BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kelebihan manusia dibandingkan dengan makhluk lainnya terletak pada kecerdasannya. Dengan kecerdasan manusia menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi. Manusia kemudian membuat berbagai macam karya termasuk salah satunya adalah komputer. Peranan komputer sangat besar untuk meringankan pekerjaan
manusia karena dapat mengolah data dalam jumlah yang besar dengan tingkat ketelitian yang tinggi. Penerapan komputer juga dilakukan pada berbagai bidang ilmu
termasuk diantaranya dalam bidang ketenaga-kerjaan. Salah satu negara yang yang sedang berkembang, yaitu indonesia yang membutuhkan tenaga kerja yang handal dan
memiliki kriteria yang sesuai dengan pekerjaannya untuk mendukung perkembangan dan kemajuan negara.
Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam ketatnya persaingan global yang bergerak begitu cepat, kemampuan perusahaan untuk terus menghasilkan produk baru yang
bernilai dimata pelanggan menjadi faktor penentu yang membedakan pemenang dalam sebuah persaingan. Febransyah, 2006.
Berdasarkan penjelasan diatas maka perusahaan membutuhkan seorang pakar yang dapat menangani berbagai macam masalah diperusahaan. Dengan adanya system
pakar maka peranan komputer akan sangat diperlukan untuk membantu perusahaan dalam mengatasi masalah tersebut. Dengan demikian, maka dibuatlah suatu sistem
pakar untuk memudahkan perusahaan dalam memilih karyawan secara baik berdasarkan kriteria-kriteria yang ditetapkan oleh perusahaan. Penyelesaian dari
permasalahan ini adalah penggunaan sistem pakar yang dipergunakan untuk menggantikan tugas manusia sebagai pakar.
Universitas Sumatera Utara
Pada kesempatan ini peneliti akan mencoba diperusahaan P.T Batik Semar Cabang Medan yang memproduksi batik. Perlu kita ketahui bahwa batik adalah suatu warisan
budaya Indoensia yang telah berkembang hingga sekarang dan terus menjadi
tradisi pakaian yang banyak digunakan untuk berbagai acara baik formal atau pun non formal bahkan di setiap lembaga pemerintah ataupun swasta, batik merupakan pakaian
seragam yang wajib di pakai. Perkembangan ini dapat dilihat dari berbagai industri yang memproduksi batik terus bertambah di Indonesia bahkan di perusahaan juga
banyak yang memproduksi batik sesuai dengan keunggulan atau kualitas batik yang dihasilkannya yang dapat menarik perhatian seseorang untuk memakainya
berdasarkan dari kualitas yang dihasilkan baik dari segi bahan, proses pembuatan, harga, motif dan warna batik tersebut.
Setiap daerah mempunyai corak dan khas yang berbeda-beda dikarenakan pengaruh budaya-budaya masyarakat setempat. Corak batik daerah Jawa Tengah
seperti Solo, Yogyakarta dan Pekalongan lebih banyak bermotif flora dengan alur yang rapat dengan warna-warna gelap seperti hitam ataupun coklat tua, berbeda
dengan corak batik daerah Madura terutama Sumenep yang mengkombinasikan antara flora dan fauna dengan dominasi warna merah. Tentunya untuk mengenalkan seni
batik hasil karya masyarakat Indonesia ke seluruh manca negara dengan utuh dan berkesinambungan memerlukan suatu sistem informasi yang menyeluruh dan dapat
disempurnakan secara terus-menerus maupun periodik. Mengenalkan seni corak batik ke seluruh manca negara secara tidak langsung juga mengenalkan suatu kepribadian
yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Seni batik selain nilai budaya juga mempunyai nilai ekonomi berbasis ekspor. Lusiana, 2009.
Adapun hal lain yang mungkin bisa dilakukan untuk mempromosikan batik keunggulan setiap daerah seperti yang dilakukan perusahaan batik Irmasasirangan di
kota Banjarmasin dengan menganalisis keputusan Bauran Promosi yang dilaksanakan oleh perusahaan secara signifikan berpengaruh terhadap proses pembelian konsumen
pada perusahaan tersebut yaitu sebesar 74,40 sedangkan pengaruh variabel lain di luar penelitian ini 25,60. Lestari, et al. 2011
Dengan berbusana yang baik dapat meningkatkan kepercayaan diri seseorang, banyak orang tidak belajar dengan serius tentang bagaimana berbusana yang serasi.
Orang Indonesia cenderung untuk memilih busana yang mahal dengan model terkini,
Universitas Sumatera Utara
bahan yang bagus dan warna yang sedang tren, dan kurang memperhatikan apakah busana yang dipilih akan betul-betul cocok dan serasi dengan profil dan kepribadian
mereka. Kesimpulan ini didapat melalui observasi di tempat-tempat umum. Walaupun ada fakta ini, berdasarkan hasil survei penulis, toko busana tradisional maupun online
belum memberikan saran bagaimana memilih busana yang sesuai. Toko busana atau kaintekstil membiarkan para pelanggan memilih sendiri busana atau kain dari koleksi
yang sangat banyak atau beragam yang dapat mengakibatkan salah pilih. Setiap batik
mempunyai perbedaan dalam hal motif, teknik produksi, variasi warna, bahan warna dan bahan tekstil. Motif yang dirancang dengan arti filosofis tertentu akan
memberikan impresi tertentu kepada pemakainya. Karena keberagaman motif dan warna batik, memilih batik yang sesuai dengan profil pemakai meliputi kepribadian,
warna kulit dan rambut agar berpenampilan menarik, terkadang tidak mudah untuk dilakukan karena keterbatasan pengetahuan mereka tentang batik. Moertini, 2007.
Pada kesempatan ini juga peneliti berusaha untuk menganalisis kualitas batik yang dihasilkan berdasarkan orang yang memakai batik hasil dari produksi Batik
Semar. Apakah setiap batik yang dihasilkan mempunyai kualitas yang sangat baik dan sesuai dengan yang memakainya berdasarkan harga, proses pembuatan, bahan, motif
atau corak dan warna yang disesuaikan dengan warna kulit pemakai dan faktor usia pemakai, karena setiap orang yang memakai batik mengalami perbedaan penampilan,
seperti orang yang lebih muda bisa kelihatan lebih tua jika memakai batik atau sebaliknya karena kualitas batik itu sendiri yang mempengaruhinya saat memakai
batik tersebut. Selain itu kualitas juga bisa dilihat dari hasil pencucian setelah pemakainan apakah warna dan bahan yang dipakai akan luntur atau mengalami
penyusutan. Untuk memecahkan masalah di atas salah satu metode yang digunakan adalah
dengan menggunakan model fuzzy expert system. Dengan menggunakan model fuzzy expert system kita bisa mengetahui model penggunaan pemakai batik dengan
menggunakan metode tsukamoto untuk mengidentifikasi penggunaan berbasis pemakai berdasarkan inventaris variable yang sesuai dengan usia dan warna kulit
pemakai berdasarkan motif dan warna batik yang dihasilkan.
1.2 Perumusan Masalah