Penelitian Sanad Hadis Hadis-hadis larangan menafsirkan Al-Qur'an dengan ra'y: ( studi pemahaman hadis nabi )

B. Penelitian Sanad Hadis

Hadis yang akan diteliti kemudian ditemukan dari hasil takhrîj yang dilakukan pada pembahasan sebelumnya, yang kemudian ditelusuri hadis yang terdapat pada kitab asalnya dengan rangkaian sanad dari setiap mukharrij-nya. ١ . ﻦﻣ ﺭﺎﻨﻟﺍ ﻦﻣ ﻩﺪﻌﹾﻘﻣ ﹾﺃﻮﺒﺘﻴﹾﻠﹶﻓ ﹴﻢﹾﻠﻋ ﹺﺮﻴﻐﹺﺑ ﻥﺁﺮﹸﻘﹾﻟﺍ ﻲﻓ ﹶﻝﺎﹶﻗ ِ a. Teks hadis yang dikeluarkan oleh Imâm al-Turmudzî : o ﺳ ﻦﻋ ﻰﹶﻠﻋﹶﺄﹾﻟﺍ ﺪﺒﻋ ﻦﻋ ﹸﻥﺎﻴﹾﻔﺳ ﺎﻨﹶﺛﺪﺣ ﻱﹺﺮﺴﻟﺍ ﻦﺑ ﺮﺸﹺﺑ ﺎﻨﹶﺛﺪﺣ ﹶﻥﺎﹶﻠﻴﹶﻏ ﻦﺑ ﺩﻮﻤﺤﻣ ﺎﻨﹶﺛﺪﺣ ﹺﻦﺑ ﺪﻴﻌ ﻦﻣ ﻢﱠﻠﺳﻭ ﻪﻴﹶﻠﻋ ﻢﻬﱠﻠﻟﺍ ﻰﱠﻠﺻ ﻪﱠﻠﻟﺍ ﹸﻝﻮﺳﺭ ﹶﻝﺎﹶﻗ ﹶﻝﺎﹶﻗ ﺎﻤﻤﻬﻨﻋ ﻢﻬﱠﻠﻟﺍ ﻲﺿﺭ ﹴﺱﺎﺒﻋ ﹺﻦﺑﺍ ﹺﻦﻋ ﹴﺮﻴﺒﺟ ﹶﻝﺎﹶﻗ ٌ ﺢﻴﺤﺻ ﻦﺴﺣ ﹲﺚﻳﺪﺣ ﺍﹶﺬﻫ ﻰﺴﻴﻋ ﻮﺑﹶﺃ ﹶﻝﺎﹶﻗ ﹺﺭﺎﻨﻟﺍ ﻦﻣ ﻩﺪﻌﹾﻘﻣ ﹾﺃﻮﺒﺘﻴﹾﻠﹶﻓ ﹴﻢﹾﻠﻋ ﹺﺮﻴﻐﹺﺑ ﻥﺁﺮﹸﻘﹾﻟﺍ ﻲﻓ . ٢٧ o ﻋﹶﺄﹾﻟﺍ ﺪﺒﻋ ﻦﻋ ﹶﺔﻧﺍﻮﻋ ﻮﺑﹶﺃ ﺎﻨﹶﺛﺪﺣ ﻲﹺﺒﹾﻠﹶﻜﹾﻟﺍ ﻭﹴﺮﻤﻋ ﻦﺑ ﺪﻳﻮﺳ ﺎﻨﹶﺛﺪﺣ ﹴﻊﻴﻛﻭ ﻦﺑ ﹸﻥﺎﻴﹾﻔﺳ ﺎﻨﹶﺛﺪﺣ ﻦﻋ ﻰﹶﻠ ﹶﺚﻳﺪﺤﹾﻟﺍ ﺍﻮﹸﻘﺗﺍ ﹶﻝﺎﹶﻗ ﻢﱠﻠﺳﻭ ﻪﻴﹶﻠﻋ ﻢﻬﱠﻠﻟﺍ ﻰﱠﻠﺻ ﻲﹺﺒﻨﻟﺍ ﹺﻦﻋ ﹴﺱﺎﺒﻋ ﹺﻦﺑﺍ ﹺﻦﻋ ﹴﺮﻴﺒﺟ ﹺﻦﺑ ﺪﻴﻌﺳ ﺎﻣ ﺎﱠﻟﹺﺇ ﻲﻨﻋ ﻪﹺﻳﹾﺃﺮﹺﺑ ﻥﺁﺮﹸﻘﹾﻟﺍ ﻲﻓ ﹶﻝﺎﹶﻗ ﻦﻣﻭ ﹺﺭﺎﻨﻟﺍ ﻦﻣ ﻩﺪﻌﹾﻘﻣ ﹾﺃﻮﺒﺘﻴﹾﻠﹶﻓ ﺍﺪﻤﻌﺘﻣ ﻲﹶﻠﻋ ﺏﹶﺬﹶﻛ ﻦﻤﹶﻓ ﻢﺘﻤﻠﻋ ﹾﺃﻮﺒﺘﻴﹾﻠﹶﻓ ﻦﺴﺣ ﹲﺚﻳﺪﺣ ﺍﹶﺬﻫ ﻰﺴﻴﻋ ﻮﺑﹶﺃ ﹶﻝﺎﹶﻗ ﹺﺭﺎﻨﻟﺍ ﻦﻣ ﻩﺪﻌﹾﻘﻣ . ٢٨ b. Teks hadis yang dikeluarkan Imâm Ahmad bin Hanbal : o ﹴﺱﺎﺒﻋ ﹺﻦﺑﺍ ﹺﻦﻋ ﹴﺮﻴﺒﺟ ﹺﻦﺑ ﺪﻴﻌﺳ ﻦﻋ ﻲﹺﺒﹶﻠﻌﱠﺜﻟﺍ ﻰﹶﻠﻋﹶﺄﹾﻟﺍ ﺪﺒﻋ ﻦﻋ ﹸﻥﺎﻴﹾﻔﺳ ﺎﻨﹶﺛﺪﺣ ﻊﻴﻛﻭ ﺎﻨﹶﺛﺪﺣ ﹶﻝﺎﹶﻗ ﹶﻝﺎﹶﻗ ﹶﻓ ﹴﻢﹾﻠﻋ ﹺﺮﻴﻐﹺﺑ ﻥﺁﺮﹸﻘﹾﻟﺍ ﻲﻓ ﹶﻝﺎﹶﻗ ﻦﻣ ﻢﱠﻠﺳﻭ ﻪﻴﹶﻠﻋ ﻢﻬﱠﻠﻟﺍ ﻰﱠﻠﺻ ﻪﱠﻠﻟﺍ ﹸﻝﻮﺳﺭ ﹺﺭﺎﻨﻟﺍ ﻦﻣ ﻩﺪﻌﹾﻘﻣ ﹾﺃﻮﺒﺘﻴﹾﻠ . ٢٩ o ﹶﻗ ﹶﻝﺎﹶﻗ ﹴﺱﺎﺒﻋ ﹺﻦﺑﺍ ﹺﻦﻋ ﹴﺮﻴﺒﺟ ﹺﻦﺑ ﺪﻴﻌﺳ ﻦﻋ ﻰﹶﻠﻋﹶﺄﹾﻟﺍ ﺪﺒﻋ ﺎﻨﹶﺛﺪﺣ ﹸﻥﺎﻴﹾﻔﺳ ﺎﻨﹶﺛﺪﺣ ﹲﻞﻣﺆﻣ ﺎﻨﹶﺛﺪﺣ ﹶﻝﺎ 27 Abû ‘Îsâ Muhammad bin ‘Îsâ al-Turmudzî al-Silmi, Sunân al-Turmudzî, Beirut : Dâr Ihyâ’ al-Turas al-‘Arabî, tt.,juz 5, h. 199. 28 Abû ‘Îsâ al-Turmudzî, Sunân al-Turmudzî, juz 5, h. 199. 29 Ahmad bin Hanbal Abû ‘Abdillâh al-Syaibani, Musnad al-Imâm Ahmad bin Hanbal, Mesir: Mu‘assasah Qartah, tt, jilid 1, h. 233. ﹺﺮﻴﻐﹺﺑ ﻥﺁﺮﹸﻘﹾﻟﺍ ﻲﻓ ﹶﻝﺎﹶﻗ ﻦﻣ ﻢﱠﻠﺳﻭ ﻪﻴﹶﻠﻋ ﻢﻬﱠﻠﻟﺍ ﻰﱠﻠﺻ ﻪﱠﻠﻟﺍ ﹸﻝﻮﺳﺭ ﹺﺭﺎﻨﻟﺍ ﻦﻣ ﻩﺪﻌﹾﻘﻣ ﹾﺃﻮﺒﺘﻴﹾﻠﹶﻓ ﹴﻢﹾﻠﻋ . ٣٠ o ﹴﺱﺎﺒﻋ ﹺﻦﺑﺍ ﹺﻦﻋ ﹴﺮﻴﺒﺟ ﹺﻦﺑ ﺪﻴﻌﺳ ﻦﻋ ﻰﹶﻠﻋﹶﺄﹾﻟﺍ ﺪﺒﻋ ﻦﻋ ﹶﺔﻧﺍﻮﻋ ﻮﺑﹶﺃ ﺎﻨﹶﺛﺪﺣ ﺪﻴﻟﻮﹾﻟﺍ ﻮﺑﹶﺃ ﺎﻨﹶﺛﺪﺣ ﹶﻝﺎﹶﻗ ﹶﻝﺎﹶﻗ ﹶﺚﻳﺪﺤﹾﻟﺍ ﺍﻮﹸﻘﺗﺍ ﻢﱠﻠﺳﻭ ﻪﻴﹶﻠﻋ ﻢﻬﱠﻠﻟﺍ ﻰﱠﻠﺻ ﻪﱠﻠﻟﺍ ﹸﻝﻮﺳﺭ ﻲﹶﻠﻋ ﺏﹶﺬﹶﻛ ﻦﻣ ﻪﻧﹺﺈﹶﻓ ﻢﺘﻤﻠﻋ ﺎﻣ ﺎﱠﻟﹺﺇ ﻲﻨﻋ ﻩﺪﻌﹾﻘﻣ ﹾﺃﻮﺒﺘﻴﹾﻠﹶﻓ ﹴﻢﹾﻠﻋ ﹺﺮﻴﻐﹺﺑ ﻥﺁﺮﹸﻘﹾﻟﺍ ﻲﻓ ﺏﹶﺬﹶﻛ ﻦﻣﻭ ﹺﺭﺎﻨﻟﺍ ﻦﻣ ﻩﺪﻌﹾﻘﻣ ﹾﺃﻮﺒﺘﻴﹾﻠﹶﻓ ﺍﺪﻤﻌﺘﻣ ﺭﺎﻨﻟﺍ ﻦﻣ . ٣١ o ﺪﺣ ﹶﺔﻧﺍﻮﻋ ﻮﺑﹶﺃ ﺎﻨﹶﺛﺪﺣ ﹸﻥﺎﱠﻔﻋ ﺎﻨﹶﺛﺪﺣ ﹺﻦﻋ ﹴﺱﺎﺒﻋ ﹺﻦﺑﺍ ﹺﻦﻋ ﹴﺮﻴﺒﺟ ﹺﻦﺑ ﺪﻴﻌﺳ ﻦﻋ ﻲﹺﺒﹶﻠﻌﱠﺜﻟﺍ ﻰﹶﻠﻋﹶﺄﹾﻟﺍ ﺪﺒﻋ ﺎﻨﹶﺛ ﻰﹶﻠﻋ ﺏﹶﺬﹶﻛ ﻦﻣﻭ ﹶﻝﺎﹶﻗ ﻢﺘﻤﻠﻋ ﺎﻣ ﺎﱠﻟﹺﺇ ﻲﻨﻋ ﹶﺚﻳﺪﺤﹾﻟﺍ ﺍﻮﹸﻘﺗﺍ ﹶﻝﺎﹶﻗ ﻢﱠﻠﺳﻭ ﻪﻴﹶﻠﻋ ﻢﻬﱠﻠﻟﺍ ﻰﱠﻠﺻ ﻲﹺﺒﻨﻟﺍ ﻮﺒﺘﻴﹾﻠﹶﻓ ﹴﻢﹾﻠﻋ ﹺﺮﻴﻐﹺﺑ ﻥﺁﺮﹸﻘﹾﻟﺍ ﹺﺭﺎﻨﻟﺍ ﻦﻣ ﻩﺪﻌﹾﻘﻣ ﹾﺃ . ٣٢ ٢ . ﹶﺄﹶﻄﺧﹶﺃ ﺪﹶﻘﹶﻓ ﺏﺎﺻﹶﺄﹶﻓ ﻪﹺﻳﹾﺃﺮﹺﺑ ﱠﻞﺟﻭ ﺰﻋ ﻪﱠﻠﻟﺍ ﹺﺏﺎﺘﻛ ﻲﻓ ﹶﻝﺎﹶﻗ ﻦﻣ a. Teks hadis yang dikeluarkan oleh Imâm al-Turmudzî : ﻦﺑ ﹸﻞﻴﻬﺳ ﺎﻨﹶﺛﺪﺣ ﹴﻝﺎﹶﻠﻫ ﻦﺑ ﹸﻥﺎﺒﺣ ﺎﻨﹶﺛﺪﺣ ﺪﻴﻤﺣ ﻦﺑ ﺪﺒﻋ ﺎﻨﹶﺛﺪﺣ ﹴﻡﺰﺣ ﻮﺧﹶﺃ ﹴﻡﺰﺣ ﻲﹺﺑﹶﺃ ﻦﺑﺍ ﻮﻫﻭ ﻪﱠﻠﻟﺍ ﺪﺒﻋ ﱠﻠﻟﺍ ﻰﱠﻠﺻ ﻪﱠﻠﻟﺍ ﹸﻝﻮﺳﺭ ﹶﻝﺎﹶﻗ ﹶﻝﺎﹶﻗ ﻪﱠﻠﻟﺍ ﺪﺒﻋ ﹺﻦﺑ ﹺﺏﺪﻨﺟ ﻦﻋ ﻲﹺﻧﻮﺠﹾﻟﺍ ﹶﻥﺍﺮﻤﻋ ﻮﺑﹶﺃ ﺎﻨﹶﺛﺪﺣ ﻲﻌﹶﻄﹸﻘﹾﻟﺍ ﻪﻴﹶﻠﻋ ﻢﻬ ﺪﹶﻘﹶﻓ ﺏﺎﺻﹶﺄﹶﻓ ﻪﹺﻳﹾﺃﺮﹺﺑ ﻥﺁﺮﹸﻘﹾﻟﺍ ﻲﻓ ﹶﻝﺎﹶﻗ ﻦﻣ ﻢﱠﻠﺳﻭ ﺐﻳﹺﺮﹶﻏ ﹲﺚﻳﺪﺣ ﺍﹶﺬﻫ ﻰﺴﻴﻋ ﻮﺑﹶﺃ ﹶﻝﺎﹶﻗ ﹶﺄﹶﻄﺧﹶﺃ . ٣٣ b. Teks hadis yang dikeluarkan oleh Imâm Abû Dâud : ﻨﹶﺛﺪﺣ ﻲﻣﺮﻀﺤﹾﻟﺍ ﺉﹺﺮﹾﻘﻤﹾﻟﺍ ﻕﺎﺤﺳﹺﺇ ﻦﺑ ﺏﻮﹸﻘﻌﻳ ﺎﻨﹶﺛﺪﺣ ﻰﻴﺤﻳ ﹺﻦﺑ ﺪﻤﺤﻣ ﻦﺑ ﻪﱠﻠﻟﺍ ﺪﺒﻋ ﺎﻨﹶﺛﺪﺣ ﺎ ﹶﺃ ﹶﻥﺍﺮﻬﻣ ﻦﺑ ﹸﻞﻴﻬﺳ ﻰﱠﻠﺻ ﻪﱠﻠﻟﺍ ﹸﻝﻮﺳﺭ ﹶﻝﺎﹶﻗ ﹶﻝﺎﹶﻗ ﹴﺏﺪﻨﺟ ﻦﻋ ﹶﻥﺍﺮﻤﻋ ﻮﺑﹶﺃ ﺎﻨﹶﺛﺪﺣ ﻲﻌﹶﻄﹸﻘﹾﻟﺍ ﹴﻡﺰﺣ ﻲﺧ ﹶﺄﹶﻄﺧﹶﺃ ﺪﹶﻘﹶﻓ ﺏﺎﺻﹶﺄﹶﻓ ﻪﹺﻳﹾﺃﺮﹺﺑ ﱠﻞﺟﻭ ﺰﻋ ﻪﱠﻠﻟﺍ ﹺﺏﺎﺘﻛ ﻲﻓ ﹶﻝﺎﹶﻗ ﻦﻣ ﻢﱠﻠﺳﻭ ﻪﻴﹶﻠﻋ ﻢﻬﱠﻠﻟﺍ . ٣٤ 30 Ahmad bin Hanbal, Musnad al-Imâm Ahmad bin Hanbal, jilid 1, h. 269. 31 Ahmad bin Hanbal, Musnad al-Imâm Ahmad bin Hanbal, jilid 1, h. 323. 32 Ahmad bin Hanbal, Musnad al-Imâm Ahmad bin Hanbal, jilid 1, h. 327. 33 Abû `Îsâ al-Turmudzî, Sunân al-Turmudzî, juz 5, h. 200. 34 Sulaimân bin al-Asy‘as Abû Dâwud al-Sijistanî al-Azdî, Sunân Abî Dâwud, Beirut, Dâr al-Fikr, tt, juz 3, h. 320. Hadis-hadis di atas secara umum bersumber dari dua orang sahabat, hadis pertama bersumber dari Ibn ‘Abbâs, sedangkan hadis kedua bersumber dari Jundub, artinya hadis-hadis di atas diriwayatkan oleh orang perorang ah âd atau tidak sampai pada derajat mutawâtir, oleh karena itu meneliti sejauh mana kualitasnya menjadi penting guna digunakannya sebagai hujjah. Pada hadis-hadis model pertama, keenam matan hadis tersebut bersamaan maknanya. Perbedaan lafaz memang ada, tetapi tidak menjadikan perbedaan makna. Untuk memperlihatkan jalur sanad hadis yang diteliti, maka penulis akan melakukan i’tibâr. 35 Kegiatan i’tibâr dilakukan untuk memperlihatkan dengan jelas seluruh jalur sanad hadis yang diteliti, termasuk juga nama-nama periwayatnya, dan metode periwayatan yang digunakan oleh masing-masing periwayat yang bersangkutan. 36 Sebelum dikemukakan skema sanadnya, ada beberapa hal yang perlu dijelaskan terlebih dahulu sehingga skema akan lebih mudah disusun dan dipahami. Dalam hadis model pertama, pada keenam sanadnya terdapat nama- nama periwayat yang ditulis secara berbeda, tetapi maksudnya sama yakni ‘Abd al-A’lâ yang pada dua sanad Ahmad bin Hanbal ditulis secara lengkap, yakni ‘Abd al-A’lâ al-Tsa’labî, yang pada sanad lainnya hanya ditulis dengan ‘Abd al- A’lâ. Dan pada skema nanti, akan ditulis dengan ‘Abd al-A’lâ saja. Selanjutnya, 35 Kata i’tibâr merupakan mas dar dari kata i’tabara yang berarti peninjauan terhadap berbagai hal yang dimaksud untuk dapat mengetahui yang sejenis dengannya. Sedangkan menurut ilmua hadis i’tibâr berarti menyertakan sanad-sanad yang lain untuk suatu hadis tertentu yang pada bagian sanadnya tampak hanya terdapat seorang periwayat saja, dan dengan menyertakan sanad- sanad lain akan dapat diketahui apakah ada periwayat yang lain ataukah tidak ada. Lihat M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi, h. 52. 36 M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi, Jakarta: Bulan Bintang, 1992, h. 52. mulai periwayat pertama sampai dengan periwayat ketiga, tidak terdapat periwayat yang berstatus pendukung corroboration baik berupa syahid 37 maupun mutabi’ 38 . Pada periwayat keempat, kelima, dan bagi sanad Turmudzî periwat keenam, barulah terdapat mutabi’. Dengan demikian, mulai periwayat pertama sampai dengan periwayat ketiga, sanad hadis termasuk garîb, dan barulah pada periwayat keempat, sanad tersebut menjadi masyhûr. Pada hadis model kedua, pada kedua sanadnya terdapat tiga orang periwayat yang nama-nama mereka dikemukakan secara tidak seragam, yakni Jundub, Abû ‘Imrân dan Suhail bin Mihrân yang pada sanad Turmudzî ditulis Jundub bin ‘Abdillah, Abû ‘Imrân al-Jaunî dan Suhail bin ‘Abdillah, sedangkan pada sanad Abû Dâwud ditulis Jundub, Abû ‘Imrân dan Suhail bin Mihrân. Dan pada skema nanti akan ditulis Jundub bin ‘Abdillah, Abû ‘Imrân al-Jaunî dan Suhail bin ‘Abdillah. Selanjutnya, mulai periwayat pertama sampai dengan periwayat ketiga, tidak terdapat periwayat yang berstatus pendukung corroboration baik berupa syahid maupun mutabi’. Pada periwayat keempat, kelima, dan bagi sanad Turmudzî periwat keenam, barulah terdapat mutabi’. Dan untuk memperjelas dan mempermudah proses penelitian sanad, maka diperlukan pembuatan skema untuk seluruh sanad hadis yang akan diteliti. Berikut gambaran skematis jalur periwayatan hadis-hadis di atas : 37 Pengertian syahid dalam istilah ilmu hadis biasa diberi kata jamak dengan syawahid ialah periwayat yang berstatus pendukung yang berkedudukan sebagai sahabat Nabi. Lihat M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi, h. 53. 38 Yang dimaksud mutabi’ biasa juga disebut tabi’ dengan jamak tawabi’ ialah periwayat yang berstatus pendukung pada periwayat yang bukan sahabat Nabi. Lihat M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi, h. 53. ﻦﻋ ﻦﻋ ﻦﻋ ﻦﻋ ﺎﻨﹶﺛﺪﺣ ﺎﻨﹶﺛﺪﺣ ﺎﻨﹶﺛﺪﺣ ﺎﻨﹶﺛﺪﺣ ﺎﻨﹶﺛﺪﺣ ﺎﻨﹶﺛﺪﺣ ﺎﻨﹶﺛﺪﺣ ﺎﻨﹶﺛﺪﺣ ﺎﻨﹶﺛﺪﺣ ﺎﻨﹶﺛﺪﺣ ﺎﻨﹶﺛﺪﺣ ﺎﻨﹶﺛﺪﺣ ﺎﻨﹶﺛﺪﺣ ﺎﻨﹶﺛﺪﺣ ﺎﻨﹶﺛﺪﺣ ﺎﻨﹶﺛﺪﺣ SKEMA SANAD HADIS TENTANG LARANGAN MENAFSIRKAN DENGAN RA’YU Hadis I ْﻦَﻣ َﻢﱠﻠَﺳَو ِﮫْﯿَﻠَﻋ ﻢﮭﱠﻠﻟا ﻰﱠﻠَﺻ ِﮫﱠﻠﻟا ُلﻮُﺳَر َلﺎَﻗ ِنآْﺮُﻘْﻟا ﻲِﻓ َلﺎَﻗ ِرﺎﱠﻨﻟا َﻦِﻣ ُهَﺪَﻌْﻘَﻣ ْأﱠﻮَﺒَﺘَﯿْﻠَﻓ ٍﻢْﻠِﻋ ِﺮْﯿَﻐِﺑ ﹺﻦﺑﺍ ﹴﺱﺎﺒﻋ ﺪﻴﻌﺳ ﹺﻦﺑ ﹴﺮﻴﺒﺟ ﺪﺒﻋ ﻰﹶﻠﻋﹶﺄﹾﻟﺍ ﻮﺑﹶﺃ ﹶﺔﻧﺍﻮﻋ ﹸﻥﺎﻴﹾﻔﺳ ﹲﻞﻣﺆﻣ ﻊﻴﻛﻭ ﺪﻳﻮﺳ ﻦﺑ ﻭﹴﺮﻤﻋ ﻮﺑﹶﺃ ﻟﻮﹾﻟﺍ ﺪﻴ ﹸﻥﺎﱠﻔﻋ ﺮﺸﹺﺑ ﻦﺑ ﻱﹺﺮﺴﻟﺍ ﹸﻥﺎﻴﹾﻔﺳ ﻦﺑ ﹴﻊﻴﻛﻭ ﺩﻮﻤﺤﻣ ﻦﺑ ﹶﻥﺎﹶﻠﻴﹶﻏ ﻯﺬﻣﺮﺘﻟﺍ ﺪﲪﺃ ﻦﺑ ﻞﺒﻨﺣ ﻦﻋ ﺎﻨﹶﺛﺪﺣ ﺎﻨﹶﺛﺪﺣ ﺎﻨﹶﺛﺪﺣ ﺎﻨﹶﺛﺪﺣ ﺎﻨﹶﺛﺪﺣ ﺪﺣ ﺎﻨﹶﺛ ﺎﻨﹶﺛﺪﺣ SKEMA SANAD HADIS TENTANG LARANGAN MENAFSIRKAN DENGAN RA’YU Hadis II َﻋ ﻢﮭﱠﻠﻟا ﻰﱠﻠَﺻ ِﮫﱠﻠﻟا ُلﻮُﺳَر َلﺎَﻗ َﺄَﻄْﺧَأ ْﺪَﻘَﻓ َبﺎَﺻَﺄَﻓ ِﮫِﯾْأَﺮِﺑ ِنآْﺮُﻘْﻟا ﻲِﻓ َلﺎَﻗ ْﻦَﻣ َﻢﱠﻠَﺳَو ِﮫْﯿَﻠ ﹺﺏﺪﻨﺟ ﹺﻦﺑ ﺪﺒﻋ ﻪﱠﻠﻟﺍ ﻮﺑﹶﺃ ﹶﻥﺍﺮﻤﻋ ﻲﹺﻧﻮﺠﹾﻟﺍ ﹸﻞﻴﻬﺳ ﻦﺑ ﺪﺒﻋ ﻪﱠﻠﻟﺍ ﺏﻮﹸﻘﻌﻳ ﻦﺑ ﻕﺎﺤﺳﹺﺇ ﺪﻤﺤﻣ ﹺﻦﺑ ﻰﻴﺤﻳ ﺪﺒﻋ ﻪﱠﻠﻟﺍ ﻦﺑ ﻮﺑﺍ ﺩﻭﺍﺩ ﹸﻥﺎﺒﺣ ﻦﺑ ﹴﻝﺎﹶﻠﻫ ﺪﺒﻋ ﻦﺑ ﺪﻴﻤﺣ ﻯﺬﻣﺮﺘﻟﺍ Pada gambaran skema sanad hadis pertama di atas, telihat hadis ini diriwayatkan oleh Ibn ‘Abbâs dari Nabi Muhammad Saw. Secara marfû’ qawlî haqîqî. 39 Hadis tersebut keseluruhannya bersumber dari Ibn ‘Abbâs, yang kemudian ditransmisikan kepada Sa`îd bin Jubair, lalu kepada ‘Abd al-A’lâ, melalui ‘Abd al-A’lâ inilah bercabang kepada Sufyân dan Abû ‘Awânah. Beberapa rawi yang meriwayatkan dari Sufyân antara lain Wakî’ dan Muammal sebagaimana di-takhrîj Imam Ahmad, sementara yang meriwayatkan dari Sufyan yang di-takhrîj Imam al-Turmudzî adalah Bisyr bin al-Sariyy melalui Mahmûd bin Gailân. Sementara rawi yang meriwayatkan dari Abû `Awânah antara lain Suwaid bin ‘Amr yang di-takhrîj Imam al-Turmudzî melalui Sufyân bin Wakî’, rawi lainnya adalah yang meriwayatkan dari Abû ‘Awânah Abû al-Walîd dan ‘Affân yang di-takhrîj Imam Ahmad bin Hanbal. Dan pada hadis kedua di-takhrîj oleh dua mukharrij yaitu Imam al-Turmudzî dan Imam Abû Dâwud, yang di-takhrîj Imam al-Turmudzî dari ‘Abd bin Humaid dari Habbân bin Hilâl dari Suhail dari Abu ‘Imrân al-Jaunî dari Jundub bin ‘Abdillâh. Yang lainnya di-takhrîj Imam Abû Dâwud melalui ‘Abdullâh bin Muhammad bin Yahyâ dari Ya’qûb bin Ishâq al-Hadrâmî dari Suhail dengan jalur yang sama dengan jalur sanad al-Turmudzî. Dalam hubungannya dengan penelitian sanad, maka unsur-unsur kaidah kesahihan hadis yang berlaku untuk sanad dijadikan sebagai acuan. Unsur-unsur itu ada yang berhubungan dengan rangkaian atau persambungan sanad dan ada 39 Marfû’ qawlî haqîqî ialah apa yang disandarkan oleh sahabat kepada Nabi Saw. tentang sabdanya, bukan perbuatan atau ikrarnya. Lihat Fatchur Rahman, Ikhtisâr Mustalahul Hadîts, Bandung : Alma’arif, 1974, h. 160. yang berhubungan dengan keadaan pribadi atau kualitas para periwayatnya, untuk itu diperlukan penelitian secara spesifik terhadap masing-masing periwayatnya. Dan hasilnya dapat dilihat pada keterangan di bawah ini : o Hadis I Jalur al-Turmudzî melalui Mahmûd bin Gailân 1. Al-Turmudzî Nama lengkapnya adalah Abû Îsa Muhammad bin Îsâ bin Surah, beliau adalah seorang muhaddits yang dilahirkan di kota Turmudz, sebuah kota kecil di pinggir utara sungai Amuderiya, sebelah utara Iran. Beliau dilahirkan di kota tersebut pada bulan dzulhijjah tahun 200 H 824 M dan wafat di Turmudz juga pada akhir Rajab tahun 279 H 892 M. 40 Beliau menyusun satu kitab Sunan dan kitab ‘Ilâl al-Hadîts. Pada akhir kitabnya beliau menerangkan, bahwa semua hadis yang terdapat dalam kitab ini adalah ma’mûl dapat diamalkan. 41 Beliau meriwayatkan hadis dari Qutaibah bin Sa’d, Ishâq bin Rahawaih, Muhammad bin Amru al-Sawaq al-Balkhî, Mahmûd bin Gailân, Ismâ‘îl bin Mûsâ al-Fazari, Abû Mus‘ab al-Zuhrî, Bisyri bin Mu‘âdz al-Aqdî, al-Hasan bin Ahmad bin Abî Syu‘aib, Sufyân bin Wakî’, ‘Ali bin Hujr, Hannnâd, ‘Abd bin Humaid, Yûsuf bin Îsâ, Muhammad bin Yahyâ, Khalad bin Aslam, Ahmad bin Munî’, Bukhârî, Muslim, Ahmad bin Hanbal, Abû ‘Umar al-Dârir, Muslim bin Ibrâhîm, Abû Kuraib dan lainnya. Sedangkan yang meriwayatkan hadis darinya 40 Fatchur Rahman, Ikhtisâr Must alahul Hadîts, h. 382-383. 41 Fatchur Rahman, Ikhtisâr Mustalahul Hadîts, h. 383. di antaranya yaitu Abû Hamid Ahmad bin ‘Abdillah bin Dâwud al-Marwazî, Makhul bin Fadl, Muhammad bin Mahmûd bin ‘Anbar, Hammâd bin Syakir, Ahmad bin Yûsuf al-Nasafi, ‘Abd al-Rahmân Mubârakfûrî dan lainnya. Beberapa penilaian ulama terhadapnya antara lain Ibn Hibbân menilai tsiqah, al-Khalîl menilai tsiqah muttafaq ‘alaih. 42 Pernyataan al-Turmudzî bahwa ia menerima riwayat dari Mahmûd bin Gailân dengan ungkapan haddatsanâ dapat diterima sebagai sanad yang bersambung karena penilaian ta’dil oleh kritikus hadis, serta masa hidup dan tahun wafat mereka berdekatan. 2. Mahmûd bin Gailân Nama lengkapnya Mahmûd bin Gailân al-‘Adawî, Abû Ahmad al-Marwazî al-Bagdâdî, ia wafat pada tahun 249 H. Ia meriwayatkan hadis dari Wakî’, Ibn ‘Uyainah, al-Nadr bin Syumail, Abû Ahmad al-Zubairî, ‘Abd al-Razzâq, Abû Usâmah, Basyar bin al-Sariyy, Sa`id bin ‘Amîr al-Dabî`iy, Abû Dâwud al-Badramî, Mu`awiyyah bin Hisyâm dan lainnya. Perawi yang meriwayatkan darinya cukup banyak dari kalangan ulama selain Abû Dâwud, al-Hakîm dan beberapa perawi saja. Ulama menilainya bagus seperti Al-Nasâ’î menilainya tsiqah, Ibn Hibbân juga menyebutkan namanya dalam kitab al-tsiqât. 43 Pernyataan Mahmûd bin Gailân bahwa ia menerima riwayat dari Bisyr bin al-Sariyy dengan ungkapan haddatsanâ dapat diterima sebagai sanad yang 42 Shihâb al-Dîn Ahmad bin ‘Alî bin Hajar al-‘Asqalânî, Tahdzîb al-Tahdzîb, Beirut: Dâr al-Fikr, 1984, juz 10, h. 113. 43 Ibn Hajar al-`Asqalânî, Tahdzîb al-Tahdzîb, juz 10, h. 58-59. bersambung karena penilaian ta’dil oleh kritikus hadis, serta masa hidup dan tahun wafat mereka berdekatan. 3. Bisyr bin al-Sariyy Nama lengkapnya Bisyr bin al-Sariyy al-Basrî, Abû ‘Amr al-Makkî, ia wafat pada tahun 196 H dalam usia 63 tahun. 44 Ia meriwayatkan hadis dari Sufyân al-Tsaurî, Hammâd bin Salamah, Ibn al-Mubârak, al-Lais bin Sa‘d, Ibrâhîm bin Tuhmân, ‘Umar bin Sa‘îd bin Abî Husain, ‘Abd al-Razzâq, Nâfi’ bin ‘Umar bin Muhammad dan lainnya. Perawi yang meriwayatkan darinya antara lain Yahyâ bin Adam, Ahmad bin Hanbal, Abû Haisamah, Khalid bin Yazîd al-Qarnî, Abû Sâlih sekretarisnya al-Lais, Mah mûd bin Gailân al-Marwazî dan lainnya. Beberapa penilaian ulama di antaranya adalah Abû Hatîm menilainya Tsabt Sâlih, Ibn Sa‘d menilainya tsiqah, al-‘Ijlî menilainya tsiqah, Ahmad menyebutkan muttaqîn fî al-hadîts, ibn Ma’în menilainya tsiqah. 45 Pernyataan Bisyr bin al-Sariyy bahwa ia menerima riwayat dari Sufyân al- Tsaurî dengan ungkapan haddatsanâ dapat diterima sebagai sanad yang bersambung karena penilaian ta’dil oleh kritikus hadis, serta masa hidup dan tahun wafat mereka berdekatan. 4. Sufyân Nama lengkapnya adalah Sufyân bin Sa‘îd bin Masrûq al-Tsaurî, Abû ‘Abdillah al-Kûfî. Ia lahir pada tahun 96 H di Kuffah, kemudian ia pergi ke 44 Jamaluddin Yûsuf al-Mizzî, Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ’ al-Rijâl, Beirut: Dâr al-Fikr, 1994, Juz 11, h. 79. 45 Ibn Hajar al-‘Asqalânî, Tahdzîb al-Tahdzîb, juz 1, h. 394-395. Basrah pada tahun 155 H, dan wafat pada tahun 161 H. 46 Ia meriwayatkan hadis dari bapaknya Sa‘îd bin Masrûq al-Tsaurî, Ibrâhîm bin ‘Abd al-A’lâ, Ibrâhîm bin ‘Uqbah, Ibrâhîm bin Muhammad bin al-Muntasyir, Usamah bin Zaid al-Laitsî, Zaid bin Aslam, Hisyâm bin ‘Urwah, , Suhail bin Abî Sâlih, ‘Abd al-A’lâ bin ‘Âmir, ‘Abdullah bin Jâbir al-Basrî dan lainnya. Perawi yang meriwayatkan hadis darinya antara lain Ibrâhîm bin Sa’d, Umayyah bin Khâlid, Bisyr bin al-Sariyy, Sufyân bin ‘Uyainah, Wakî’ bin al- Jarrâh, Yahyâ bin Sa‘îd al-Qattân, ‘Abdullah bin Wahab, ‘Abd al-Rahman bin Mahdî, Muhammad bin al-Hasan al-Asadî, Muammal bin Ismâ‘îl dan lainnya. Beberapa penilaian ulama terhadapnya adalah Wakî’ bin Syu’bah mengatakan Sufyân ahfazu minnî, al-‘Ijlî menilainya ahsanu isnâd, Syu’bah mengatakan bahwa Ia seorang yang wara’ dan ‘alîm. 47 Pernyataan Sufyân al-Tsaurî bahwa ia menerima riwayat dari ‘Abd al-A’lâ dengan ungkapan ‘an dapat diterima sebagai sanad yang bersambung karena penilaian ta’dil terhadapnya oleh kritikus hadis, serta tempat tinggal Sufyân al- Tsaurî dan ‘Abd al-A’lâ sama-sama di Kuffah . 5. ‘Abd al-A’lâ Nama lengkapnya ‘Abd al-A’lâ bin ‘Âmir al-Sa’labî al-Kûfî. Ia meriwayatkan hadis dari Abû ‘Abd al-Rahmân al-Sulâmî, Muhammad bin Hanafiyyah, Sa‘îd bin Jubair, Bilâl bin Abî Musâ dan lainnya. Perawi yang meriwayatkan darinya adalah ‘Alî bin ‘Abd al-A’lâ, Muhammad bin Jahadah, Isrâ‘il bin Yûnus, Abû ‘Awânah, Sufyân al-Tsaurî, 46 Jamaluddin Yûsuf al-Mizzî, Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ’ al-Rijâl, Juz 7, h. 363-364. 47 Jamaluddin Yûsuf al-Mizzî, Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ’ al-Rijâl, Juz 7, h. 353-360. Abû al-Ahwâs dan lainnya. Beberapa penilaian ulama antara lain, Abû Zur‘ah dan Ahmad bin Hanbal menilainya d a’îf al-hadîts, Al-Nasâ’î dan Abû Hatim menilainya laisa bi al- qawî, 48 namun al-Turmudzî menilainya hasan bahkan al-Hakîm menilainya sahîh. 49 ‘Abd al-A’lâ dinilai oleh ulama kritikus hadis dengan tajrih, tetapi tingkat pen-tajrih-annya adalah yang paling rendah, dan ulama yang tajrih-nya adalah ulama yang terkenal berkesangatan bila men-tajrih seorang perawi yakni Abû Hâtim dan al-Nasâ’î. Di sisi lain al-Turmudzî menilainya hasan bahkan al-Hâkim menilainya s ahîh, dalam hal ini memang dikarenakan al-Turmudzî termasuk kritikus hadis hadis yang moderat tawasut dalam menilai perawi, sedangkan al- Hâkim termasuk kritikus hadis yang longgar tasahul dalam menilai perawi. Oleh karena itu, penulis lebih condong pada penilaian moderat al-Turmudzî yakni ‘Abd al-A’lâ adalah orang yang hasan. Dan penilaian tajrih kepadanya itu bisa dikarenakan kurangnya ke-dabit-an bukan dari keadilannya. Dan pernyataan bahwa ‘Abd al-A’lâ menerima riwayat dari Sa’îd bin Jubair dengan ungkapan ‘an dapat diterima sebagai sanad yang bersambung karena di dalam kitab Tahdzîb al- Kamâl dijelaskan bahwa ‘Abd al-A’lâ meriwayatkan hadis dari Sa’îd bin Jubair serta tempat tinggal mereka sama-sama di Kuffah. 6. Sa‘îd bin Jubair Nama lengkapnya Sa’îd bin Jubair bin Hisyâm al-Asadî, Abû ‘Abdillah 48 Jamaluddin Yûsuf al-Mizzî, Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ’ al-Rijâl, Juz 11, h. 6-7. 49 Ibn Hajar al-‘Asqalânî, Tahdzîb al-Tahdzîb, juz 6, h. 86-87. al-Kûfî, wafat di Iraq pada tahun 94 H. Ia meriwayatkan hadis dari Ibn ‘Abbâs, Ibn al-Zubair, Ibn ‘Umâr, Ibn Ma’qîl, Abû Mas‘ûd al-Ansârî, Abû Hurairah, ‘Âisyah, Abî Mûsâ al-Asy‘arî, Anas bin Mâlik, Abî Sa‘îd al-Khudrî dan lainnya. Di antara perawi yang meriwayatkan darinya adalah Abdullah bin Sa‘îd ‘Abd al-Malîk bin Sa‘îd, ‘Abd al-A’lâ, Abû Ishâq al-Sabi‘î, Adam bin Sulaimân, Mansûr bin al-Mu’tamir, Talhah bin Masrâf dan lainnya. Tentang kualitasnya, Abû al-Qâsim al-Tabarî menilainya tsiqah, Ibn Hibbân menyebutkan dalam kitabnya al-Tsiqât bahwa ia seorang yang faqîh serta ‘abîd. 50 Pernyataan Sa’îd bin Jubair bahwa ia menerima riwayat dari Ibn ‘Abbâs dengan ungkapan ‘an dapat diterima sebagai sanad yang bersambung karena penilaian ta’dil oleh kritikus hadis, serta masa hidup dan tahun wafat mereka berdekatan. 7. Ibn ‘Abbâs Nama lengkapnya adalah ‘Abdullâh bin ‘Abbâs bin `Abd al-Mutallib al-Hasyimî, anak laki-laki dari paman Nabi Muhammad Saw., ia dikenal dengan habr dan bahr tinta dan lautan karena banyaknya ilmu Ibn `Abbâs ini, ia wafat pada tahun 69 H ada juga yang menyatakan tahun 70 H. 51 Beliau banyak meriwayatkan hadis dari Nabi Muhamad Saw., juga dari ayahnya, ibunya Umm Fadl, saudara laki-lakinya Fadl, bibinya Maimunah, Abû Bakr, ‘Umâr, ‘Utsmân, ‘Alî, ‘Abd al-Rahmân bin ‘Auf dan lainnya. Dan yang meriwayatkan hadis darinya antara lain: ‘Abdullâh Ibn ‘Umâr bin al-Khattâb, Sa’labah bin al-Hakam, al-Laisi, Sa’îd bin al-Musayyib, ‘Abdullâh bin 50 Ibn Hajar al-‘Asqalânî, Tahdzîb al-Tahdzîb, juz 4, h. 11-13. 51 Ibn Hajar al-‘Asqalânî, Tahdzîb al-Tahdzîb, juz 5, h. 242. al-Haris bin Naufal, Sa’îd bin Jubair dan lainnya. 52 Tentang kredibilitasnya tidak dipertanyakan lagi, lebih-lebih Nabi Muhammad Saw. pernah berdo’a khusus untuknya allâhumma faqqihhu fî al-dîn wa ‘a11imhu al-ta’wîl. Oleh karena itu, pernyataan Ibn ‘Abbâs bahwa ia menerima riwayat dari Nabi Saw. dengan ungkapan qâla dan ‘an yang menunjukkan bahwa Ibn ‘Abbâs benar-benar mendapatkan hadis tersebut dari Nabi Saw. dapat diterima. Dengan demikian, antara Nabi dan Ibn ‘Abbâs telah terjadi persambungan periwayatan hadis. Jalur al-Turmudzî melalui Sufyân bin Wakî’ 1. Al-Turmudzî telah dijelaskan di halaman 28-29 Al-Turmudzî menyatakan bahwa ia menerima riwayat dari Sufyân bin Wakî’ dengan ungkapan haddatsanâ dapat diterima sebagai sanad yang bersambung karena penilaian ta’dil oleh kritikus hadis terhadapnya, serta masa hidup dan tahun wafat mereka berdekatan. 2. Sufyân bin Wakî’ Nama lengkapnya adalah Sufyân bin Wakî’ bin al-Jarrâh al-Ruwâsî, Abû Muhammad al-Kûfî, ia wafat pada tahun 247 H yaitu pada bulan Rabî’ al-Tsanî. Dia meriwayatkan hadis dari Abû Mu‘awiyyah, Humaid bin ‘Abd al-Rahmân al-Ruwâsî, Ibn Idrîs, Ibn ‘Uyainah, Ibn Wahhâb, Suwaid bin ‘Amr, Jarîr bin ‘Abd al-Humaid, ‘Isâ bin Yûnus dan lainnya. Di antara perawi yang meriwayatkan darinya adalah al-Turmudzî, ibn 52 Ibn Hajar al-‘Asqalânî, Tahdzîb al-Tahdzîb, juz 5, h. 243-245. Mâjah, Ibn Makhlad, anaknya ‘Abd al-Rahmân bin Sufyân, Abû Bakar bin ‘Alî al-Marwazî dan lainnya. Penilaian para kritikus hadis terhadapnya seperti Al- Nasâ’î menilainya laisa bisyai’, Ibn Hibbân menyatakan kâna syaikhan fâdilan sadûqan. 53 Pernyataan Sufyân bin Wakî’ bahwa ia menerima riwayat dari Suwaid bin ‘Amr dengan ungkapan haddatsanâ dapat diterima sebagai sanad yang bersambung karena penilaian ta’dil oleh kritikus hadis, tempat tinggal mereka yang sama-sama di Kuffah serta masa hidup dan tahun wafat mereka berdekatan. 3. Suwaid bin ‘Amr Nama lengkapnya Suwaid bin ‘Amr al-Kalbî, Abû al-Walîd al-Kûfî, ia wafat tahun 203 H. ada pula yang menyebutkan tahun 204 H. Ia meriwayatkan hadis dari Hammâd bin Salamah, Zuhair bin Mu‘awiyyah al-Bimsi, Abû ‘Awânah, al-Hasan bin Sâlih, Dâwud bin Nâsir, Anas bin Huyy dan lainnya. Dan perawi yang meriwayatkan darinya adalah Ahmad bin Hanbal, Ahmad bin Muhammad, Abu Bakr bin Abî Syaibah, Sufyân bin Wakî’ dan lainnya. Komentar ulama terhadapnya antara lain al-Nasâ’î, ‘Usmân bin Sa‘îd, dan ibn Ma‘în menilainya tsiqah, al-‘IjIî menilainya tsiqah tsabat fî al-hadîts, kâna rijâlan sâlihan muta‘abbidan, 54 . Pernyataan Suwaid bin ‘Amr bahwa ia menerima riwayat dari Abû ‘Awânah dengan ungkapan haddatsanâ dapat diterima sebagai sanad yang bersambung karena penilaian ta’dil oleh kritikus hadis, serta masa hidup dan tahun wafat mereka berdekatan. 53 Ibn Hajar al-‘Asqalânî, Tahdzîb al-Tahdzîb, juz 4, h. 109-110. 54 Ibn Hajar al-‘Asqalânî, Tahdzîb al-Tahdzîb, juz 4, h. 243-244. 4. Abû ‘Awânah Nama lengkapnya Waddah bin ‘Abdillah al-Yasykûrî budakYazîd bin ‘Ata’, Abû ‘Awânah al-Wasitî al-Bazzarî, dan ia lebih dikenal dengan Abû ‘Awânah, ia wafat tahun 176 H. 55 Dia meriwayatkan dari Qatâdah, Abû Basyâr, Al-Hakim bin Utaibah, ‘Amr bin Abî Salamah, Ya’la bin Ata’, ‘Abd al-A’lâ, ‘Abd al-Malik bin ‘Umair, Ibrahîm bin Muhammad bin al-Muntasyîr, Ibrahîm bin Muhâjir dan lainnya. Dan di antara perawi yang meriwayatkan darinya adalah Abû Dâwud al-Tayalisî, Abû al-Walîd al-Tayalisî, Ahmad bin Ishâq al-Hadramî, Qutaibah bin Sa‘îd, Ibn Mubarak, ‘Affân bin Muslim bin ‘Abdullah, Suwaid bin ‘Amr al-Kalbî, Yahyâ bin Hammâd. Penilaian ulama terhadapnya antara lain: al-‘Ijlî menilainya tsiqah, ibn al-Mubârak menilainya sebagai ah san al-nâs hâditsan, Ibn Sa`d menilai tsiqah sadûq, 56 Ahmad bin Hanbal menilai sahîh al-kitâb, ‘Affan bin Muslim berkata: hadis Abû Awânah lebih sahih daripada Syu’bah. 57 Pernyataan Abû ‘Awânah bahwa ia menerima riwayat dari ‘Abd al-A’lâ dengan ungkapan ‘an dapat diterima sebagai sanad yang bersambung karena penilaian ta’dil terhadapnya oleh kritikus hadis dan penjelasan di dalam kitab Tahdzîb al-Tahdzîb bahwa ia meriwayatkan hadis dari ‘Abd al-A’lâ . 5. ‘Abd al-A’lâ telah dijelaskan di halaman 31-32 6. Sa‘îd bin Jubair telah dijelaskan di halaman 33 55 Al-Imâm Syamsuddin Muhammad bin Ahmad bin ‘Utsmân al-Dzahabî, Siar al-A’lam al-Nubalâ, Beirut: Muassasat al-Risâlah, 1992, Juz 8, h. 221. 56 Ibn Hajar al-‘Asqalânî, Tahdzîb al-Tahdzîb, juz 11, h. 103-106. 57 ‘Utsmân al-Dzahabî, Siar al-A’lam al-Nubalâ, Juz 8, h. 219. 7. Ibn ‘Abbâs telah dijelaskan di halaman 33-34 Jalur Ahmad bin Hanbal melalui Wakî’ 1. Ahmad bin Hanbal Nama lengkapnya adalah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilal bin Asad al-Syaibânî al-Marwazî al-Bagdâdî. Beliau lahir pada bulan Rabi‘ul awal tahun 164 H di Bagdad, dan wafat pada bulan Rabi’ul awal juga pada tahun 241 H di Bagdad. Beliau sudah belajar dan mencari hadis sejak beliau berumur 16 tahun di Bagdad, beliau juga merantau ke kota Mekah, Madinah, Syam, Yaman dan Basrah untuk belajar hadis pada ulama yang ada di Negara itu. 58 Di antara guru-gurunya ialah Sufyân bin ‘Uyainah, Yahyâ bin Sa‘îd al- Qattan, Ibrâhîm bin Sa‘d al-Zuhrî, Abû al-Walîd, Abû Mu‘âwiyah Muhammad bin Khazim al-Tamîmî, Wakî’ bin al-Jarrah, Mu‘ammal bin Isma‘îl, ‘Affân bin Muslim, Yazid bin Harun bin Wadi dan lainnya. Dan murid-muridnya antara lain al-Bukhârî, Muslim, Abû Dâwud, Yahyâ bin Ma‘în, dua orang putranya ‘Abdullah dan Sâlih dan lainnya. Penilaian kritikus hadis terhadapnya antara lain Ibn Ma‘în berkata : saya tidak pernah melihat orang yang lebih baik pengetahuannya di bidang hadis melebihi Ahmad. Al-Qattân berkata: tidak ada orang yang datang kepada saya yang kebaikannya melebihi Ahmad, ia merupakan hiasan umat di bidang pengetahuan Islam khususnya hadis. Al-Nasâ’î menilainya tsiqah ma’mûn. Ibn 58 Fatchur Rahman, Ikhtisâr Mustalahul Hadîts, h. 373-375. Hibbân menilai hafîz mutqin faqîh. Ibn Sa’ad menilai tsiqah tsabt suduq. 59 Tidak ada seorang kritikus pun yang mencela Ahmad bin Hanbal. Pujian yang diberikan kepadanya adalah pujian berperingkat tinggi. Dengan demikian, pernyataan yang mengatakan bahwa ia telah menerima riwayat hadis dari Wakî’ dengan ungkapan haddatsanâ dapat dipercaya kebenarannya, dengan demikian sanad antara ia dan Wakî’ dalam keadaan bersambung. 2. Wakî’ Nama lengkapnya adalah Wakî’ bin al-Jarrah bin Malîh al-Ru‘asî, Abû Sufyân al-Kûfî al-Hafîz, beliau meninggal tahun 196 H. Ia meriwayatkan hadis dari ayahnya, Ismâ‘îl bin Abî Khalîd, ‘Ikrimah bin ‘Ammar, Hisyâm bin ‘Urwah, al-A’masy, al-Auza‘î, ‘Abd al-Humaid bin Ja’far, Sufyân al-Tsaurî, Hisyâm ibn Sa’d dan lainnya. Perawi yang meriwayatkan darinya antara lain: putra-putranya yaitu Sufyân, Malih, ‘Ubaid, juga guru-gurunya seperti Sufyân al-Tsaurî, lalu Ahmad, ‘Alî, Yahyâ, Ishâq bin Rahuwaih dan lainnya. Beberapa komentar ulama terhadapnya antara lain: Ibn Ma‘în menyatakan mâ ra‘aitu atsbat al-‘Irâq min Wakî’, Ibn Sa’d menyatakan kâna tsiqah ma’mûn, al-‘Ijlî menyatakan huwa kûfî tsiqah, ‘âbid sâlîh. 60 Pernyataan Wakî’ bahwa ia menerima riwayat dari Sufyân al-Tsaurî dengan ungkapan haddatsanâ dapat diterima sebagai sanad yang bersambung karena penilaian ta’dil oleh kritikus hadis, tempat tinggal mereka yang sama-sama di Kuffah serta masa hidup dan tahun wafat mereka berdekatan. 59 Ibn Hajar al-‘Asqalânî, Tahdzîb al-Tahdzîb, juz 1, h. 72-76. 60 Ibn Hajar al-‘Asqalânî, Tahdzîb al-Tahdzîb, juz 11, h. 109-114. 3. Sufyân telah dijelaskan di halaman 30-31 4. ‘Abd al-A’lâ telah dijelaskan di halaman 31-32 5. Sa’îd bin Jubair telah dijelaskan di halaman 33 6. Ibn ‘Abbâs telah dijelaskan di halaman 33-34 Jalur Ahmad bin Hanbal melalui Mu’ammal 1. Ahmad bin Hanbal telah dijelaskan di halaman 37-38 Ahmad bin Hanbal menyatakan bahwa ia menerima riwayat dari Mu’ammal dengan ungkapan haddatsanâ dapat diterima sebagai sanad yang bersambung karena penilaian ta’dil oleh kritikus hadis terhadapnya, serta masa hidup dan tahun wafat mereka berdekatan. 2. Mu’ammal Nama lengkapnya adalah Mu’ammal bin Isma‘îl al-‘Adawi al-Khattâb ada yang menyatakan budak Banî Bakr, Abû ‘Abdillâh al-Basrî, ia tinggal di Mekkah dan wafat pada tahun 206 H, ada yang menyatakan 205 H. 61 Dia meriwayatkan hadis dari ‘Ikrimah bin ‘Ammar, Sufyân, Syu’bah, Hammâd, Nafî’ bin ‘Umâr al-Jamhi dan lainnya. Dan perawi yang meriwayatkan darinya antara lain: Ah mad, Ishâq bin Rahuwaih, ‘Alî bin al-Madinî, Bundâr, Abû Kuraib dan lainnya. Komentar ulama terhadapnya antara lain; al-Bukhârî menyatakan munkar al-hadîts, al-Sajî menilainya sadûq katsîr al-khatâ’, al-Daruqutnî menilainya tsiqah katsîr al-khatâ’, demikian pula Ibn Sa`d menyatakan tsiqah katsîr al- 61 Ibn Hajar al-‘Asqalânî, Tahdzîb al-Tahdzîb, juz 10, h. 339. galât. 62 Mu’ammal dinilai tsiqah oleh sebagian kritikus hadis walaupun disandingkan dengan katsîr al-khatâ’, dan bahkan al-Bukhârî menilainya munkar al-hadîts tetapi penilaian tajrih kepadanya ini bisa dikarenakan kurangnya ke- dabit-an dan bukan dari segi keadilannya. Dan pernyataan Mu’ammal bahwa ia menerima riwayat dari Sufyân al-Tsaurî dengan ungkapan haddatsanâ dapat diterima sebagai sanad yang bersambung karena di dalam kitab Tahdzîb al-Tahdzîb dijelaskan bahwa Mu’ammal meriwayatkan hadis dari Sufyân al- Tsaurî serta masa hidup dan tahun wafat mereka berdekatan. 3. Sufyân telah dijelaskan di halaman 30-31 4. ‘Abd al-A’lâ telah dijelaskan di halaman 31-32 5. Sa’îd bin Jubair telah dijelaskan di halaman 33 6. Ibn ‘Abbâs telah dijelaskan di halaman 33-34 Jalur Ahmad bin Hanbal melalui Abû al-Walîd 1. Ahmad bin Hanbal telah dijelaskan di halaman 37-38 Ahmad bin Hanbal menyatakan bahwa ia menerima riwayat dari Abû al-Walîd dengan ungkapan haddatsanâ dapat diterima sebagai sanad yang bersambung karena penilaian ta’dil oleh kritikus hadis terhadapnya, serta masa hidup dan tahun wafat mereka berdekatan. 2. Abû al-Walîd Nama lengkapnya adalah Hisyâm bin ‘Abd al-Malîk al-Bahilî, Abû al-Walîd 62 Ibn Hajar al-‘Asqalânî, Tahdzîb al-Tahdzîb, juz 10, h. 339-340. al-Tayâlisi al-Basrî al-Hafîz al-Imâm al-Hujjah. Ia wafat pada tahun 227 H. Dia meriwayatkan hadis dari ‘Ikrimah bin ‘Ammar, Jarîr bin Hazîm, Mahdi bin Maimûn, Syu`bah, al-Lais, Abu ‘Awânah dan lainnya. Dan perawi yang meriwayatkan darinya antara lain al-Bukhârî, Abû Dâwud, Ah mad bin Hanbal dan lainnya. Ulama menilainya unggul seperti Ahmad menyatakan muttaqîn, syaikh al-Islâm, al-‘Ijlî menyatakan tsiqah sabat fî al-hadîts. 63 Pernyataan Abû al-Walîd bahwa ia menerima riwayat dari Abû ‘Awanah dengan ungkapan haddatsanâ dapat diterima sebagai sanad yang bersambung karena penilaian ta’dil oleh kritikus hadis, serta masa hidup dan tahun wafat mereka berdekatan. 3. Abû ‘Awanah telah dijelaskan di halaman 36-37 4. ‘Abd al-A’lâ telah dijelaskan di halaman 31-32 5. Sa‘îd bin Jubair telah dijelaskan di halaman 33 6. Ibn ‘Abbâs telah dijelaskan di halaman 33-34 Jalur Ahmad bin Hanbal melalui ‘Affan 1. Ahmad bin Hanbal telah dijelaskan di halaman 37-38 Ahmad bin Hanbal menyatakan bahwa ia menerima riwayat dari ‘Affân dengan ungkapan haddatsanâ dapat diterima sebagai sanad yang bersambung karena penilaian ta’dil oleh kritikus hadis terhadapnya, serta masa hidup dan tahun wafat mereka berdekatan. 2. ‘Affân 63 Ibn Hajar al-‘Asqalânî, Tahdzîb al-Tahdzîb, juz 11, h. 42-43. Nama lengkapnya adalah ‘Affân bin Muslim bin ‘Abdillah al-Safar, Abû ‘Utsmân al-Basri budak ‘Uzrah ibn Tsâbit al-Ansarî, ia tinggal di Bagdad dan meninggal tahun 220 H. Dia meriwayatkan hadis dari ‘Abdullâh bin Bakr al-Mizzî, Sakhr Ibn Juwairiyah, Syu`bah, Abû ‘Awânah, al-Aswad Ibn Syaibân dan lainnya. Perawi yang meriwayatkan darinya antara lain; al-Bukhârî, Ah mad, Abû Bakar bin Abî Syaibah dan lainnya. Di antara penilaian ulama terhadapnya antara lain: al-‘Ijlî menilainya tsiqah tsabat sâhib al-sunnah, Abû Hâtim menyatakan tsiqah, imâm muttaqîn, Ibn Hibbân juga mencantumkan namanya dalam kitab al-Tsiqât. 64 Dengan demikian pernyataan ‘Affân bahwa ia menerima riwayat dari Abû ‘Awanah dengan ungkapan haddatsanâ dapat diterima sebagai sanad yang bersambung karena penilaian ta’dil oleh kritikus hadis, serta masa hidup dan tahun wafat mereka berdekatan. 3. Abû ‘Awanah telah dijelaskan di halaman 36-37 4. ‘Abd al-A’lâ telah dijelaskan di halaman 31-32 5. Sa‘îd bin Jubair telah dijelaskan di halaman 33 6. Ibn ‘Abbâs telah dijelaskan di halaman 33-34 o Hadis II 64 Ibn Hajar al-‘Asqalânî, Tahdzîb al-Tahdzîb, juz 7, h. 205-209. Jalur al-Turmudzî melalui Sufyân bin Wakî’ 1. Al-Turmudzî telah dijelaskan di halaman 28-29 Al-Turmudzî menyatakan bahwa ia menerima riwayat dari ‘Abd bin Humaid dengan ungkapan haddatsanâ dapat diterima sebagai sanad yang bersambung karena penilaian ta’dil oleh kritikus hadis terhadapnya, serta masa hidup dan tahun wafat mereka berdekatan. 2. ‘Abd bin Humaid Nama lengkapnya adalah ‘Abd bin Humaid bin Nasr al-Kassî, Abû Muhammad, ada yang menyatakan namanya adalah ‘Abd al-Majîd atau ‘Abd al- Hamîd. Ia wafat pada tahun 249 H. Dia meriwayatkan hadis dari, Abû Usâmah, Abî al-Walîd al-Tayâlisî, Habbân bin Hilâl, Ja’far bin ‘Aun Yazîd bin Harûn, Ahmad bin Ishâq al-Hadrami, Yahyâ bin Ishâq, Sa’îd bin ‘Amîr, ‘Abd al-Razzâq, ‘Abd al-Samad bin ‘Abd al-Waris dan lainnya. Perawi yang meriwayatkan darinya antara lain Muslim, al-Turmudzî, Muhammad bin ‘Abd Abû Mu‘âz al-‘Abbâs bin Idris dan lainnya. Tentang penilaian ulama, al-Zahabî menilai hâfiz, Ibn Hibbân dalam kitabnya al-Tsiqât menerangkan bahwa ‘Abd bin Humaid ini orang yang produktif dalam menghimpun dan berkarya. 65 Pernyataan ‘Abd bin Humaid bahwa ia menerima riwayat dari Habbân bin Hilâl dengan ungkapan haddatsanâ dapat diterima sebagai sanad yang bersambung karena penilaian ta’dil oleh kritikus hadis, serta masa hidup dan 65 Ibn Hajar al-‘Asqalânî, Tahdzîb al-Tahdzîb, juz 6, h. 402-403. tahun wafat mereka berdekatan. 3. Habbân bin Hilâl Nama lengkapnya adalah Habbân bin Hilâl al-Bahîli, ada yang menyatakan al-Kindî, Abû Habîb al-Basrî, ia meninggal di Basrah pada tahun 216 H. Dia meriwayatkan hadis dari Hammâd bin Salamah, Suhail bin ‘Abdillâh, Syu’bah, Jarîr bin Hazîm, Muslim bin Zurair, Abu ‘Awânah dan lainnya. Dan perawi yang meriwayatkan darinya antara lain: Hammâd bin Sa‘îd al-Ribati, Ahmad bin Sa‘îd al-Darimi, Ishâq bin Mansûr al-Kausaj, ‘Abd bin Humaid. Komentar ulama tentangnya antara lain: Ibn Ma‘în, al-Turmudzî dan Al-Nasâ’î menilainya tsiqah, ibn Sa’d menyatakan tsiqah tsabat hujjah. 66 Pernyataan ‘Habbân bin Hilâl bahwa ia menerima riwayat dari Suhail bin ‘Abdillâh dengan ungkapan haddatsanâ dapat diterima sebagai sanad yang bersambung karena penilaian ta’dil oleh kritikus hadis, serta masa hidup dan tahun wafat mereka berdekatan. 4. Suhail bin ‘Abdillâh Nama lengkapnya Suhail bin Abî Hazm, namanya mihrân, Abû Bakr al-Basri, ada yang menyatakan ‘Abdullâh al-Quta‘î. Ia saudaranya Hazm bin Abî Hazm al-Quta‘î. Menurut Ibn Hibbân, ia wafat sebelum saudaranya Hazm, Hazm wafat pada tahun 175 H. 67 Dia meriwayatkan hadis dari Tsabit al-Bunânî, Abû ‘Imrân al-Jaunî, Gâlib al-Qattân, Yûnus bin ‘Ubaid, Malîk bin Dinâr dan lainnya. Dan di antara perawi yang meriwayatkan darinya adalah Zaid bin al-Habbâb, Abû Salamah, Abû 66 Ibn Hajar al-‘Asqalânî, Tahdzîb al-Tahdzîb, juz 2, h. 148-149. 67 Jamaluddin Yûsuf al-Mizzî, Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ’ al-Rijâl, Juz 8, h. 190. Qutaibah, al-Mu’afi bin ‘Imrân, Sâlim bin Nûh, Sufyân bin ‘Uyainah, Ya’qûb bin Ishâq al-Hadrami, Habbân bin Hilâl dan lainnya. Penilaian ulama terhadapnya antara lain: Ahmad bin Hanbal menyebutkan bahwa Suhail meriwayatkan hadis-hadis munkarah yang diriwayatkan dari Tsâbit, Ibn Ma‘în menilainya s âlih, Abû Hâtim menyatakan laisa bî al-Qawî, yuktabu hadîtsuhu wa lâ yuhtajju bih, Al-Nasâ’î menilainya laisa bî al-Qawî, al-Bukhârî menilai laisa bî al-Qawî, hum yatakallamûna fîh. 68 Suhail dinilai oleh ulama kritikus hadis dengan tajrih, tetapi tingkat pen- tajrih-annya adalah yang paling rendah, dan ulama yang tajrih-nya adalah ulama yang terkenal berkesangatan bila men-tajrih seorang perawi yakni Abû Hâtim dan al-Nasâ’î. Di sisi lain Ibn Ma’în yang juga terkenal berkesangatan dalam men- tajrih memberikan penilaian sâlih kepada Suhail. Oleh karena itu, menurut penulis hadis yang diriwayatkan oleh Suhail masih boleh untuk ditulis tetapi tidak bisa dijadikan hujjah sebagaimana penilaian yang diutarakan oleh Abû Hâtim. Dan pernyataan Suhail bahwa ia menerima riwayat dari Abû ‘Imrân al-Jaunî dengan ungkapan haddatsanâ dapat diterima sebagai sanad yang bersambung karena di dalam kitab Tahdzîb al-Kamâl dijelaskan bahwa ia meriwayatkan hadis dari Abû ‘Imrân al-Jaunî serta masa hidup dan tahun wafat mereka berdekatan. 5. Abû ‘Imrân al-Jaunî Nama lengkapnya’Abd al-Maîk bin Habib al-Azdî, ada yang menyatakan al-Kindî, Abû ‘Imrân al-Jaunî al-Basrî, ia wafat pada tahun 129 H, ada yang menyatakan 128 H, bahkan Ibn Hibbân dalam kitab al-Tsiqât menyatakan bahwa 68 Jamaluddin Yûsuf al-Mizzî, Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ’ al-Rijâl, Juz 8, h. 189. ia wafat pada tahun 123 H. 69 Ia meriwayatkan hadis dari Jundub bin ‘Abdillâh al-Bajali, Anas bin Mâlik, Abî Bakr bin Abî Mûsâ al-Asy‘arî, ‘Adullâh bin al-Samit, ‘Alqamah bin ‘Abdillâh, Talhah bin ‘Abdillah dan lainnya. Di antara perawi yang meriwayatkan darinya antara lain Ibn ‘Aun, Syu`bah bin al-Hajjâj, Abu Qudamah a1-Haris bin ‘Ubaid, Hammâd bin Salamah, Hamâm bin Yahyâ, ‘Abdullah bin ‘Auf, Suhail bin Abî Hazm, Ziyâd bin al-Rabî’ dan lainnya. Penilaian ulama terhadapnya seperti Abû Hâtim menilai sâlih, al-Nasâ’î menilai laisa bihi ba’s, Yahyâ bin Mu‘ayyan dan Ibn Sa‘d yang menilainya tsiqah. 70 Pernyataan Abû ‘Imrân al-Jaunî bahwa ia menerima riwayat dari Jundub bin ‘Abdillâh dengan ungkapan ‘an dapat diterima sebagai sanad yang bersambung karena penilaian ta’dil oleh kritikus hadis, serta masa hidup dan tahun wafat mereka berdekatan. 6. Jundub bin ‘Abdillâh Nama lengkapnya Jundub bin ‘Abdillâh bin Sufyân al-Bajali al-‘Alaqî, Abû ‘Abdillah, ia adalah salah seorang sahabat Nabi Saw. Terkadang namanya dinasabkan kepada kakeknya, kadang disebut Jundub bin Khalid bin Sufyân. Ia meninggal antara tahun 60 H. sampai dengan 70 H. 71 Ia meriwayatkan hadis dari Nabi Saw. dan Hudzaifah bin al-Yamân, sedangkan rawi yang meriwayatkan darinya antara lain: al-Aswad bin Qais, Anas 69 Jamaluddin Yûsuf al-Mizzî, Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ’ al-Rijâl, Juz 12, h. 34. 70 Jamaluddin Yûsuf al-Mizzî, Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ’ al-Rijâl, Juz 12, h. 33-34. 71 Ibn Hajar al-‘Asqalânî, Tahdzîb al-Tahdzîb, juz 2, h. 101. bin Sirin, al-Hasan al-Basri, Abû Majlaz, Abû ‘Imrân al-Jaunî, ‘Abdullah bin al- Hârits al-Najrânî dan lainnya dari ahli Kufah dan Basrah. 72 Tentang kualitasnya tidak banyak komentar dari ulama, oleh karena itu kembali kepada prinsip keadilan sahabat. Oleh karena itu, pernyataan Jundub bahwa ia menerima riwayat dari Nabi Saw. dengan ungkapan qâla yang menunjukkan bahwa Jundub benar-benar mendapatkan hadis tersebut dari Nabi Saw. dapat diterima. Dengan demikian, antara Nabi dan Jundub telah terjadi persambungan periwayatan hadis. Jalur Abû Dâwud melalui ‘Abdullâh bin Muhammad bin Yahyâ 1. Abû Dâwud Nama lengkapnya adalah Abû Dâwud Sulaiman bin al-Asy‘âts bin Ishâq bin Basyîr bin ‘Amr al-Azdî al-Sijistânî. Beliau dilahirkan di kota Sijistan terletak antara Iraq dan Afganistan pada tahun 202 H dan wafat pada tahun 275 H di Basrah. Beliau merantau mengelilingi negeri-negeri tetangga untuk mencari hadis dan ilmu-ilmu yang lain yakni ke Iraq, Khurasan, Syam dan Mesir. 73 Beliau meriwayatkan hadis dari Ahmad bin Hanbal al-Qa’nabî, Abû ‘Umar al-Dârir, Muslim bin Ibrâhîm, Abû Walîd al-Tayalisî, ‘Abdullâh bin Muhammad, Sulaimân bin ‘Abd al-Rahmân al-Dimisqî dan lainnya. Sedangkan yang meriwayatkan hadis darinya ialah Abû ‘Îsâ al-Turmudzî, Abû ‘Alî Muhammad bin Ahmad bin ‘Amr al-Lu’luay, Abû ‘Abd al-Rahmân al-Asynanî, Abû ‘Abd al-Rahmân al-Nasâ’î, putranya Abû Bakr bin Abû Dâwud dan lainnnya. 72 Ibn Hajar al-‘Asqalânî, Tahdzîb al-Tahdzîb, juz 2, h. 101. 73 Fatchur Rahman, Ikhtisâr Mustalahul Hadîts, h. 380-383. Penilaian ulama terhadapnya antara lain Ibn Hibbân yang menilainya faqqîh, ‘Âlim, Warâ’, hâfiz. Maslamah bin Qâsim menilai Abû Dâwud adalah seorang yang tsiqah tsabt, zâhid dan orang yang mengetahui hadis. 74 Dengan demikian pernyataan Abû Dâwud bahwa ia menerima riwayat dari Abdullâh bin Muhammad bin Yahyâ dengan ungkapan haddatsanâ dapat diterima sebagai sanad yang bersambung karena penilaian ta’dil oleh kritikus hadis terhadapnya. 2. ‘Abdullâh bin Muhammad bin Yahyâ Nama lengkapnya adalah ‘Abdullâh bin Muhammad bin Yahyâ al-Tarsûsî, Abû Muhammad, yang dikenal dengan al-Dâ‘if. Ia meriwayatkan hadis dari Sufyân bin ‘Uyainah, Yazîd bin Harûn, Abû Mu‘awiyyah, Zaid bin Habbâb, Ya’qûb ibn Ishâq al-Hadrâmi, Ma’n bin ‘Îsâ, Muhammad bin al-Mugîrah dan lainnya. Perawi yang meriwayatkan darinya antara lain Abû Dâwud, Al-Nasâ’î, Musâ ibn Harûn, al-Hasan bin Sâdzî al-Tarsûsî, ‘Umar bin Sa‘îd bin Sinân, Abû Bakr bin Abî Dâwud, Ibrâhîm bin Muhammad al-Mu‘addab dan lainnya. Penilaian ulama terhadapnya antara lain Abû Hâtim menilainya sudûq, al- Nasâ’î menilai syaikh, sâlih dan tsiqah, Maslamah menilainya tsiqah, Ibn Hibbân menyebutkan dalam kitabnya al-tsiqât sebutan al-d â‘if disandingkan kepadanya karena banyaknya beribadah dan berzikir, Abû Muhammad menyatakan beliau da‘îf badannya bukan pada hadisnya. 75 Dengan demikian pernyataan Abdullâh bin Muhammad bin Yahyâ bahwa ia menerima riwayat dari Ya’qûb bin Ishâq dengan ungkapan haddatsanâ dapat 74 Jamaluddin Yûsuf al-Mizzî, Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ’ al-Rijâl, Juz 11, h. 355. 75 Jamaluddin Yûsuf al-Mizzî, Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ’ al-Rijâl, Juz 10, h. 519-520. diterima sebagai sanad yang bersambung karena penilaian ta’dil oleh kritikus hadis terhadapnya dan penjelasan di dalam kitab Tahdzîb al-Kamâl bahwa ia meriwayatkan hadis dari Ya’qûb bin Ishâq. 3. Ya’qûb bin Ishâq Nama lengkapnya adalah Ya’qûb bin Ishâq bin Zaid bin ‘Abdillah bin Abî Ishâq al-Hadramî, Abû Muhammad al-Basrî. Ia wafat pada tahun 205 H. Ia meriwayatkan hadis dari kakeknya Zaid bin ‘Abdillah, al-Aswâb bin Syaibân, Suhail bin Mihrân al-Quta‘î, Sawâdah ibn Abî al-Aswad, Sulaimân bin Mu‘âz al-Dabî, Salîm bin Hayyân dan lainnya. Perawi yang meriwayatkan darinya antara lain ‘Amr bin ‘Alî al-Fallâsî, Abû al-Rabî’ al-Zahrânî, ‘Abdullâh ibn Muh ammad bin Yahyâ al-Tarsûsî, ‘Uqbah bin Mukrim al-Umayy dan lainnya. Penilaian ulama terhadapnya antara lain Ahmad dan Abû Hatîm menilainya sadûq, Ibn Hibbân menyebutkan namanya dalam kitab al-tsiqât, Ibn Sa‘d menyatakan laisa huwa ‘indahum bidzâka al-tsabt. 76 Dengan demikian pernyataan Abdullâh bin Muhammad bin Yahyâ bahwa ia menerima riwayat dari Ya’qûb bin Ishâq dengan ungkapan haddatsanâ dapat diterima sebagai sanad yang bersambung karena penilaian ta’dil oleh kritikus hadis terhadapnya serta masa hidup dan tahun wafat mereka yang berdekatan. 4. Suhail bin ‘Abdillâh sudah dijelaskan di halaman 44-45 5. Abû ‘Imrân al-Jaunî sudah dijelaskan di halaman 45-46 6. Jundub bin ‘Abdillâh sudah dijelaskan di halaman 46-47 76 Ibn Hajar al-‘Asqalânî, Tahdzîb al-Tahdzîb, juz 11, h. 335.

C. Kesimpulan Natijah