ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Kondisi Umum Kecamatan Karanganyar
1. Letak Geografis
Kecamatan Karanganyar merupakan salah satu kecamatan dari 17 kecamatan yang ada di Kabupaten Karanganyar. Jarak dari ibukota kabupaten 1 km arah timur. Luas wilayah Kecamatan Karanganyar adalah
43,03 km 2 dengan ketinggian rata-rata 320 m diatas permukaan laut. Batas wilayah Kecamatan Karanganyar adalah sebagai berikut (Kec. Karanganyar Dalam Angka, 2011) :
a. Bagian utara berbatasan dengan wilayah Kecamatan Mojogedang.
b. Bagian selatan berbatasan dengan Kecamatan Jumantono dan Kabupaten Sukoharjo.
c. Bagian barat berbatasan dengan Kecamatan Tasikmadu dan Kecamatan Jaten.
d. Bagian timur berbatasan dengan Kecamatan Karangpandan dan Kecamatan Matesih.
2. Penggunaan Lahan
Sebagian besar lahan yang terdapat di Kecamatan Karanganyar merupakan lahan sawah. Lahan sawah sering digunakan untuk bercocok tanam segala jenis tanaman yang produk yang dihasilkan menjadi kebutuhan pokok hidup rakyat (padi, jagung), tanaman hortikultura
(lombok, kacang panjang, melon), maupun tanaman perkebunan (tebu, kopi, lada).
Tabel 4.1 Luas Penggunaan Lahan Menurut Desa Kecamatan Karanganyar Tahun 2010
No.
Desa
Lahan Sawah
(Ha)
Tanah Kering
Jumlah (Ha)
Sumber: Kecamatan Karanganyar Dalam Angka, 2011
Lahan sawah di Kecamatan Karanganyar sangat bermanfaat untuk ditanami bermacam-macam tanaman. Tanaman padi memiliki luas panen sebesar 4.284 Ha, luas panen tanaman jagung sebesar 148 Ha, sedangkan kacang tanah memiliki luas panen sebesar 382 Ha. Ubi kayu mempunyai luas panen sebesar 227 Ha, dan tanaman tebu giling memiliki luas panen sebesar 479 Ha (Kec. Karanganyar Dalam Angka, 2011)
3. Keadaan penduduk
Jumlah penduduk di Kecamatan Karanganyar berdasrkan registrasi tahun 2010 sebanyak 77.413 jiwa, dengan rincian laki-laki 38.412 jiwa dan perempuan 39.001 jiwa. Dibandingkan tahun 2009, maka terdapat pertambahan penduduk sebanyak 787 jiwa atau mengalami pertumbuhan
9.387 jiwa(12,13%), kemudian Desa Tegalgede yaitu 8.656 jiwa (11,18%). Desa Lalung 8.300 jiwa(10,72%). Sedangka Desa dengan jumlah penduduk paling sedikit adalah Desa Bolong, yaitu 4.242 jiwa (5,48%), dan Desa Jungke, yaitu 4.685 jiwa (6,05%) (Kec. Karanganyar Dalam Angka, 2011)
Prosentase penduduk laki-laki dan perempuan di Kecamatan Karanganyar, dilihat dari jumlah penduduk laki-laki dan perempuan yang hampir sama.
Tabel 4.2 Penduduk Menurut Desa dan Jenis Kelamin Kecamatan Karanganyar Tahun 2010
Sumber: Kecamatan Karanganyar Dalam Angka, 2011
4. Keadaan Pertanian di Wilayah Kecamatan Karanganyar
Kecamatan Karanganyar memiliki lahan sawah seluas 1.758,11 Ha dengan rincian (Kec. Karanganyar Dalam Angka, 2011) :
1) Lahan sawah irigasi teknis seluas 1.333,18 Ha
2) Lahan sawah irigasi setengah teknis seluas 280,50 Ha
3) Lahan sawah irigasi sederhana seluas 75,00 Ha
Kecamatan Karanganyar sebagian tanahnya merupakan tanah pertanian yang memiliki potensi cukup baik bagi pengembangan tanaman perkebunan agro industri.
Tabel 4.3
Luas Panen dan Produksi Tanaman Perkebunan
di Kecamatan Karanganyar Tahun 2010
No.
Jenis
Luas Panen
(Ha)
Produksi (Ton)
1. Cengkeh (kg)
2. Kelapa (butir)
3. Mete (kg)
4. Tebu (kwt)
5. Kapok (kg)
6. Jahe (kg)
7. Kencur (kg)
8. Kunir (kg)
Sumber: Kecamatan Karanganyar Dalam Angka, 2011
Jenis tanah di Kecamatan Karanganyar sangat cocok untuk pertanian terutama perkebunan tebu. Perkebunan tebu merupakan salah satu sektor dimana produk yang dihasilkan menjadi kebutuhan pokok hidup rakyat.
B. Karakteristik Responden
1. Jenis kelamin
Berdasarkan data responden yang telah dikumpulkan dari 57 petani tebu responden sebanyak 53 petani tebu berjenis kelamin laki- laki dan sebanyak 4 petani tebu berjenis kelamin perempuan. Dari data yang telah dikumpulkan diketahui bahwa laki-laki sangat mendominasi usahatani tebu dibanding perempuan yang dijelaskan pada tabel 4.4.
Tabel 4.4
Jumlah Petani Tebu Menurut Jenis Kelamin
No
Jenis Kelamin
Frekuensi
Prosentase (%)
Laki-laki Perempuan
57 100 Sumber : Data Primer 2012, diolah
2. Usia
Berdasarkan data yang dikumpulkan, rata-rata responden petani tebu berada pada usia 40– 50 tahun yakni sebanyak 68 % yaitu dengan 39 responden petani tebu. usia responden petani tebu yang termuda berumur
35 tahun dan yang tertua berumur 62 tahun.
Tabel 4.5
Jumlah Responden Petani Tebu Menurut Tingkat Usia
No.
Tingkat Usia (tahun)
Jumlah Responden
57 100 Sumber: Data primer diolah, 2012
3. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan mempengaruhi tata cara responden bertani tebu. Semakin tinggi tingkat pendidikan diharapkan semakin mempengaruhi hasil produksi.
Tabel 4.6
Jumlah Responden Petani Tebu Menurut Tingkat Pendidikan
No.
Tingkat Pendidikan
Jumlah Responden
Prosentase (%)
1. Tamat SD
2. Tamat SMP
3. Tamat SMA
4. Diploma/ Sarjana
Jumlah
Pada tabel 4.6 terlihat bahwa jumlah responden yang tingkat pendidikannya tamat SD terdapat 17 responden, tingkat pendidikan tamat SMP sebanyak 21 responden, tingkat pendidikan tamat SMA sebanyak 10 responden, sedangkan tingkat pendidikan tamat Diploma atau Sarjana sebanyak 9 responden. Rata-rata tingkat tamat pendidikan petani tebu responden hanya lulus SMP.
4. Lama Usaha
Lama usahatani merupakan lamanya petani dalam menggeluti usahatani tebu. Semakin lama petani menggeluti usahatani tebu diharapkan mempunyai pengalaman yang banyak dan mengetahui lebih jauh dunia usahatani tebu sehingga dapat meningkatkan produksi tebu serta menghindari kerugian.
Tabel 4.7
Jumlah Responden Petani Tebu Menurut Lama Usaha
No.
Lama Usaha (tahun)
Jumlah Responden
57 100 Sumber: Data primer diolah, 2012
Tabel 4.7 menjelaskan bahwa responden dengan lama usaha rata- rata responden telah bertani tebu antara 10-20 tahun sebanyak 31 responden. Sebanyak 16 responden bertani tebu kurang dari 10 tahun, 8 responden bertani tebu antara 21- 30 tahun dan 2 responden bertani tebu lebih dari 30 tahun.
5. Tanggungan Keluarga Jumlah tanggungan keluarga terdiri dari suami, istri, anak dan orang yang hidup dalam satu atap responden. Tabel 4.8 ini menjelaskan jumlah tanggungan keluarga petani tebu.
Tabel 4.8 Jumlah Responden Petani Tebu
Menurut Jumlah Tanggungan Keluarga
No.
Jumlah Tanggungan
Keluarga
Jumlah Responden
57 100 Sumber: Data primer diolah, 2012
Tabel 4.8 menunjukkan bahwa jumlah responden yang memiliki jumlah tanggungan keluarga 2 orang adalah yang paling sedikit yaitu sebanyak 1 responden, jumlah tanggungan keluarga 3 orang 4 sebanyak responden, jumlah tanggungan keluarga 4 orang sebanyak 22 responden. Responden terbanyak adalah jumlah tanggungan keluarga 5 orang dengan
47 responden, dan jumlah tanggungan keluarga 6 orang dengan 3 responden.
6. Penyuluhan Penyuluhan merupakan keikutsertaan petani tebu dalam sistem pendidikan non formal dalam meningkatkan SDM yang berkualitas, ini bertujuan agar petani tebu dapat menghasilkan produksi tebu yang maksimal dan meminimalisir kerugian.
Jumlah Responden Petani Tebu Menurut Keikutsertaan Penyuluhan
Jumlah Responden
57 100 Sumber: Data primer diolah, 2012
Tabel 4.9 menunjukkan bahwa jumlah responden petani tebu semuanya telah mengikuti penyuluhan, dari 57 responden semuanya telah mengikuti penyuluhan.
7. Hasil Produksi
Hasil produksi merupakan produksi tebu yang dihasilkan dalam masa satu kali panen. Berdasarkan data yang dikumpulkan, produksi paling sedikit dihasilkan oleh 4 petani yang memproduksi tebu kurang dari 500 kw. sedangkan produksi terbanyak sebesar 12000 kw atau 120 ton tebu.
Tabel 4.10
Jumlah Responden Petani Tebu Menurut Hasil Produksi
No.
Hasil Produksi (kw)
Jumlah Responden
Sumber: Data primer diolah, 2012 Pada Tabel 4.10 terlihat bahwa rata-rata petani tebu memproduksi
antara 500 – 1000 kw tebu dalam sekali musim tanam yaitu dengan 18
8. Luas Lahan Garapan
Luas lahan garapan sangat berpengaruh terhadap besarnya hasil produksi tebu. Luas lahan petani tebu responden sebagian besar adalah lahan sewa. Untuk meningkatkan jumlah produksi tebu, petani menambah lahan mereka dengan cara menyewa lahan.
Tabel 4.11
Jumlah Responden Petani Tebu Menurut Luas Lahan Garapan
No.
Luas Lahan (ha)
Jumlah Responden
57 100 Sumber: Data primer diolah, 2012
Pada tabel 4.11 menjelaskan bahwa sebanyak 4 responden menggarap lahan dengan luas kurang dari 1 ha. Mayoritas responden menggarap lahan dengan luas antara 1 – 2 ha sebanyak 24 responden. Luas lahan garapan antara 3 – 5 ha sebanyak 16 responden. Luas lahan lebih dari 5 ha digarap oleh 13 responden. Luas lahan terendah yang digarap oleh petani tebu adalah sebesar 0.5 ha, dan untuk luas lahan terbesar mencapai 20 ha.
9. Jumlah Pupuk
Pupuk dalam penelitian ini digunakan petani tebu dalam satu musim panen yang dijelaskan dalam satuan kwintal (kw). Jumlah pupuk yang digunakan berpengaruh terhadap hasil produksi tebu. Jenis pupuk yang digunakan adalah TSP, ZA, KCL, PONSKA, serta pupuk organik.
Jumlah Responden Petani Tebu Menurut Jumlah Pupuk
No.
Jumlah Pupuk (kw)
Jumlah Responden
57 100 Sumber: Data primer diolah, 2012
Pada tabel 4.13 menjelaskan bahwa rata-rata petani tebu menggunakan pupuk antara 21 – 50 kw. Penggunaan pupuk terendah sebanyak 4 kw, sedangkan penggunaan jumlah pupuk terbanyak mencapai 240 kw. Perbedaan jumlah pupuk yang digunakan antar petani tebu disebabkan luas lahan dan keadaan tanah yang berbeda.
10. Jumlah Pestisida
Pestisida merupakan indikator dalam mengurangi atau menghilangkan hama. Jumlah pestisida dalam penelitian ini diukur dalam satuan liter (L). Jenis pestisida yang digunakan pada tanaman tebu diantaranya AMITOR, ABULISI, BVR, GLIO dan GESAPAK.
Tabel 4.13
Jumlah Responden Petani Tebu Menurut Jumlah Pestisida
No.
Jumlah pestisida (L)
Jumlah Responden
57 100 Sumber: Data primer diolah, 2012
Pada tabel 4.14 menjelaskan bahwa rata-rata responden menggunakan pestisida < 5 L dengan 21 responden, sedangkan jumlah Pada tabel 4.14 menjelaskan bahwa rata-rata responden menggunakan pestisida < 5 L dengan 21 responden, sedangkan jumlah
11. Jumlah Keprasan
Jumlah keprasan dalam penelitian ini adalah banyaknya keprasan tebu yang dilakukan petani setelah pertama kali penanaman tebu. Dalam penelitian ini petani tebu dengan jumlah keprasan I merupakan keprasan pertama kali, jumlah keprasan II merupakan keprasan kedua, jumlah keprasan III merupakan keprasan ketiga, sedangkan keprasan ke IV merupakan keprasan keempat.
Tabel 4.14
Jumlah Responden Petani Tebu Menurut Jumlah Keprasan
No.
Jumlah Keprasan
Jumlah Responden
Prosentase (%) 1. I 14 24 2. II 23 40
57 100 Sumber: Data primer diolah, 2012
Pada tabel 4.15 menjelaskan bahwa rata-rata responden petani tebu dengan jumlah keprasan II merupakan jumlah responden paling banyak dengan 40 responden, untuk jumlah keprasan III & IV merupakan paling sedikit dengan 18 responden, sedangkan jumlah keprasan I sebanyak 24 responden.
C. Analisis Data dan Pembahasan
1. Analisis DEA (Data Envelopment Analysis)
Berikut adalah pengolahan data seluruh petani tebu. Berdasarkan penghitungan dengan metode analisis DEA menggunakan software DEAWIN dapat dilihat pada Tabel 4.15, dari 57 petani tebu tersebut, menunjukkan tidak semua petani tebu telah mencapai tingkat efisiensi 100%. Dari hasil analisis dan pengolahan data variabel input luas lahan, pupuk, tenaga kerja, pestisida dan output produksi tebu dengan DEA diperoleh tingkat efisiensi petani tebu di Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar sebagai berikut:
Tabel 4.15 Tingkat Efisiensi Petani Tebu
NO NAMA PETANI
TENAGA
BENCHMARK
LUAS LAHAN
PUPUK
PESTISIDA
PRODUKSI
EFISIENSI
KERJA
1 AA 77.0%
GB AC
2 BA 90.3%
GB AC
3 CA 72.0%
AC CC
AC
4 DA 67.3%
PB
AC
5 EA 82.8%
PB
AC
6 FA 62.4%
PB
7 GA 74.0%
GB AC
AC
8 HA 74.3%
PB
9 IA 58.7%
GB AC
AC
10 JA
PB
11 KA
GB AC
12 LA
AC -
13 MA
AC -
14 NA
GB AC
15 OA
GB AC
16 PA
GB AC
17 QA
GB AC
18 RA
GB AC
19 SA
GB AC
20 TA
GB AC
AC
21 UA
PB
AC
22 VA 73.5%
PB
23 WA 80.1%
GB AC
24 XA 83.8%
GB AC
25 YA 64.5%
GB AC
26 AB 77.4%
GB AC
27 BB 77.4%
GB AC
28 CB 74.0%
GB AC
29 DB 80.6%
GB AC
30 EB 71.0%
GB AC
31 FB 77.4%
GB AC
32 GB 100.0%
33 HB 83.5%
GB AC
34 IB 66.7%
AC -
35 JB 70.4%
GB AC
36 KB 81.5%
GB AC
37 LB 80.6%
GB AC
38 MB 84.7%
GB AC
39 NB 66.7%
AC -
40 OB 72.2%
AC -
41 PB 100.0%
AC
42 QB 67.3%
PB
AC
43 RB 66.7%
AC
44 SB 64.3%
PB
45 TB 73.6%
GB AC
46 UB 48.6%
GB AC
AC
47 VB 56.0%
PB
48 WB 69.4%
AC -
49 XB 67.1%
GB AC
GB AC Sumber: Hasil olah data (DEAWIN)
Setelah dilakukan pengolahan data diketahui bahwa jumlah petani tebu yang sudah mencapai efisiensi 100% berjumlah 4 petani, yaitu petani AC, CC, PB, GB. Diketahui pula jumlah petani yang belum efisien terdapat 54 petani, yaitu UB, YB, EB, YA, RB, IA, DC, FA, GC, FB, NB, NA, RA, AB, SB, OA, AA,DA, QA, FC, SA, BC, JB, VA, LA, CA, DB, VB, BA, GA, TA, QB, OB, JA, BB, EA, XA, HB, WA, TB, UA, EC, IB, CB, HA, KA, KB, LB, MA, MB, PA, WB, XB. Untuk petani tebu yang belum efisien direkomendasikan mengacu petani yang sudah efisien sesui dengan benchmark pada tabel 4.15.
Selanjutnya menganalisis tingkat efisiensi masing-masing petani tebu, dari hasil analisis menggunakan DEA dapat diketahui petani tebu yang sudah efisien atau belum efisien. Untuk petani tebu yang belum efisien secara teknis atau inefisien ditunjukkan dengan score efisiensi yang belum mencapai 100% dimana penggunaan input untuk menghasilkan output belum maksimal. Hasil pengolahan data ini juga menunjukkan target yang seharusnya dicapai. Target ini terdiri dari 5 objek, yaitu :
i. Variable, merupakan nama-nama variabel input dan output yang digunakan dalam menganalisis efisiensi teknis petani tebu. ii. Actual, merupakan nilai dari variabel input dan output yang terjadi secara riil dalam operasional petani tebu. iii. Target, merupakan nilai yang seharusnya dicapai oleh variabel input dan output untuk mencapai tingkat efisiensi petani tebu yang maksimal. iv. To Gain, merupakan presentase nilai yang masih bisa dimaksimalkan oleh variabel input untuk mencapai produktivitas maksimal, sedangkan untuk variabel output merupakan presentase nilai yang belum dicapai petani tebu.
v. Achieved, bagi variabel input adalah presentase nilai yang sudah dimanfaatkan petani tebu, sedangkan untuk variabel output merupakan presentase nilai yang sudah dicapai petani tebu.
Berikut adalah hasil analisis DEA petani tebu di Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar:
1. Petani Tebu AA
Tabel 4.16
Hasil Pengolahan Data Petani Tebu AA
Variabel
Tingkat Efisiensi
Actual
Target
To Gain Achieved LUAS LAHAN
1.0 0.8 23.0% 77.0% PUPUK
14.0 8.4 39.6% 60.4% TENAGA KERJA
0.0% 100.0% Sumber: Hasil olah data (DEAWIN)
Berdasarkan Tabel 4.16 dapat dilihat bahwa petani tebu AA hanya mencapai tingkat efisiensi 77.63%. Alternatif bagi petani tebu AA untuk meningkatkan efisiensinya adalah dengan menambah luas lahan 23.0%, menambah pupuk 39.6%, mengurangi tenaga kerja 22.4%, menambah pestisida 22.4%. Sedangkan untuk output produksi sudah efisien.
2. Petani Tebu BA
Tabel 4.17
Hasil Pengolahan Data Petani Tebu BA
Variabel
Tingkat Efisiensi
Actual
Target
To Gain Achieved LUAS LAHAN
1.0 0.9 9.7% 90.3% PUPUK
14.0 9.9 29.0% 71.0% TENAGA KERJA
0.0% 100.0% Sumber: Hasil olah data (DEAWIN)
Berdasarkan Tabel 4.17 dapat dilihat bahwa petani tebu BA mencapai tingkat efisiensi 90.32%. Alternatif bagi petani tebu BA untuk meningkatkan efisiensinya adalah dengan menambah luas lahan 9.7%, menambah pupuk 29.0%, mengurangi tenaga kerja 10.5%, menambah pestisida 9.7%. Sedangkan untuk output produksi sudah efisien. Untuk interpretasi petani tebu selanjutnya bisa dilihat dilampiran.
Langkah selanjutnya untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi petani tebu di Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar yaitu dengan analisis regresi linier berganda menggunakan software E-Views versi 7.0.
2. Analisis Regresi Linear Berganda
Untuk menganalisis pengaruh variabel pendidikan, lama usaha, jumlah keprasan dan tanggungan keluarga terhadap efisiensi petani tebu, mengunakan alat analisis regresi berganda untuk dapat mengukur dan besaran pengaruh beberapa variabel bebas (independent variables) terhadap efisiensi petani tebu sebagai variabel terikat (dependent variable).
Dalam penelitian ini persamaan model regresi sebagai berikut (Gujarati, 1999: 91):
Y=β 0 +β 1 X 1 +β 2 X 2 +β 3 X 3 +β 4 D 1 +β 5 D 2 +β 6 D 3 +e i
Dimana : Y = efisiensi petani tebu (dalam satuan persen) X 1 = pendidikan (dalam satuan tahun) X 2 = lama usaha (dalam satuan tahun) X 3 = tanggungan keluarga (dalam satuan orang)
1 jika keprasan ke-2, 0 untuk lainnya
1 jika keprasan ke-3, 0 untuk lainnya
1 jika keprasan ke-4, 0 untuk lainnya β 0 = konstanta
β 1, β 2, β 3, β 4, β 5, β 6 = koefisien tiap-tiap variabel
= Variabel pengganggu
Model pengolahan data dianalisis mengunakan program Econometric Views (E- Views) versi 7.0. adapun tahapan pengolahan data dapat dilihat pada tabel 4.16 berikut:
Tabel 4.18 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Variabel
Regresi Dengan Dummy Koefisien
t hitung
Lama Usaha
Keprasan Dkeprasan2
-2,461947* F hitung 5,97359**
F Sig (p)
R 2 0,417531 Sumber : E-Views versi 7.0, data diolah
Berdasarkan tabel 4.17 tersebut, hasil ekstimasi dengan mengunakan regresi diatas dapat dituliskan persamaan regresi sebagai berikut:
Y = 62,48 + 0,89PNDDK + 0,36LU + 1,18TA - 3,24Dkep2 - 3,70Dkep3 - 10,83Dkep4 (2,39*) (1,78) (0,75) (-0,81) (-0,95) (-2,46*)
** = Sig pada taraf uji 0,01 (1%) * = Sig pada taraf uji 0,05 (5%)
Dimana: Y
= Efisiensi petani tebu
= Lama Usaha
= Dummy Keprasan tebu ke 2
Dkep3
= Dummy Keprasan tebu ke 3
Dkep4
= Dummy Keprasan tebu ke 4 = Dummy Keprasan tebu ke 4
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui normal atau tidaknya sebaran distribusi data yang digunakan dalam penelitian, dalam penelitian ini pengujian normalitas menggunakan uji (metode) Jarque-Berra dengan ketentuan apabila nilai signifikansi atau probabilitas > 0,05 maka data berdistribusi normal.
Gambar 4.1 Uji Normalitas
Series: Residuals Sample 1 57 Observations 57
-15.50868 Std. Dev.
Sumber: data primer diolah 2012
Dari tabel di atas diketahui bahwa nilai signifikansi atau probabilitas Jarque-Berra sebesar 0,578319 > 0,05 maka dapat disimpulkan sebaran data dalam penelitian ini terdistribusi normal.
b. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regres ditemukan adanya korelasi yang sempurna antar variabel bebas (independen). Salah satu cara untuk mendeteksi adanya multikolinearitas adalah dengan Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regres ditemukan adanya korelasi yang sempurna antar variabel bebas (independen). Salah satu cara untuk mendeteksi adanya multikolinearitas adalah dengan
Tabel 4.19 Hasil Uji Multikolinieritas
Variabel Nilai r 2 Nilai R 2 Kesimpulan
Pendidikan - Lama usaha
Tidak ada Multikolinieritas Pendidikan - Tanggungan keluarga
Tidak ada Multikolinieritas Pendidikan - Keprasan 2
Tidak ada Multikolinieritas Pendidikan - Keprasan 3
Tidak ada Multikolinieritas Pendidikan - Keprasan 4
Tidak ada Multikolinieritas Lama usaha - Tanggungan keluarga
Tidak ada Multikolinieritas Lama usaha - Keprasan 2
Tidak ada Multikolinieritas Lama usaha - Keprasan 3
Tidak ada Multikolinieritas Lama usaha - Keprasan 4
Tidak ada Multikolinieritas Tanggungan keluarga - Keprasan 2
Tidak ada Multikolinieritas Tanggungan keluarga - Keprasan 3
Tidak ada Multikolinieritas Tanggungan keluarga - Keprasan 4
Tidak ada Multikolinieritas Keprasan 2 - Keprasan 3
Tidak ada Multikolinieritas Keprasan 2 - Keprasan 4
Tidak ada Multikolinieritas Keprasan 3 - Keprasan 4
Tidak ada Multikolinieritas
Sumber: data primer diolah 2012
Hasil uji multikolinearitas pada pada tabel di atas model regresi utama sebesar 0,417. Dari tabel diatas menunjukkan bahwa nilai r 2 berada di bawah R 2 hasil regresi awalnya. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa model terbebas dari masalah multikolinearitas.
c. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas adalah apabila kesalahan atau residual yang diamati tidak memiliki varian yang konstan. Kondisi heteroskedastisitas sering terjadi pada data cross section, atau data yang diambil dari beberapa responden pada suatu waktu tertentu. (Ghozali, 2006 : 109). Metode pengujian heteroskedastisitas dalam penelitian ini menggunakan metode Breusch-Pagan-Godfrey , adapun kriteria pengujian yaitu apabila nilai t hitung < t tabel atau - t hitung > -t tabel atau dengan cara melihat nilai probabilitas (signifikansi) > 0,05 maka dapat disimpulkan tidak mengalami masalah heteroskedastisitas (data bersifat homoskedastisitas).
Dari hasil pengujian heteroskedastisitas dengan menggunakan program statistik Eviews7 for Windows dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.20 Hasil Uji Heteroskedastisitas
Variabel
t hitung
p Kesimpulan
Tidak ada Heteroskedastisitas
Lama Usaha
Tidak ada Heteroskedastisitas Tanggungan Keluarga
Tidak ada Heteroskedastisitas
Tidak ada Heteroskedastisitas
Tidak ada Heteroskedastisitas
Tidak ada Heteroskedastisitas
Sumber: data primer diolah, 2012
Berdasarkan hasil uji Heteroskedtisitas menggunakan metode Breusch-Pagan-Godfrey di atas diketahui nilai probabilitas pada masing- masing variabel > 0,05 dengan demikian tidak terjadi heteroskedastisitas.
d. Uji-t
Uji t digunakan untuk menguji signifikansi dari pengaruh variabel independen secara individual terhadap variabel dependen. Adapun tahap- tahap dalam pengujian adalah sebagai berikut:
1) Langkah Pengujian
a) Perumusan Hipotesis
H O : β = 0 tidak ada pengaruh antara variabel independen terhadap
dependen.
H 1 : β ≠ 0 ada pengaruh antara variabel independen terhadap
dependen.
b) Taraf significant; a = 0,05 (taraf kepercayaan 95%) Rumus Mencari t tabel : α/2 ; n-k-1 = 0,05/2; 57-6-1 = 0,025; 50 = 2,009 c) Kriteria pengujian
Ho diterima apabila: -2,009 < t hitung < 2,009 atau probabilitas > 0,05 Ho ditolak apabila: t hitung > 2,009 atau probabilitas < 0,05
2) Kesimpulan Hasil analisis pada tabel hasil regresi dengan membandingkan t hitung dan t tabel atau nilai -t hitung dan -t tabel diketahui bahwa, pendidikan berpengaruh signifikan positif (meningkatkan) terhadap nilai efisiensi (t hitung = 2,39; p = 0,020 < 0,05); lama usaha tidak berpengaruh signifikan positif (meningkatkan) terhadap nilai efisiensi (t hitung = 1,78; p = 0,080 > 0,05); tanggungan tidak berpengaruh signifikan positif (meningkatkan) terhadap nilai efisiensi (t hitung = 0,75; p = 0,46 > 0,05).
Keprasan tebu ke-2 memiliki nilai koefisien sebesar (-3,24). Keprasan ke-2 memiliki nilai efisiensi lebih rendah dari keprasan ke-1 dengan nilai t hitung = (-0,811); p = 0,42 > 0,05, akan tetapi tidak sampai signifikan. Keprasan tebu ke-3 memiliki nilai koefisien sebesar (-3,70) (keprasan 3 memiliki nilai efisiensi lebih rendah dari keprasan ke-1)
Daerah terima H 0
Daerah tolak H 0 Daerah tolak H 0
-2,009
0 2,009
dengan nilai t hitung = (-0,95); p = 0,35 > 0,05, akan tetapi tidak sampai signifikan. Keprasan tebu ke-4 memiliki nilai koefisien sebesar (-10,83), keprasan ke-4 memiliki nilai efisiensi lebih rendah dari keprasan ke-1 dengan nilai t hitung = (-2,46); p = 0,017 < 0,05, hasil tersebut menunjukkan jumlah keprasan tebu ke-4 berpengaruh signifikan dalam menurunkan efisiensi (tidak efisien).
e. Uji F
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama- sama terhadap variabel terikat (Kuncoro, 2001: 98). Langkah-langkah pengujian adalah sebagai berikut:
1) Perumusan Hipotesis
H O : β = 0;
tidak ada pengaruh antara seluruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen.
H 1 : β ≠ 0;
ada pengaruh antara seluruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen.
2) Taraf significant; a = 0,05 (taraf kepercayaan 95%) 3) Rumus Mencari F tabel : n-k-1; k-1 = 57-6-1; 6-1 = 50; 5 = 2,45. 4) Kriteria pengujian
Daerah terima H 0 Daerah tolak H 0
Ho diterima apabila: F hitung < 2,45 atau probabilitas (p) > 0,05. Ho ditolak apabila: F hitung > 2,45 atau probabilitas < 0,05.
Hasil analisis menunjukkan nilai F hitung sebesar 5,973 > 2,45 (F tabel ) dengan nilai probabilitas sebesar 0,000 < 0,05, yang berarti bahwa pendidikan, lama usaha, tanggungan dan dummy keprasan tebu (2, 3, dan
4) berpengaruh signifikan secara simultan terhadap efisiensi.
f. Koefisien Determinasi
Hasil analisis data diperoleh R² sebesar 0,418 ini menunjukkan bahwa variabel variabel pendidikan, lama usaha, tanggungan, dummy keprasan 2, dummy keprasan 3, dan dummy keprasan 4 dapat menjelaskan efisiensi sebesar 41,8%. Sedangkan sisanya sebesar 58,2% mendapat kontribusi atau dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam model.
g. Pembahasan Hasil Penelitan
Berdasarkan hasil analisis di atas, maka pembahasan secara lengkap akan diuraikan sebagai berikut: 1) Pengaruh Pendidikan terhadap Efisiensi Petani Nilai koefisien regresi pendidikan adalah sebesar 0.892 dengan nilai probabilitas sebesar 0.020, sehingga koefisien dari pendidikan signifikan pada level signifikansi 5%. Artinya apabila pendidikan mengalami kenaikan maka akan mempengaruhi efisiensi petani. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian sebelumnya bahwa variabel pendidikan mempengaruhi efisiensi petani, diantaranya penelitian Linh H.
Vu, Frantisek (2006), Sreenivasa, dkk (2009), Poudel (2011), Naceur, dkk (2008), Mevlut, dkk (2009).
2) Pengaruh Lama Usaha terhadap Efisiensi Petani Nilai koefisien regresi variabel lama usaha adalah sebesar 0.357 dengan nilai probabilitas sebesar 0.080, sehingga koefisien dari lama usaha tidak signifikan pada level signifikansi 5% yang artinya lama usaha tidak berpengaruh terhadap efisiensi petani.
3) Pengaruh Tanggungan Keluarga terhadap Efisiensi Petani
Nilai koefisien regresi variabel tanggungan keluarga adalah sebesar 1.182 dengan nilai probabilitas sebesar 0.455, sehingga koefisien dari tanggungan keluarga tidak signifikan pada level signifikansi 5%, yang artinya tanggungan keluarga tidak mempengaruhi efisiensi petani.
4) Pengaruh Jumlah Keprasan terhadap Efisiensi Petani Nilai koefisien regresi variabel keprasan ke-2 adalah sebesar (- 3.238) dengan nilai probabilitas sebesar 0.421, sehingga koefisien dari keprasan ke-2 tidak signifikan pada level signifikansi 5%. Keprasan ke-2 memiliki tingkat efisiensi yang lebih rendah dibandingkan jumlah keprasan tebu yang pertama dan tidak mempengaruhi efisiensi petani.
Nilai koefisien regresi variabel keprasan ke-3 adalah sebesar (- 3.698) dengan nilai probabilitas sebesar 0.345, sehingga koefisien dari keprasan ke-3 tidak signifikan pada level signifikansi 5%. Keprasan ke-3 tidak mempengaruhi efisiensi petani. Keprasan ke-3 memiliki tingkat Nilai koefisien regresi variabel keprasan ke-3 adalah sebesar (- 3.698) dengan nilai probabilitas sebesar 0.345, sehingga koefisien dari keprasan ke-3 tidak signifikan pada level signifikansi 5%. Keprasan ke-3 tidak mempengaruhi efisiensi petani. Keprasan ke-3 memiliki tingkat
Nilai koefisien regresi variabel keprasan ke-4 adalah sebesar (- 10.834) dengan nilai probabilitas sebesar 0.017, sehingga koefisien dari keprasan ke-4 signifikan pada level signifikansi 5%. Keprasan ke-4 memiliki tingkat efisiensi yang lebih rendah dibandingkan jumlah keprasan tebu yang pertama, ke-2 dan ke-3. Keprasan ke-4 memiliki pengaruh terhadap penurunan tingkat efisiensi petani.