut sebagai
pengucapan Putong Hua. Hal itu sesuai dengan penjelasan dari Duanmu 2000:5- 12 bahwa standar pengucapan BM disebut Putong Hua. Pengucapan bunyi
Putong Hua harus tepat agar maksud ujaran dapat tersampaikan dengan baik.
Menurut Suparto 2003:3 bahwa penggunaan ujaran yang sembarangan akan menghambat dan mempengaruhi percakapan seseorang dalam berkomunikasi,
oleh karena itu pengucapan bunyi pada BM yang tepat menjadi sangat penting agar komunikasi dapat berjalan dengan baik.
Kasalahan pengucapan bunyi dalam mempelajari BM kerap terjadi pada banyak pembelajar BM termasuk oleh para responden. Kesalahan pengucapan
bunyi pada BM oleh mahasiswa D3 Bahasa Mandarin Unsoed menjadi sangat menarik untuk dianalisis lebih mendalam agar bermanfaat bagi para dosen,
peneliti, maupun bagi masyarakat yang tertarik pada BM. Penelitian ini menggunakan teori Generatif Transformasi yang
dikemukakan oleh Schane 1973, Chomsky 1971, dan Odden 2005 untuk menganalisis data. Selain itu didukung dengan teori Error Analysis EA oleh
Corder 1967, dan teori Interlanguage oleh Larry Selinker 1972. Kesalahan pengucapan bunyi dibuktikan dengan bentuk fisik bunyi dari spektogram program
Speech Analyser SA yang dikemukaan oleh Cahil 2008, Ogden 2009.
www.eprints.undip.ac.id © Master Program in Linguistics, Diponegoro University
7
Dalam penelitian ini juga akan dibuktikan bahwa kesalahan pengucapan bunyi BM yang terjadi pada mahasiswa Unsoed mengarah kepada bunyi-bunyi
yang memiliki kedekatan pengucapan bunyi. Sistem fonologi dalam bahasa Indonesia dan bahasa Jawa dari Marsono 1999 dan Chaer 2009 juga digunakan
untuk memperkuat hasil analisis data dan digunakan sebagai dasar untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kesalahan pengucapan
bunyi pada BM oleh mahasiswa D3 Bahasa Mandarin Unsoed.
1.2 Rumusan Masalah