ANALISA DATA

BAB IV ANALISA DATA

A. Hasil Penelitian

I. Deskripsi Subjek

Dalam observasi eksperimen sains yang peneliti lakukan, subjek yang diambil merupakan anak-anak usia 5 sampai 7 tahun dengan IQ kategori normal. Mereka adalah anak-anak kelompok B TK Melati Mulyorejo-Surabaya. Data IQ, usia, dan nama siswa ada dalam lampiran.

a. IQ (Intellegent Quotient)

Kecerdaasan didefinisikan sebagai kemampuan mental untuk belajar dan menerapkan pengetahuan .Intellegent Quotient merupakan alat ukur kecerdasan seseorang.Peneliti memilih subjek yang memiliki hasil skor kategori rata-rata yaitu antara 90-110.

b. Usia

Usia dapat menjadi tolak ukur kematangan manusia, dalam penelitian ini eksperimenter menentukan batasan usia pada subjek yang akan diteliti yaitu pada anak usia dini antara usia 5 sampai 7 tahun.

Berdasarkan observasi kegiatan Demontrasi Eksperimen Sains yang peneliti lakukan pada anak-anak TK Melati Mulyorejo tanggal 24 November 2014, yang dimulai pada pukul 07.30 sampai dengan pukul

9.30 di TK Melati Mulyorejo yang di ikuti oleh TK B dengan jumlah siswa sebanyak 22 anak yang terbagi atas 11 kelompok kontrol dari kelas B2 dan 11 kelompok eksperimen dari kelas B1. Pada kelompok kontrol (B2), anak-anak tidak diberikan perlakuan, setelah masuk ke dalam kelas anak-anak diminta langsung mengisi angket yang telah dibagikan oleh eksperimenter tanpa menerima penjelasan apa pun mengenai ―Tengelam dan Terapung‖. Berbeda dengan pada kelompok eksperimen (B1), pada kelompok ini anak-anak diberikan perlakuan yaitu dengan diberikan penjelasan terlebih dahulu mengenai ―Tenggelam dan Terapung‖ dan memberikan beberapa contoh bendanya.

Usia anak-anak di TK B ini merupakan masa dalam usia 5 sampai 7 tahun, dimana pada usia tersebut merupakan masa pre- operational (1,5 sampai 6 tahun) dan contcrete-operational (6 sampai 12 tahun).

Periode Pre-operational (1,5 sampai 6 tahun), anak telah menunjukkan aktivitas kognitif dalam berbagai hal diluar dirinya. Aktivitas berpikirnya belum mempunyai sistem yang terorganisasi.Anak sudah dapat memahami realitas di lingkungan dengan menggunakan tanda-tanda dan simbol. Cara berpikir anak pada masa ini bersifat tidak sistematis, tidak konsisten dan tidak logis. Cara berpikir anak pada fase ini ditandai dengan ciri-ciri:

a. Tansductive reasoning, yaitu cara berpikir yang bukan induktif dan bukan deduktif tetapi tidak logis.

b. Ketidakjelasan hubungan sebab akibat, yaitu anak mengenal hubungan sebab akibat secara tidak logis.

c. Animism, yaitu menganggap semua benda itu hidup seperti dirinya.

d. Artificialism, yaitu kepercayaan bahwa segala sesuatu di lingkungan itu mempunyai jiwaseperti manusia.

e. Perceptually bound, yaitu anak menilai sesuatu berdasarkan apa yang ia lihat atau dengar.

f. Mental eksperiment, yaitu anak melakukan sesuatu untuk menemukan jawaban dari persoalan yang dihadapinya.

g. Centration, yaitu anak memusatkan perhatiannya pada sesuatu ciri yang paling menarik dan mengabaikan ciri yang lainnya.

h. Egocntrism, artinya anak melihat dunia lingkungannya menurut kehendak dirinya sendiri. Periode concrete-operational (6 sampai 12 tahun), anak telah dapat membuat pemikiran tentang situasi atau hal konkrit secara logis.Perkembangan kognitif pada peringkat operasi konkrit, memberikan kecakapan anak yang berkenaan dengan konsep-konsep klasifikasi, hubungan dan kuantitas. Konsep klasifikasi adalah h. Egocntrism, artinya anak melihat dunia lingkungannya menurut kehendak dirinya sendiri. Periode concrete-operational (6 sampai 12 tahun), anak telah dapat membuat pemikiran tentang situasi atau hal konkrit secara logis.Perkembangan kognitif pada peringkat operasi konkrit, memberikan kecakapan anak yang berkenaan dengan konsep-konsep klasifikasi, hubungan dan kuantitas. Konsep klasifikasi adalah

Konsep hubungan ialah kematangan anak memahami hubungan antara suatu perkara dengan perkara lainnya. Konsep kuantitas yaitu kesadaran anak bahwa suatu kuantitas akan tetap sama meskipun bentuk fisiknya berubah, asalkan tidak ditambah atau dikurangi. Berikut ini merupakan tabel penyebaran inteligensi.

Tabel 1. Kategorisasi Intelengensi

Sangat Cerdas

Diatas normal

60 80-89

Normal atau rata-rata

13 70-79

Dibawah normal

6 50-69

Bodoh/ dull

Terbelakang=moron/debil

49 kebawah

Terbelakang=imbicile/idiot

Dalam penelitian demonstrasi eksperimen sains ini, kami memberikannya pada anak dengan rentan usia 5 sampai 7 tahun dan memiliki IQ rata-rata, yaitu antara 90-110. Lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran.

Setelah para siswa mengisi lembar tugas siswa dan bereksperimen, di bawah ini merupakan hasil skor dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Tabel hasil perolehan skor anak kelompok B1 Kelompok Eksperimen (Perlakuan) TK Melati Mulyorejo

Tabel 2. Hasil Perolehan skor anak kelompok B1

Hasil

No

Nama Anak

Tabel hasil perolehan skor anak kelompok B2 Kelompok Kontrol (Tidak diberi perlakuan) TK Melati Mulyorejo

Tabel 3. Hasil Perolehan skor anak kelompok B2

Hasil

No

Nama Anak

Dari perolehan nilai anak-anak yang telah mengisi angket tersebut, dapat diketahui bahwa terjadi perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kontrol.Pada kelompok eksperimen, anak- anak yang diberikan arahan terlebih dahulu mereka dapat mengerjakan angket dengan hasil rata-rata mendapatkan nilai 10. Berbeda dengan hasil yang terjadi pada kelompok eksperimen, anak-anak yang tidak mendapatkan arahan apa pun didapati banyak mengalami kesalahan ketika mengisi angket, rata-rata perolehan nilai pada kelompok kontrol Dari perolehan nilai anak-anak yang telah mengisi angket tersebut, dapat diketahui bahwa terjadi perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kontrol.Pada kelompok eksperimen, anak- anak yang diberikan arahan terlebih dahulu mereka dapat mengerjakan angket dengan hasil rata-rata mendapatkan nilai 10. Berbeda dengan hasil yang terjadi pada kelompok eksperimen, anak-anak yang tidak mendapatkan arahan apa pun didapati banyak mengalami kesalahan ketika mengisi angket, rata-rata perolehan nilai pada kelompok kontrol

II. Pengujian Homogenitas

Dari observasi eksperimen sains yang peneliti lakukan, adapun pengujian homogenitas memiliki ketentuan sebagai berikut: Hipotesis : Ho :Variansi data hasil perolehan siswa adalah sama/identik Ha :variansi data hasil perolehan siswa adalah berbeda Keputusan :

a. Jika signifikansi > 0,05, maka Ho diterima

b. Jika signifikansi < 0,05, maka Ho ditolak Berdasarkan Levene’s Test of Equality of Error Variances (a), diperoleh signifikansi 0,014 , karena signifikansinya > 0,05 maka Ho diterima, dan berarti Ha ditolak. Dengan demikan dapat disimpulkan bahwa variansi data hasil perolehan siswa adalah sama/identik/homogen.sehingga dalam penelitian ini IQ dan usia anak-anak Kelompok control maupun eksperimen adalah sama.

III. Pengujian Hipotesis

Dari observasi eksperimen sains yang peneliti lakukan, adapun pengujian hipotesis Perbedaan hasil perolehan siswa dilihat dari metode demontrasi dan non demontrasi memiliki ketentuan sebagai berikut::

a. Jika signifikansi > 0,05 Ho diterima, maka tidak terdapat hubungan antara Peningkatan Kreativitas Sains dengan Metode Pembelajaran Demontrasi Eksperimen Sains.

b. Jika signifikansi < 0,05 Ho ditolak, maka terdapat hubungan antara Peningkatan Kreativitas Sains dengan Metode Pembelajaran Demontrasi Eksperimen Sains.

Berdasarkan Tests of Between-Subjects Effects tersebut di atas diperoleh harga F sebesar 96,300 dan signifikansinya 0,000, karena signifikansinya < 0,05 maka Ho ditolak, dan berarti Ha diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa rata-rata hasil perolehan siswa bila Berdasarkan Tests of Between-Subjects Effects tersebut di atas diperoleh harga F sebesar 96,300 dan signifikansinya 0,000, karena signifikansinya < 0,05 maka Ho ditolak, dan berarti Ha diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa rata-rata hasil perolehan siswa bila

Dari perolehan data yang signifikansinya 0,000 < 0,05 maka Ho ditolak, dan berarti Ha diterima. Jadi terdapat hubungan antara peningkatan kreativitas sains dengan metode pembelajaran demontrasi eksperimen sains.Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa kelompok eksperimen yang diberikan perlakuan memeroleh skor perolehan lebih tinggi dari pada kelompok kontrol yang tidak diberi perlakuan berupa metode demontrasi eksperimen sains sederhana.

B. Pembahasan

Dalam penelitian ini, subjek yang kami gunakan adalah anak-anak dengan usia 5 sampai 7 tahun. Menurut Piaget, pada fase ini anak mulai menyadari bahwa pemahamannya terhadap benda-benda yang ada disekitarnya tidak hanya dapat dilakukan melalui aktifitas sensorimotorakan tetapi dapat juga dilakukan melalui aktifitas yang bersifat simbolik. Kegiatan simbolik ini dapat berupa percakapan melalui telepon mainan atau berpura-pura menjadi bapak atu ibu dan kegiatan simbolik lainnya.Fase ini memberikan andil besar dalam kognitif anak. Fase ini anak sudah tidak berpikir secara operasional yaitu suatu proses berpikir yang dilakukan dengan caramenginternalisasikan suatu aktivitas anak yang memungkinkan anak mengaitkan dengan kegiatan yang telah dilakukannya sebelumnya.

Dalam usia ini, anak-anak mulai memahami benda-benda yang ada disekitarnya

yaitu dengan mengoptimalisasikan pemahaman terhadap alat indra yang kita kenal seperti audio, visual, dan kinestetik. Selain itu Mereka melakukan aktivitas yang bersifat simbolik, yaitu dengan memberikan simbol-simbol pada benda-benda yang ada disekitarnya.

Setelah mengetahui hal tersebut, ada banyak metode yang dapat digunakan untuk menstimulasi kognitif anak usia pra sekolah. Salah satunya adalah metode demontrasi, hal ini sesuai dengan metode yang kami gunnakan, Setelah mengetahui hal tersebut, ada banyak metode yang dapat digunakan untuk menstimulasi kognitif anak usia pra sekolah. Salah satunya adalah metode demontrasi, hal ini sesuai dengan metode yang kami gunnakan,

Kegiatan demontrasi yang dilakukan oleh eksperimenterakan menstimulasi kognitif anak. Karena kegiatan demontasi dimulai dengan penjelasan oleh eksperimenter, kemudian anak-anak akan melihat dan mendengarkan. Hal ini akan melibatkan kemampuan sensorik dan motorik anak berupa audio, visual, dan kinestetik. Sehingga anak akan menirukan apa yang didemontrasikan oleh eksperimenter.

Kegiatan ini tidak hanya melibatkan kemampuan sensorik dan motorik anak, tetapi juga dapat meningkatkan kemampuannya. Selain itu, dengan metode demontrasi anak akan meningkatkan kemampuan simbolik mereka, karena dalam metode tersebut setiap anak dituntut untuk menyebutkan simbol-simbol (benda) baru saat kegiatan eksperimen berlangsung.

Menurut Piaget, kreativitas adalah aktivitas kognitif yang menghasilkan cara pandang baru terhadap suatu masalah atau situasi. Drevdal menjelaskan kreativitas sebagai kemampuan seseorang utnuk menghasilkan komposisi, produk, atau gagasan apa saja yang pada dasarnya baru, dan sebelumnya tidak dikenal pembuatannya.

Dalam eksperimen sains sederhana yang eksperimenter lakukan, anak- anak diberikan stimulus berupa beberapa benda yang dapat terapung atau tenggelam. Stimulasi-stimulasi yang diberikan oleh eksperimenter tersebut, akan membuat anak sekreatif mungkin menyebutkan beberapa benda-benda baru.

Dengan demikian, metode demontrasi sains sederhana dapat meningkatkan kreativitas sains anak.