Partisi Relung antara Siamang dan Kompetitornya

4.4. Partisi Relung antara Siamang dan Kompetitornya

Siamang dan tiga spesies mamalia arboreal kompetitornya mengalami tumpang-tindih relung, tetapi dapat hidup berdampingan di habitat yang sama dengan populasi yang cukup tinggi. Menurut Sushma & Singh (2006: 489), jika dua spesies memiliki tumpang-tindih relung yang tinggi dan kisaran relung yang sempit, kemungkinan besar tidak dapat hidup berdampingan. Namun, dua spesies dengan tumpang-tindih relung tinggi dan memiliki kisaran relung yang lebar dapat Siamang dan tiga spesies mamalia arboreal kompetitornya mengalami tumpang-tindih relung, tetapi dapat hidup berdampingan di habitat yang sama dengan populasi yang cukup tinggi. Menurut Sushma & Singh (2006: 489), jika dua spesies memiliki tumpang-tindih relung yang tinggi dan kisaran relung yang sempit, kemungkinan besar tidak dapat hidup berdampingan. Namun, dua spesies dengan tumpang-tindih relung tinggi dan memiliki kisaran relung yang lebar dapat

4.4.1. Partisi Relung antara Siamang dan Simpai

Simpai merupakan salah satu spesies primata yang termasuk ke dalam subfamili Colobinae, yaitu kelompok monyet pemakan daun. Komposisi pakan Presbytis melalophos berdasarkan penelitian di Malaysia adalah 42,8% buah, 14,6% bunga, dan 42,6% daun (MacKinnon & MacKinnon 1980: 178) atau 48% buah, 35% daun, dan 6% bunga (Curtin 1980:138). Karena memiliki preferensi yang cukup tinggi pada daun, simpai mengalami tumpang-tindih relung berdasarkan makanan yang rendah dengan siamang. Jika kelimpahan buah rendah, simpai dapat memperbanyak konsumsi daun-daunan untuk mengurangi kompetisi dengan frugivora lainnya, termasuk dengan siamang. Simpai memiliki saluran pencernaan yang lebih kompleks dibandingkan primata lainnya dan kelenjar air liur yang mampu memproduksi saliva dalam jumlah yang banyak. Selain itu, saluran pencernaan simpai berukuran besar dan terdiri dari empat ruang. Pada dua ruang pertama, terdapat bakteri simbion yang berfungsi membantu pencernaan selulosa (Oates dkk. 1994 lihat Francesca dkk. 2006: 20). Adaptasi anatomi tersebut memungkinkan simpai mencerna selulosa pada daun dengan lebih efisien. Simpai juga diketahui memakan buah yang tidak dimakan oleh siamang, yaitu Strombosia javanica.

Berdasarkan penggunaan habitat secara vertikal, simpai menggunakan pohon dengan ketinggian rata-rata yang lebih rendah daripada siamang. Perbedaan tersebut mengurangi kompetisi dalam hal penggunaan ruang. Anatomi dan perilaku lokomosi simpai memungkinkan simpai untuk menjelajah menggunakan substrat berukuran kecil yang terletak pada strata hutan bagian bawah (Bennett & Davies 1994: 155). Massa tubuh siamang yang besar menyebabkan siamang sulit bergerak menggunakan substrat yang kecil. Curtin

(1980: 141--143) juga menyatakan hasil yang serupa, yaitu simpai lebih sering menjelajah dan makan pada strata tajuk hutan dan understorey layer, bahkan terkadang ditemukan mencari makan di lantai hutan.

4.4.2. Partisi Relung antara Siamang dan Bajing Kelapa

Bajing kelapa merupakan spesies mamalia arboreal dengan kisaran relung yang paling lebar dibandingkan dengan siamang, simpai, dan jelarang hitam. Ukuran tubuh bajing kelapa yang kecil memungkinkan bajing kelapa menggunakan seluruh bagian strata hutan. Seperti simpai, bajing kelapa lebih sering ditemukan di ketinggian yang lebih rendah secara signifikan dibandingkan siamang. Payne (1980: 272) juga melaporkan hasil yang serupa. Bajing kelapa di Kuala Lompat, Malaysia, dapat ditemukan pada ketinggian 0--37 meter, tetapi lebih sering ditemukan pada bagian bawah hutan (6--12 meter). Dengan demikian, pembagian relung berdasarkan penggunaan ruang terjadi melalui penggunaan ketinggian yang lebih bervariasi dan preferensi pada bagian bawah hutan oleh bajing kelapa.

Berdasarkan pemilihan pakan, bajing kelapa memiliki preferensi pakan yang lebih bervariasi daripada siamang. Siamang lebih menyukai buah yang berdaging, tetapi tidak pernah tercatat memakan biji-bijian. Sementara itu, bajing kelapa diketahui memakan kedua kategori makanan tersebut (Payne 1980: 273). Selain itu, siamang lebih sering memakan buah yang matang, sedangkan bajing memakan buah yang matang dan belum matang (Payne 1980: 273). Perbedaan pemilihan kematangan buah di satu sisi dapat menyebabkan kompetisi eksploitatif. Spesies yang lebih menyukai buah yang belum matang dapat mengurangi ketersediaan makanan bagi spesies yang lebih menyukai buah matang (Marshall dkk. 2009: 181). Namun, di sisi lain dapat mengurangi probabilitas terjadinya kompetisi interferensi karena kedua mamalia tersebut akan mengincar buah dengan kematangan yang berbeda saat berada di satu pohon pakan. Berdasarkan pengamatan, bajing kelapa dan siamang pernah tercatat makan di pohon yang sama, yaitu Adinandra acuminata dan Garcinia parvifolia. Pada kedua observasi tersebut, siamang hanya memakan buah yang sudah matang, Berdasarkan pemilihan pakan, bajing kelapa memiliki preferensi pakan yang lebih bervariasi daripada siamang. Siamang lebih menyukai buah yang berdaging, tetapi tidak pernah tercatat memakan biji-bijian. Sementara itu, bajing kelapa diketahui memakan kedua kategori makanan tersebut (Payne 1980: 273). Selain itu, siamang lebih sering memakan buah yang matang, sedangkan bajing memakan buah yang matang dan belum matang (Payne 1980: 273). Perbedaan pemilihan kematangan buah di satu sisi dapat menyebabkan kompetisi eksploitatif. Spesies yang lebih menyukai buah yang belum matang dapat mengurangi ketersediaan makanan bagi spesies yang lebih menyukai buah matang (Marshall dkk. 2009: 181). Namun, di sisi lain dapat mengurangi probabilitas terjadinya kompetisi interferensi karena kedua mamalia tersebut akan mengincar buah dengan kematangan yang berbeda saat berada di satu pohon pakan. Berdasarkan pengamatan, bajing kelapa dan siamang pernah tercatat makan di pohon yang sama, yaitu Adinandra acuminata dan Garcinia parvifolia. Pada kedua observasi tersebut, siamang hanya memakan buah yang sudah matang,

4.4.3. Partisi Relung antara Siamang dan Jelarang Hitam

Jelarang hitam merupakan kompetitor yang paling berpotensial bagi siamang dibandingkan dua spesies kompetitor lainnya karena menunjukkan penggunaan habitat dan pemilihan pakan paling serupa dengan siamang. Jelarang hitam sering ditemukan pada tajuk pohon yang tinggi dan jarang ditemukan pada ketinggian di bawah 15 meter. Ukuran tubuh jelarang hitam yang relatif besar dibandingkan spesies bajing lainnya dapat menjadi penghalang untuk menggunakan substrat berukuran kecil yang banyak terdapat pada understorey layer . Hasil serupa juga dikemukakan oleh Payne (1980: 272). Jelarang hitam di Kuala Lompat, Malaysia, lebih sering ditemukan pada lapisan tajuk tengah dan atas.

Seperti siamang, jelarang hitam merupakan mamalia yang memiliki preferensi tinggi pada buah. Komposisi pakan jelarang hitam di Kuala Lompat, Malaysia, didominasi oleh buah dengan proporsi 81% (Payne 1980: 274). Berdasarkan pengamatan, jelarang hitam memakan buah dengan kematangan yang sama dengan siamang. Kemiripan preferensi sumber makanan yang demikian meningkatkan potensi kompetisi antara siamang dan jelarang hitam. Namun, jelarang hitam mampu memanfaatkan buah berkulit keras yang tidak dimakan oleh siamang, seperti Homalium grandifolium. Pada keadaan keterbatasan buah, jelarang hitam dapat memanfaatkan buah yang tidak disukai oleh siamang. Berdasarkan penelitian Payne (1980: 275) di Kuala Lompat, perbedaan utama komposisi pakan antara siamang dan jelarang hitam adalah konsumsi daun yang tinggi pada siamang, sedangkan daun hanya menyusun 0,5% dari komposisi pakan jelarang hitam. Berdasarkan penelitian ini, jelarang hitam tidak pernah tercatat memakan daun.