Takhrîj Hadis Hadis-hadis larangan menafsirkan Al-Qur'an dengan ra'y: ( studi pemahaman hadis nabi )

Bertolak dari permasalahan di atas, maka sangat urgen untuk melakukan pendalaman atas hadis larangan menafsirkan al-Qur’an dengan al-ra’y, mengingat banyaknya tafsir al-Qur’an yang berkembang hingga saat ini dikelompokkan pada kategori tafsir bi al-ra’y, apakah kemudian penafsiran-penafsiran tersebut jatuh pada kelompok yang diancam Nabi atau tidak. Namun sebelum membahas pada aspek pemahaman materi hadis, penulis akan terlebih dahulu dilakukan penelitian dari segi sanad dan juga kualitas perawi hadis tersebut.

A. Takhrîj Hadis

Hadis yang akan diteliti adalah hadis yang berisi tentang “Larangan Menafsirkan Al-Qur’an Dengan Ra’y” dan hadis yang sering dijadikan landasan ketika membahas persoalan ini adalah yang intinya berbunyi sebagai berikut: ....... ﻦﻣ ﹺﺭﺎﻨﻟﺍ ﻦﻣ ﻩﺪﻌﹾﻘﻣ ﹾﺃﻮﺒﺘﻴﹾﻠﹶﻓ ﻪﹺﻳﹾﺃﺮﹺﺑ ﻥﺁﺮﹸﻘﹾﻟﺍ ﻲﻓ ﹶﻝﺎﹶﻗ “……siapa yang mengatakan sesuatu tentang al-Qur’an dengan ra’y-nya maka hendaklah ia menempati tempat duduknya dari api neraka” Penelitian ini difokuskan kepada beberapa redaksi hadis yang memungkinkan memuat maksud yang saling berkaitan. Hal ini dimaksudkan untuk memfokuskan bahasan pada aspek pemahaman materi hadis bukan semata-mata aspek sanad hadis, sekalipun aspek yang terakhir ini menjadi bagian tak terpisahkan dari hadis itu sendiri. Karena objek penelitiannya adalah hadis-hadis yang tercantum dalam kitab-kitab hadis, maka dalam proses pengumpulan data dilakukan kegiatan takhrîj al-hadîts, yaitu pencarian teks hadis pada berbagai kitab hadis yang merupakan sumber asli dari hadis yang bersangkutan, yang di dalamnya disebutkan secara lengkap sanad dan matan hadisnya. Metode takhrîj yang digunakan adalah dengan penelusuran kata yang terdapat dalam hadis yang akan dibahas, dengan menggunakan kitab al-Mu’jâm al-Mufahrâs li Alfâz al-Hadîts al-Nabâwî sebagai rujukan, penulis menggunakan lafaz يأر 25 dan أﻮﺑ 26 sebagai kata kunci dalam pencarian hadis. Melalui dua kata kunci tersebut ditemukan banyak rujukan hadis yang dimaksud, namun setelah ditelusuri ke dalam kitab-kitab hadis, terdapat beberapa hadis yang tidak cocok terhadap inti hadis yang akan dijadikan pembahasan pada skripsi ini. Untuk itu, maka penulis hanya mengambil hadis-hadis yang berkaitan dengan pembahasan saja, yakni yang terdapat pada : 1. Sunan al-Turmudzî, Kitab Tafsîr, bab 1, nomor hadis 2874 dan 2875. 2. Musnad Ahmad bin Hanbal, Juz 1, halaman 233, 269, 323 dan 327. Ketika penulis menelusuri hadis-hadis tersebut, penulis menemukan hadis yang berkaitan dengan inti hadis di atas, hanya saja pada matannya terdapat sedikit perbedaan lafaz, dan inti hadis tersebut sebagai berikut : ﹶﺄﹶﻄﺧﹶﺃ ﺪﹶﻘﹶﻓ ﺏﺎﺻﹶﺄﹶﻓ ﻪﹺﻳﹾﺃﺮﹺﺑ ﱠﻞﺟﻭ ﺰﻋ ﻪﱠﻠﻟﺍ ﹺﺏﺎﺘﻛ ﻲﻓ ﹶﻝﺎﹶﻗ ﻦﻣ Guna mendukung upaya pemahaman hadis tentang “larangan menafsirkan al-Qur’an dengan ra’y”, penulis kemudian memasukkan hadis tersebut dalam pembahan skripsi ini. Dan hadis tersebut terdapat pada : 1. Sunan al-Turmudzî, Kitab Tafsîr, bab 1, nomor hadis 2876. 2. Sunan Abî Dâwud, Kitab ‘Ilmu, bab 5. 25 A.J. Wensinck, al-Mu’jâm al-Mufahrâs li Alfâz al-Hadîts al-Nabâwî, Leiden : EJ. Brill, 1943, Juz II, h. 204. 26 A.J. Wensinck, al-Mu’jâm al-Mufahrâs li Alfâz al-Hadîts al-Nabâwî, Juz 1, h. 229.

B. Penelitian Sanad Hadis