Pencegahan primer Pencegahan sekunder

e. Penyakit jamur di mulut dan tenggorokan f. Pembesaran kelenjar lymphe g. Pneumonia berulang h. Sarcoma Kaposi kanker Diagnosa HIVAIDS pada anak 2 mayor + 2 minor Gejala mayor: a. BB turun atau kegagalan pertumbuhan b. Diare kronis dan berulang 1 bulan c. Demam kronis dan berulang selama 1 bulan d. Infeksi sal pernafasan bgn bawah yang parah dan menetap Gejala minor: a. Pembesaran kel. Limfe dan pembesaran hati b. Penyakit jamur di mulut c. Infeksi pada telinga dan kerongkongan d. Batuk kronismenahun e. Dermatitis seluruh tbh f. Peradangan otak 4. Progam pencegahan penularan HIV AIDS pada kelompok risiko penggunaan napza dan seks bebas Menurut Sulistiowati 2010, pengetahuan tentang perjalanan penyakit dan faktor-faktor yang mempengaruhi berguna untuk menemukan strategi pencegahan penyakit yang efektif. Pencegahan penyakit adalah tindakan yang ditujukan untuk mencegah, menunda, mengurangi, membasmi, mengeliminasi penyakit dan kecacatan, dengan menerapkan sebuah atau sejumlah intervensi yang telah dibuktikan efektif

a. Pencegahan primer

Pencegahan primer adalah upaya memodifikasi faktor risiko atau mencegah berkembangnya faktor risiko, sebelum dimulainya perubahan patologis, dilakukan pada tahap suseptibel dan induksi penyakit dengan tujuan mencegah atau menunda terjadinya kasus baru penyakit. Tema yang berkaitan dengan pencegahan primer adalah pencegahan primordial dan reduksi kerugian. Pencegahan primordial adalah strategi pencegahan 7 penyakit dengan menciptakan lingkungan yang dapat mengeliminasi faktor risiko, sehingga tidak diperlukan intervensi preventif lainnya. Reduksi kerugian harm reduction adalah program yang bertujuan untuk mereduksi kerugian kesehatan pada populasi, meskipun mungkin tidak mengubah perilaku. Sebagai contoh di Amerika Serikat melakukan eksperimen berupa program penukaran jarum needle exchnage program. Dalam program itu jarum bekas pengguna obat intravena ditukar dengan jarum bersih yang diberikan gratis oleh pemerintah kota. Tujuan program adalah memperlambat penyebaran HIV, meskipun tidak menurunkan dan bahkan bisa mendorong peningkatan penyalahgunaan obat. Argumen yang dikemukakan untuk membenarkan strategi tersebut, kerugian yang dialami oleh penerima lebih rendah jika menggunakan jarum bersih. Program seperti itu menjadi kontroversial jika sebagian masyarakat memandang dana publik digunakan untuk mendukung aktivitas perilaku yang tidak sehat.

b. Pencegahan sekunder

Merupakan upaya pencegahan pada fase penyakit asimtomatis, tepatnya pada tahap preklinis, terhadap timbulnya gejala-gejala penyakit secara klinis melalui deteksi dini early detection. Jika deteksi tidak dilakukan dini dan terapi tidak diberikan segera maka akan terjadi gejala klinis yang merugikan. Deteksi dini penyakit sering disebut “skrining”. Skrining adalah identifikasi yang menduga adanya penyakit atau kecacatan yang belum diketahui dengan menerapkan suatu tes, pemeriksaan, atau prosedur lainnya, yang dapat dilakukan dengan cepat. Tes skrining memilah orang-orang yang tampaknya mengalami penyakit dari orang-orang yang tampaknya tidak mengalami penyakit. Tes skrining tidak dimasukan sebagai diagnostik. Orang-orang yang ditemukan positif atau mencurigakan dirujuk ke dokter untuk menentukan diagnosis dan pemberian pengobatan yang diperlukan. Skrining yang dilakukan pada subpopulasi berisiko tinggi dapat mendeteksi dini penyakit dengan lebih efisien dari pada populasi umum. Tetapi skrining yang diterapkan pada populasi yang lebih luas populasi umum tidak hanya tidak efisien tetpai sering kali juga tidak etis. Skrining tidak etis 8 dilakukanjika tidak tersedia obat yang efektif untuk mengatasi penyakit yang bersangkutan, atau menimbulkan trauma, stigma, dan diskriminasi bagi individu yang menjalani skrining.

c. Pencegahan tersier