PENULARAN HIV / AIDS

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang A.

Definisi HIV

Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh virus HIV ( Human Immuno Deficiency Virus ) yang akan mudah menular dan mematikan. Virus tersebut merusak sistem kekebalan tubuh manusia, dengan berakibat yang bersangkutan kehilangan daya tahan tubuhnya, sehingga mudah terinfeksi dan meninggal karena berbagai penyakit infeksi kanker dan lain-lain.

PENULARAN HIV / AIDS

AIDS bukan penyakit, AIDS tidak menular yang menular adalah HIV yaitu virus yang menyebabkan kekebalan tubuh mencapai masa AIDS. Virus ini terdapat dalam larutan darah cairan sperma dan cairan vagina, dan bisa menular pula melaui kontak darah atau cairan tersebut. Pada cairan tubuh lain konsentrasi HIV sangat rendah sehingga tidak bisa menjadi media atau saluran penularan.

Tidak ada gejala khusus jika seseorang sudah terinfeksi HIV, dengan kata lain orang yang mengidap HIV tidak bisa dikenali melalui diagnosis gejala tertentu, disamping itu orang yang terinfeksi HIV bisa saja tidak merasakan sakit. Berbulan-bulan atau tahun seseorang yang sudah terinfeksi dapat bertahan tanpa menunjukkan gejala klinis yang khas tetapi baru tampak pada tahap AIDS.

Terjadi atau tidak terjadi perilaku seks pranikah sangat tergantung pada wawasan mereka tentang perilaku tersebut. Remaja mampu mempunyai wawasan dan berkepribadian yang mantap sangan dipengaruhi oleh pola asuh atau cara pendidikan yang diterapkan dalam keluarga. Anak yang dididik dengan cara yang


(2)

baik akan melahirkan remaja dengan moral yang baik pula. Bagi seorang individu moral merupakan landasan dalam perilaku. Tinggi rendahnya orientasi moral seseorang berpengaruh terhadap perilakunya, termasuk perilaku seksnya. Berperilaku seks yang tidak sesuai dengan moral akan menimbulkan perasaan bersalah pada diri si pelaku.

Di samping itu, meningkatnya kasus perilaku reproduksi di kalangan remaja, karena mereka tidak mengerti kalau perilaku tersebut merupakan perilaku yang melanggar norma adat. Hal ini terjadi karena sosialisasi tentang norma dengan maslah perilaku reproduksi sangant kurang. Kecenderungan seperti ini banyak ditemukan di daerah perkotaan. Keadaan tersebut adalah salah satu faktor yang mungkin menyebabkan remaja mempunyai kesempatan untuk melakukan hubungan seks pranikah di rumah mereka sendiri. Peranan anggota keluarga lain seperti paman, bibi, kakek, nenek, saudara sepupu dan sebagainya dalam suatu keluarga, tidak hanyadapat menjadi tempat mengadu bagi anak-anak bermasalah, tetapi juga dapat menjadi pengawas dalam suatu keluarga. Keberadaan mereka dapat mengontrol perilaku remaja. Dengan kata lain remaja yang tinggal dalam keluarga batih mempunyai peluang yang lebih tinggi untuk melakukan hubungan seks pranikah, terlebih bila kedua orang tuanya berkerja.

Ketika teknologi di bidang komunikasi dan informasi berkembang sarana hiburan film, baik yang ditonton di bioskop maupun yang ditayangkan televisi disinyalir sebagai salah satu faktor yang mendorong perilaku reproduksi tidak sehat di kalangan remaja, selain gambar dan film porno. tempat hiburan ( diskotik, karaoke, bar, pub, dan cafe). Pusat pertokoan seperti Matahari dan McDonal di Kuta merupakan alternatif baru yang dipilih ABG ( remaja ) sebagai tempat “nongkrong”. Selain itu pusat pertokoan juga merupakan tempat yang menjadi pilihan remaja untuk berkumpul, mencari kemungkinan mendapatkan pasangan, tempat berjanji bertemu pasangan, atau kemungkinan untuk melakukan transaksi seks.


(3)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penaggulangan HIV aids maka kami menuliskan Rumusan masalah berikut :

1.2.1 Apa dafenisi HIV/AIDS dan proses penularannya ?

1.2.2 Bagaimana Proses Penyebaran AIDS di dunia Hingga masuk ke Indonesia ?

1.2.3 Bagaimana penanggulangan AIDS Di Indonesia ?

1.3 Tujuan penulisan

1.3.1 Mengetahui apa dampak dari HIV dan penyebarannya 1.3.2 Mengetahui penyebabnya dan gejala HIV/AIDS

1.3.3 Mengetahui Bagaimana penanggulangan dan pencegahannya 1.3.4 Sebagai bahan pemenuhan tugas Kajian HIV/AIDS

1.4 Metode Penulisan

Dalam menyusun makalah ini, saya menggunakan metode Kepustakaan/Literatur , yaitu memperoleh materi pembahasan daribuku, studi kasus dan studi melalui media elektronik.

Studi Pustaka

Pada metode ini, penulis membaca buku-buku dan literatur yang berhubungan dengan penulisan makalah ini.

Internet Pada metode ini penulis, juga mencari materi yang berhubungan dengan penulisan ini din internet.


(4)

BAB II

LANDASAN TEORI

Ada empat cara penularan HIV. Pertama, melalui hubungan seksual dengan seorang pengidap HIV tanpa perlindungan atau menggunakan kontrasepsi (kondom). Cara kedua, HIV dapat menular melalui transfusi dengan darah yang sudah tercemar HIV. Cara ketiga, seorang ibu yang mengidap HIV bisa pula menularkannya kepada bayi yang dikandung, itu tidak berarti HIV /AIDS merupakan penyakit turunan, karena penyakit turunan berada di gen-gen manusia sedangkan HIV menular saat darah atau cairan vagina ibu membuat kontak dengan cairan atau darah anaknya. Dan cara keempat adalah melalui pemakaian jarum suntik akufuntur, jarum tindik dan peralatan lainnya yang sudah dipakai oleh pengidap HIV.

AIDS MELANDA DUNIA

Menurut laporan terakhir dari Departemen Kesehatan, telah tercatat 258 pengidap HIV dan AIDS di Indonesia dari 15 provinsi yang melaporkan. Pada tahun 1987 Negara kita telah mengenal penyakit tersebut salah satu contoh yaitu ada beberapa orang telah dicurigai terkena penyakit tersebut. 1991 hingga 1992 telah terjadi penularan virus secara dua kali lipat. 1993 Menteri Koordinasi Kesejahteraan Rakyat Azwar Anas


(5)

Pada tahun 1982 GRID diubah menjadi AIDS (aquired immunodefyciency syndrome).

Pada tahun 1983 orang-orang yang terkena HIV dilarang untuk menyumbangkan darahnya. Sedangkan tahun 1984 virus HIV berhasil disolasi oleh tim riset A.S. dan dipimpin oleh Dr.Robert C.Gallo dari Institut Kanker Nasional. 1985 telah diadakan Kongres Internasional AIDS di Georgia.

Kongres Internasional AIDS 2 diadkan pada tahun 1986. Kongres Internasional AIDS ketiga diadakan pada tahun 1987 dan FDA memberi izin untuk menggunakan zidovudine atau AZT sebagai obat pertama AIDS. 1988 kongres Internasional AIDS keempat dilaksanakan di Swedia. 1989 Kongres Internasional AIDS kelima dilaksanakan di Canada. 1990 Kongres Internasional AIDS keenam

Kongres Internasional AIDS yang ketujuh pada tahun 1991 dan obat AIDS yang kedua yaitu dideoxynosime. Pada akhir tahun 1992 CDC mengumumkan angka kejadian AIDS sejumlah 249.199 ksus dan 171.890.

1993, definisi AIDS mencakup 3 penyakit yaitu TBC paru, pneumonia bakteri rekurens dan kanker inpasif dan orang yang terinfeksi HIV serta CD4 dalam darah yang kadarnya kurang dari 200 permilimeter kubik darah. 1994 CDC memperkirakan bahwa penderita AIDS berkisar antara 415.000 hingga 535.000 orang, dan total kematian akibat AIDS antara 330.000 hingga 385.000.

KEWASPADAAN TERHADAP PENYAKIT KELAMIN

Badan kesehatan sedunia atau WHO berpendapat bahwa penularan AIDS hanya dapat dicegah bila semua negara didunia ikut serta secara aktif melakukan pencegahan dan pemberantasan terhadap AIDS. Pada tanggal 1 Pebruari 1987 dibentuk suatu wadah dengan nama SPA atau special programme on AIDS, yang kemudian diubah namanya menjadi GPA atau Global programme on AIDS, yang artinya suatu program mencakup semua negara didunia. Wadah ini disahkan berdirinya oleh sidang WHA ( World Health Assembly ) ke-40 pada bulan Mei 1987 dan disahkan pula oleh sidang UNGA ( United Nation General Assembly ) ke-42 pada bulan Oktober 1987 di Jenewa ( Swiss ).

A. Ada beberapa dasar pertimbangan pembentukan wadah ini, adalah : 1. AIDS Telah menjadi masalah Internasional, penyebaranya telah menyeluruh


(6)

( pandemi ), dan telah dianggap sebagai kedaruratan seluruh dunia ( atau “Worlwide global emergency” ).

2. Pandemi ini dapat dihentikan dan penularanya dapat dicegah, walapun obat maupun vaksin antinya sampai saat ini belum ditemukan. 3. Penyuluhan kesehatan kepada petugas kesehatan maupun masyarakat umum, dan golongan resiko tinggi, masih merupakan upaya penting dalam pencegahan dan pemberantasan AIDS.

4. Pencegahan dan pemberantasan AIDS memerlukan upaya dan keterlibatan (“Commitment” ) jangka panjang dan berkesinambungan.

5. Pencegahan dan pemberantasan AIDS perlu diintegrasikan melalui primary Health Care (Pelayanan kesehatan tingkat awal) dalam sistem pelayanan kesehatan yang ada (baik Puskesmas, poliklinik, pos kesehatan, unit pelayanan kesehatan terdepan). B. Tujuan dari progran ini adalah :

1.Mencegah penularan HIV

2.Pemberian nasehat ( Counseling ) kepada mereka penghidap HIV. 3.Mempersatukan upaya nasional dan internasional dalam pencegahan dan pemberantasan AIDS.

C. Komponen utama GPA ( = Global Programme on AIDS ) adalah : 1. bantuan teknis dan keuangan program nasional pencegahan dan pemberantasan AIDS.

2. Kerjasama dan pertukaran informasi mengenai IADS di bawa koordinasi dan pimpinan GPA Internasional.

D. Beberapa pandangan (Perspektif) megenai masalah AIDS : 1. Besar masalah sebenarnya belum pesti. (Jumlah penderita maupun angka kematian AIDS).

2. Penularan HIV di masyarakat akan terus berlangsung dan tak dapat dielakkan. 3. Dimensi akhir akibat AIDS Belum diketahui

4. Diperkirakan dalam 5 Tahun mendatang, obat atau vaksin anti AIDS belum diketemukan.

5. Tidak ada satu negara didunia ini yang bebas dari AIDS atau infeksi HIV, hanya khususnya tidak dilaporkan.


(7)

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Pengertian HIV dan gejala

(AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh virus HIV ( Human Immuno Deficiency Virus ) yang akan mudah menular dan mematikan. Virus tersebut merusak sistem kekebalan tubuh manusia, dengan berakibat yang bersangkutan kehilangan daya tahan tubuhnya, sehingga mudah terinfeksi dan meninggal karena berbagai penyakit infeksi kanker dan lain-lain.

Sampai saat ini belum ditemukan vaksin pencegahan atau obat untuk penyembuhannya. Jangka waktu antara terkena infeksi dan munculnya gejala penyakit pada orang dewasa memakan waktu rata-rata 5-7 tahun.

3.2

Gambaran Klinis HIV/AIDS

1. Tumor.

Dapat berupa sarkoma kaposi pada AIDS yang sifatnya : Multipel, progresif, dapat terjadi pada semua bagian kulit dan organ tubuh, pendarahan paru-paru, dan pendarahan dalam perut ( Intra abdoninal ). Penyebabnya belum jelas, prognese ditentukan oleh penyakit dasar, dan dijumpai pada : 36-50 % kasus AIDS kelompok homoseksual. Jarang dijumpai pada heteroseksual. 4,3 % pada penyalah-guna narkotika suntik. 0-2 % pada hemofilia, atau penerima transfusi darah. Dapat pula berupa limpoma ganas. Sering sesudah sarkoma kaposi. Terdapat pada susunan saraf pusat (otak), sumsum tulang, saluran pencernaan, pelepasan (rectum), jaringan kulit dan selaput lendir,dan pada stasium lanjut, ada : demam, riwayat infeksi dan


(8)

penyularan berat badan (disebut “B symptoms”). Prognosis kurang baik, walaupun sembuh dengan khemoterapi tinggi, kambuh lagi sesudah 1 tahun. 2. Infeksi oportunistik ( Kesempatan mendapat infeksi ).

a. Manifestasi pada paru-paru dapat berupa infeksi oportunistik, infiksi bukan oportunistik maupun bukan infeksi. 50 % berupa gejala pertama. Manisfestasi paru ini dapat berupa “ pneumonia “ ( dikenal sebagai paru-paru basah ), PCP = Pneumonia Pneumocystis carinii denagn gejala klinis : • Sesak nafas sejak lama atau langsung berat, batuk kering, tidak dapat menarik nafas dalam, demam ( tidak tinggi ), 70 % sembuh pada pengobatan pertama, kekambuhan 20 % ; harapan hidup 9 bulan sampai 1 tahun, jarang sampai 2 tahun.

• Dapat pula berupa Cytomegalo Virus ( CMV ), yang hidup diparu-paru secara komensil ( 50 % ) dengan gejala sesak nafas, batuk, biasanya bersama dengan PCP.

Atau dapat berupa Mycobacteria ( infeksi jamur ) yang sulit di sembuhkan, biasanya muncul pada stadium akhir. b. Pada saluran pencernahan dan hati ( ;iver ), dengan gejala tidak enak diulu hati dan tidak ada nafsu makan. Dapat pula gejala tidak enak dimulut dan kerongkongan, tidak mau makan, sukar menelan dan rasa nyeri diulu hati. Gejala lain diare ( sering buang air besar, mencret ), gangguan penyerapan makanan dalam usus, pengurangan berat badan, karena diare yang terus-menerus, bertahan, kolik perut ( mulas ), tinja lembek sampai encer, hingga

kekurangan cairan.

3. Manifistasi pada saraf, denga infiksi HIV :

10 % manifestasi saraf ; 75 % ada penyakit saraf. Dapat berupa encefalitis ( infeksi otak ), miningitis ( infeksi selaput otak ), infeksi selaput jala mata ( retinitis ), dan gangguan saraf tepi ( neoropati perifer ). Gejala encepalitisnya dapat berupa :

Kebingugan, lupa ( amnesia ), lamban berpikir, hilang kemampuan konsentrasi, letih, tidak ada nafsu seksual, hilang keseimbangan badan, tungkai lemah, ataxia ( gerakan anggota tubuh tidak terarah ) tulisan kacau,


(9)

peninggian refleks-refleks ( hyperreflexia ). Gejala mental, antara lain : marah-marah, suka gaduh, respon berbicara lambat, lupa ( ©2004 Digitized by USU digital library 3 kejadian baru ), berlanjut dengan demensia ( bodoh ), berlanjut tergeletak, dan besar ( incontinentia urinae ). Gejala encefalitisnya dapat berupa :

Kebigungan, lupa ( amnesia ), lamban berfikir hilang kemampuan konsentrasi, litih, tidak nafsu seksual hilang, keseimbangan badan, tungkai lemah, ataxia ( gerakan anggota tubuh tidak berarah ), tulisan kacau, peninggian refleks-refleks ( hyperreflexia ). Gejala mental, antara lain : marah-marah, suka gaduh, respons berbicara lambat, lupa ( kejadian baru ), berlanjut dengan dimensia ( bodoh ), berlanjut tergeletak, dan beser ( incontinentia urinae ). Gejala meningitisnya berupa keletihan, deman, berat badan menurun, sakit kepala, mau muntah, kaku kuduk, dan fotofobia ( tidak tahan melihat cahaya ). Infeksi toxoplasma, jamur, TBC, tomor lain, dengan gejala klinik letih dan bingung, kejang, lumpuh sebagai tubuh, sampai ataxia, disfungsi batang otak dll. 4. Retinitis ( infeksi selaput jala mata = retina ). Gejala klinis dapatberupa: penyempitan lapangan pandang, kabur, nyeri dalam mata, perdarahan dalam mata, bisa sampai bisa menyebabkan kebutaan.

3.3 Proses penularan HIV/AIDS dan perkembangannya

Yang diketahui sampai saat ini sebangai sember penyakit AIDS adalah virus HIV ( Human Immunodeficiency Virus ). Sebagai pembawa penyakit ( vehikulum ) diketahui adalah : berbagai cairan tubuh, seperti sperma, cairan alat kelamin wanita ( vagina dan cerviks ), dan darah. Selain itu, HIV dapat dijumpai


(10)

pada penderita yang mengandung HIV dari air susu ibu, air mata, air liur, air ludah, tapi tidak terbukti dapat menularkan.

A

1. Transmisi suksual

Cara hubungan suksual ano-genital merupakan perilaku seksual dengan resiko tertinggi bagi penularan HIV. Karena mukosa rectum dan anus ( pelapisan ) yang sangat tipis dan mudah luka dan mendapat infeksi HIV.

2. Cara hubungan oro-ginital merupakan resiko tingkat kedua sesedah ano-genital. ( terrmasuk menelan sperma dari mitra seks pengidap HIV ). 3. Tingkat resiko ketiga adalah hubungan genito-genital ( hetero suksual ). Hasil sebuah penelitian membuktikan bahwa resiko penularan suami pengidap HIV kepada istrinya adalah 22 % dan dari isteri pengidap HIV kepada suaminya adalah8 %.

2. Transmisi non- seksual

1. Transmisi perenteral, penggunaan alat suntik atau alat tusuk lainya yang sudah tertular dengan virus HIV. Contoh paling populer adalah : para penyalah guna narkotika dengan suntik, terutama dinegara maju, di Asia terkenal di Thailand. Selain itu juga penggunaan alat suntik oleh para medis untuk banyak orang, atau diperguanakan berkali-kali dan sudah tertular virus HIV. Juga pada penggunaan alat tindik, baik daun teliga, hidung maupun di tempat lain, sedang alatnya sudah tertular virus HIV Resiko tertular dengan alat tusuk seperti ini, sekitar 1 %. Dari data CDC-NIH ( Centers for Disease Control and National


(11)

Institute for Health ) Amerika Serikat, dari sejumlah 973 orang yang tertusuk dengan jarum suntik yang sudah tertular dengan virus HIV, hanya 4 orang yang tertular dengan virus HIV.

2. Hal yang lain perlu diperhatikan adalah tertular dari darah transfusi, dari donor yang sudah tertular virus HIV. Di Amerika Serikat dan Eropa Barat, diman prevalensi HIV sedemikian tingginya, setiap donor darah sudah harus diskrin bebas virus HIV. Di Indonesia hal ini masih belum diperlulakan, karena relevansi HIV masih rendah. Resiko tertular infeksi HIV melalui transfusi darah adalah lebih dari 90 %.

3. Resiko transplasental, dari ibu hamil kepada anaknya 50 %.

Transmisi yang belum terbukti. Antara lain : walapun HIV telah dapat diisolasikan dari air susu ibu, namun belum terbukti penularanya. Dari air liur ( ludah), dapat diisolasi virus HIV, kemungkinan infeksi terjadi kalau saat berciuman dengan pengidap HIV, luka dibibir atau mukosa mulut.

Transmisi lain ynag belum terbukti adalah : Transmisi lewat air mata, lewat air seni ( urine ), maupun transmisi sosial , seperti serumah, satu kelas disekolah dll. Transmisi melalui serangga penggigit manusia, antara lain nyamuk, kutui busuk, tidak terbukti. Walaupun cara-cara yang disebutkan tadi belum terbukti merupakan transmisi infeksi virus HIV, namun dianjurkan agar : 1. Ibu pengidap HIV agar tidak menyusukan anaknya. 2. Mengurangi kontraminasi dengan saliva ( air liur, ludah), baik sewaktu “ resusitasi”


(12)

( merangsang jantung sewaktu serangan mogok jantung ), atau dikala berciuman ( sebainya jangan berciuman mulut-mulut dengan pengidap HIV ), dan juga hati-hati pada penderita sakit jiwa yang pengidap HIV yang suka menggigit ( anak

penderita sakit jiwa ).

3. untuk dokter ahli mata harus berhati-hati terhadap air mata pasien pengidap HIV.

ASPEK KEJIWAAN PENDERITA AIDS.

Begitu seseorang mengakui ia menderita AIDS ( atas pemberitahuan dokter ), penderita mengalami scock. Bisa putus asa ( karena shock berat ). Penderita mengalami “ depressi berat “. Dengan berkembangnya penyakit, makin lama makin berat, timbul berbagai infeksi opotunistik, penderita makin tersiksa. Biaya pengobatan tambah besar, macam penyakit tambah banyak, obat yang di beri harus tambah banyak dan tambah keras, dengan berbagai efek samping, ysng memperparah keadaan penderita. Masyarakat sekitar turut pula memperburuk keadaan kejiwaan penderita, dengan segala macam isu dan ejekan yang dilontarkan.

Adanya rasa takut pada AIDS. Orang yang melakukan kegiatan yang dinyatakan sebagai resiko tinggi tertular AIDS, sepertii para homoseksual, atau mereka yang suka gonta-ganti pasangan seksualnya, maupun yang propesinya denagn aktivitas seksual dan termasuk resiko tinggi, tentu saja sesudah mendengar informasi tentang AIDS jadi takut. Orang yang takut ini, menjadi panik, gelisah, susah tidur, merasa sudah tertular AIDS, akibatnya tidak dapat bekerja, lemah, dan


(13)

menjadi sakit karena dinyatakannya sendiri ia sakit. Padahall sebenarnya ia belum tertular AIDS. Hal seperti ini disebut : “ PSEUDO AIDS “ atau “ AIDO PHOBIA “. Gejala-gejalanya menyerupai AIDS pada fase ringan. Orang ini kawatir dirinya menderita AIDS, malahan percaya bahwa dirinya sudah menderita AIDS, karena apa yang didengarnya tentang gejala AIDS, dirasakanya ada pada dirinya. Oleh sebab itu, yang penting adalah menjauhi semua kegiatan yang tidak normal, berlaku wajar, dan kalua memeng merasa telah tertular, sebaiknya memeriksakan diri kepada dokter untuk menyakinkan diri sendiri. Demikian makalah ini, untuk mempertinggi kewaspadaan kita terhadap AIDS. Semoga setelah mendapat informasi tentang AIDS ini, kita lebih meningkatkan kewaspadaan, lebih terbuka, tetapi tidak menjadi menderita “ PSEUDO AIDS “ atau “ AIDO PHOBIA “

Karena AIDS bukan penyakit, AIDS tidak menular yang menular adalah HIV yaitu virus yang menyebabkan kekebalan tubuh mencapai masa AIDS. Virus ini terdapat dalam larutan darah cairan sperma dan cairan vagina, dan bisa menular pula melaui kontak darah atau cairan tersebut. Pada cairan tubuh lain konsentrasi HIV sangat rendah sehingga tidak bisa menjadi media atau saluran penularan.

Tidak ada gejala khusus jika seseorang sudah terinfeksi HIV, dengan kata lain orang yang mengidap HIV tidak bisa dikenali melalui diagnosis gejala tertentu, disamping itu orang yang terinfeksi HIV bisa saja tidak merasakan sakit. Berbulan-bulan atau tahun seseorang yang sudah terinfeksi dapat bertahan tanpa menunjukkan gejala klinis yang khas tetapi baru tampak pada tahap AIDS.

Ada empat cara penularan HIV. Pertama, melalui hubungan seksual dengan seorang pengidap HIV tanpa perlindungan atau menggunakan kontrasepsi


(14)

(kondom). Cara kedua, HIV dapat menular melalui transfusi dengan darah yang sudah tercemar HIV. Cara ketiga, seorang ibu yang mengidap HIV bisa pula menularkannya kepada bayi yang dikandung, itu tidak berarti HIV /AIDS merupakan penyakit turunan, karena penyakit turunan berada di gen-gen manusia sedangkan HIV menular saat darah atau cairan vagina ibu membuat kontak dengan cairan atau darah anaknya. Dan cara keempat adalah melalui pemakaian jarum suntik akufuntur, jarum tindik dan peralatan lainnya yang sudah dipakai oleh pengidap HIV.

Kemungkinan penularan HIV melalui empat cara diatas tidak sama, hal tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini

Penularan melalui Kemungkinan terinfeksi per kontak (%)

12 3 3.1 3.2 3.3 4 4.1 4.2 4.3

Tranfusi darah yang terinfeksi HIV

Dari ibu yang HIV + ke anak yang dikandungnya

Jarum Jarum suntik Jarum tusuk

Jarum suntik pada pecandu narkotika Hubungan seksual

Laki-laki ke laki-laki Laki-laki ke perempuan

89,5 15 – 30 0,67 0,29 0,5 – 10 0,06 – 5,10 0,05 – 0,23 0,03 – 5,60


(15)

4.4 4.5 4.5.1 4.5.2

Perempuan ke laki-laki Anal seks*

Oral seks* Penis ke mulut* Mulut ke Vagina*

Idem Idem Idem

Sumber : TIME (23/6-1997) dan AIDS and Men : Taking Risk of Taking Responsibility (Panos, London, 1999) serta sumber-sumber lain. Pengolahan data oleh penulis.

Data diatas menunjukkan kemungkinan penularan paling besar bila seseorang mendapat tranfusi dengan darah yang sudah terinfeksi HIV 89,5% akan terinfeksi, antara 15-30% ibu hamil yang positif akan menularkan virus pada anak yang dikandungnya. Kemungkinan penularan ini dapat ditekan sampai 8% dengan penanganan dokter ahli dan pemakaian obat-obat khusus saat hamil (Mutiara, 873,15-21 1997), dan kemungkinan cukup besar tertular sampai 10% perkontak, terdapat pada kalangan pecandu narkotik suntikan.

Ada satu kondisi lagi yang kondusif untuk penularan HIV/AIDS bila seseorang sudah terkena satu penyakit kelamin, penyakit kelamin yang dikenal umum adalah sifilis, gonore / GO, herpes dan chlanydia. Penderita penyakit diatas bisa membuat seorang rentan terhadap penularan HIV karena penyakit yang sudah ada padanya bisa menyebabkan infeksi saluran reproduksi, HIV bisa masuk dengan mudah melalui bagian yang sudah sakit.

TAHAP DAN GEJALA HIV / AIDS

Gejala-gejala AIDS baru bisa dilihat pada seseorang yang tertular HIV sesudah masa inkubasi, yang biasanya berlangsung antara 5-7 tahun setelah


(16)

terinfeksi. Selama masa inkubasi jumlah HIV dalam darah terus bertambah sedangkan jumlah sel T semakin berkurang, kekebalan tubuhpun semakin rusak jika jumlah sel T makin sedikit.

Masa inkubasi terdiri dari beberapa tahap, tenggang waktu pertama setelah HIV masuk kedalam aliran darah, disebut masa jendela / Window Period. Tenggang waktu berkisar antara 1-6 bulan, pada rentang waktu ini tes HIV akan menunjukkan hasil yang negativ karena tes yang menditeksi anti body HIV belum dapat ditemukan, tetapi walaupn seseorang yang terinfeksi HIV baru pada tahap jendela tetap saja dia dapat menularkan HIV kepada orang lain. Tahap kedua disebut kondisi asimptomatik, yaitu suatu keadaan yang tidak menunjukkan gejala-gejala walaupun dalam tubuh seseorang sudah ada HIV yang dapat dideteksi melalui tes. Kondisi ini bisa berlangsung antara 5-10 tahun, dan tahap inipun seseorang yang positif bisa menularkan HIVnya pada orang lain. Tahap ketiga ditandai dengan pembesaran kelenjar limfe yang menetap dibanyak bagian tubuh. Dan tahap keempat ditandai dengan kondisis seseorang yang sel T– 4 (sel darah putih sebagai pertahanan tubuh saat antigen masuk) pada dirinya sudah berada dibawah 200 / microliter sehingga muncul berbagai macam penyakit, terutama penyakit-penyakit yang disebabkan infeksi oportunistik. Sebenarnya infeksi oportunistik ini juga sudah sering muncul sebelum seseorang mencapai masa AIDS, tetapi dia belum akan dikatakan dalam kondisi AIDS apabila sel T – 4 didalam darahnya masih diatas 200 / microliter.

WHO telah membuat kriteria gejala yang dapat dipakai sebagai pegangan dalam mendiagnosis AIDS, ada yang disebut gejala mayor dan gejala minor. Gejala minor atau ringan antara lain : batuk kronis lebih dari satu bulan, bercak-bercak merah dan gatal dipermukaan kulit pada beberapa bagian tubuh, Herpes Zorter (infeksi yang disebabkan virus yang menggangu saraf) yang muncul berulang-ulang, infeksi semacam sariawan pada mulut dan tenggorokan yang disebabkan oleh jamur Candida albicans, dan pembengkakan kelenjar getah bening yang menetap di sekujur tubuh. Gejala-gejala mayor antara lain : demam yang berkepanjangan lebih dari tiga bulan, diare kronis lebih dari satu bulan


(17)

berulang-ulang maupun terus-menerus dan penurunan berat badan lebih 10 persen dalam kurun waktu tiga bulan.

PERKEMBANGAN HIV/AIDS DI DUNIA

Setelah kasus pertama HIV /AIDS ditemukan pada tahun 1981, dewasa ini telah merupakan pandemi, menyerang jutaan penduduk disetiap negara didunia dan menyerang pria, wanita serta anak-anak. WHO memperkirakan bahwa sekitar 10-12 juta orang dewasa dan anak-anak didunia telah terinfeksi dan setiap hari sebanyak 5000 orang tertular virus HIV. Menurut estimasi, pada tahun 2000 sekarang sekitar 10 juta penduduk akan hidup dengan AIDS, 8 juta diantaranya akan mati. Pada saat itu laju infeksi pada wanita akan jauh lebih cepat dari pada pria. Dari seluruh infeksi HIV 90% akan terjadi di negara berkembang terutema di Asia, negara yang paling parah terkena antara lain : Thailand diperkirakan antara 500 ribu dan 800 ribu penduduknya telah terinfeksi, India sudah mencapai rata-rata antara 2-5 juta, di Bombay sudah 50% pekerja seks dan 22,5% perempuan hamil sudah terinfeksi virus HIV. Sementara itu negara-negara maju telah berhasil menekan laju infeksi HIV di negaranya. Untuk lebih jelasnya dapatb dilihat tabel estimasi epidemi HIV / AIDS didunia (juni 1998).

Kawasan Jumlah

Amerika Utara Karibia

Amerika Latin

860.000 310.000 1.300.000


(18)

Eropa Barat

Eropa Timur dan Asia Tengah Afrika Utara dan Timur Tengah Sahara Afrika

Asia Selatan dan Asia Tenggara Asia Timur dan Pasifik

Australia dan Selandia Baru

480.000 190.000 210.000 21.000.000 5.800.000 420.000 12.000

Total 30.582.000

Sumber : Report on the Global HIV/AIDS Epidemic, Juni 1998, UNAIDS/WHO. Tahun 2000 penanganan AIDS diseluruh dunia akan menghabiskan dana 514 milliar dollar AS. Setiap hari 7500 penduduk dunia terinfeksi HIV, lebih dari separo yang terinfekssi rata-rata berusia dibawah 25 tahun.

Melihat kondisi yang sangat memprihatinkan tersebut pemerintah menganggap perlu melakukan satu tindakan pencegahan dan penanggulangan AIDS baik secara nasional ataupun regional dan global dengan berdasarkan kemanusiaan dan keadilan, sehingga akhirnya dibentuk suatu komisi penaggulangan AIDS. Komisi penaggulangan AIDS ini ditetapkan dengan keppres NO. 36 tahun 1994.

SITUASI DAN MASALAH HIV DI INDONESIA

Kasus penularan AIDS pertama di Indonesia pada tahun 1987 kemudian disusul dengan kasus-kasus berikutnya, sehingga pada tanggal 31 januari 1995 tercatat pengidap HIV 211 orang dan 69 penderita AIDS, 44 orang diantaranya meninggal. Data terakhir bulan Juni 1999 tercatat 88 mengidap HIV dan 26


(19)

penderita AIDS (sampai dengan 31 Agustus 1999). Serupa dengan pola penyebaran dinegara lain, di Indonesiapun mulainya diantara orang-orang homo seks, kemudian muncul pada sekelompok kecil orang-orang yang berperilaku resiko tinggi seperti pecandu obat narkotika dan para tuna susila. Sasaran umum pembangunan jangka panjang kedua (PJP-II) sebagaimana dinyatakan dalam GBHN 1993 adalah terciptanya kwalitas manusia dan kwalitas masyarakat Indonesia yang maju dan mandiri. Penyebaran HIV / AIDS dalam masyarakat bukan semata-mata hanya masalah kesehatan saja, tetapi mempunyai implikasi politik, ekonomi, sosial, etis, agama dan hukum, bahkan dampaknya secara nyata cepat atau lambat menyentuh semua aspek kehidupan bangsa dan negara. Hal ini mengancam upaya bangsa untuk meningkatkan kwalitas sumber daya manusia.

Dalam rangka mengamankan jalannya pembangunan nasional, demi terciptanya kwalitas manusia yang diharapkan, perlu peningkatan upaya penaggulangan HIV / AIDS, yang melibatkan semua sektor pembangunan nasional melalui program yang terarah, terpadu dan menyeluruh.

Untuk itu disusunlah strstegi nasional penanggulangan HIV / AIDS yang komprehensif, menyeluruh dan multi sektorel, guna mewujudkan satu gerak langkah dalam penaggulangan AIDS tersebut dan yang berdasarkan Keputusan Presiden NO. 36 tahun 1994 tentang komisi penanggulangan AIDS.

Tujuan Penanggulangan HIV/AIDS adalah untuk : 1. Mencegah penularan virus HIV.

2. Mengurangi sebanyak mungkin penderitaan perorangan, serta dampak sosial dan ekonomis dari HIV/AIDS di seluruh Indonesia.


(20)

3. Menghimpun dan menyatukan upaya-upaya nasional untuk penanggulangan HIV/AIDS.

STRATEGI NASIONAL PENANGGULANGAN HIV/AIDS

Strategi Nasional ini merupakan kerangka acuan dan panduan untuk setiap upaya penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia, baik oleh pemerintah, masyarakat LSM, keluarga, perorangan, universitas dan lembaga-lembaga penelitian, donor dan badan-badan internasional agar dapat bekerja sama dalam kemitraan yang efektif dan saling melengkapi dalam lingkup keahlian dan kepedulian masing-masing berdasarkan Pasal 5 Keputusan Presiden nomor 36 Tahun 1994.

Strategi Nasional ini disusun dengan sistematika, Prinsip-prinsip dasar penanggulangan HIV/AIDS, Lingkup program, peran dan tanggung jawab, kerjasama internasional dan pendanaan. Kegiatan penanggulangan AIDS dikomandoi oleh Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) yang diketuai oleh Menko Kesra dan di daerah oleh KPAD. Kegiatannya meliputi pencegahan, pelayanan, pemantauan, pengedalian dan penyuluhan.

Prinsip-prinsip dasar penanggulangan HIV/AIDS.

1. Upaya penanggulangan HIV/AIDS dilaksanakan bersama oleh masyarakat dan pemerintah.

2. Setiap upaya penanggulangan harus mencerminkan nilai-nilai agama dan budaya yang ada di Indonesia.

3. Setiap kegiatan diarahkan untuk mempertahankan dan memperkukuh ketahanan dan kesejahteraan keluarga, serta sistem dukungan sosial yang mengakar dalam masyarakat.

4. Pencegahan HIV/AIDS diarahkan pada upaya pendidikan dan penyuluhan untuk memantapkan perilaku yang baik dan mengubah perilaku yang berisiko tinggi.


(21)

5. Setiap orang berhak untuk mendapat informasi yang benar untuk melindungi diri dan orang lain terhadap infeksi HIV.

6. Setiap kebijakan, program, pelayanan dan kegiatan harus tetap menghormati harkat dan martabat dari para pengidap HIV/penderita AIDS dan keluarganya.

7. Setiap pemeriksaan untuk mendiagnosa HIV/AIDS harus didahului dengan penjelasan yang benar dan mendapat persetujuan yang bersangkutan (informed consent), sebelum dan sesudahnya harus diberikan konseling yang memadai dan hasil pemeriksaan wajib dirahasiakan.

8. Diusahakan agar peraturan perundang-undangan mendukung dan selaras dengan Strategi Nasional Penanggulangan HIV/AIDS di semua tingkat. 9. Setiap pemberi pelayanan kepada pengidap HIV/penderita AIDS

berkewajiban memberikan pelayanan tanpa diskriminasi. 10. 3 Aspek Kepedulian :

11. Lingkup Program Utama : Program

1. Pengamanan sumberdaya manusia.

2. Penggerakan, perorangan, keluarga, masyarakat untuk pencegahan, penyebaran dan penanggulangan HIV/AIDS.

3. Pelayanan, perawatan, pengobatan. 1. Komunikasi, Informasi, Edukasi (KIE). 2. Pencegahan.

3. Penelitian dan Kajian. 4. Monitoring dan Evaluasi.

Sasaran Masyarakat Terkena Infeksi HIV/AIDS, terutama : 1. Kelompok resiko tinggi :


(22)

1. Wanita Tuna Susila (WTS).

2. Karyawati panti pijat, night club, bar dan diskotik. 3. Waria.

4. Narapidana. 5. Kelompok gay.

6. Penderita penyakit menular seksual. 1. Donor darah.

2. Ibu hamil.

3. Calon Tenaga Kerja Indonesia (TKI). 4. Pelajar/mahasiswa.

5. Karyawan.

Upaya Kebijakan Untuk Mencegah Penyebaran HIV : - Agama sebagai benteng.

- Kartu bebas AIDS.

STRATEGI YANG DAPAT DILAKUKAN UNTUK MENANGGULANGI PENYEBARAN PENYAKIT HIV/AIDS ANTARA LAIN :

1. melakukan promosi kondom bagi WTS atau pekerja sex lainnya dengan cara memberikan penjelasan tentang fungsi dan cara pemakaiannya.

2. Membangun tempat-tempat rehabilitasi khusus untuk orang-orang yang menderita penyakit AIDS.

3. Gencar melakukan pentuluhan di berbagai tempat yang ditujukan kepada masyarakat umum tentang bahaya HIV/AIDS baik itu di sekolah-sekolah (SMU), Perguruan Tinggi jika perlu sampai ke Pondok Pesantren, kerja sama dinas kesehatan dengan para pembimbing sekolah.

4. Pemerintah dan LSM yang ada banyak melakukan penyuluhan ketahanan keluarga karena dengan ketahanan keluarga diharapkan Ayah, Ibu dan anak memahami bahaya dari penularan HIV/AIDS.


(23)

5. Merubah sikap dan perilaku masyarakat kearah positif dalam rangka pencegahan dan penyebarluasan AIDS.

6. Meningkatkan pengetahuan petugas dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan.

7. Berusaha agar pengidap HIV dan golongan resiko tinggi (WTS) dibekali keterampilan tertentu agar mampu bekerja di bidang lain dalam kehidupnnya.

8. Membentuk kelompok kerja teknis komunikasi, informasi, dan idukasi khusus untuk menagani HIV/AIDS.

Sebab-sebab tertular atau terkena HIV/AIDS antara lain :

1. banyak persepsi yang keliru tentang pemahaman penyakit HIV/AIDS dikalangan masyarakat.

2. Kurang adanya pendekatan orang tua terhadap anak-anaknya yang menginjak remaja sehingga mereka terjerumus pada pergaulan bebas. 3. Kurangnya pengetahuan sex dan seringnya berganti-ganti pasangan

dengan orang yang sudah terinfeksi HIV.

4. Banyaknya tempat-tempat rawan yang dapat menimbulkan penularan HIV diantaranya panti pijat, diskotik, tempat lokalisasi dan lain-lain.

5. Maraknya bisnis esek-esek dikalangan masyarakat tanpa perasaan malu melakukan hal tersebut.

- Skrining darah.


(24)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan keseluruhan, Dapat di simpulkan dari makalah di atas adalah :

1. Dengan melihat data maupun keterangan yang telah dijabarkan diatas, jelaslah bahwa penyakit/virus HIV sangat membahayakan bahkan lambat laun bisa mematikan. Untuk itu kita semua harus selalu waspada dengan


(25)

cara menjauhkan diri dari segala perbuatan yang dapat menyebabkan penularan HIV/AIDS, terutama sex bebas dalam arti tanpa menggunakan alat kontrasepsi.

2. Penanggulangan HIV di Indonesia telah berjalan dengan berkesinambungan dengan program-program pemerintah yang pro terhadap penanggulangan dan penanganan penderita AIDS

3. Penyebaran HIV/AIDS paling banyak terjadi dari proses seksual dan melalui jarum suntik ataupun property tattoo.

3.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis mencoba memberikan saran : 1. Kepada pemuda/i agar supaya menjaga kesehatan dengan menghindari seks

bebas dang anti-ganti pasangan secara berkala.

2. Lebih memperkuat jiwa spiritual agar supaya terhindar dari infeksi HIV/AIDS.

3. Kepada penulis selanjutnya agar supaya melengkapi data dan analisis dalam penyajian pembahasan.

DAFTAR PUSTAKA

http://asmisiangka.blogspot.com/2013/11/makalah-pencegahan-hiv-dan-aids.html Di akses 2 oktober 2014,20.00

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3620560/ Di akses 2 oktober 2014,20.00


(1)

3. Menghimpun dan menyatukan upaya-upaya nasional untuk penanggulangan HIV/AIDS.

STRATEGI NASIONAL PENANGGULANGAN HIV/AIDS

Strategi Nasional ini merupakan kerangka acuan dan panduan untuk setiap upaya penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia, baik oleh pemerintah, masyarakat LSM, keluarga, perorangan, universitas dan lembaga-lembaga penelitian, donor dan badan-badan internasional agar dapat bekerja sama dalam kemitraan yang efektif dan saling melengkapi dalam lingkup keahlian dan kepedulian masing-masing berdasarkan Pasal 5 Keputusan Presiden nomor 36 Tahun 1994.

Strategi Nasional ini disusun dengan sistematika, Prinsip-prinsip dasar penanggulangan HIV/AIDS, Lingkup program, peran dan tanggung jawab, kerjasama internasional dan pendanaan. Kegiatan penanggulangan AIDS dikomandoi oleh Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) yang diketuai oleh Menko Kesra dan di daerah oleh KPAD. Kegiatannya meliputi pencegahan, pelayanan, pemantauan, pengedalian dan penyuluhan.

Prinsip-prinsip dasar penanggulangan HIV/AIDS.

1. Upaya penanggulangan HIV/AIDS dilaksanakan bersama oleh masyarakat dan pemerintah.

2. Setiap upaya penanggulangan harus mencerminkan nilai-nilai agama dan budaya yang ada di Indonesia.

3. Setiap kegiatan diarahkan untuk mempertahankan dan memperkukuh ketahanan dan kesejahteraan keluarga, serta sistem dukungan sosial yang mengakar dalam masyarakat.

4. Pencegahan HIV/AIDS diarahkan pada upaya pendidikan dan penyuluhan untuk memantapkan perilaku yang baik dan mengubah perilaku yang berisiko tinggi.


(2)

5. Setiap orang berhak untuk mendapat informasi yang benar untuk melindungi diri dan orang lain terhadap infeksi HIV.

6. Setiap kebijakan, program, pelayanan dan kegiatan harus tetap menghormati harkat dan martabat dari para pengidap HIV/penderita AIDS dan keluarganya.

7. Setiap pemeriksaan untuk mendiagnosa HIV/AIDS harus didahului dengan penjelasan yang benar dan mendapat persetujuan yang bersangkutan (informed consent), sebelum dan sesudahnya harus diberikan konseling yang memadai dan hasil pemeriksaan wajib dirahasiakan.

8. Diusahakan agar peraturan perundang-undangan mendukung dan selaras dengan Strategi Nasional Penanggulangan HIV/AIDS di semua tingkat. 9. Setiap pemberi pelayanan kepada pengidap HIV/penderita AIDS

berkewajiban memberikan pelayanan tanpa diskriminasi. 10. 3 Aspek Kepedulian :

11. Lingkup Program Utama : Program

1. Pengamanan sumberdaya manusia.

2. Penggerakan, perorangan, keluarga, masyarakat untuk pencegahan, penyebaran dan penanggulangan HIV/AIDS.

3. Pelayanan, perawatan, pengobatan. 1. Komunikasi, Informasi, Edukasi (KIE). 2. Pencegahan.

3. Penelitian dan Kajian. 4. Monitoring dan Evaluasi.

Sasaran Masyarakat Terkena Infeksi HIV/AIDS, terutama : 1. Kelompok resiko tinggi :


(3)

1. Wanita Tuna Susila (WTS).

2. Karyawati panti pijat, night club, bar dan diskotik. 3. Waria.

4. Narapidana. 5. Kelompok gay.

6. Penderita penyakit menular seksual. 1. Donor darah.

2. Ibu hamil.

3. Calon Tenaga Kerja Indonesia (TKI). 4. Pelajar/mahasiswa.

5. Karyawan.

Upaya Kebijakan Untuk Mencegah Penyebaran HIV : - Agama sebagai benteng.

- Kartu bebas AIDS.

STRATEGI YANG DAPAT DILAKUKAN UNTUK MENANGGULANGI PENYEBARAN PENYAKIT HIV/AIDS ANTARA LAIN :

1. melakukan promosi kondom bagi WTS atau pekerja sex lainnya dengan cara memberikan penjelasan tentang fungsi dan cara pemakaiannya.

2. Membangun tempat-tempat rehabilitasi khusus untuk orang-orang yang menderita penyakit AIDS.

3. Gencar melakukan pentuluhan di berbagai tempat yang ditujukan kepada masyarakat umum tentang bahaya HIV/AIDS baik itu di sekolah-sekolah (SMU), Perguruan Tinggi jika perlu sampai ke Pondok Pesantren, kerja sama dinas kesehatan dengan para pembimbing sekolah.

4. Pemerintah dan LSM yang ada banyak melakukan penyuluhan ketahanan keluarga karena dengan ketahanan keluarga diharapkan Ayah, Ibu dan anak memahami bahaya dari penularan HIV/AIDS.


(4)

5. Merubah sikap dan perilaku masyarakat kearah positif dalam rangka pencegahan dan penyebarluasan AIDS.

6. Meningkatkan pengetahuan petugas dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan.

7. Berusaha agar pengidap HIV dan golongan resiko tinggi (WTS) dibekali keterampilan tertentu agar mampu bekerja di bidang lain dalam kehidupnnya.

8. Membentuk kelompok kerja teknis komunikasi, informasi, dan idukasi khusus untuk menagani HIV/AIDS.

Sebab-sebab tertular atau terkena HIV/AIDS antara lain :

1. banyak persepsi yang keliru tentang pemahaman penyakit HIV/AIDS dikalangan masyarakat.

2. Kurang adanya pendekatan orang tua terhadap anak-anaknya yang menginjak remaja sehingga mereka terjerumus pada pergaulan bebas. 3. Kurangnya pengetahuan sex dan seringnya berganti-ganti pasangan

dengan orang yang sudah terinfeksi HIV.

4. Banyaknya tempat-tempat rawan yang dapat menimbulkan penularan HIV diantaranya panti pijat, diskotik, tempat lokalisasi dan lain-lain.

5. Maraknya bisnis esek-esek dikalangan masyarakat tanpa perasaan malu melakukan hal tersebut.

- Skrining darah.


(5)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan keseluruhan, Dapat di simpulkan dari makalah di atas adalah :

1. Dengan melihat data maupun keterangan yang telah dijabarkan diatas, jelaslah bahwa penyakit/virus HIV sangat membahayakan bahkan lambat laun bisa mematikan. Untuk itu kita semua harus selalu waspada dengan


(6)

cara menjauhkan diri dari segala perbuatan yang dapat menyebabkan penularan HIV/AIDS, terutama sex bebas dalam arti tanpa menggunakan alat kontrasepsi.

2. Penanggulangan HIV di Indonesia telah berjalan dengan berkesinambungan dengan program-program pemerintah yang pro terhadap penanggulangan dan penanganan penderita AIDS

3. Penyebaran HIV/AIDS paling banyak terjadi dari proses seksual dan melalui jarum suntik ataupun property tattoo.

3.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis mencoba memberikan saran : 1. Kepada pemuda/i agar supaya menjaga kesehatan dengan menghindari seks

bebas dang anti-ganti pasangan secara berkala.

2. Lebih memperkuat jiwa spiritual agar supaya terhindar dari infeksi HIV/AIDS.

3. Kepada penulis selanjutnya agar supaya melengkapi data dan analisis dalam penyajian pembahasan.

DAFTAR PUSTAKA

http://asmisiangka.blogspot.com/2013/11/makalah-pencegahan-hiv-dan-aids.html Di akses 2 oktober 2014,20.00

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3620560/ Di akses 2 oktober 2014,20.00