KAJIAN TEORI

V. Prinsip-prinsip perkembangan Kognitif

Perkembangan kognitif anak pada hakikatnya merupakan hasil proses asimilasi (assimilation), akomodasi (accomodation), dan ekuilibrium (aqulibrim).

1. Asimilasi dan Akomodasi Asimilasi berkaitan dengan proses penyerapan informasi baru kedalam informasi yang telah ada dalam skemata (struktur kognitif) anak. Akomodasi adalah proses menyatukan informasi baru dengan infromasi yang telah ada didalam skema sehingga perpaduan antara informasi tersebut dapat memperluas skemata anak. Sebagai contoh seorang anak yang pertama kali diberikan jeruk oleh Ibunya, ia tidak tahu kalau buah yang diberikan kepadanya itu bernama jeruk karena diberi tahu oleh Ibunya. Pada waktu itu anak telah mempunyai skemata tentang jeruk yaitu bentuknya bulat dan namanya.Setelah itu anak menggenggam jeruk dan menggigitnya. Pada saat bersamaan Ibunya mengatakan ―Sayang jeruk dikupas dulu baru dapat dimakan‖ lalu ibunya memperlihatkan bagaimana mengupas jeruk dan memberikan jeruk yang sudah dikupas itu kepada anaknya. Pada fase ini terjadi proses asimilasi yaitu proses penyerapan informasi baru kedalam informasi yang telah ada dalam skemata anak, sehingga anak memahami bahwa jeruk harus dapat dikupas dan baru dapat dimakan. Pada tahap ini telah terjadi proses akomodasi karena pengetahuan anak tentang jeruk telah diperluas, yaitu jeruk kalau dimakan harus dikupas terlebih dahulu.

2. Ekuilibrium Ekuilibrium berkaitan dengan usaha anak untuk mengatasi konflik yang terjadi pada dirinya pada waktu ia menghadapi suatu masalah. Untuk memecahkan masalah tersebut ian menyeimbangkan informasi yang baru yang berkiatan dengan masalah yang dihadapinya dengan informasi yang telah ada didalamskematanya secara dinamis. Sebagai contoh pada waktu anak diberi buah lain yang berkulit maka anak akan menyeimbangkan pengetahuannya tentang jeruk dengan cara-

cara yang harus dilakukannya agar buah tersebut dapat dimakan. 30

VI. Urgensi Perkembangan Kognitif

Pada dasarnya perkembangan kognitif dimaksudkan agar anak mampu melakukan eksplorasi terhadap dunia sekitar melaluli panca inderanya, sehingga dnegan pengetahuan yang didapatkannya tersebut anak akan dapat melangsungkan hidupnya dan menjadi manusia yang utuh sesuai dengan kodratnya sebagai makhluk Tuhan yang harus memberdayakan apa

yang ada di dunia untuk kepentingan dirinya dan orang lain. 31 Adapun proses kognisi meliputi berbagai aspek, seperti persepsi,

ingatan, pikiran, symbol, penalaran, dan pemecahan masalah. Sehubungan dengan hal ini Pieget berpendapat, bahwa pentingnya guru mengembangkan kognitif pada anak, adalah:

1. Agar anak mampu mengembangkan daya persepsinya berdasarkan apa yang dilihat, didengar dan dirasakan, sehingga anak akan memiliki pemahaman yang utuh dan komprehensif;

2. Agar anak mampu melatih ingatannya terhadap semua peristiwa dan kejadian yang pernah dialaminya;

3. Agar anak mampu mengembangkan pemikiran-pemikirannya dalam rangka menghubungkan satu peristiwa dengan peristiwa lainnya;

4. Agar anak mampu memahami symbol-simbol yang tersebar di dunia sekitarnya.

31 PLPG. Hal 8 Ahmad Susanto,PerkembanganAnakUsiaDini: PengantarDalamBerbagai Aspeknya,Jakarta:Kencana.2011. hal48)

5. Agar anak mampu melakukan penalaran-penalaran, baik yang terjadi secara alamiah (spontan), maupun melalui proses ilmiah (percobaan);

6. Agar anak mampu memecahkan persoalan hidup yang dihadapinya, sehingga pada akhirnya anak akan menjadi individu yang mampu menolong dirinya sendiri.

Menurut Sunaryo Kaartadinata, dalam jurnal ilmu pendidikan Pedagogia Vol. 1 April 2003, menyebutkan bahwa, perkembangan otak, struktur otak anak tumbuh terus setelah lahir. Sejumlah riset menunjukkan bahwa pengalaman usia dini, imajinasi yang terjadi, bahasa yang didengar, buku yang ditunjukkan, akan turt membentuk jaringan otak.

Dengan demikian, melalui pengembangan kognitif, fungsi pikir dapat digunakan dengan cepat dan tepat untuk mengatasi suatu situasi untuk

memecahkan suatu masalah. 32

VII. Klasifikasi Pengembangan Kognitif

Dengan pengetahuan pengembangan kognitif akan lebih mudah untuk orang dewasa lainnya dalam menstimulasi kemampuan kognitif anak, sehingga akan tercapai optimalisasi potensial pada masing-masing anak. Adapun tujuan pengembangan kognitif diarahkan pada pengembangan kemampuan auditory,visual, taktik, kinestetik, aritmetika, geometri, dan sains permulaan.(Susanto,Ahmad. Perkembangan Anak Usia Dini: Pengantar Dalam Berbagai Aspeknya, Jakarta:Kencana.2011.h 61) Salah satu uraian dari bidang pengembangan kemampuan yaitu Pengembangan Sains Pemulaan sebagai berikut: (Susanto,Ahmad,Perkembangan Anak Usia Dini: Pengantar Dalam Berbagai Aspeknya, Jakarta:Kencana.2011. h 63)

Kemampuan ini berhubungan dengan berbagai percobaan atau demonstrasi sebagai suatu pendekatan secara saintifik atua logis, tetapi tetap dengan mempertimabangkan tahapan berfikir anak. Adapun kemampuan yang dikembangkan, yaitu: a) mengeksplorasi berbagai benda yang ada disekitar; b) mengadakan

berbagai percobaan sederhana; c) mengomunikasikanapa yang telah diamati dan diteliti. Contoh kegiatan yang dapat dikembangkan melalui permainan, sebagai berikut: proses merebus

Ahmad Susanto,PerkembanganAnakUsiaDini: PengantarDalamBerbagai Aspeknya,Jakarta:Kencana.2011. hal48) Ahmad Susanto,PerkembanganAnakUsiaDini: PengantarDalamBerbagai Aspeknya,Jakarta:Kencana.2011. hal48)

D. Kreatifitas Sains

I. Definisi Kreativitas

Kreativitas berasal dari kata kreatif. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kreatif berarti memiliki daya cipta, memiliki kemampuan untuk menciptakan. Jadi kreativitas adalah suatu kondisi, sikap, atau keadaan yang sangat khusus sifatnya dan hampir tidak mungkin dirumuskan secara tuntas.Kreativitas dapat didefinisikan dalam beraneka ragam pernyataan tergantung siapa siapa dan bagaimana menyorotinya.Istilah kreativitas dalam kehidupan sehari-hari selalu dikaitkan dengan prestasi yang istimewa dalam menciptakan sesuatu yang baru, menemukan cara-cara pemecahan masalah yang tidak dapat ditemukan oleh kebanyakan orang, ide-ide baru, dan

melihat adanya berbagai kemungkinan. 33 Menurut Renzuli, kreatifitas adalahkemampuan umum untuk

menciptakan sesuatu yangbaru, sebagai kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah, atau sebagai kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan baru antara unsure-

unsur yang sudah ada sebelumnya. 34 Menurut Salso, kreativitas adalah aktivitas kognitif yang

menghasilkan cara pandang baru terhadap suatu masalah atau situasi. Drevdal menjelaskan kreativitas sebagai kemampuan seseorang utnuk menghasilkan komposisi, produk, aau gagasan apa saja yang pada dasarnya

baru, dan sebelumnya tidak dikenal pembuatannya. 35

33 Novan Ardy Wiyani & Barnawi. FORMAT PAUD. (2012, Hal 100) Jogjakarta : AR-RUZ MEDIA. Hal 98 34 Utami Munandar.2009.Pengembangan KreatifitasAnakberbakat. Jakarta : RinekeCipta h. 13

35 Robert C. Solso,dkk.2008.psikologiKognitifedisike-8. Jakarta : Erlangga h. 444

Seringkali kita berasumsi bahwa kebanyakan orang hanya kreatif dalam bidang tertentu saja.Kreatifitas pada beberapa orang seperti Georgia O‘Keeffe, Buckminster Fuller, Wolfgang Mozart, dan Thomas Jefersonmeruoakan sebuah manifestasi dari bakat yang besar. Sebenarnya, ada bermacam-macam kreatifitas lain dalam diri manusia, tetapi seringkali kita tidak menyadari dan tidak mengetahuinya.

Segi-segi mental orang yang kreatif menurut Julius Chandra yaitu mempunyai hasrat untuk mengubah hal-hal yang di sekelilingnya menjadi lebih baik, mempunyai kepekaan bersikap terbuka dan tanggap terhadap segala sesuatu, minat untu menggali lebih dalam dari yang tampak di permukaan, rasa ingin tahu-semangat yang tidak pernah mandekuntuk mempertanyakan, mendalam dalam berpikir- sikap yang mngarahkan untuk pemahaman yang mendalam pula, konsentrasi-mampu menekuni suatu permasalahn hingga menguasai seluruh bagiannya, siap mencoba dan melaksanakan-bersedia mencurahkan tenaga dan waktu untuk mencari dan mengembangkan, kesabaran-untuk memecahkan permasalahan dalam detailnya, optimisme-memadukan antusiasme (kegairahan) dan rasa percaya diri, dan mampu bekerja sama- sanggup berikhtiara secara produktif bersama

orang lain. 36 Menurut J.P. chaplin, kreativitas merupakan merupakan kemampuan

menghasilkan bentuk baru dalam seni, atau dalam permesinan, atau dalam memecahkan masalah-masalah dengan metode-metode baru. 37

Kreativitas ini dapat berupa kegiatan imajinatif atau sintesis pemikiran yang hasilnya bukan hanya perangkuman, mugnkin mencakup pembentukan pola-pola baru dan gabungan informasi yang diperoleh dari pengalaman sebelumnya serta pencangkokan hubungan lama ke situasi baru dan mungkin mencakup pembentukan korelasi baru.

Bentuk-bentuk kreativitas mungkin berupa produk seni, kesusastraan, produk ilmiah, atau mungkin juga bersifat procedural atau metodologis.Jadi, menurut ahli ini, kreativitas merupakan aktivitas imajinatif

36 Julius Chandra. 1994. KreativitasBagaimanaMenanam, Membangun, danMengembangkannya. Yogyakarta :Kanisius. Hal 48

37 Kartini Kartono. 2011. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta : Rajawali Pers. Hal 117 37 Kartini Kartono. 2011. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta : Rajawali Pers. Hal 117

Munandar mendefiniskan kreativitas sebagai kemampuan untuk membuat kombinasi-kombinasi baru, asosiasi baru berdasarkan bahan, informasi, data, atau elemen-elemen yang sudah ada sebelumnya menjadi hal-hal yang bermakna dan bermanfaat.Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan sesutau yang baru atau suatu kombinasi baru berdasarkan unsure-unsur yang

telah ada sebelumnya menjadi sesutau yang bermakna dan bermanfaat. 38 Kebanyakan peneliti dibidang kreativitas akan mendefinisikan

secara luas kreativitas sebagai suatu proses memproduksi sesuatu yang bernilai

(Csikszentmihalyi,1999,2000; Lubart & Mouchiroud,2003; Runco, 1997, 2000; Stenberg & Lubart, 1996). Sesuatu disini bisa memiliki banyak bentuk.Ia bisa berupa sebuah teori, sebuah tarian, sebuah zat kimia, sebuah proses atau prosedur, sebuah cerita, sebuah

dan

orisinil

simfoni ataupun yang lain. 39 Jadi, apa saja yang diperlukan untuk menciptakan sesuatau yang

orisinil dan bernilai? Seperti apakah individu-individu yang kreatif itu?Hampir setiap orang setuju kalau individu kreatif menunjukkan produktivitas krreatif.Mereka memproduksi temuan-temuan baru, temuan-

temuan penuh insight, karya-karya artistik, paradigma-paradigma revolusioner, atau produk-produk lain yang orisinil dan bernilai. Kebijaksanaan konvensional menyatakan bahwa individu —individu yang kreatif juga memiliki gaya hidup yang kreatif. Gaya hidup ini dicirikan oleh fleksibilitas, perilaku yang tidak stereotip, dan sikap-sikap yang tidak membeo.Apakah ciri-ciri yang diperhatikan oleh para Psikolog Kognitif dalam individu-individu kreatif tersebut?Jawaban bagi pertanyaan ini bergantung kepada perspektif psikolog yang Anda tanayai. Bagian bab ini menggambarkan sejumlah pendekatan yang berbeda terhadap kreativitas. Hal

38 Novan Ardy Wiyani & Barnawi. FORMAT PAUD. (2012, Hal 100) Jogjakarta : AR-RUZ MEDIA. Hal 99 39 Robert J. Stenberg. 2008. PsikologiKognitif. Yogyakarta: PustakaPelajar. Hal 398 38 Novan Ardy Wiyani & Barnawi. FORMAT PAUD. (2012, Hal 100) Jogjakarta : AR-RUZ MEDIA. Hal 99 39 Robert J. Stenberg. 2008. PsikologiKognitif. Yogyakarta: PustakaPelajar. Hal 398

berusaha memadukan ciri-ciri penddekatanlain terhadap kreativitas. 40

Dunia anak adalah dunia kreatifitas. Sebuah dunia yang membutuhkan ruang gerak, ruang berfikir, dan ruang emosional yang terbimbing dan cukup memadai, sehingga potensi dasar ini terus mengantarkan anak pada kediriannya yang akan berproses menapaki tangga kedewasaan. Kehilangan anak adalah ancaman bagi punahnya dunia kreatifitas, berarti ancaman bagi hilangnya nilai-nilai dan kreatifitas social yang genuine, murni atau alami. Sebab dunia kreatifitas juga melibatkan interaksi otak, perasaan, dan gerak terhadap sesame, sehingga mengenal otak, perasaan dan gerak masing-masing dalam bermain, dengan itu anak mengenal sesuatu yang disenangi atau yang tidak disenangi oleh teman bermainnya.

Selain tumbuh dan berkembang, anak-anak adalah pribadi yang kreatif, suka bertanya, rasa ingin tahu (curoisitas) yang tinggi, suka berimajinasi. Kalau anak bertanya tentang sesuatu, jawablah sesuai usia anak. Penjelasan yang berbelit-belit akan susah diterima anak.

Sampaikanlah dengan bahasa anak-anak, bahasa yang mudah dimengerti, sesuai kemampuan mereka dalam menerima informasi baru.Kita tidak perlu bosan dengan pertanyaannya yang berulang kali.Justru kitalah yang seharusnya memahami dunia anak dengan baik.Ciptakan suasana baik

di rumah atau di sekolah sebagai tempat untuk memancing kreatifitas anak. 41 Secara alamiah perkembangan anak berbeda-beda, baik dalam

bakat, minat, kreativitas, kematanganemosi, kepribadian, keadaan jasmani, dan sosialnya.Selain itu, setiap anak memiliki kemampuan tak terbatas dalam belajar yang inheren (telah ada) dalam dirinya untuk dapat berfikir kreatif dan produktif. Anak akan beraktifitas sesuai dengan minat dan potensi yang

41 Robert J. Stenberg. 2008. PsikologiKognitif. Yogyakarta: PustakaPelajar. Hal 398 Ahmad Susanto,PerkembanganAnakUsiaDini: PengantarDalamBerbagai Aspeknya,Jakarta:Kencana.2011. hal 9) 41 Robert J. Stenberg. 2008. PsikologiKognitif. Yogyakarta: PustakaPelajar. Hal 398 Ahmad Susanto,PerkembanganAnakUsiaDini: PengantarDalamBerbagai Aspeknya,Jakarta:Kencana.2011. hal 9)

sebelumnya. 42 Kreatifitas perlu dikembangkan sejak usia dini. Kreatifitas

merupakan kemampuan umum untuk menciptakan sesuatu yang baru, baik berupa produk atau gagasan baru yang dapat diterapkan dalam memecahkan masalah, atau sebagai kemampuan untuk melihat unsure-unsur yang sudah ada sebelumnya.Pengembangan kreatifitas sangat penting, karena dengan berkreatifitas seseorang dapat mewujudkan atau mengaktualisasikan dirinya yang merupakan kebutuhan pokok tertinggi dalam hidup manusia.

Salah satu pendekatan yang dilakukan pada anak usia dini untuk merangsang dan mengembangkan kreatifitas anak adalah dengan kegiatan bermain yang dilakukan di lingkungannya dengan menggunakan sarana, alat permainan yang edukaatif dan memanfaatkan berbagai sumber belajar dengan menggunakan media permainan flashcard, yaitu media pembelajaran dalam bentuk kartu bergambar yang di dalamnya terdapat tulisan, gambar, atau tanda pengganti bilangan yang bervariasi.

Adapun menurut Carl Rogers (1902-1987) tiga kondisi internal dari pribadi yang kreatif, yaitu: 1) keterbukaan terhadap pengalaman; 2) kemampuan untuk menilai situasi patokan pribadi seseorang (internal locus of evaluation ); 3)kemampuan untuk bereksperimen, untuk ―bermain‖ dengan konsep-konsep. Apabila seseorang memiliki ketiga cirri ini, maka kesehatan psikologis sangat baik. Orang ini diatas akan berfungsi sepenuhnya menghasilkan karya-karya kreatif, dan hidup secara kreatif. Ketiga cirri atau kondisi tersebut juga merupakan dorongan dari dalam (internal press) untuk

kreasi. 43

42 Ahmad Susanto,PerkembanganAnakUsiaDini: PengantarDalamBerbagai Aspeknya,Jakarta:Kencana.2011. hal 111)

43 Ahmad Susanto,PerkembanganAnakUsiaDini: PengantarDalamBerbagai Aspeknya,Jakarta:Kencana.2011. hal116)

II. Konsep Kreatifitas

Salah satu konsep yang amat penting dalam bidang krreativitas adalah hubungan antara krativitas dengan aktualisasi diri. Menurut psikologi humanistik seperti Abraham Maslow dan Carl Rogers, aktualisasi diri ialah apabila seseorang menggunakan semua bakat dan talentanya untuk menjadi apa yang ia mampu menjadi – mengaktualisasikan atau mewujudkan potensinya. Pribadi yang dapat mengaktualisasikan dirinya dalah seseorang yang sehat mental, dapat menerima dirinya, tumbuh, berfungsi sepenuhnya, berpikir demokratid dan sebagainya. Menurut Maslow (1968) aktualisasi diri merupakan karakteristik yang fundamental, suatu potensialitas yang ada pada semua manusia saat dilahirkan, akan tetapi sering hilang, terhambat atau terpendam dalam proses pembudanyaan.

Kreativitas aktualisasi diri adalah kekreatifan yang umum dan

“content free”. Banyak program kreativitas yang berhasil bertujuan:

a. Meningkatkan kesadaran kreativitas.

b. Memperkokoh sikap kreatif, seperti menghargai gagasan baru.

c. Mengajarkan teknik menemukan gagasan dan memecahkan masalah secara kreatif.

d. Melatih kemampuan kratif secara umum. Program seperti ini membantu siswa memahami kreativitas dan menggunakan pendekatan yang kreatif terhadap masalah-masalah pribadi,

akademis dan profesional. 44

III. Teori tentang pembentukan pribadi kreatif

Banyak sekali teori yang berusaha menjelaskan pembentukan kepribadian kreatif. Yang akan dibahas disini adalah dua madzhab, yaitu teori psikoanalisis dan teori humanistik untuk digunakan sebagai landasan perencanaan program pendidikan anak berbakat.

a. Teori Psikoanalisis Pada umumnya teori ini melihat kreativitas sebagai hasil mengatasi suatu masalah, yang biasanya mulai dimasa anak.Pribadi kreatif dipandang sebagai seseorang yang pernah mempunyai

44 UtamiMunandar. 2009. PengembanganKreativitasAnakBerbakat. Jakarta: RinekaCipta. Hal 19 44 UtamiMunandar. 2009. PengembanganKreativitasAnakBerbakat. Jakarta: RinekaCipta. Hal 19

Menurut Freud, orang hanya didorong untuk menjadi kreatif jika mereka tidak dapat memenuhi kebutuhan seksual secara langsung. Pada umur empat tahun anak mengembangkan hasrat fisik untuk orangtua dari jenis kelamin yang berbeda.Karena kebutuhan ini tidak dapat dipenuhi maka terjadi sublimasi dan awal dari imajinasi.Freud menjelaskan banyak karya seni sebagai sublimasi dari seniman. Sebagai contoh, banyaknya lukisan Leonardo Da Vinci mengenai Madonna dihasilkan dari kebutuhan seksual dengan tokoh Ibu yang disublimasi, karena ia kehilangan Ibunya pada usia muda.

Ernest Krid (1900-1957) menekankan bahwa pertahanan regresi (beralih ke perilaku sebelumnya yang akan memberi kepuasan, jika perilaku sekarang tidak berhasil atau tidak memberikan kepuasan) juga sering muncul dalam tindakan kreatif. Jika seseorang mampu untuk ―regress‖ ke kerangka berpikir atau pola perilaku seperti anak, rintangan antara alam pikiran sadar dan tidak sadar menjadi kurang, dan bahan yang tidak disadari yang sering mengandung benih kreativitas dapat menembus ke alam kesadaran. Orang-orang kreatif adalah mereka yang paling mampu memanggil bahan-bahan dari alam pikiran tidak sadar.Sebagai orangdewasa kita tidak seperti anak lagi.Orang kreatif tidak mengalami hambatan untuk bisa seperti anak dalam pikiran mereka.Mereka dapat mempertahankan sikap bermain dalam masalah- masalah serius dalam kehidupan. Dengan demikian, mereka mampu melihat masalah-masalah dengan cara yang segar dan inovatif “regress in the sevice of the ego”.

Carl Jung (1875-1961) juga percaya bahwa ketidaksadaran memainkan peranan yang amat penting dalam kreativitas tingkat tinggi. Alam pikiran yang tidak disadari dibentuk oleh masa lalu pribadi.Disamping itu, ingatan kabur dari pengalaman-pengalaman Carl Jung (1875-1961) juga percaya bahwa ketidaksadaran memainkan peranan yang amat penting dalam kreativitas tingkat tinggi. Alam pikiran yang tidak disadari dibentuk oleh masa lalu pribadi.Disamping itu, ingatan kabur dari pengalaman-pengalaman

b. Teori Humanistik Berbeda dari teori psikoanalisis, teori humanistik melihat kreativitas sebagai hasil dari kesehatan psikologis tingkat tinggi. Kreativitas dapat berkembang selama hidup dan tidak terbatas pada lima tahun pertama.

Menurut Abraham Maslow (1908-1970) pendukung utama dari teori humanistikn manusia mempunyai naluri-naluri dasar yang menjadi nyata sebagai kebutuhan.Kebutuhan ini harus dipenuhi dalam urutan tertentu. Kebutuhan primitif muncul pada saat lahir dan kebutuhan tingkat tinggi berkembang sebagai proses kematangan.

Urutan dari hierarki kebutuhan ini jelas, tidak ada yang dapat mewujudkan dirinya jika menderita karena kelaparan. Keempat kebutuhan pertama disebut kebutuhan “deficiency”, karena mungkin dapat dipuaskan sampai tidak dirasakan sebagai kebutuhan lagi. Misalnya, jika kita lapar kita dapat makan sepuasnya sehingga kebutuhan itu terpenuhi.Dua kebutuhan pada tingkat tertinggi (aktualisasi dan estetik) dise but kebutuhan ―being‖, karena jika dipupuk kebutuhan itu menjadi makin kuat, yang memperkaya keberadaan kita. Sebagai contoh, belajar memahami dan menghargai musik meningkatkan hasrat untuk belajar lebih banyak tentang musik.

Proses perwujudan diri erat kaitannya dengan krativitas. Bebas dari neurosis, orang yang mewujudkan dirinya mampu memusatkan dirinya pada yang hakiki. Mereka dapat mencapai apa yang disebut

Maslow ‗peak experience‘, saat mendapat kilasan ilham (flash of insight) yang menyebabkan kegembiraan dan ras syukur karena hidup.

Menurut Carl Rogers (1902-1987) tiga kondisi yang kreatif adalah:

a. Keterbukaan terhadap pengalaman.

b. Kemampuan untuk menilai situasi sesuai dengan patokan pribadi seseorang.

c. Kemampuan untuk bereksperimen, untuk bermain dengan konsep- konsep. 45

Setiap orang yang memiliki ketiga ciri ini kesehatan psikologisnya sangat baik.Orang ini berfungsi sepenuhnya, menghasilkan karya-karya kreatif dan hidup secara kreatif.Ketiga ciri atau kondisi tersebut juga merupakan dorongan dari dalam untuk berkreasi (internal press).

Kedua aliran teori tersebut dimuka – psikoanalisis dan humanistik amat berbeda dalam penjelasan kepribadian kreatif.sulit dan tidak perlu bersilang pendapat yang mana yang benar.Keduanya mempunyai maknanya tersendiri. Penekanan teori psikoanalisis pada alam pikiran tidak sadar dana timbulnya kreativitas sebagai kompensasi dari masa anak yang sulit, dapat menjelaskan kehidupan banyak tokoh- tokoh yang produktif. Sedangkan teori humanistik lebih menekankan pada kesehatan psikologis yang memungkinkan seseorang mengatasi masalah kehidupan.Teori ini bertitik tolak dari pandangan bahwa manusia menentukan nasibnya sendiri.Aliran humanistik melihat kreativitas sebagai lebih sadar, kognitif dan internasional daripada teori psikoanalisis.Konsep humanistik ialah bahwa kreativitas dilahirkan karena dorongan untuk mencapai kemungkinan-kemungkinan yang tertinggi dalam hidup dan bukan sebagai pertahanan terhadap neurosis.

Pemaparan teori-teori baik dari aliran psikoanalisis maupun aliran humanistik, membantu untuk memahami pembentukan ciri-ciri pribadi kreatif.

Jadi jelas, bahwa sesungguhnya tidak ada seorangpun yang tidak memiliki bakat kreatif, namun apabila tidak dipupuk atau dikembangkan maka bakat ini tidak akan berkembang secara optimal.

45 UtamiMunandar. 2009. PengembanganKreativitasAnakBerbakat. Jakarta: RinekaCipta.Hal 34

Ditinjau dari segi pendidikan, bakat kreatif ini dapat ditingkatkan, makanya perlu dipupuk sejak dini, yang diperlukan sekarang bagaimanakah cara meningkatkan kreatifitas tersebut.

IV. Ciri-Ciri Anak yang Kreatif

Biasanya anak kreatif selalu ingin tahu, memiliki minat yang luas dan menyukai kegemaran dan aktivitas yang kreatif.Anak dan remaja kreatif biasanya cukup mandiri dan mempunyai rasa percaya diri.Mereka lebih berani mengambil resiko (tetapi dengan perhitungan) daripada anak-anak pada umumnya. Artinya dalam melakukan sesuatu yang bagi mereka amat berarti, penting dan disukai, mereka tidak terlalu memperhatikan kritik atau ejejkan orang lain. Mereka pun tidak takut untuk membuat kesalahan dan mengemukakan pendapat mereka walaupun mungkin tidak disetujui orang lain. Orang yang inovatif berani untuk berbeda, menonjol, membuat kejutan, atau menyimpang dari tradisi.Rasa percaya diri, keuletan, dan ketekunan membuat mereka tidak cepat putus asa dalam mencapai tujuan mereka. Tentang Thomas Edison dikatakan bahwa dalam melakukan percobaan ia mengalami kegagalan lebih dari 200 kali. Sebelum ia berhasil dengan penemuan bola lampu yang bermanfaat bagi seluruh umat manusia; ia mengungkapkan bahwa ―Genius is 1% inspiration and 99% perspiration”.

Ciri-ciri perilaku yang diperoleh dari kelompok pakar psikologi adalah sebagai berikut : imajinatif, mempunyai prakarsa, mempunyai minat luas, mandiri dalam berfikir, melit, penuh energi, percaya diri, bersedia

mengambil resiko, dan berani dalam pendirian dan keyakinan. 46 Treffinger mengatakan bahwa pribadi yang kreatif biasanya lebih

terorganisasi dalam tindakan.Rencana inovatif serta produk orsinal mereka telah dipikirkan dengan matang lebih dahulu, dengan menmpertimbangkan masalah yang mungkin timbul dan implikasinya.

Tingkat energi, spontanitas, dan kepetualangan yang luar biasa sering tampak pada orang kreatif.Demikian pula keinginan yang besar pula

46 UtamiMunandar. 2009. PengembanganKreativitasAnakBerbakat. Jakarta: RinekaCipta. Hal 36 46 UtamiMunandar. 2009. PengembanganKreativitasAnakBerbakat. Jakarta: RinekaCipta. Hal 36

Beberapa faktor yang mencerminkan individu yang sangat kreatif:

1. Motivasi yang sangat tinggi untuk menjadi kreatif disuatu bidang tertentu.

2. Ketidak setujuan dengan melanggar konvensi apa pun yang bisa menghambat kerja kreatif dan dedikasi dalam mempertahankan standart kesempurnaan dan disiplin diri terkait kerja kreatif.

3. Keyakinan mendalam terhadap nilai kerja kreatif, selain kesediaan untuk mengkritisi dan menyempurnakan usahanya.

4. Pilihan yang penuh kehati-hatian terhadap masalah atau topik yang padanya atensikreeatif difokuskan.

5. Proses-proses berpikir yang dicirikaan oleh insight danberpikirdivergen.

6. Pengambilan resiko

7. Pengetahuan yang ekspensif dari bidang yang relevan.

8. Komitmen mendalam bagi kerja kreatif. Selain itu, konteks historis, bidang kerja dan wilayah kerja

memengaruhipengekspresian kreativitas. 48

V. Ekspresi Kreativitas di Masa Kanak-Kanak

Terdapat banyak cara untuk mengekspresikan kreativitas selama masa kanak-kanak, yang paling umum diantaranya adalah permainan animism, permainan drama dan permainan konstruktif, teman imajiner, melamun, dusta putih, lelucon, bercerita, aspirasi untuk berprestasi dan konsep diri yang ideal. (Hurlock, Elizabeth B. 1978. Perkembangan Anak (terj.) MeitasariTjandrasa dan Soejarwo. Jakarta: Erlangga. Jilid II Edisi-VI.

H 31) Hurlock berpendapat bahwa untuk anak kecil membutuhkan konsep- konsep konkret dan realistis. Pembelajaran yang terlalu tekstual akan sulit dipahami oleh anak. Mereka harus diberi pemahaman melalui contoh-contoh konkrit, peragaan langsung, dan dikemas melalui bermain. Dengan cara ini, maka secara tidak langsung mereka dapat menerima apa yang diajarkan

47 ibid. Hal 37 48 Robert J. Stenberg. 2008. PsikologiKognitif. Yogyakarta: PustakaPelajar. Hal 406 47 ibid. Hal 37 48 Robert J. Stenberg. 2008. PsikologiKognitif. Yogyakarta: PustakaPelajar. Hal 406

The National Science Education Standards-NSES (National Research Council, 1996) and Benchmarks for Science Literaty (American Association for the Advancement of Science,1993) mengatakan bahwa semua anak dapat belajar sains dan semua anak seharusnya memiliki kesempatan untuk melek ilmu pengetahuan (alam). Memang pada kenyataannya anak usia dini sangat antusias, bereksplorasi tanpa rasa takut. Bayi mengeksplorasi dunianya secara langsung dengan seluruh indra yang mereka miliki seperti melihat, menyentuh, mencium, mendengar dan merasa. Di usia 2 tahun anak mulai menyortir beragam benda. Mereka menciba-coba menumpuk balok menjadi bangunan tinggi dan sesaat kemudian merobohkan balok itu.Eksplorasi dan eksperimen bebas yang dilakukannya itu tanpa disadari mengembangkan koordinasi otot dan indra-indra mereka yang sesungguhnya menjadi keterampilan dasar mereka.

Menginjak usia 3 dan 4 tahun, kegiatan eksplorasi berlanjut menjadi langkah awal anak dalam menghadapi situasi-situasi baru. Anak mulai menggunakan konsep-konsep dasar untuk mengumpulkan dan mengorganisasikan data. Pengumpulan data membutuhkan keterampilan mengmati, menghitung, membandingkan, memprediksi, mencatat dan mengkomunikasikan apa yang mereka amati.

Masa depan membutuhkan kemampuan untuk mengenali dan menerima diri, keterampilan berkomunikasi, kemandirian, kreativitas, kemampuan beradaptasi, dan lain-lain. Disisi lain, sains ada dimana-mana. Sains terdapat pada berbagai aspek kehidupan. Sains:

1. Mengembangkan keingin tahuan anak tentang dunianya.

2. Memperluas keterampilan berpikir untuk menyelidiki dunianya, memecahkan masalah dan membuat keputusan.

3. Meningkatkan pengetahuan anak tentang alam sekitar, sebagaimana The National Science Education Standards-NSES (National Research Council, 1994) menetapkan tujuan dasr pembelajaran sains. Hal-hal diats 3. Meningkatkan pengetahuan anak tentang alam sekitar, sebagaimana The National Science Education Standards-NSES (National Research Council, 1994) menetapkan tujuan dasr pembelajaran sains. Hal-hal diats

saintis melakukannya melalui proses-proses sains. 49

E. Definisi Sains

Melihat materinya, sains adalah materi fenomena alam yang telah tersedia di sekeliling kita. Dengan demikian, belajar sains sebenarnya dapat dilakukan oleh setiap individu dengan cara mengamati kejadian alam di sekeliling

kita secara seksama. 50 Sains membiasakan anak-anak mengikuti tahap-tahap eksperimen dan

tidak boleh menyembunyikan suatu kegagalan.Artinya, sains dapat melatih mental positif, berpikir logis, dan urut (sistematis).Di samping itu, sains dapat pula melatih anak untuk bersikap cermat karena anak harus mengamati,

menyusun prediksi, dan mengambil keputusan. 51

I. Kreatifitas sains

Menurut Sigmund Freud, dalam teori psikoanalisis, kreativitas sains melihat kreativitas sebagai hasil mengatasi suatu masalah, yang biasanya mulai dimasa anak. Kreativitas merupakan berarti memiliki daya cipta, memiliki kemampuan untuuk menciptakan. The national science education mengatakan bahwa semua anak dapat belajar sains dan semua anak seharusnya memiliki kesempatan untuk melek ilmu pengetahuan (alam).

Mengenalkan sains dan matematika pada anak bukan berarti mengenalkan rumus-rumus yang serba ruwet. Ilmu pengetahuan atau sains bukanlah sejumlah hal yang dipikirkan hanya dalam sekali jalan, bukanlah serangkaian pelajaran benda tentang sebongkah batu granit, sarang tawon

49 PanitiaSertifikasi Guru. MATERI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PROFESI GURU PAUD. 2012. Surabaya : UNESA. Hal 21

50 Yusep Nur Jatmika. Profesor Cilik!!! . 2011. Jogjakarta : DIVA Press. Hal 10 51 ibidHal 12 50 Yusep Nur Jatmika. Profesor Cilik!!! . 2011. Jogjakarta : DIVA Press. Hal 10 51 ibidHal 12

Tetapi belajar sains haruslah dilakukan dalam suasana menyenangkan. Hal ini penting agar anak dalam kondisi ceria akan bertanya mengapa bisa begini dan mengapa bisa begitu? Apakah kejadian selanjutnya? Dan lain sebagainya.

Perlu diingat, mengenalkan sains pada anak harus disesuaikan dengan tahapan umur dan perkembangannya.Karena sebagian besar waktu mereka dihabiskan bersama orang tuanya masing-masing, maka orang tua adalah guru pertama yang paling utama bagi mereka.Untuk itu, orang tua harus mau meluangkan waktu untuk bermain sambil belajar dengan anak- anaknya.Dalam situasi bermain itulah kita dapat melakukan beragam eksperimen sains.

Bermain merupakan tuntutan dan kebutuhan esensial bagi setiap anak usia dini. Dengan bermain, anak dapat memuaskan tuntutan dan kebutuhan perkembangan dimensi motorik, kognitif, kreativitas, bahasa,

emosi, nilai, dan sikap hidupnya. 52

II. Ilmu pengetahuan Alam untuk siswa berbakat

Kebudayaan dalam era globalisasi dan teknologi ini haruslah didukung oleh system pendidikan yang menekankan sains dan matematika.Kebanyakan siswa berbakat menyukai sains (IPA), karena merupakan tantangan untuk kemelitan mereka. Siswa berbakat biasanya tertarik terhadap peralatan laboratorium dan pembelajaran sains, senang terlibat dalam diskusi tentang kapal terbang supersonic, energy nuklir, rekayasa biogenetic, penggunaan jantung buatan, siswa berbakat memahami dan menghargai bagaimana kebijaksanaan nasional dan kehidupan sehari- hari diperngaruhi oleh perkembangan dan penemuan ilmiah.

1. Karakteristik siswa berbakat sains Bagaimana kita dapat mengenali siswa berbakat sains?Beberapa peneliti berpendapat bahwa bakat sains tidak merupakan trait tersendiri tetapi merupakan aspek dari intelegensi umum yang tinggi yang muncul

52 Utami Munandar. 2009. Pengembangan kreativitas anak berbakat. Jakarta: Rineka Cipta. H.30 52 Utami Munandar. 2009. Pengembangan kreativitas anak berbakat. Jakarta: Rineka Cipta. H.30

kemmapuan untuk mengembangkan gagasan baru, dan kemampuan untuk menilai, kemelitan

kesiagaan dalam mendekteksiketidakajegan (inkonsistensi), dan derajat tinggi dari kemmapuan

semangat, kemampuan manipulative, dan kemampuan untuk mengkomunikasikan, keuletan dan

mekanikal,

ketekunan,

sikap mempertanyakan. 53

2. Guru sebagai fasilitator dalam sains Sellin dan Birch (1980) mengemukakan peran khusus dari guru yang mengajar sains kepada siswa berbakat : sebagai model, pendidik nilai, pembangkit minat, dan sebagai penilai fungsional. Sebagai model metode sains, guru menunjukkan kemelitan dan ketrampilannya.Sebagai pendidik nilai, guru mendorong siswa berbakat untuk menjajaki isu-isu yang penting dalam sains, dala upaya mencari kebenaran.Sebagai pendorong minat, guru merangsang minat awal dan meluaskannya.

Dalam peranannya sebagai penilai fungsional, guru mencatat kecepatan dan kesempurnaan dari pemahaman siswa, gaya belajar ereka, dan cara mengajar yang disukai (ceramah, diskusi, atau pusat belajar). Penting pula bagi guru untuk memberi umpan balik kepada siswa berbakat mengenai tingkat kinerja mereka untuk memungkinkan pertumbuhan mereka sebagai ilmuwan potensial.

Salah satu peran esensial dari guru sebagai fasilitator dalam sains adalah membina belajar mandiri (independent study). Langkah- langkah yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :

1. Mengakses minat siswa

2. Memperkenalkan kepada siswa berbagai bidang minat

3. Melakukan wawancara pribadi terhadap siswa

4. Mengembangkan rencana tertulis

53 UtamiMunandar. 2009. Pengembangankreativitasanakberbakat. Jakarta: RinekaCipta Hal 148

5. Menentukan arah dan waktu dengan siswa berbakat

6. Membantu siswa dalam mencari macam-macam sumber

7. Melakukan sumbang saran terhadap produk akhir

8. Memberi bantuan dalam metodologi yang perlu

9. Membantu siswa berbakat dalam menemukan pendengar untuk presentasi siswa

10. Menilai hasil studi bersama siswa berbakat dan mempertimbangkan bidang baru untuk diteliti. 54

Lima kategori operasi dapat dirumuskan sebagai berikut

a. Kognisi ialah penerimaan dan pengenalan kembali informasi, proses terbentuknya pengertian. Contoh : matahari terbit disebleha timur dan terbenam disebelah barat

b. Inagtan ialah pemantapan informasi yang baru diperoleh

c. Berpikir konvergen ialah pemberian jawaban atau penarikan kesimpulan yang logis (penalaran) dari informasi yang diberikan, dengan penekanan pada pencapaian jawaban tunggal yang paling tepat, atau satu-satunya jawaban yang benar. Contoh :4+7=11

d. Berpikir divergen (juga disebut berpikir kreatif) ialah memberikan macam-macam kemungkinan jawaban berdasarkan informasi yang diberikan dengan penekanan pada keragaman jumlah ketidaksesuaian. Contoh : Hal-hal apa yang paling kamu senangi? Tikar dapat digunakan untuk apa saja? Apa saja akibatnya jika kita kehabisan minyak bumi?

e. Evaluasi atau penilaian ialah membuat pertimbangan dengan membandingkan bahan-bahan informasi sesuai dengan tolak ukur tertentu.

54 UtamiMunandar. 2009. Pengembangankreativitasanakberbakat. Jakarta: RinekaCipta. Hal 149

Contoh : Apa manfaat dari menabung ?

Manakah lebih baik : mempunyai anak banyak atau sedikit? 55

III. Pembelajaran sains yang tepat bagi anak TK

Pendidikan yang kuat dapat memberikan efek dramatis dalam kehidupan dan kesejahteraan anak. The Natiional Assosiation for the Education of Young Children-NAEYC Guidelines for Developmentally Appropriate Practice-DAP (Bredekamp and Coppie,1997) antara lain menyatakan:

1. Anak-anak prasekolah sebaiknya terlibat aktif.

2. Bermain yang dilakukan secara sponten baik sendiri maupun dengan teman adalah sebuah cara yang alamiah dan bernilai.

3. Anak-anak memilii pengetahuan, konsep-konsep dan pengalaman- pengalaman yang berbeda. Hal ini menjadi penting bahwa pembelajaran hendaknya dihubungkan dengan apa yang telah diketahui anak dan relevan dengan mereka.

Memerhatikan pernyataan diatas dan mempertimbangkan karakteristik anak yang sejak dalam kandungan telah siap untuk belajar dan terlahir sebagai peneliti alamiah yang memiliki dorongan kuat untuk mengadakan eksplorasi dan investigasi, maka implikasi bagi orang dewasa khususnya Guru, haruslah bertindak sebagai fasilitator bagi setiap anak dalam menunjang minat dan keingintahuan mereka. Memberikan kesempatan, tantangan serta melibatkan anak-anak dalam beragam kegiatan untuk memperoleh pengalaman langsung seluuas-luasnya merupakan intit dari proses sains. Dan, yang tidak kalah penting bagi pembelajaran sains ditingkat TK, bila dilakukan secara terintegrasi melaui bermain. Karena bermain selain menghilangkan stress pada anak juga merupakan cara anak

belajar tentang kehidupan. 56

55 UtamiMunandar. 2009. Pengembangankreativitasanakberbakat. Jakarta: RinekaCipta. Hal 167 56 PanitiaSertifikasi Guru. MATERI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PROFESI GURU PAUD. 2012. Surabaya :

UNESA. Hal 22

Proses-proses Sains

Kegiatan pembelajaran sains mengajak anak untuk berpikir karena sains lebih dari sekedar menghafal fakta, tetapi kombinasi dari keterampilan proses dari materi atau keterampilan untuk bagaimana cara belajar dan apa yang dipelajari dengan menggunakan cara berpikir ilmiah. Dengan kata lain menurut Dewey (1990), berpikir dan memecahkan masalah kurang lebih adalah hal yang sama. Berikut ini beberapa langkah dalam berpikir ilmiah yang dapat menggali keterampilan berpikir sebagai berikut:

1. Mengamati Pengamatan adalah mendeskripsikan objek/peristiwa dengan menggunakan panca indra.

2. Membuat Dugaan Membuat dugaan sama dengan hipotesis adalah membuat kesimpulan awal yang kebenarannya dapat diuji ulang yang didasarkan pada pertimbangan dan evaluasi. Seringkali dalam membuat dugaan tidak selalu tepat seingga anak-anak harus merasa babas untuk membuata kesalahan dan menciba membuat dugaan kembali.

3. Mengadakan Klasifikasi Klasifikasi adalah mengelompokkan dan memilah berdasarkan kategori- kategori tertentu. Pada langkah ini anak tidak hanya mengamati tapi juga berpikir dengan cara mengklasifikasi benda antara lain beradasarkan ukuran, benda, sifatsifat benda tersebut, jenis, warna dan sebagainya.

4. Hipotesis Lanjutan Guru dapat mengenalkan bagaimana bertanya yang menggali mereka untuk berpikir tentang sains. Guru dapat memulai pertanyaa yang sifatnya provokasi berupa:

a. Fakta misa : berapa banyak kaki belalang yang kamu lihat?

b. Deskriptif misal : apakah belalang perlu hidup?

c. Penjelasan misal : mengapa belalang berkakaki panjang?

d. Evaluasi misal : baik atau burukkah belalang itu?

5. Menyimpulkan dan menyampaikan Menyimpulkan dan menyampaikan adalah menceritakan bagaimana proses proses penemuan terjadi dan apa hasil temuan, ide-ide, dan petunjuk-petunjuk yang telah diperoleh berdasarkan pengamatan. Penyampaian hasil kesimpulan dapat dilakukan secara lisan meupun tertulis melalui gambar , grafik, laporan, jurnal dan lain-lain.

IV. Konsep dan Prinsip-prinsip dasar Sains yang Perlu Dikenalkan

1. Makhluk hidup dan kehidupannya Antara lain pengetahuan tentang:

a. Persamaan dan perbedaan makhluk hidup.

b. Cara makhluk hidup berinteraksi dengan makhluk hidup lainnya.

c. Bagaimana makhluk hidup beradaptasi dengan lingkungannya.

d. Cara makhluk hidup berubah dalam berbagai aspek sepanjang hidupnya dan dalam jangka waktu yang lama.

e. Tubuh manusia dan binatang.

f. Cara manusia dan binatang menggunakan makhluk hidup lainnya untuk memenuhi kebutuhannya.

g. Ciri lingkungan alam terpengaruh oleh kegiatan teknologi.

2. Fenomena Fisik Berhubungan dengan:

a. Waktu, ruan dan pergerakan.

b. Sumber-sumber energi. Sinar, panas, bunyi, listrik dan beberapa sifatnya.

c. Keberadaan sumber energi dan pemakainnya oleh manusia dalam

bentuk energi seperti tenaga matahari dan angin.

3. Bumi dan Sekitarnya Antara lain terikat dengan:

a. Sistem tata surya, planet, bulan, bintang dan matahari.

b. Perubahan alam (seperti erosi, abrasi, letusan gunung, gempa bumi), iklim dan pergerakan air.

c. Perubahan waktu dan gejala alam seperti rotasi; perputaran hari, musim, perubahan tampak bulan.

d. Lingkungan fisik bumi seperti atmosfer, batu-batuan, mineral dan laut.

e. Keterbatasan sumber alam dibumi ini.

4. Ekologi Berhubungan dengan usaha menjaga dan memperbaharui kerusakan

lingkungan termasuk sumber-sumber alam yang ada. 57

F. Metode Pembelajaran Demonstrasi Eksperimen Sains

Metode ini menekan pada cara-cara mengerjakan sesutau dengan penjelasan, petunjuk, dan peragaan secara langsung. Melalui metode ini, diharapkan anak-anak dapat mengenal langkah-langkah pelaksanaan dalam melakukan suatu kegiatan, yang pada gilirannya anak-anak diharapkan dapat

meniru dan melakukan apa yang didemonstrasikan oleh Pamong. 58 Sesuai dengan tujuan metode demonstrasi, yaitu memberi pengalaman

belajar melalui melihat dan mendengarkan yang diikuti dengan meniru pekerjaan yang didemonstrasikan, kegiatan yang sesuai dengan metode ini adalah (1) Kegiatan demonstrasi yang dimulai dengan penjelasan. (2) kegiatan demonstrasi dalam bentuk dramatisasi. Kegiatan ini pada umumnya untuk menanamkan nilai- nilai sosial, nilai-nilai moral, dan nilai-nilai keagamaan.

Format metode pembelajaran demonstrasi :

Sebelum Pamong PAUD menerapkan metode demonstrasi, sebaiknya membuat rancangan terlebih dahulu sehingga kegiatan yang dilakukan dapat berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan. Secara umum, rancangan yang dapat dibuat meliputi (1) menetapkan tujuan dan tema kegiatan (2) menetapkan bentuk demonstrasi yang dipilih (3) menyiapkan alat dan bahan (4) meneapkan langkah-

langkah kegiatan (5) menetapkan penilaian kegiatan. 59

57 PanitiaSertifikasi Guru. MATERI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PROFESI GURU PAUD. 2012. Surabaya : UNESA. Hal 24

58 Novan Ardy Wiyani & Barnawi. FORMAT PAUD. (2012, Hal 100) Jogjakarta : AR-RUZ MEDIA. Hal 139 59 Novan Ardy Wiyani & Barnawi. FORMAT PAUD. (2012, Hal 100) Jogjakarta : AR-RUZ MEDIA. Hal 140

G. Hubungan Antara Peningkatan Kreativitas Sains dengan Metode Pembelajaran Demonstrasi

Menurut J.P. chaplin, kreativitas merupakan merupakan kemampuan menghasilkan bentuk baru dalam seni, atau dalam permesinan, atau dalam

memecahkan masalah-masalah dengan metode-metode baru. 60 Kreativitas ini dapat berupa kegiatan imajinatif atau sintesis pemikiran

yang hasilnya bukan hanya perangkuman, mugnkin mencakup pembentukan pola-pola baru dan gabungan informasi yang diperoleh dari pengalaman sebelumnya serta pencangkokan hubungan lama ke situasi baru dan mungkin mencakup pembentukan korelasi baru.

The National Science Education Standards-NSES (National Research Council, 1996) and Benchmarks for Science Literaty (American Association for the Advancement of Science,1993) mengatakan bahwa semua anak dapat belajar sains dan semua anak seharusnya memiliki kesempatan untuk melek ilmu pengetahuan (alam). Memang pada kenyataannya anak usia dini sangat antusias, bereksplorasi tanpa rasa takut. Bayi mengeksplorasi dunianya secara langsung dengan seluruh indra yang mereka miliki seperti melihat, menyentuh, mencium, mendengar dan merasa. Di usia 2 tahun anak mulai menyortir beragam benda. Mereka menciba-coba menumpuk balok menjadi bangunan tinggi dan sesaat kemudian merobohkan balok itu.Eksplorasi dan eksperimen bebas yang dilakukannya itu tanpa disadari mengembangkan koordinasi otot dan indra-indra mereka yang sesungguhnya menjadi keterampilan dasar mereka.

Menginjak usia 3 dan 4 tahun, kegiatan eksplorasi berlanjut menjadi langkah awal anak dalam menghadapi situasi-situasi baru. Anak mulai menggunakan

mengumpulkan dan mengorganisasikan data. Pengumpulan data membutuhkan keterampilan mengmati, menghitung, membandingkan, memprediksi, mencatat dan mengkomunikasikan apa yang mereka amati.

Dari beberapa pendapat para ahli diatas, maka penulis berasumsi bahwa peningkatan kreativitas sains yang dilakukan dengan metode pembelajaran demonstrasi dapat memengaruhi tingkat kreativitas anak. Metode ini merupakan

60 Tej. Kartini Kartono. 2011. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta : Rajawali Pers. Hal 117 60 Tej. Kartini Kartono. 2011. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta : Rajawali Pers. Hal 117

H. Hipotesis

Hipotesis alternative (Ha) : Terdapat hubungan antara Peningkatan Kreativitas Sains dengan Metode Pembelajaran Demontrasi Eksperimen Sains. Hipotesis nol (Ho) : Tidak terdapat hubungan antara Peningkatan Kreativitas Sains dengan Metode Pembelajaran Demontrasi Eksperimen Sains.