Pasal 6 Perjanjian Kerja Waktu Tertentu yang mengatur mengenai Berakhirnya Perjanjian

Tenaga Kerja Outsourcing di lokasi kerja klien PIHAK PERTAMA PT. Adita Farasjaya yaitu PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah tidak serta merta mengakibatkan adanya hubungan kerja dalam bentuk apapun antara PIHAK KEDUA Tenaga Kerja Outsourcing dengan klien PIHAK PERTAMA PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah .

2. Pasal 6 Perjanjian Kerja Waktu Tertentu yang mengatur mengenai Berakhirnya Perjanjian

Kerja Waktu Tertentu dalam ayat 1 huruf a menyatakan bahwa : PIHAK PERTAMA PT. Adita Farasjaya berhak mengakhiri PKWT ini sebelum jangka waktu berakhir bilamana : a : “Hubungan kerjasama antara PIHAK PERTAMA PT. Adita Farasjaya dengan klien PIHAK PERTAMA PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah telah berakhir dengan cara apapun”, b : “PIHAK PERTAMA PT. Adita Farasjaya dan atau klien PIHAK PERTAMA PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah menutup usahanya dengan cara apapun”. Kedua pernyataan tersebut terkesan tidak menghormati hak-hak dari pihak Tenaga Kerja Outsourcing yang bersangkutan, sedangkan kerugian yang timbul dari hal-hal yang ditentukan diatas siapa pula yang bertanggungjawab. Akan tetapi sebaliknya dalam Pasal 6 ayat 2 dinyatakan bahwa ; “Bilamana PIHAK KEDUA Tenaga Kerja Outsourcing mengakhiri PKWT sebelum tanggal berakhirnya PKWT atau berakhirnya PKWT bukan karena ketentuan sebagaimana di maksud dalam Pasal 6 ayat 1 maka ketentuan pengakhiran tersebut akan mengacu pada ketentuan peraturan Ketenagakerjaan yang berlaku di mana PIHAK KEDUA Tenaga Kerja Outsourcing diwajibkan membayar ganti rugi kepada PIHAK PERTAMA PT. Adita Farasjaya sebesar upah PIHAK KEDUA Tenaga Kerja Outsourcing sampai batas waktu berakhirnya PKWT”. Hal tersebut dapat di simpulkan bahwa jika ada kerugian yang timbul karena berakhirnya PKWT biaya yang timbul tetap dibebankan pada PIHAK KEDUA Tenaga Kerja Outsourcing.

B. Pembahasan

Pembahasan terhadap hasil penelitian yang telah di sajikan pada halaman sebelumnya mengikuti urutan rumusan permasalahan yang telah ditetapkan. Tekhnik analisis yang di gunakan adalah dengan membahas permasalahan yang telah ditetapkan dengan menggunakan aturan-aturan hukum yang relevan dan berlaku di Indonesia di perkaya dengan pendapat para pakar. 1. Apakah Asas Konsensual yang berimbang dalam Perjanjian bisa ditegakan pada waktu pembuatan perjanjian di mana salah satu pihak berada pada posisi yang lemah ? Asas kebebasan berkontrak mengandung arti bahwa seseorang bebas membuat atau tidak membuat perjanjian, bebas menentukan isi berlakunya dan syarat-syarat perjanjian dengan bentuk tertentu atau tidak dan bebas memilih Undang- undang mana yang akan dipakainya untuk perjanjian itu. 54 Asas kebebasan berkontrak freedom of contract dapat di simpulkan dari ketentuan Pasal 1338 ayat 1 KUH Perdata, yang menyatakan bahwa semua perjanjian yang di buat secara sah akan mengikat sebagai Undang-undang bagi para pembuatnya. 55 Makna Asas Kebebasan Berkontrak 54 Purwahid Patrik, “Dasar-Dasar Hukum Perikatan Perikatan yang Lahir Dari Perjanjian dan Dari Undang-undang”, CV. Mandar Maju, Bandung 1994. Hal-6. 55 Berrnedete M. Waluyo dalam Ida Susanti, “Aspek Hukum Perdagangan Bebas Menelaah Kesiapan Hukum Indonesia Dalam Melaksanakan Perdagangan Bebas”, PT. Citra Aditya Bhakti, Bandung. Hal-60.