Dampak Kebijakan Pemerintah terhadap Profitabilitas dan Dayasaing Kopi Robusta Indonesia

DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP
PROFITABILITAS DAN DAYASAING
KOPI ROBUSTA INDONESIA

Oleh :
LISA CHANDRASARI DESIANTI

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002

"sesun&9uhnya di lihl;lm penciptaan Gzngit &n &mi &n d
I
r
E 6ergantinya
mGzm dun siang terdapat tanda-tad 6agi orang yang 6era(d "
@G Immn, 190)
"Dan omng-OIang yang 6era(aC s e h +
mem@i empat * u ,
yaitu
(cp&

g&h)
wa&u 6ennunajat &p& w66nya (mengingat A n 6wa&u untuk itrctrope&i disi, wa&u untu( memt&i&n ciptuun
((arena
d - i i m ciptaaflya ter&pat rahasia Jahli, yaitu ibmu pengetdim) &hc
untu(memenuhi &&tu/iun jasmani ihri ma(an &n minum "
(W&16nu X66an)

Tenring cintaku seMu untukayah dan mama, mas Sklan'min rfhnputraku,
.fugoi Sklarsaputra.. ..&I&&
(au 6esar nunti 6anya&4ah mam6aca,
6ehjar, 6enyu(ur &n 6ersa6ar

ABSTRACT

LISA CHANDRASARI DESIANTL The Impact of Government Policies on
Profitability and Competitiveness of Indonesian Robusta Coffee. Under the direction
of KUNTJORO and SRI HARTOYO.
The purpose of this research is to study the impact of government policies on
profitabity and competitiveness of Indonesian robusta coffee. Smallholder is the
biggest coffee beans producer in Indonesia, so the increasing coffee beans

competitiveness in domestic and international markets wiU increase the h e r ' s
revenues. Policy analysis matrix (PAM) method is used to see how far the impact of
Indonesian government policies impact on farmer's revenues and coffee production
competitiveness. The result indicated that all smallholders have comparative and
competitive advantage as shown by the domestic resources cost (DRC) and private
cost ratio (PCR) coefficient less than one. However based on value of the effective
protection coefficient (EPC) the government policies were effective to robusta coffee
beans production only in West Nusa Tenggara and East Nusa Tenggara. While in the
other region (Java, Bali, Sumatera, Kalimantan, and Sulawesi) the govemment
policies were not effective.
Key words: cofFee competitiveness, policies impact, profitabity, competitive
advantage, comparative advantage.

ABSTRAK
LISA CHANDRASARI DESIANTL Dampak Kebijakan Pemerintah Terhadap
Profitabiitas dan Dayasaing Kopi ~ o b u s t aIndonesia.
Di bawah bimbiigk
KUNTJORO sebagai ketua dan SRI BARTOYO sebagai anggota komisi
pembiibing
Sektor pertanian sebagai bagian integral dari sistem pembangunan nasional,

memiliki peran yang penting dan strategis dalam rangka memulihkan kembali
perekonomian Indonesia. Salah satu k o m d ~ tunggulan
i
&or pertanian sejak Pelita I
adalah kopi. Produksi biji kopi Indonesia terbesar disuplai dari perkebunan rakyat,
sehingga peningkatan dayasaing kopi di pasar domestik dan i n t e k o n a l diharapkan
dapat meningkatkan profitabiitas petani kopi Berbagai kebijakan telah dikeluarkan
oleh pemerintah dalam rangka mengatur perdagangan kopi Indonesia, diantaranya SK
Menteri Perindusbian dan Perdagangan No. 29/MPP/KepN1999. Kebijakan ini tidak
terlepas dari hasil kesepakatan dengan negara-negara produsen kopi dunia yang
tergabung dalam Association of Coffee Producing Countries (ACPC).
Tujuan penelitian ini adalah (1) menganalisii profitabilitas petani kopi secara
finansial dan ekonomi, (2) mengkaji dayasaing kopi Indonesia melalui analisis
keunggulan komparatif dan kompetitif, dan (3) melakukan simulasi kebijakan untuk
melihat dampak dari perubahan harga-harga input dan output. Penelitian diiakukan
dengan menggunakan data sekunder dari 24 propinsi yang dibagi rnenjadi 5 wilayah
pengamatan, yaitu wilayah I: Jawa dan Bali; wilayah 11: Lampung, Jambi, Bengkulu,
Sumatera Selatan, dan Sumatera Barat; wilayah III: Aceh, Sumatera Utara, Riau,
Kalimantan Barat, dan Kalimantan Selatan; wilayah IV: Nusa Tenggara T i u r dan
Nusa Tenggara Barat; dan wilayah V: Kalimantan Tengah, K a l i t a n Timur, dan

Sulawesi. Sedangkan pengolahan data dilakukan dengan metode Policy Analysis
Matrix (PAM).
Hasil analisis per hektar menunjukkan bahwa profitabilitas perkebunan rakyat
secara finansial dan ekonomi di seluruh wilayah menguntungkan.
Hal ini
memberikan indikasi bahwa usaha perkebunan kopi rakyat layak untuk diteruskan dan
mampu berjalan secara efisien. Hasil analisis dayasaing per hektar menunjukkan
seluruh wilayah memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif, yang berarti setiap
wilayah mampu membiayai sistem produksi kopi lebii murah dibandingkan jika
mengimpor kopi. Hasil analisis kebijakan ouput menunjukkan bahwa harga biji kopi
di wilayah I, 11, 111 dan V menjadi lebih rendah dari harga yang seharusnya dapat
diterima oleh petani kopi. Sebaliknya, pada wilayah IV petani diuntungkan karena
harga jual biji kopi lebih tinggi 8.5 persen dari harga efisiennya. Sementara hail
kebijakan input asing (pupuk dan pestisida), petani di wilayah 11, IJI dan V dirugikan
karena harus membeli input asing lebii mahal dari harga efisiennya. Sebaliknya,
pada wilayah I dan IV petani dapat menghemat biaya pembelian input asing sebesar
2.3 persen untuk wilayah I dan 0.7 persen untuk wilayah IV. Dan hasid kebijakan
input domestik (lahan, tenaga kerja, dan alat pertanian k e d ) menunjukkan bahwa
pemerintah masii melindungi produsen faktor domes&,-hal ini ditunjukkan dengan
terjadiiya transfer pendapatan dari petani kepada produsen faktor domestik pada

seluruh wilayah pengamatan.

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang bequdul :
DAMPAK
KEBIJAKAN
PEMERINTAH
TERHADAP
PROFITABILITAS
DAN DAYASAING KOPI ROBUSTA
INDONESIA

adalah benar mempakan hasil k q a saya sendiri dan belum pernah
dipublikasikan.

Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah

dinyatakan secara jeias dan dapat diperiksa kebenarannya.


NRP. 990401EPN

DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP
PROFITABILITAS DAN DAYASAING
KOPI ROBUSTA INDONESIA

LISA CHANDRASARI DESIANTI

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pads
Program Studi llmu Ekonomi Pertanian

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002

Judul Tesis


: Dampak Kebijakan Pemerintah terhadap

Profitabilitas dan Dayasaing Kopi Robusta
Indonesia
Nama Mahasiswa

: Lisa Chandrasari Desianti

Nomor Pokok

: 99040

Program Studi

: Ilmu Ekonomi Pertanian

Menyetujui,

&


Pr .Dr.

1. Komisi Pembimbing

.Kunt'oro

Dr. Ir. Sri Hartovo. MS
Anggota

Mengetahui,
2. Ketua Program Studi
Ilmu Ekonomi Pertanian

A'@
- &==-Dr. Ir. Bonar M. Sinaga. MA
Tanggal Lulus : 11Februari 2002

0 3 J U N 2002

Penulis dilahirkan pada tanggal 27 Desember 1970 di Jakarta, sebagai

putri ketiga dari Bapak H. Hidayat Muchtar, SH dan Ibu Hj. Siti Sundari.
Penulis menyelesaikan pendidiian di Sekolah Menengah Atas Negeri 60
Jakarta dan diterima pada Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas
Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jdur PMDK dan
memperoleh gelar Sajana pada tahun 1993.
Pada tahun 1995 penulis diterima sebagai staf operasional PT. Bank Nusa
Intemasional, Jakarta. Selanjutnya, tahun 1996 penulis menikah dengan Dr. Ir.
Marimin, MSc dan telah dikaruniai seorang putra bemama Sugoi Marsaputra
Karsodimejo.
Pada tahun 1999 penulis melanjutkan studi pada Program Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor, Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian atas biaya
sendiri.

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karma hanya dengan
rahmat dan ridhoNya penelitian dengan judul "Dampak Kebijakan Pemerintah
terhadap Profitabilitas dan Dayasaing Kopi Indonesia (Kasus Perkebunan
Rakyat)", dapat terselesaikan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1.

Prof. Dr. Ir. Kuntjoro selaku ketua komisi pembimbing, dan Dr. Ir .Sri
Hartoyo, MS, selaku anggota komisi pembimbiig atas segala bimbimgan
dan saran selama penyusunan penelitian ini.

2.

Ir. Bambang, M.Sc. dari Bagian Perencanaan Diektorat Jenderal

Perkebunan, Departemen Pertanian, Jakarta yang telah memberikan waktu
dan pikiran dalam membantu terse1esaikannya tesis ini.
3.

Dra. Mami dan seluruh staf Bagian Statistik Diektorat Jenderal
Perkebunan, Departemen Pertanian, Jakarta atas segala waktu dan
informasi yang sangat dibutuhkan dalam penyusunan tesis ini.

4.


Ir. EN Suhaeni Subekti dan Sulistyawati dari Direktorat Jenderal
Perdagangan Dalam Negeri, Departemen Perindustrian dan Perdagangan,
Jakarta atas segala waktu dan infonnasi yang dibutuhkan dalam
penyusunan tesis ini.

5.

Noer Majid, SH dm seiuruh staf Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia atas
segala waktu dan infonnasi tentang perkembangan dunia perdagangan
kopi nasional dan internasional.

6.

Duektur Program Pascasajana, Ketua Program Studi Ilmu Ekonomi
Pertanian, dan seluruh staf Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

7.

Ayahanda, ibunda, dan suami tercinta atas segala bantuan dan dukungan
yang diberikan sejak awal perkuliahan ini hingga tugas akhir penelitian ini
terselesaikan.

8.

Teman-ternan dari program Studi Ilmu Ekonomi Petanian 1999 atas segala
kekompakan dan kejasamanya dalam studi dan dorongan kepada penulis.

9.

Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya studi, penelitian dan
penulisan t&s ini.

Akhimya, penulis menyadari bahwa penelitian ini masih memiliki
keterbatasan dan kekurangan. Namun demikian, diharapkan tulisan ini dapat
bermanfaat bagi perkembangan dunia pendidiian dan ilmu pengetahuan,
khususnya dalam perkembangan ilmu ekonomi pertanian di Indonesia.

Bogor, Mei 2002
Lisa Char~drasariDesianti

Halaman

DAFLAR GAMBAR....................................................... xii
DAFLAR LAMPIRAN..................................................... xv

.

I

PENDAHULUAN...........................................................

1

1.1. Latar Belakang ...........................................................

1

1.2. Perumusan Masalah.....................................................

2

1.3. Tujuan Penehtm........................................................

6

1.4. Ruang Ligkup Penelitian..............................................

..
1.5. Kegunaan Penehtlan.....................................................

6

KERANGKA PEMXIRAN ..............................................

8

2.1. Pendeltatan Teoritis......................................................

8

..

.

I1

7

2.1.1. Konsep Dayasaing...............................................

8

2.1.2. Teori Kebijakan Harga dan Perdagangan ....................

16

2.1.3. Teori Matriks Kebijakan........................................ 25

..

2.2. Tinjauan Emplm .........................................................

32

2.3. Kerangka Perr&iiran Konseptual....................................... 34

m.

METODOLOGI PENELITIAN .......................................... 39

3.1. Waktu clan Sumber Data Penelitian.................................... 39
3.2. Metode Pengofahan dan Analisis Data ................................

40

3.2.1. Analisis Kebijakan............................................... 40
3.2.2. Simulasi Kebijakan.............................................. 56

IV. PROFIL KOPI INDONESIA.............................................

58

4.1. Budidaya Kopi...........................................................

58

4.2. Perdagangan Kopi Domestik ..........................................

63

4.3. Perdagangan Kopi Internasional.......................................

65

V . HASIL DAN PEMBAHASAN............................................
5.1. Analisis Profitabiitas...................................................

5.2. Analisis Dayasaing ......................................................
5.3. Analisis Kebijakan......................................................
5.3.1. Kebijakan Output ................................................
5.3.2. Kebijakan Input ..................................................
5.3.3. Kebijakan Input-Output ........................................
5.4. Analisis Kepekaan......................................................
5.4.1. WiayahI ..........................................................
5.4.2. Wilayah I1........................................................
5.4.3. Wdayah HI.......................................................
5.4.4. Wilayah IV .......................................................
5.4.5. WiayahV .......................................................

.

VI

KESIMPULAN DAN SARAN............................................
6.2. Kesimpulan...............................................................

6.3. Saran......................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................

Nomor

Halaman

1.

Perkembangan Harga Kopi di Bursa London dan New York ........

3

2.

Analisis Dampak Pajak Ekspor Terhadap Kesejahteraan
Masyarakat di Negara Eksportir dan Importir..........................

21

Analisis Dampak Kuota Ekspor Terhadap Kesejahteraan
Masyarakat di Negara Eksportir dan Importir..........................

22

4.

Komponen Input Tetap dan Input Antara...............................

41

5.

Alokasi Komponen Input Domestik dan k i n g ........................

42

6.

Pembagian Margin Per Satu Kilogram Biji Kopi ......................

43

3.

Perkembangan Rata-rata Harga Pupuk di Pasar Intemasional..

Perkembangan Nilai Tukar. T i a t Upah, Harga Pupuk.
dan Harga Kopi ......................................................
Persyaratan Lahan Untuk Tanaman Kopi ...........................
Perkembangan Luas Areal dan Produksi Tanaman Kopi Menurut
Jenis Pengusahaannya......................................................
Kontribusi Wilayah Terhadap Produksi Kopi Nasional
Tahun 2000........................................................
Kontrbusi Wilayah Terhadap Total Ekspor Kopi Nasional
Tahun 2000..................................................................
Dosis Pemupukan Tanaman Kopi.....................................
Perkembangan Produksii Ekspor. Impor. Stok dan Konsumsi
Biji Kopi Dunia............................................................
Perkembangan Ekspor dan Impor Biji Kopi Indonesia...............
Perkembangan Harga Biji Kopi Dunia dan Domestik .................
Perkembangan Harga Biji Kopi Robusta di Daerah Sentra Kopi ....

Ketentuan Retensi Kopi Dunia..........................................
Harga Privat dan Harga Sosial Komponen Input-Output
Perkebunan Kopi Rakyat ...............................................
Keuntungan Privat dan Keuntungan Sosial Petani Kopi ..........
Nilai Koefisien Keunggulan Kompetitif dan Keunggulan
Komparatif..................................................................
Program Ekspor Kopi Indonesia..........................................
Ndai Indiiator Kebijakan Dalarn Matrik PAM .........................
Hasid Siulasi Wilayah I ...................................................
Persentase Komponen Biaya Produksi di Wilayah I ...................
Hail Simulasi Wdayah II..................................................
Persentase Komponen Biaya Produksi di Wdayah II..................
Hasil Siulasi Wilayah III............................................
Persentase Komponen Biiya Produksi di Wdayah III................
Hasid Siulasi Wilayah IV................................................
Persentase Komponen Biaya Produksi di Wdayah N ................
Hasil Simulasi W~layahV .................................................
Persentase Komponen Biaya Produksi di Wdayah V ..................

Nomor

Halaman

1.

Dampak Pajak dan Subsidi Input Tradable Terhadap Output........

17

2.

Dampak Pajak dan Subsidi Input Non Tradable Terhadap Output..

18

3.

Dampak Pajak Ekspor Terhadap Keseimbangan Pasar ................

20

4.

Dampak Kuota Ekspor Terhadap Keseimbangan Pasar ...............

21

5.

Harga Pasar Faktor Produksi Lahan.......................................

31

6.

Kerangka Pemikiran Analisis Profitabilitas dan Dayasaing Kopi ...

36

7.

Bagan Saluran Tataniaga Biji Kopi ......................................

64

Nomor
1.

Halaman

Perkembangan Luas Areal dan Produksi Kopi Robusta
di Seluruh Propinsi Indonesia............................................

108

2.

Realisasi Ekspor Kopi Indonesia Menurut Negara Tujuan Ekspor..

109

3.

Rekapitulasi Harga Biji Kopi Robusta Asalan Dalam Negeri
Rata-rata Per Bulan tahun 2000...........................................

110

Standart Convertion Factor dan Shadow Exchange Rate Tahun
1991-2000 .................................................................

111

Standar Fisisk Kebutuhan Input Perkebunan Kopi Rakyat
Per Hektar....................................................................

112

Alokasi Biaya ke Dalam Komponen Asing dan Domestik
di Wiayah I ..................................................................

114

7.

Analisis Finansial Perkebunan Kopi Rakyat di Wiayah I .............

117

8.

Analisis Ekonomi Perkebunan Kopi Rakyat di Wiayah I .............

118

9.

Matrik Kebijakan Wiayah I ..............................................

119

10.

Alokasi Biaya ke Dalam Komponen Asiig dan Domestik
di Wilayah I1................................................................

120

1 1.

Analisis Fiansial Perkebunan Kopi Rakyat di Wilayah I1............

123

12.

Analisis Ekonomi Perkebunan Kopi Rakjat di Wilayah I1...........

124

13.

Matrik Kebijakan Wilayah ..............................................

125

14.

Alokasi Biaya ke Dalam Komponen Asing dan Domestik
di Wilayah 111................................................................

126

15.

Analisis F i s i a l Perkebunan Kopi Rakyat di Wilayah 111..........

129

16.

Analisis Ekonomi Perkebunan Kopi Rakyat di Wilayah III ..........

130

17.

Matrik Kebijakan Wilayah III.............................................

131

4.
5.
6.

xiv

Alokasi Biaya ke Dalam Komponen Asig dan Domestik
di Wiayah IV...............................................................
Analisis F i i a l Perkebunan Kopi Rakyat di Wilayah IV..........
Analisis Ekonomi Perkebunan Kopi Rakyat di Wiayah IV ..........
Matrik Kebijakan Wilayah IV ..............
Alokasi Biaya ke Dalam ~ o m ~ o n Asing
e n dan Domestik
di Wiayah V ................................................................
Analisis Fiansial Perkebunan Kopi Rakyat di Wilayah V .
Analisis Ekonomi Perkebunan Kopi Rakyat di Wiayah V ...........
Matrik Kebijakan Wiayah V .............................................

I. PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang

Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang layak untuk
dikembangkan dalam rangka memulihkan kembali perekonomian Indonesia. Hal
ini terbukti dengan meningkatnya volume ekspor sektor pertanian, khususnya
subsektor perkebunan di masa krisis moneter. Perkembangan ekspor beberapa
komoditi perkebunan selama lima tahun terakhir (1995-2000)

rata-rata

nienunjukkan peningkatan yang cukup besar, seperti kelapa sawit 27.97 persen
per tahun; wklat 17.96 persen per tahun; kayu manis 17.94 persen per tahun;
kopi 14.61 persen per tahun; clan teh 10.00 persen per tahun Wperindag, 2000).
Hal ini menunjukkan bahwa mengmtnya nilai tukar USD terhadap rupiah justru
dapat memicu peningkatan ekspor sektor pertanian karena memilki kandungan
lokal yang tinggi.

Selain itu, usaha di sektor pertanian dapat memecahkan

masalah-masalah nasional, seperti penyediaan pangan, penyediaan bahan baku
industri, peningkatan penerimaan devisa, peningkatan pendapatan petani, dan
penyerapan tenaga keja.
Salah satu komodoti unggulan ekspor sektor pertanian Indonesia sejak
Pelita I adalah kopi. Perkembangan ekspor kopi mencapai puncaknya pada tahun
1990 sebesar 421 833 ton (Ditjen Perkebunan, 2000). Indonesia sebagai negara

penghasil kopi terbesar keempat setelah Brazil, Columbia dan Xetnam memiliki
dua varietas utama tanaman kopi, yaitu robusta dan arabika. Kopi robusta
merupakan varietas yang terbesar dalam ekspor kopi Indonesia, y h sekitar 80
hingga 90 persen dari total ekspor. Walaupun kopi robusta tidak beraroma dan

mutu serta harganya rendah, namun produksinya tinggi karena resiko pe.nanaman
yang kecil. Sebaliiya, kopi arabika memiliki aroma lebii baik, sehmgga mutu
dan harganya lebih tinggi.
Daerah penghad

kopi terbesar di Indonesia adalah Sumatera Selatan

dengan luas areal 259 860 Ha dan produksi tahun 2 000 sebesar 137 165 ton.
Daerah potensial lainnya adalah Lampung dengan l w areal 131 541 Ha dan
produksi 79 152 ton; Jawa T i u r , luas areal 82 816 Ha dan produksi 39 427 ton;
Bengkulu, 90 180 Ha dan produksi 45 773 ton; Sumatera utara, 62 530 Ha dan
produksi 34 042 ton; dan Sulawesi Selatan, 45 017 Ha dan produksi 45 773 ton.
Sedangkan total produksi nasional tahun 2 000 adalah 461 177 ton dari total luas
areal perkebunan kopi 1 016 800 Ha @itjen Perkebunan, 2000).
Total ekspor kopi Indonesia tahun 2000 adalah sebesar 345.60 ribu ton
atau senilai US$ 339.90 juta, dengan negara tujuan utama ekspor adalah Jepang,
Jerman dan Amerika Serikat.

Sementara negara-negara lain pengimpor kopi

Indonesia adalah Belanda, Sigapura, Belgia, Inggris, Italia, Maroko dan Aljazair
(BPS, 2001). Ekspor komoditi kopi Indonesia umumnya dalam bentuk biji kopi
atau kopi beras (coffee beens) dan biji kopi matang (sangmi).
1.2.

Perurnusan Masalah
Perkembangan harga kopi di bursa London selama tahun 2000 terus

mengalami penurunan, rata-rata 1 persen per bulan. Bahkan harga kopi telah
mencapai titik terendah selama 7 tahun terakhir, yaitu US$ 0.36 per pon untuk
kopi robusta dan US$ 0.80 per pon untuk kopi a r a b i i (Depperindag, 2000).
Merosotnya harga kopi tersebut disebabkan karena terjadinya over supply (rata-

rata konsurnsi kopi dunia per tahun 100 juta bags, sernentara jumlah suplai dunia
mencapai 115 juta bags).

Selain itu, n e b Vietnam rnelakukan pelepasan

produksi kopi secara besar-besaran pada tahun lalu dalam rangka mempersiapkan
d i i y a untuk rnematuhi program retensi kopi yang diatur oleh ACPC.
Sebelumnya, harga kopi di pasar internasional pernah mencapai titik tertinggi
pada tahun 199411995 untuk kedua jenis kopi, robusta dan arabika, yaitu Ifi US$
145.41 sen per pon. Hal tersebut terjadi karena suplai dari negara Brazil menurun

drastis akibat terjadinya#ost. Berikut ini adalah perkernbangan harga kopi dunia
di bursa London, sebagai pusat pasar kopi robusta dan New York sebagai pusat
pasar kopi Arabika.
Tabel 1. Perkembangan Harga Kopi di Bursa Landon dan New York
Tahun
1998
1999
2000 : - TIWI

- TIWI1
-TrwTII

Bursa London
(US$b)
1 757
1 458
1 174
913
825

Bursa New York
(US$ d b
128.91
103.96
108.72
93.52
84.63

)

Indikator ICO
(US$ d b
108.95
85.72
77.26
69.53
62.86

)

Surnber : AEKI, 2001

Untuk mernpertahankan harga jud kopi di pasar dunia, Indonesia bersarnasama dengan negara-negara eksportir dan irnportir kopi d u ~ amembentuk
organisasi perkopian dunia, International Coffee Organization (KO) dan asosiasi
negara-negara produsen kopi d d a , Association of Coffee Producing Countries
(ACPC). Salah satu kerjasama ACPC tertuang dalam bentuk International Coffee

Agreement (ICA). Kesepakatan ini berupa export controls bagi negara-negara
produsen kopi, berupa kuota ekspor. Namun ternyata sistern ini kurang berhasil
dalarn menjaga kestabilan harga kopi dunia, sehingga kesepakatan iN kemudian

dihapuskan pada tahun 1980. Pada masa pencabutan ekspor tersebut, ekspor
Indonesia meningkat 3- 200 000 ton. Narnun akibat jangka panjangnya harga
kopi dunia menurun drastis, sehingga ICO kembali menerapkan kuota ekspor
hingga tahun 1990.
Selanjutnya, ACPC memberlwan sistern rdensi dan program ekspor
kopi bagi negara-negara produsen kopi. Program retensi (penahanan ekspor) ini
diberlakukan berdasarkan perkembangan harga kopi di pasar dunia. Akibatnya,
eksportir harus menanggung biaya tambahan penyimpanan kopi yang lebih besar.
Sehingga tidak semua negara produsen kopi bersedia mematuhi program retensi
tersebut.

Diantaranya, Indonesia, India dan Vietnam.

Namun karena

perkembangan harga kopi yang terus merosot, akhimya Vietnam dan Indonesia
bersedia mendukung program tersebut pada pertengahan tahun 2000. Namun
sistem ini tetap sulit dijalankan karena tidak adanya sanksi atau reward bagi
negara anggota, serta tidak adanya kontrol dati ACPC dalam pelaksanaan program
tersebut (AEKI, 2001).
Sesuai dengan perkembangan kesepakatan antara negara-negara produsen
kopi dunia diatas, maka pemerintah Indonesia juga

telah merevisi beberapa

kebijakan dibidang perdagangan ekspor kopi, yaitu Surat Keputusan Menteri
Perindustrian dan Perdagangan No. 29/MPP/Kep/I/1999 tentang ketentuan ekspor
kopi dan Surat Keputusan Dijen Perdagangan Luar Negeri No. 265/Kpm/89 jo
695Daglu/Kp/IV/89 tentang penyempurnaan ketentuan ekspor kopi, serta Surat
Keputusan Dijen Perdagangan Luar Negeri No. 140/Daglu/Kp/ 1990 tentang
pencabutan pengulcuhan pembentukan kelompok eksporir terpemasaran bersama (marketinggroup) eksportir kopi.

dan badan

Sementara, besarnya tarif pajak ekspor kopi secara khusus juga telah
dihapuskan, clan sejak tahun 1995 tarif impor biji kopi telah ditunrnkan secara
bertahap. Diharapkan pada tahun 2004 tarif impor biji kopi telah turun menjadi
40 persen. Hal ini sesuai dengan perkembangan liberalisasi perdagangan dunia,

dirnana terdapat komitmen dasar yang mendorong liberalisasi tersebut, yaitu
upaya untuk mengurangi berbagai distorsi pasar yang bersumber dari kebijakan
negara produsen maupun konsumen.
Berbagai Kebijakan perdagangan ekspor kopi diatas, secara langsung
ataupun tidak langsung akan mernpengamhi produktivitas kopi dalam negeri.
Terutama perkembangan harga yang terjadi di pasar dunia, secara tidak langsung

akan berpengaruh bagi penerimaan petani kopi. Mengingat lebih dari 90 persen
perdagangan ekspor kopi Indonesia diproduksi dari hasii perkebunan rakyat, dan
lebih dari 75 persen total produksi kopi Indonesia digunakan untuk perdagangan
ekspor (Ditjen Perkebunan, 2000). Sehingga berdasarkan fknomena diatas, dapat
dirumuskan permasatahan kopi Indonesia sebagai berilcut :
1.

Bagaimana darnpak dari kebijakan perdagangan kopi terhadap penerimaan
petani kopi Indonesia, mengingat lebih dari 90 persen suplai ekspor kopi
Indonesia dipenuhi dari hasil perkebunan kopi rakyat ?

2.

Bagaimana keunggulan komparatif kopi Indonesia dalam berproduksi
dibandingkan jika Indonesia rnengimpor biji kopi dari luar negeri ?

3.

Bagaimana keunggulan kompetitif biji kopi Indonesia setelah ciiintervensi
oleh kebijakan pemerintah ?

Dukungan pemerintah dalam mengatur sistem produksi dan perdagangan
kopi Indonesia sangat diperlukan. Sehingga evaluasi kembali terhadap kebijakan
perdagangan dan pertanian yang telah berlangsung selama ini diperlukan. Untuk
melihat sejauh mana keberhasilan

kebijakan tersebut dalam mendukung

perdagangan ekspor kopi dan peningkatan pendapatan petani kopi.
1.3

Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan permasalahan diatas, maka tujuan utarna penelitian
ini adalah untuk mengkaji dampak kebijakan pernerintah terhadap profitabilitas

dan dayasaing kopi robusta Indonesia. Sedangkan untuk memperoleh jawaban
tersebut, maka secara khusus penelitian ini bertujuan untuk :
1.

Menganalisis profitabiitas petani kopi secara finansial dan ekonomi.

2.

Mengkaji dayasaing kopi Indonesia melalui analisis keunggulan
komparatif dan keunggulan kompetitif

3.

Mengkaji dampak kebijakan pemerintah dengan melakukan sirnulasi
kebijakan harga input dan output.

1.4.

Ruang Lingkup Penelitian

Sesuai tujuan penelitian diatas, maka ruang lingkup penelitian ini adalah :
1.

Analisis &lakukan berdasarkan data sekunder tingkat nasional, dengan
membagi Indonesia menjadi lima wilayah pengamatan (diluar Maluku dan
Irian Jaya).

2.

Jenis komoditi kopi yang dianalisa adalah kopi robusta dari perkebunan
rakyat dengan asumsi luas areal 1 Ha. Karena lebih dari 80 persen ekspor

kopi Indonesia adalah dari jenis kopi robusta dan lebih dari 90 persen
produksi kopi dihasilkan dari perkebunan rakyat. Sedangkan rata-rata
kepernilikan lahan petani kopi di Indonesia kurang dari 1 Ha.
3.

Harga input-output yang digunakan dalam analisis finansial dan ekonomi

adalah harga-harga untuk orientasi pasar promosi ekspor.
1.5.

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermadaat bagi :
1. .

Pemerintah, sebagai bahan pertirnbangan dan sumber informasi dalam
merencanakan strategi pengembangan produksi dan ekspor kopi Indonesia
secara terpadu.

2.

Investor dan pelaku bisnis,

sebagai bahan pertimbangan bagi

pengembangan usaha dan investasi di bidang pertanian.
3.

Kalangan akademis dan peneliti, sebagai sumber inspirasi dan bahan
referensi bagi penelitian kopi selanjutnya.

II. KERANGKA PEMIKIRAN

2.1.

Pendekatan Teoritis
Kerangka pemikiran dibangun dengan mendekatkan permasalahan dan

tujuan penelitian dengan teori-teori yang relevan dan penelitian empiris yang telah
dilakukan oleh peneliti sebelurnnya.

Dasar-dasar teori ekonomi yang sesuai

dengan tujuan penelitian ini adalah ( 1 ) teori dayasaing, dan (2) teori kebijakan
harga dan perdagangan.
2.1.1. Konsep Dayasaing
Teori dayasaing berasal dari teori keunggulan suatu produk yang pertama

kali dikcmukakan oleh Adam Smith yang berjudul "Absolute Advantage". Teori
ini menjelaskan bahwa setiap negara akan memperoleh manfaat perdagangan
internasional (gain from trade) karena melakukan spesialisasi dalam produksi dan
mengekspor barang tersebut jika negara itu merniliki keunggulan mutlak (absolute
advantage), serta mengimpor barang jika negara tersebut tidak memiliki

keunggulan mutlak (absolute advatage) (Heller, 1973).
Namun dalam perkembangan selanjutnya teori ini mendapat kritik dari
David Ricardo dengan teori "Comparative Advantage". Teori Ricardo didasarkan
pada nilai tenaga kerja (theory of labor value) yang menyatakan bahwa nilai atau
harga suatu produk ditentukan oleh jurnlah waktu atau jam keja yang diperlukan
untuk memproduksinya.

Maka suatu negara cenderung akan mengekspor

komoditi yang memiliki keunggulan relatifl yaitu secara relatif biaya produksi
lebih rendah dari pada negara lain (Heller, 1973). Teori inilah yang kemudian

menjadi dasar penilaian bagi daya saing suatu produk.

Sehingga dengan

sendiiya suatu negara akan memperoleh manfaat dari perdagangan internasional
jika negara tersebut melakukan spesialisasi produksi. Teori Ricardo selanjutnya
dikembangkan oleh

Heckscher-Ohlin yang melibatkan lebih dari satu faktor

produksi dalam menentukan keunggulan komperatif
Konsep keunggulan kompetitif (competitiveness advantage) pertama kali
dikembangkan oleh Porter (1980) yang menyatakan bahwa sebenarnya
keunggulan perdagangan antara negara dengan negara lain dalam perdagangan
internasional untuk produk-produk tertentu adalah tidak ada. Oleh karenanya
keunggulan kompetitif dapat dicapai dan dipertahankan dalam subsektor tertentu
di dalam suatu negara dengan meningkatkan produktivitas penggunaan
sumberdaya-sumberdaya yang ada. Hal ini disebabkan karena konsep keunggulan
komparatif hanya dapat diterapkan dalarn pasar persaingan sempurna baik untuk
pasar input maupun pasar output. Hal ini sulit ditemukan dalam kondisi realitas
saat ini, dimana distorsi pasar tidak ada sama sekaSi.
Sehingga pada perkembangan selanjutnya Asian Development Bank ( 1 990)
menyatakan bahwa suatu negara dapat bersaing di pasar internasional jika negara
tersebut mempunyai keunggulan kompetitif cialam menghasilkan produksinya.
Dengan demikian keunggulan kompetitif mulai digunakan sebagai alat ukur
kelayakan suatu aktivitas berdasarkan keuntungan privat (private profitability)
yang dihitung atas harga pasar dan nilai uang resmi yang berlaku.
Maka dalam menilai dayasaing suatu komoditi dapat digunakan kedua
pendekatan diatas.

Dengan masing-masing penerapan yang berbeda, yaitu

keunggulan komparatif digunakan untuk analisis ekonomi berdasarkan harga

bayangan (shadow price) yang menunjukkan nilai faktor-faktor intput dan output
pada kondisi pasar persaingan sempurna, h g l c a n keunggulan kompetitif
digunakan untuk analisis fmansial berdasarkan harga-harga pasar dari faktor input
dan output pada kondisi pasar terdistorsi.
Terdapat tiga kriteria dalarn menganalisis keunggulan komparatif, yaitu :
1.

Net SocialProfitability (NSP) : keuntungan bersih sosial

2.

Domestic Resource Cost @RC) : biaya sumberdaya domestik

3.

Social Maginal Pruductivity of Capital (SMP) : produktivitas mar@
.

sosial kapital.
Ketiga kriteria tersebut hanya dapat dilakukan untuk barang yang bersifat

tradable g d , yaitu komoditi yang merupakan komoditi ekspor atau substitusi
irnpor. Dari ketiga kriteria tersebut akan memberikan hasii atau indikasi yang

sama.

Artinya jika dari kriteria NSP menunjukkan komoditi yang diteliti

memiliki keunggulan komparatif, maka demikian juga hasii perhitungan dengan
DRC atau SMP (Pearson, 1976).

Menurut Gittinger (1986), analisis keunggulan kornparatif dan kompetitif
dengan menggunakan metode DRC sangat d i p e n g d oleh besarnya penerimaan
dan biaya.

Sementara penerimaan dan biaya dapat berubah akibat adanya

kebijakan pemerintah, sehingga kondisi yang ada menjadi h a n g h a t . Untuk
menelaah kembaii hasil dari suatu analisis jika terjadi perubahan harga rnaka perlu
dilakukan analisis kepekaan (sensitivity analysis). Dalam beberapa penelitian
tentang dayasaing, analisis kepekaan digunakan sebagai sirnulasi kebijakan
pemerintah terhadap perubahan harga input-output. Sehingga dapat diketahui
apakah perubahan yang ada semakin memberikan keungguh atau sebaliknya.

1.

Net Social Profitability (NSP)
Keuntungan bersih sosial didefinisii sebagai keuntungan bersih pada

suatu aktivitas ketika seluruh output dan input dievaluasi kedalam biaya sosial
(social opportunity cost) dengan mernperhitungkan efek eksternal yang terjadi
(Pearson, 1976). Secara matematis NSP dinyatakan sebagai berikut :

dimana :
yang d i h a s i i oleh aktivitas ke-j

aij
Pi

= output ke-i

fsj

= faktor produksi total ke-s pada aktivitas ke-j

Ej
Vs

= efek external pada aktivitas ke-j

= nilai output ke-i

(dalam shadowprice (Rp))

= harga bayangan faktor input ke-s

Faktor produksi total (fs) terdii dari faktor input domestik dan faktor input
impor. Sedangkan faktor input domestik terdiri dari tanah, air, tenaga kerja,
bahan bakar dan pupuk. Untuk negara berkembang biasanya bahan bakar dan
pupuk tidak seratus persen merupakan faktor input domestik (Pearson, 1976).
Sehingga perumusan NSP yang memasukan faktor input impor adalah
sebagai berikut :

dimana :

Uj

= total penerimaan dari output (US$)

Mj

= total input impor (US$)

rj

= repatriate cost atau upah tenaga kerja asing (US$)

Vser

= shadow exchange rate &/US$)

2.

Domestic Resources Cost (DRC)
Menrpakan salah satu kriteria investasi yang digunakan untuk menentukan

berapa banyak sumber daya domestik yang harus dihabiskan dalam produksi suatu
barang/jasa bia barang tersebut diekspor sehingga menghasilkan satu unit devisa
atau bila dijual di dalam negeri sebagai subsitusi impor sehingga dapat
menghemat satu unit devisa. Biaya sumberdaya domestik digunakan melihat :
1.

Apakah suatu aktivitas ekonomi yang menggunakan sumberdaya domestik
mempunyai keunggulan komparatif dan kompetitif atau keduanya.

2.

Apakah aktivitas ekonomi tersebut efisien secara ekonomi dalam
pemanfaatan sumberdaya domestik untuk menghemat satu satuan devisa.

Dasar penentuan kriteria inveatasi DRC bertitik tolak pada prinsip efisien
tidaknya produksi suatu komoditi yang tergantung pada daya saingnya di pasar
internasional. Artinya, apakah biaya produksi, yang terdiri dari pemakaian sumber
domestik cukup rendah, sehingga harga jualnya dalam rupiah tidak melebihi
tingkat border price (Pearson and Meyer, 1974).

Secara matematis DRC

dirumush sebagai berikut :

DRCj =

Cfj.Vs + Ej
(u-mj-rj)

dimana :
DRCj = Biaya sumberdaya domestik untuk aktivitas ke-j
Fsj

= Faktor-faktor

produksi ke-s yang langsung digunakan dalam

aktivitas ke-j
Vs

= Harga bayangan tiap

Ej

= Efek ekstemalitas dari aktivitas ke-j

satuan faktor-faktor produksi (dalam Rp)
(bertanda (-) 1 (+))

Vj

= Nilai total output dari aktivitas ke-j

pada nilai harga pasar dunia

(dalarn US$)
mj

= Niai total input antara yang diirnpor baik langsung maupun tidak

langsung yang digunakan dalam aktivitas ke-j ( dalam US$)
11

= Nilai total penerimaan pemilii input luar negeri yang digunakan

dalam aktivitas ke-j, baik langsung maupun tidak langsung
(dalam US$)
Karena sulit menilai besarnya eksternalitas, umumnya dalam penelitianpenelitian diasumsikan bahwa eksternalitas (+) dan (-) saling meniadakan atau
sama dengan nol. Sehingga perhitungan DRC menjadi :
Biaya Domestik (dalam Rp)
----

(Nisi Output (dalam US$))- ( Nilai Input Impor (dalam US$))

Untuk melihat keunggulan komparatif, nilai DRC dibandiigkan dengan
harga bayangan nilai tukar uang (VSER),maka :
KDRC

= DRC

......... ......... .. . ......... . .. ... . .. . . .......... . ........(4)

Vser
dimana :
KDRC

= Koefisien DRC untuk indiitor keunggulan komparatif

VSER

= Harga bayangan

nilai tukar uang (shadow exchange rate)

Sehingga :
1.

Jika nilai KDRC < 1, maka aktivitas ekonomi mempunyai keunggulan
komperatif. Artiiya, investasi tersebut efisien dalam pemanfaatan
sumberdaya domestik sehingga lebih untung memproduksi komoditi
tersebut dibanding impor.

2.

Jika KDRC > 1, maka aktivitas ekonomi tidak mempunyai keunggulan
komparatif

Artinya, aktivitas ekonomi tidak efisien sehingga lebih

untung impor komoditi tersebut dibandingkan memproduksi sendiri.
3.

Jika KDRC = 1, maka aktivitas ekonomi tersebut netral. Artinya, aktivitas
ekonomi dalam keuntungan normal.

4.

Semakin kecil KDRC

semakin efisien aktivitas tersebut dalam

p d a a t a n sumberdaya domestik.
Asumsi-asumsi yang diperlukan dalam DRC adalah sebagai berikut :
1.

Output yang dianalisis hams bersifat tradable (dapat diperdagangkan).

2.

Harga bayangan output dan input dapat dihitung dan mewakili biaya
imbangan sosial yang sesungguhnya.

3.

Biaya produksi dan tambahan satu satuan output ditentukan oleh hubungan
intput-output yang konstan dan harga faktor produksi relatif tetap.
Rumus DRC diatas dapat digunakan untuk menghitung keunggulan

kompetitif suatu komoditi. Keunggulan kompetitif sendiri adalah mengukur daya
saing suatu aktivitas atau komoditi berdasarkan harga pasar dan nilai tukar resmi
yang berlaku ( o m 1exchange rate = OER), sehingga disebut analisis hansial.

KDRC*

=

DRC*
Vom

................... .... . .. . . .... .... ......... ... .. ..........( 5 )

dimana :
KDRC*

= Koefisien DRC untuk indikator keunggulan kompetitif

DRC*

= DRC b e r w k a n

VOER

= Nilai tukar uang resmi(

harga pasar yang berlaku

dalarn US$)

Sehingga :
1.

Jika KDRC* < 1 = Mempunyai keunggulan kompetitif

2.

Jika KDRC* > 1 = Tidak mernpunyai keunggulan kompetitif

Maka hubungan antara kriteria DRC dengan kriteria NSP adalah :

DRC (UjMj-rj) = Z ff Vs + Ej

......................................... .(6)

Sehingga, jika DRC disubstitusi ke dalam NSP :
........................ (7)

Vser - DRC W M j - r j )

NSPj

= (Uj -Mj - rj)

NSPj

= (Yser - DRC)(uj

-Mj -rj)

.......................................... (8)

Sehingga :
1.

Jika Vser = DRC, maka NSPj = 0

2.

Jika Vser >DRC, maka NSPj > 0

3.

Jika Vser < DRC, maka NSPj< 0

3.

Social Marginal Productivity of Capital (SMP)

+ keunggulan komparatif

Nilai SMP diperoleh pada saat nilai NSP sarna dengan no1 yang
menunjukkan besarnya nilai harga bayangan dari modal (shadowprice of capital).
Secara matematis rumus SMP addah sebagai berikut :
SMPj = mi-Mi-ri)
Vser - ( C fsi Vs + Ei]
Kj. W

.................................(9)

dimana :
Kj = kapital (input barang modal (physical input capital)).
W

=

real production cost (biaya produksi).

V m = shadow price of capital
Hubungan antara kriteria SMP dengan NSP adalah sebagai berikut :

............(10)
NSPj = (SMPj - Vm) kj. W ................................... .

Sehingga :
1.

Jika SMPj = Vm, maka NSPj = 0

2.

Jiia SMPj > Vm, maka NSPj > 0

3.

Jika SMPj < Vm, maka NSPj < 0

+ keunggulan komparatif

Maka berdasarkan ketiga kriteria diatas, kondisi yang diharapkan dari hasil
perhitungan adalah : NSPj > 0, atau DRC < Vser, atau SMP > Vm
2.1.2.

Teori Kebijakan Harga dan Perdagangan
Kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan produksi suatu komoditi

domestik antaralain adalah berupa kebijakan harga dan perdagangan input-output.
Kebijakan pemerintah ini pada prinsipnya bertujuan untuk memperkuat atau
meningkatkan dayasaing suatu komoditi di pasar domestik dan internasional.
Di Indonesia, harga-harga input bagi produksi komoditi pertanian seperti
pupuk masih dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah.

Sehingga perubahan

kebijakan harga input akan mempengaruhi produksi komoditi pertanian. Menurut
Monke dan Pearson (1989), kebijakan input ini dapat dikategorikan menurut
komponen inputnya, yaitu kebijakan input tradable dan kebijakan input non
tradable. Adapun darnpak dari diberlakukannya pajak dan subsidi pada input
tradable dan non tradable terhadap output adalah seperti pada Gambar 1.
Gambar 1 (a) menunjukkan dampak pajak pada input tradable terhadap
jumlah output yang dihasilkan. Pada kondisi awal, kurva penawaran adalah S dan
tingkat harga di pasar dunia sebesar Pw, maka jumlah konsumsi domestik sebesar

Q3. Sementara jumlah penawaran domestik adalah sebesar Q1. Sehingga terjadi
excess d e d sebesar Q1-Q3 yang hams diimpor. Dengan diberlakukannya pajak

input mengakibatkan harga input meningkat dan biaya produksi naik, sehingga
harga domestik menjadi sama dengan harga dunia, Pw. Akibatnya kurva
penawaran bergeser ke kiri yang menunjukkan adanya pengurangan jumlah
penawaran produksi dalam negeri, maka jumlah penawaran menjadi Qz. Jiia
permintaan tetap, maka pen-

produksi dalam negeri mengakibatkan

meningkatnya jumlah impor, menjadi sebesar Q2-Q3. Efisiensi ekonomi yang
hilang akibat adanya pajak pada input tradable adalah sebesar luas daerah segitia
abc, yang merupakan selisih antara oppurtuniiy cost produsen atau nilai output
yang hilang (Q2-c-a-QI) dengan biaya produksi dari output (Qz-b-a-QI).

Sumber : Monke clan Pearson, 1989.

Gambar 1. Dampak Pajak dan Subsidi Input Tradable Terhadap Output
Sementara, Gambar Z (b) menunjukkan dampak subsidi pada input
tradable terhadap jumlah output yang diiilkan.

Pada kondisi awal, kurva

penawaran S pada tingkat harga dunia Pw. Jurnlah penawaran awal adalah Q1 dan

jumlah permhtaan domestik sebesar Q3. Dengan demikian jumlah yang hasus
diimpor untuk mernenuhi permintaan tersebut adalah sebesar

41-43. Jika

kemudian pemerintah memberikan subsidi pada input tradable yang digunakan
dalam proses produksi, maka biaya produksi akan b e h r a n g dan kurva penawaran

akan bergeser ke S'.

Akibatnya jika permintaan tetap sementara jumlah

penawaran meningkat, maka jumlah impor akan berkurang sebesar Q1-Q2.
Artinya jumlah yang d i i p o r sekarang menjadi sebesar Qz-Q3. Efisiensi ekonorni
yang hilang karena kebijakan subsidi tersebut adalah sebesar segitiga abc, yaitu
selisih antara opportunity cost produsen

(Q1-a-c-Qz) dengan nil& dari

peningkatan output (Ql-a-b-Q2).

Surnber : Monke dan Pearson, 1989.
Gambar 2. Dampak Pajak clan Subsidi Input N m Tradable Terhadap Output

Gambar 2 (a) menunjukkan dampak pajak input non tradable terhadap
penawaran produksi.

Pada kondisi awal, kurva penawaran S dan kurva

permintaan D berada di tingkat harga Pd dan jumlah permintaan Q1. Dengan
adanya pajak input sebesar PC-Pp mengakibatkan produksi berkurang ke titik Q2.
Sementara tingkat harga terdistorsi menjadi dua, yaitu tingkat harga di konsumen
meningkat menjadi ke titik PC dm tingkat harga di produsen menurun ke titik Pp.
Artinya sebagian pajak yang diienakan oleh pemerintah ditanggung oleh
konsumen sebesar c-b, dan sebagian lagi ditanggung oleh produsen sebesar b-d.
Efisiensi yang hilang dari produsen adalah sebesar segitiga dba dan efisiensi yang
hilang dari konsumen sebesar segitiga bca.

Efisiensi yang hilang diukur

berdasarkan selisih antara kernampuan konsumen untuk membayar (wzllzngness to

pay) (Qa-c-a-Q1) dengan biaya sumberdaya produksi unhrk nilai ouput yang
hilang (Qz-d-a-Ql).

Garnbar 2 (b) menunjukkan dampak kebijakan subsidi terhadap penawaran
produksi. Pada kondisi awal, kurva penawaran S dan kurva permintaan D berada
di tingkat harga Pd dan jumlah permintaan Q1.

Adanya subsidi input

mengakibatkan biaya produksi berkurang dan jumlah penawaran meningkat ke
titik Q2. Benefit yang dirasakan karena adanya subsidi tidak saja dirasakan oleh
produsen tetapi juga oleh konsumen.

Karena tingkat harga pada produsen

meningkat ke titik Pp dan tingkat harga pada konsumen menurun ke titik PC.
Akibatnya, total efisiensi ekonomi yang hilang adalah sebesar segitiga acd, yang
terdiri dari segitiga abc (kehilangan efisiensi pada produsen) dan segitiga abd
(kehilangan efisensi pada konsumen). Kehilangan efisiensi ini dapat diukur dari
selisih antara nilai peningkatan output pada harga awal (Q1-a-b-Q2) dengan
tambahan biaya produksi (Ql-a-c-Qz) menghasilkan kehilangan efisiensi pada
produsen (abc), dan selisih antara nilai peningkatan output pada harga awal
dengan tarribahan kernampuan konsumen untuk

membayar (Q1-ad-Q2)

menghasilkan kehilangan efisiensi pada konsumen (abd).
Sementara, kebijakan pemerintah Indonesia dalam mengatur perdagangan
biji kopi tertuang dalam SK Menteri Perindustri dan Perdagangan No. 29/MPP/
KepN1999 tentang ketentuan ekspor kopi, dan SK D i e n Perdagangan Luar
Negeri No.l40/Daglu/KpN1990 tentang pencabutan pengukuhan kelompok
eksportir t e r d a h dan badan pemasaran ekspor bersama (marketing group)

(Deprndag, 2@)0)-

Secara teoritis dampak diienakannya pajak ekspor bagi suatu komoditi
akan meningkatkan biaya ekspor, sehingga dapat mengurangi jumlah produk yang
diekspor. Disamping itu, pemberlakuan pajak ekspor a k a menyebabkan harga
yang diterima produsen domestik menjadi lebih rendah dari harga dunia sebesar
pajak yang diberlakukan.

Q

0

q d qda'

qh' q%

Negara A (Eksportir)

Q

0

Q

0

Q'e
Qe
Pasar Dunia

qSb qsb7 qdb' q&
Negara B (Importir)

Sumber :Tweeten, 1992.
Gambar 3. Dampak Pajak Ekspor Terhadap Keseimbangan Pasar
Pada Gambar 3 diatas pemberlakuan pajak ekspor sebesar t akan
menggeser kurva suplai ekspor (sE) dip-

dunia ke atas sebesar t (sE'). Jika

negara eksportir merupakan negara besar dalam perdagangan dunia, maka
pemberian pajak ekspor akan menaikkan harga dunia (dari titik Pw ke Pw').
Sementara harga yang diterima produsen domestik negara A menjadi turun (dari
titik Pw ke Pw'-t). Akibatnya produksi dalam negeri menurun. Namun turunnya
harga memberikan keuntungan bagi konsumen dalam negeri, sehingga konsumsi
domestik negara A meningkat (dari titik qd, ke qd,').

Sebaliknya yang terjadi di

negara importir (B), produksi domestik meningkat karena harga naik ke Pw',
akibatnya jumlah konsumsi menurun (dari titik qdb ke qdb').

Pada kondisi diatas, keseimbangan pasar d u ~ bergerak
a
dati K' ke K
'
.
Sehingga dampak kebijakan pajak ekspor tidak saja berpengaruh terhadap kondisi
penawaran d m permintaan, tetapi juga terhadap kesejahteraan masyarakat di
negara eksportir dan negara importir.
Tabel 2. Analisis Dampak Pajak Ekspor Terhadap Kesejahteraan
Masyarakat di Negara Eksportir dan Importir
Darnpak Pembahan
Konsumen surplus
Produsen surplus
Penerimaan pemerintah
Kesejahteraan nasional
Kesejahteraan dunia

Negara Eksportir
Negara Irnportir
-(1 + 2 + 3 + 4)
a+b
-(a+b+c+d+e)
1
d+f
-c-e+f
-(2+3+4)
-c-e-2-4

Selain pajak ekspor, dalam perdagangan ekspor kopi juga berlaku
pembatasan ekspor yang merupakan kesepakatan bersama negara-negara produsen
kopi dunia.

Pembatasan berupa kuota ekspor ini bertujuan untuk

mempertahadcan harga kopi di pasar internasional. Berikut ini adalah gambaran
dampak pemberlakukan kuota ekspor terhadap keseimbangan pasar.

Negara A Gksportir)

Pasar Dunia

Negara B (Importir)

Surnber :Tweeten, 1992.

Gambar 4. Dampak Kuota Ekspor Terhadap Keseirnbangan Pasar

Pada garnbar 4, negara eksportir (A) diasumsikan sebagai negara besar,
rnaka kuota ekspor yang berlaku di negara A akan menggeser keseirnbangan pasar
K' ke K', karena adanya pembatasan ekspor sebesar 0 - K ~ . Sehingga kurva
penawran ekspor A akan membentuk garis vertikal (sE ). Perpotongan kurva D~
dan

sEakan rnembentuk tingkat

harga baru, Pw'.

Sementara harga di pasar

domestik A akan turun dibawah tingkat harga yang sebelwnnya (P'). Akibatnya
permintaan menjadi meningkat, namun produksi dalam negeri menurun.

Sebaliknya, di negara importir, terjadi kenaikan harga, sehingga permintaan
menurun, sementara produksi dalam negeri meningkat. Berikut ini adalah dampak
kuota ekspor terhadap kesejahteraan masyarakat di negara eksportir dan importir :
Tabel 3. Analisis Dampak Kuota Ekspor Terhadap Kesejahteraan
Masyarakat di Negara Eksportir clan Importir
Dampak Perubahan
Konswnen surplus
Produsen surplus
Penerimaan kuota
Kesejahteraan nasional
Kesejahteraan dunia

Negara Eksportir
a+b
-(a+b+c+d+e)
c+e
-d+e
-d-2-4

Negara Irnportir
-(1 + 2 + 3 + 4)
1

-

-(2 + 3 I- 4 )

Salah satu pendekatan yang digunakan untuk mengetahui smnpai sejauh
mana kebijaican input-output yang dilakukan oleh pemerintah telah berjalan secara

efektif adalah analisis Tingkat Proteksi Efektif (TPE) (Richard, et al, 1993).
Besarnya dampak kebijakan pemerintah dapat & i t dari tingkat proteksi yang
diberikan. Adapun tingkat proteksi menurut Suprapto (1999) pada dasarnya
terdiri dari tiga macam, yaitu :
1.

Nominal Protection Rate (NPR) : tingkat proteksi nominal

2.

Implicit Tariff(1T) : tarif implisit

3.

Effective Protection Rate (EPR) :tingkat proteksi egktif

1.

Nominal Protection Rate (NPR)
Tingkat proteksi nominal merupakan ukuran untuk melihat apakah suatu

komoditi mendapat proteksi dari pemerintah atau tidak. Jika NPR bernilai lebih
dari no1 atau positif, berarti komoditi yang bersangkutan mendapat proteksi. Hal

ini menunjukkan bahwa konsumen domestik harus membeli komoditi tersebut
dengan harga yang lebii mdlal dibandingkan dengan tanpa adanya proteksi. Atau
terdapat transfer pendapatan dari konsumen kepada produsen. Secara matematis
tingkat proteksi nominal merupakan rasio antara harga produsen domestik dengan
harga