Tumpang-tindih Relung Berdasarkan Pakan
4.1. Tumpang-tindih Relung Berdasarkan Pakan
Komposisi pakan siamang terdiri atas 72,52% buah, 23,57% daun, 3,77% bunga, dan 0,14% materi hewani (Gambar 4.1(1)). Hasil tersebut menunjukkan bahwa siamang memiliki preferensi yang tinggi terhadap buah-buahan. Selama dua bulan pengamatan, siamang tercatat memakan 23 spesies buah, 22 spesies daun, dan lima spesies bunga. Frekuensi dan keanekaragaman spesies pakan siamang dapat dilihat pada Lampiran 2. Berdasarkan penelitian Nurcahyo (1999:
24) yang dilakukan di lokasi yang sama, komposisi pakan siamang terdiri atas 52,07% buah, 42,62% daun, dan 5,3% bunga. Proporsi buah yang lebih besar terjadi karena saat penelitian ini dilakukan, terdapat beberapa pohon pakan siamang yang berbuah lebat seperti Beilschmiedia dyctioneura, Sandoricum koetjape , Ficus altissima, dan spesies-spesies dari famili Annonaceae. Siamang memakan lebih banyak daun jika ketersediaan buah sedikit (Elder 2009: 153).
Daun 30% Buah
Gambar 4.1(1) Diagram komposisi pakan tiga kelompok siamang subjek penelitian.
0% Siamang
Bajing Kelapa Jelarang Hitam Kayu
17 6 12 Gambar 4.1(2) Diagram perbandingan komposisi pakan siamang, simpai, bajing
kelapa, dan jelarang hitam. Keterangan:
Angka menunjukkan jumlah data suatu spesies mamalia tercatat memakan makanan dari kategori tertentu.
Komposisi pakan tiga spesies mamalia arboreal yang hidup di ruang jelajah siamang dapat dilihat pada Gambar 4.1(2). Simpai diketahui memakan 73,91% buah dan 26,09% daun. Hasil tersebut berbeda dengan hasil yang dilaporkan oleh Curtin (1980: 138) yang menyatakan bahwa simpai di Malaysia memakan 48% buah dan 35% daun. Selama periode pengambilan data, bajing kelapa hanya tercatat enam kali memakan buah dan satu kali memakan kayu pohon. Berdasarkan hasil penelitian Payne (1980: 273) di hutan hujan tropis Malaysia, komposisi pakan terbesar bajing kelapa adalah biji-bijian (> 40%), dilanjutkan dengan kayu dan getah (30%), daun (25%), serta bunga dan materi hewani. Jelarang hitam tercatat 12 kali memakan buah (92,31%) dan hanya sekali memakan bunga (7,68%). Sifat frugivora jelarang hitam juga dilaporkan oleh Payne (1980: 273--274) yang menyatakan bahwa hewan pengerat tersebut memakan 81% buah. Perbedaan antara hasil pengamatan dengan literatur kemungkinan besar disebabkan oleh jumlah sampel yang sedikit (< 30 per Komposisi pakan tiga spesies mamalia arboreal yang hidup di ruang jelajah siamang dapat dilihat pada Gambar 4.1(2). Simpai diketahui memakan 73,91% buah dan 26,09% daun. Hasil tersebut berbeda dengan hasil yang dilaporkan oleh Curtin (1980: 138) yang menyatakan bahwa simpai di Malaysia memakan 48% buah dan 35% daun. Selama periode pengambilan data, bajing kelapa hanya tercatat enam kali memakan buah dan satu kali memakan kayu pohon. Berdasarkan hasil penelitian Payne (1980: 273) di hutan hujan tropis Malaysia, komposisi pakan terbesar bajing kelapa adalah biji-bijian (> 40%), dilanjutkan dengan kayu dan getah (30%), daun (25%), serta bunga dan materi hewani. Jelarang hitam tercatat 12 kali memakan buah (92,31%) dan hanya sekali memakan bunga (7,68%). Sifat frugivora jelarang hitam juga dilaporkan oleh Payne (1980: 273--274) yang menyatakan bahwa hewan pengerat tersebut memakan 81% buah. Perbedaan antara hasil pengamatan dengan literatur kemungkinan besar disebabkan oleh jumlah sampel yang sedikit (< 30 per
Perhitungan indeks Horn dilakukan untuk mengetahui tumpang-tindih relung antara siamang dan ketiga mamalia arboreal yang paling melimpah, yaitu simpai, bajing kelapa, dan jelarang hitam. Kategori pakan materi hewani dan kayu tidak diikutsertakan dalam perhitungan. Hasil perhitungan (Tabel 4.1(1) dan Lampiran 3) menunjukkan bahwa tumpang-tindih relung terbesar terdapat di antara siamang dan jelarang hitam (R o = 0,418), sedangkan tumpang-tindih terkecil terdapat di antara siamang dan simpai (R o = 0,310). Spesies-spesies tumbuhan pakan siamang yang juga merupakan sumber pakan bagi simpai, bajing kelapa, dan jelarang hitam dirangkum pada Tabel 4.1(2). Berdasarkan tabel tersebut, jumlah spesies pakan yang sama antara siamang dan simpai lebih banyak daripada siamang dan jelarang hitam, tetapi indeks Horn menunjukkan sebaliknya. Hal itu terjadi karena simpai memakan daun beberapa spesies tumbuhan yang tidak dimakan oleh siamang.
Tabel 4.1(1) Tabel ringkasan catatan spesies pakan dan tumpang-tindih relung
berdasarkan pemilihan pakan.
Jumlah spesies pakan Frekuensi Spesies
Jumlah
Indeks Horn catatan
spesies
yang sama dengan
23 13 6 0,310 Bajing kelapa
6 4 3 0,334 Jelarang hitam
Tabel 4.1(2) Daftar spesies tumbuhan pakan siamang yang juga dimakan oleh
simpai, bajing kelapa, dan jelarang hitam. Frekuensi catatan
Kategori Spesies tumbuhan
Bajing Jelarang pakan
Simpai
kelapa hitam Buah
Adinandra acuminata 1 1 Beilschmiedia dyctioneura
3 2 Dracontomelon dao
1 Ficus altissima 3 3 Garcinia parvifolia
1 Mitrephora polypyrena
1 Neolamarckia cadamba
2 Sandoricum koetjape
4 Daun
daun.liana.sp1* 1 daun.sp3*
Keterangan: * Spesies tidak teridentifikasi
Data yang digunakan untuk menghitung indeks Horn merupakan data komposisi pakan. Data komposisi pakan siamang diperoleh dari pengamatan perilaku siamang dengan metode focal instantaneous sampling, sedangkan data komposisi pakan simpai, bajing kelapa, dan jelarang hitam diperoleh saat melakukan survei transek garis dan catatan ad libitum saat pengamatan siamang. Oleh karena itu, frekuensi catatan food item siamang dan ketiga mamalia lainnya berbeda dan hasil perhitungan indeks Horn dalam penelitian ini diduga lebih kecil daripada tumpang-tindih relung yang sebenarnya. Walaupun bersifat underestimate , perhitungan indeks Horn tetap bermanfaat sebagai perkiraan untuk membandingkan tumpang-tindih relung secara relatif.