ASI Eksklusif TINJAUAN PUSTAKA

ASI terdapat beberapa nutrien untuk pertumbuhan otak bayi di antaranya taurin, yaitu suatu bentuk zat putih telur khusus, laktosa atau hidrat arang utama dari ASI, dan asam lemak ikatan panjang, antara lain DHA dan AA yang merupakan asam lemak utama dari ASI. Hasil penelitian tahun 1993 terhadap 1.000 bayi prematur membuktikan, bayi-bayi prematur yang mendapat ASI eksklusif mempunyai IQ lebih tinggi secara bermakna yaitu 8,3 poin lebih tinggi dibanding bayi premature yang tidak diberi ASI. Pada penelitian Dr. Riva dkk. menunjukkan anak-anak usia 9,5 tahun yang ketika bayi mendapat ASI eksklusif, ditemukan memiliki IQ mencapai 12,9 poin lebih tinggi dibandingkan anak-anak yang ketika bayi tidak mendapatkan ASI. 4. ASI meningkatkan jalinan kasih sayang Menurut Danuatmaja 2003 dalam Wijayanti , Jalinan kasih sayang yang baik adalah landasan terciptanya keadaan yang disebut secure attachment. Anak yang tumbuh dalam suasana aman akan menjadi anak yang berkepribadian tangguh, percaya diri, mandiri, peduli lingkungan dan pandai menempatkan diri. Bayi yang mendapat ASI secara eksklusif. akan sering dalam dekapan ibu saat menyusu, mendengar detak jantung ibu, dan gerakan pernapasan ibu yang telah dikenalnya dan juga akan sering merasakan situasi seperti saat dalam kandungan; terlindung, aman dan tentram.

2.4 ASI Eksklusif

ASI Eksklusif adalah pemberian hanya ASI saja kepada bayi usia antara 0-6 bulan tanpa ada pemberian makanan lain Roesli,2001. Setelah enam bulan, bayi Universitas Sumatera Utara mulai dikenalkan dengan makanan lain dan tetap diberikan ASI sampai bayi berumur dua tahun. Bayi sehat umumnya tidak memerlukan tambahan makanan sampai usia 6 bulan. Pada keadaan – keadaan khusus dibenarkan untuk memberi obat, dan mulai memberi makanan padat setelah bayi berumur 4 bulan tetapi belum mencapai 6 bulan. Misalnya karena terjadi berat badan kurang atau didapatkan tanda - tanda lain yang menunjukkan bahwa pemberian ASI eksklusif tidak berjalan dengan baik Sri,2004. Indonesia merupakan salah satu negara yang ikut menyepakati Innocenti Declaration di Italia Tahun 1992 tentang perlindungan, promosi dan dukungan terhadap penggunaan ASI. Disepakati pula pencapaian pemberian ASI Eksklusif sebesar 80 pada tahun 2000. Depkes kemudian mencanangkan GNPP ASI Gerakan Nasional Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu sebagai program nasional. Pelaksanaan Innocenti Declaration ini bertujuan untuk melindungi, meningkatkan, dan mendukung pemberian ASI. Indonesia juga ikut dalam gerakan Millenium Development Goals MDGs yang merupakan agenda dunia internasional untuk mengurangi kesenjangandisparitas antara negara kaya dan negara miskin dengan cara meningkatkan derajat kesejahteraan dan kesehatan masyarakat. Gerakan ini diluncurkan tahun 2000 dan target waktunya adalah pada tahun 2015. Dari 8 delapan tujuan MDGs, 2 dua diantaranya menyangkut bidang kesehatan ibu dan anak yaitu pada tujuan ke-4 mengurangi kematian balita dan tujuan ke-5 memperbaiki Kesehatan Ibu. Lebih dari 50 kematian balita didasari oleh kurang gizi. Pemberian ASI Eksklusif merupakan salah satu usaha untuk mendukung Universitas Sumatera Utara tercapainya kesehatan ibu dan anak yang lebih baik sehingga AKB dapat dikurangi Fikawanti dan syafiq, 2010. Berdasarkan hasil penelitian UNICEF di Indonesia Tahun 2003, setelah krisis ekonomi dilaporkan bahwa hanya 14 bayi yang disusui dalam 12 jam pertama setelah kelahiran. Kolostrum dibuang oleh kebanyakan ibu karena dianggap kotor dan tidak baik bagi bayi. UNICEF juga mencatat penurunan yang tajam dalam pemberian ASI berdasarkan tingkat umur si bayi. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa 63 bayi disusui hanya pada bulan pertama, 45 bulan kedua, 30 bulan ketiga, 19 bulan keempat, 12 bulan kelima, dan hanya 6 yang bertahan hingga bulan keenam. Bahkan lebih dari 5 dari total populasi bayi di Indonesia saat itu tidak disusui sama sekali. Menurut Sulistriani 2004 dalam Sibuea 2012, Kenyataan rendahnya pemberian ASI Eksklusif oleh ibu menyusui di Indonesia disebabkan oleh 2 dua faktor, yakni 1. faktor internal yang meliputi rendahnya pengetahuan serta sikap ibu tentang kesehatan secara umum dan ASI Eksklusif secara khususnya 2. faktor eksternal yang meliputi kurangnya dukungan keluarga, masyarakat, petugas kesehatan maupun pemerintah sebagai pembuat kebijakan terhadap pemberian ASI Eksklusif, gencarnya promosi susu formula, adanya faktor sosial budaya serta kurangnya ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan ibu dan anak. Universitas Sumatera Utara Amiruddin dalam Rulina 2008 , menyatakan bahwa pemberian ASI masih rendah, disebabkan pelaksanaan tatalaksana pelayanan kesehatan yang salah. Beberapa pelayanan kesehatan memberikan susu formula pada bayi yang baru lahir sebelum ibunya mampu memproduksi ASI. Hal itu menyebabkan bayi tidak terbiasa mendapatkan ASI dari ibunya, dan akhirnya tidak mau lagi mengonsumsi ASI. Hal lain yang lebih memengaruhi dalam pemberian ASI pada bayi adalah adanya anggapan yang salah dari para ibu yang menggangap bahwa dengan pemberian ASI maka akan menyebabkan bayi mereka tidak mandiri, bayi cepat lapar, dan pertumbuhan bayi kurang cepat. Kurangnya dukungan dari keluarga juga merupakan faktor terhambatnya pemberian ASI. Menurut Proverawati dan Rahmawati2010, Kendala yang muncul dalam pemberian ASI Eksklusif kepada bayi seringkali dihadapi baik oleh ibu sendiri, bayinya dan juga petugas yang membantu bayi dan ibu dalam masa perawatan. 1. Ibu Menyusui a. Kebutuhan zat gizi dan cairan kurang b. Kondisi kesehatan yang tidak mendukung c. Kesulitan fisik, misal puting terbenam datar, puting lecet infeksi payudara d. Kurang pengetahuan e. Merasa ASI-nya kurang, sehingga tidak percaya diri. f. Mempunyai waktu yang terbatas g. Tidak mendapat dukungan dari keluarga h. Banyaknya bantuan susu formula yyang ditawarkan Universitas Sumatera Utara 2. Bayi a. Tidak dapat menghisap dengan baik karena bayi bibir sumbing, lidah pendek, Berat Bayi Lahir Rendah BBLR b. Pemberian MP-ASI local yang tidak sesuai umur 3. Petugas KIA a. Pengetahuan yang kurang tentang pentingnya pemberian ASI yang pertama kali keluar kolostrum walaupun jumlahnya sedikit. b. Pengetahuan yang kurang tentang komposisi ASI c. Belum dilatih tentang konseling menyusui dan kurangnya promosi ASI Eksklusif.

2.5 Pengertian Kolostrum