Analisis Laporan Keuangan dengan Menggunakan Rasio untuk Menilai Kinerja Keuangan Perusahaan pada PT Mewah Indah Jaya Medan

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM S1 EKSTENSI MEDAN

SKRIPSI

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN RASIO UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PADA

PT MEWAH INDAH JAYA MEDAN

OLEH :

NAMA : VERANINA BR GINTING

NIM : 070522026

DEPARTEMEN : AKUNTANSI

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul : “Analisis Laporan Keuangan dengan Menggunakan Rasio untuk Menilai Kinerja Keuangan Perusahaan pada PT Mewah Indah Jaya Medan “ .

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi level Program Reguler S-1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas, benar apa adanya. Apabila di kemudian hari pernyataan di atas tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.

Medan, November 2009 Yang membuat pernyataan

Veranina Br Ginting NIM : 070522026


(3)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan pada PT Mewah Indah Jaya dalam periode 2007 dan 2008.

Penelitian ini dilakukan pada PT Mewah Indah Jaya di Jalan Medan-Binjai Km 14 Medan.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder berupa data kuantitatif. Teknik pengumpulan data ini adalah teknik dokumentasi. Metode analisis yang digunakan yaitu metode analisis rasio.

Dari hasil penelitian yang telah penulis lakukan ternyata diketahui bahwa kinerja keuangan PT Mewah Indah Jaya dari tahun 2007 ke tahun 2008 mengalami peningkatan dalam segi likuiditas dan solvabilitasnya. Sedangkan dalam segi aktivitas dan profitabilitasnya, perusahaan tidak mengalami peningkatan atau penurunan dari tahun 2007 ke tahun 2008.


(4)

ABSTRACT

The objective of this research is to know the company financial performance in PT Mewah Indah Jaya in period 2007 and 2008.

This research was held in PT Mewah Indah Jaya in Jl Medan-Binjai Km 14 Medan. This research used descriptive method. Type of data used is secondary data like as kuantitatif data. Technical of collecting data by documentarian. The anlyse method used is ratio analysis.

The result of this research shows that the financial performance of PT Mewah Indah Jaya from 2007 to 2008 is increasing in liquidity and solvability. But, from activities and profitability, the company does not has increase or decrease from 2007 to 2008.


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT . ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 2

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 3

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA A. Laporan Keuangan … ... 4

1. Pengertian dan Jenis Laporan Keuangan ... 4

2. Tujuan Laporan Keuangan … ... 5

3. Pemakai Laporan Keuangan …… ... . 5

4. Keterbatasan Laporan Keuangan ... 6

B. Analisis Rasio Keuangan . ... 7

1. Pengertian dan Manfaat Rasio Keuangan ... 7


(6)

3. Keterbatasan Rasio Keuangan... 23

C. Penilaian Kinerja Perusahaan ... 25

1. Pengertian dan Prosedur Penilaian (Evaluasi) ... 25

2. Penilaian Kinerja Keuangan ... . 29

D. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 31

E. Kerangka Konseptual ... 32

BAB III : METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... . 34

B. Jenis dan Sumber Data ... 34

C. Teknik Pengumpulan Data ... 34

D. Metode Analisis Data ... 35

E. Jadwal dan Lokasi Penelitian ... 35

BAB IV : ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Data Penelitian ... 36

1. Sejarah Singkat dan Struktur Organisasi Perusahaan ... 36

2. Kebijakan Akuntansi Perusahaan ... . 41

3. Laporan Keuangan Perusahaan ... 44

B. Analisis Hasil Penelitian ... 48

1. Analisis Rasio Keuangan ... 48

2. Manfaat Analisis Rasio Keuangan dalam mengukur Kinerja Perusahaan ... 58


(7)

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 60 B. Saran ... 61 DAFTAR PUSTAKA ... 62 LAMPIRAN


(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Neraca PT Mewah Indah Jaya 45

Tabel 4.2 Laporan Laba Rugi PT Mewah Indah Jaya 46 Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Rasio Keuangan 47


(9)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan pada PT Mewah Indah Jaya dalam periode 2007 dan 2008.

Penelitian ini dilakukan pada PT Mewah Indah Jaya di Jalan Medan-Binjai Km 14 Medan.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder berupa data kuantitatif. Teknik pengumpulan data ini adalah teknik dokumentasi. Metode analisis yang digunakan yaitu metode analisis rasio.

Dari hasil penelitian yang telah penulis lakukan ternyata diketahui bahwa kinerja keuangan PT Mewah Indah Jaya dari tahun 2007 ke tahun 2008 mengalami peningkatan dalam segi likuiditas dan solvabilitasnya. Sedangkan dalam segi aktivitas dan profitabilitasnya, perusahaan tidak mengalami peningkatan atau penurunan dari tahun 2007 ke tahun 2008.


(10)

ABSTRACT

The objective of this research is to know the company financial performance in PT Mewah Indah Jaya in period 2007 and 2008.

This research was held in PT Mewah Indah Jaya in Jl Medan-Binjai Km 14 Medan. This research used descriptive method. Type of data used is secondary data like as kuantitatif data. Technical of collecting data by documentarian. The anlyse method used is ratio analysis.

The result of this research shows that the financial performance of PT Mewah Indah Jaya from 2007 to 2008 is increasing in liquidity and solvability. But, from activities and profitability, the company does not has increase or decrease from 2007 to 2008.


(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bidang keuangan merupakan bidang yang sangat penting dalam suatu perusahaan. Banyak perusahaan berskala besar atau kecil baik besifat profit dan non profit akan mempunyai perhatian yang besar dalam bidang keuangan.

Dalam perkembangan usaha yang semakin maju, persaingan antara satu perusahaan dengan perusahaan yang lainnya semakin tinggi dan kondisi perekonomian yang tidak menentu menyebabkan banyaknya perusahaan yang tiba-tiba mengalami keruntuhan. Oleh karena itu, agar perusahaan dapat bertahan atau bahkan bisa tumbuh dan berkembang, perusahaan harus mencermati kondisi dan kinerja perusahaan. Untuk mengetahui dengan tepat bagaimana kondisi dan kinerja perusahaan maka diperlukan suatu analisis yang tepat.

Media yang dapat dipakai untuk menilai kinerja perusahaan adalah laporan keuangan. Laporan keuangan yang disusun secara baik dapat memberikan gambaran keadaan yang nyata mengenai hasil atau prestasi yang telah dicapai oleh suatu perusahaan selama kurun waktu tertentu. Keadaan inilah yang akan digunakan untuk menilai kinerja keuangan. Apalagi informasi mengenai kinerja keuangan suatu perusahaan sangat bermanfaat untuk berbagai pihak seperti investor, kreditur, pemerintah, bankers, pihak manajemen sendiri, dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.


(12)

Untuk menilai kinerja perusahaan, maka harus dilakukan pengolahan lebih lanjut atas laporan keuangan perusahaan. Analisis Rasio (Ratio Analysist) adalah salah satu cara untuk menghitung dan menginterpretasikan rasio keuangan untuk menganalisa dan melihat kinerja perusahaan.

Pada dasarnya, penilaian kinerja terdiri dari aspek keuangan dan aspek non keuangan. Aspek keuangan didasarkan pada laporan keuangan sedangkan aspek non keuangan didasarkan pada bidang yang akan dianalisis, seperti aspek pemasaran, aspek operasional dan aspek sumber daya manusia. Dalam skripsi ini, penulis akan secara khusus membahas mengenai penilaian kinerja berdasarkan aspek keuangan.

Pada penelitian ini, penulis ingin melihat peranan analisis laporan keuangan dalam menilai kinerja perusahaan di PT Mewah Indah Jaya. PT Mewah Indah Jaya adalah sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang industri. Kegiatan perusahaan tersebut adalah memproduksi alat-alat rumah tangga seperti panci, wajan, sendok, kompor, dan lain sebagainya. Oleh karena perusahaan ini merupakan perusahaan industri yang mencakup banyak kegiatan, maka penulis ingin melihat bagaimana kinerja perusahaan ini dalam mengolah keuangannya, sehingga penulis tertarik untuk membahas mengenai analisis laporan keuangan PT Mewah Indah, dan mengambil judul “Analisis Laporan Keuangan dengan Menggunakan Rasio untuk Menilai Kinerja Keuangan Perusahaan pada PT Mewah Indah Jaya”


(13)

Dari uraian di atas, penulis mencoba merumuskan masalah yang menjadi dasar dalam penyusunan skripsi ini yaitu “ Bagaimana penilaian kinerja keuangan pada PT Mewah Indah Jaya? “

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian a. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk meneliti bagaimana penilaian kinerja keuangan pada PT Mewah Indah Jaya.

b. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Bagi Penulis

Untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai analisis laporan keuangan dalam penilaian kinerja keuangan perusahaan.

2. Bagi Perusahaan

Sebagai bahan masukan dan pertimbangan yang berguna bagi perusahaan di masa yang akan datang.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya


(14)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Laporan Keuangan

1. Pengertian dan Jenis Laporan Keuangan

Pada mulanya laporan keuangan bagi suatu perusahaan hanyalah sebagai suatu alat penguji dan pekerjaan bagi pembukuan. Akan tetapi untuk selanjutnya laporan keuangan tidak hanya sebagai alat penguji saja, tetapi juga sebagai dasar untuk menentukan dan menilai posisi keuangan suatu perusahaan, dimana hasil analisis tersebut oleh pihak-pihak yang berkepentingan dapat mengambil keputusan.

Dengan demikian laporan keuangan merupakan sumber informasi keuangan suatu perusahaan yang dipergunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Pemakai laporan keuangan meliputi pemegang saham, manajer, karyawan dan serikat pekerja, instansi pajak, pemberi dana (kreditur), pemerintah atau lembaga pengatur resmi.

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2007:1), laporan keuangan yang lengkap terdiri atas komponen-komponen berikut :

a. Neraca

b. Laporan Rugi Laba

c. Laporan Perubahan Ekuitas d. Laporan Arus Kas


(15)

2. Tujuan Laporan Keuangan

Manajemen suatu perusahaan menyiapkan laporan keuangan dengan menggunakan cara yang berbeda sesuai dengan tujuan perusahaan masing-masing. Laporan keuangan harus mengikuti standar akuntansi keuangan bila diterbitkan untuk orang lain. Laporan keuangan juga menampung catatan dan

schedule tambahan serta informasi lainnya, misalnya, laporan tersebut mungkin

menampung informasi tambahan yang relevan dengan kebutuhan pemakai neraca dan laporan laba rugi.

Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2007 : 12), tujuan laporan keuangan adalah sebagai berikut :

a. Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.

b. Laporan keuangan disusun untuk memenuhi kebutuhan bersama oleh sebagian besar pemakainya, yang secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian masa lalu.

c. Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang dilakukan manajemen atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya.

3. Pemakai Laporan Keuangan

Pihak-pihak yang berkepentingan atas laporan keuangan adalah pihak perorangan atau entitas yang mempunyai kepentingan dalam menentukan kinerja perusahaan.

Warren, Reeve, dan Fess menyatakan (2005 : 8) pihak-pihak yang berkepentingan terdiri dari :

a. Pemilik (owners) yang menginvestasikan sumber dayanya jelas mempunyai kepentingan untuk mengetahui seberapa baik kinerja perusahaan. Sebagian besar pemilik ingin memperoleh nilai yang


(16)

paling ekonomis atas investasi mereka untuk mengetahui bahwa perusahaan tersebut memperoleh keuntungan, pemilik akan berharap mendapatkan bagian dalam laba perusahaan.

b. Manajer adalah orang yang dipercaya oleh pemilik untuk menjalankan perusahaan, tugas utama manajer adalah mengevaluasi kinerja ekonomi perusahaan. Manajer yang tidak dapat memberikan hasil yang terbaik bagi perusahaan biasanya akan dipecat oleh pemilik perusahaan tersebut. Oleh karena itu, manajer mempunyai insentif untuk memaksimalkan nilai ekonomis perusahaan.

c. Karyawan memberikan jasanya kepada perusahaan

dimana mereka memperoleh upah. Karyawan juga mempunyai kepentingan dalam kinerja ekonomi perusahaan karena pekerjaan mereka tergantung pada hal itu.

d. Pelanggan juga mempunyai kepentingan dalam kelangsungan perusahaan.

e. Kreditor menginvestasikan sumber dayanya melalui pemberian kredit. Oleh karena itu, kreditor mempunyai kepentingan dalam kinerja perusahaan.

f. Pemerintah mempunyai kepentingan terhadap kinerja perusahaan, hal ini terlihat dari pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat maupun daerah terhadap perusahaan melalui peraturan-peraturan perpajakan.

4. Keterbatasan Laporan Keuangan

Laporan keuangan yang berisikan data histories memiliki banyak keterbatasan.

Menurut Wild, Subramanyam, dan Robert (2005:102), keterbatasan laporan keuangan meliputi 3 hal yaitu :

a. Tepat waktu. Laporan keuangan dibuat paling sering setiap kuartal dan biasanya dipublikasikan tiga sampai enam pecan setelah akhir kuartal. Sebaliknya, analis memperbaharui ramalan dan rekomendasi mereka pada basis waktu yang sangat dekat-segera setelah informasi mengenai perusahaan diketahui. Sumber informasi alternatif lainnya, seperti berita ekonomi, industri atau perusahaan, juga tersedia segera dalam berbagai bentuk termasuk melalui internet.

b. Frekuensi. Frekuensi terkait erat dengan tepat waktu. Laporan keuangan dibuat secara berkala, biasanya tiap kuartal. Namun,


(17)

sumber informasi alternatif, termasuk laporan analis, disajikan untuk pasar setiap terdapat kejadian usaha pasar setiap terdapat kejadian usaha yang membutuhkan revisi laporan.

c. Orientasi ke masa depan. Sumber informasi alternatif, khususnya laporan dan ramalan analis, menggunakan informasi yang berorientasi ke masa depan. Laporan keuangan hanya mencakup ramalan yang terbatas. Lagipula, akuntansi berdasarkan biaya histories (dan konservatisme) biasanya menyebabkan keterlambatan pengakuan, yaitu saat aktivitas usaha tertentu terlambat diakui.

B. Analisis Rasio Keuangan

1. Pengertian dan Manfaat Rasio Keuangan

Salah satu cara untuk melakukan analisis keuangan adalah dengan cara mempelajari hubungan antara berbagai pos-pos dalam laporan keuangan. Hubungan antara pos-pos tersebut dinyatakan dengan angka yang disebut dengan rasio. Rasio-rasio ini penting bagi analis intern maupun ekstern dalam menilai perusahaan dari laporan keuangan uang diumumkan oleh perusahaan.

Menurut Djarwanto (2004 : 123) yang dimaksud dengan analisis rasio keuangan adalah ”suatu angka yang menunjukkan hubungan antara suatu unsur dengan unsur lainnya dalam laporan keuangan. Hubungan antara unsur-unsur laporan keuangan tersebut dinyatakan dalam bentuk matematis yang sederhana”.

Menurut Harahap (2006 : 297), “ Pengertian rasio keuangan bahwa angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti).”

Analisis rasio keuangan merupakan alat yang penting dan berguna bagi manajer keuangan maupun pihak-pihak lain di luar perusahaan. Bagi manajer


(18)

keuangan, analisis rasio keuangan digunakan untuk menilai kinerja yang telah dicapai perusahaan, yang pada gilirannya dapat dijadikan sebagai dasar dalam pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen khususnya fungsi perencanaan dan pengendalian. Perencanaan keuangan itu sendiri dapat dibuat dalam berbagai bentuk, namun yang terpenting adalah bahwa setiap rencana yang baik haruslah memperhitungkan kelemahan dan kekuatan yang ada dalam perusahaan. Kekuatan perusahaan harus dipahami agar dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya, sedangkan kelemahan harus diketahui agar dapat diperbaiki. Setelah melakukan analisis terhadap kekuatan dan kelemahan perusahaan, seorang manajer keuangan dapat membuat rencana kebutuhan sumber daya untuk masa yang akan datang sesuai dengan perkiraan dan anggaran yang tersedia. Kekuatan dan kelemahan perusahaan ini dapat diketahui melalui analisis rasio-rasio keuangan perusahaan. Oleh karena itu, suatu perencanaan khususnya di bidang keuangan sebaiknya dimulai dengan melakukan analisis rasio keuangan.

Pentingnya analisis rasio keuangan juga digunakan untuk mendapatkan tolok ukur tertentu. Tolok ukur tersebut digunakan untuk membandingkan kinerja suatu perusahaan pada tahun-tahun tertentu dengan kinerja tahun-tahun sebelum dan sesudahnya atau membandingkan kinerja perusahaan dengan kinerja perusahaan lain dari industri yang sama.

Selain digunakan oleh pihak intern perusahaan, analisis rasio keuangan juga sangat berguna untuk pihak di luar perusahaan yang umumnya berkepentingan terhadap prospek perusahaan di masa yang akan datang. Analisis


(19)

rasio keuangan dapat digunakan untuk memprediksi kebangkrutan usaha, untuk analisis pemberian kredit dan dalam analisis efek ( saham dan obligasi). Dalam analisis kredit membantu manajer kredit menentukan dengan cepat perusahaan-perusahaan mana yang sebaiknya segera diberikan kredit. Dalam analisis efek, analisis rasio keuangan dapat membantu calon investor melakukan penilaian potensi keuntungan perusahaan dalam jangka panjang.

Rasio keuangan memberikan dasar untuk menjawab beberapa pertanyaan penting berkaitan dengan kesehatan keuangan perusahaan :

a. Bagaimana likuiditas perusahaan ?

b. Apakah manajemen menghasilkan cukup keuntungan dari aktiva perusahaan ?

c. Bagaimana manajemen membiayai investasinya ?

d. Apakah pemegang saham umum menerima laba yang cukup dari investasinya ?

Dari pertanyaan di atas dapat dijelaskan :

a. Likuiditas berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk memenuhi segenap hutang atau kewajibannya dan mengkonversikan aktiva menjadi kas. Faktor ini jelas sangat penting bagi kreditur-kreditur perusahaan.

b. Manajemen menghasilkan cukup keuntungan dari aktiva perusahaan karena tujuan utama pembelian aktiva adalah menciptakan


(20)

keuntungan, analis perlu memiliki pedoman atas tingkat keuntungan perusahaan.

c. Keputusan ini mempunyai pengaruh langsung terhadap tingkat hasil bagi para pemegang saham.

d. Tugas manajer keuangan adalah memaksimalkan nilai dari saham umum dan bagian laba / keuntungan bagi para investor. Tingkat hasil itu sendiri merupakan pertimbangan pokok para investor dalam membeli saham perusahaan.

2. Jenis-Jenis Rasio Keuangan

Untuk mengukur keuangan perusahaan dapat digunakan dengan menggunakan beberapa rasio, setiap rasio memiliki tujuan dan mengandung arti tertentu. Setiap rasio diukur dan diinterpretasikan sehingga menjadi berarti bagi pengambilan keputusan.

Berdasarkan sumber datanya dari mana rasio tersebut dibuat, Bambang Riyanto (2006 : 254) membedakan rasio-rasio itu menjadi 3 (tiga) yaitu :

a. Rasio-rasio neraca (balanced ratios) yaitu rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca. Misalnya rasio lancar (current

ratio), rasio cepat (quick ratio), rasio modal sendiri dengan total

aktiva, rasio aktiva tetap dengan hutang jangka panjang dan lain sebagainya.

b. Rasio-rasio laporan laba rugi (income statement ratios) yaitu rasio-rasio yang disusun dari laporan laba rugi. Misalnya rasio-rasio laba bruto dengan penjualan neto, rasio laba usaha dengan penjualan neto, operating ratio dan lain-lain.

c. Rasio-rasio antar laporan (interstatement ratios) yaitu rasio-rasio yang disusun dari data baik yang berasal dari neraca maupun laba rugi. Misalnya rasio penjualan neto dengan aktiva usaha, rasio penjualan


(21)

kredit dengan piutang rata-rata, rasio harga pokok penjualan dengan persediaan rata-rata dan lain sebagainya.

Adapun bentuk-bentuk dari rasio keuangan adalah sebagai berikut :

a. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio)

Rasio likuiditas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa likuidnya suatu perusahaan, rasio ini juga menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutang jangka pendeknya yang jatuh tempo. Rasio ini juga digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membiayai kewajiban ketika ditagih. Untuk mengukur rasio liquiditas dapat digunakan beberapa rasio antara lain :

1. Current Ratio

Current ratio merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek atau hutang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih. Dengan kata lain seberapa banyak aktiva lancar yang tersedia untuk menutupi kewajiban jangka pendek yang akan berakhir. Semakin besarnya perbandingan antara aktiva lancar dan hutang lancar maka semakin tinggi pula kemampuan perusahaan dalam menutupi kewajiban jangka pendeknya. Current ratio seratus persen atau 1:1. Ini berarti satu rupiah hutang lancar dapat ditutupi oleh satu rupiah harta lancar, rasio ini lebih aman bila berada di atas satu atau diatas seratus persen. Artinya aktiva lancar


(22)

harus lebih besar dibandingkan dengan jumlah hutang lancar. Rumus untuk mencari current ratio dapat digunakan sebagai berikut :

Current Ratio =

lancar kewajiban

lancar Aktiva

x 100 %

2. Quick Ratio atau Acid Test Ratio

Quick ratio merupakan rasio uji cepat yang menunjukkan kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan persediaan. Hal ini disebabkan persediaan memerlukan waktu yang relative lebih lama untuk diuangkan bila dibandingkan dengan asset aktiva lancar lainnya. Semakin besar rasio ini maka akan semakin baik. Rasio ini lebih baik dapat mencapai lebih dari satu banding satu atau seratus persen, sebab apabila terjadi likuidasi maka perusahaan tersebut dapat membayar kewajiban jangka pendeknya. Ini terjadi karena sumber yang digunakan adalah aktiva lancar yang cepat dapat diuangkan. Rumus untuk mencari quick ratio adalah sebagai berikut :

Quick Ratio =

Lancar kewajiban

persediaan lancar

Aktiva

x 100%

Atau

Quick Ratio =

Lancar Kewajiban

g Piu Efek Bank

Kas+ + + tan


(23)

3. Cash Ratio

Cash ratio merupakan alat untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar hutang. Hal ini dapat ditunjukkan dari tersedianya dana kas atau setara kas seperti rekening giro. Semakin besar perbandingan kas atau setara kas dengan hutang lancar akan semakin baik. Apabila rasio ini seratus persen atau 1:1 ini berarti bahwa satu rupiah uang kas yang ada mencukupi satu rupiah hutang lancar yang ada. Rumus untuk mencari cash ratio adalah sebagai berikut :

Cash Ratio =

Lancar Kewajiban

Kas Setara dan Kas

x 100%

4. Working Capital to Total Asset Ratio

Working capital to total asset ratio merupakan rasio untuk menilai likuiditas dari total aktiva dan posisi modal kerja. Semakin besar rasio ini akan semakin baik, demikian juga sebaliknya. Rumus untuk mencari working capital to total asset ratio adalah sebagai berikut :

Working Capital to Total Asset =

Aktiva Total

Lancar Kewajiban

Lancar

Aktiva

x100%

b. Rasio Solvabilitas (Leverage Ratio)

Leverage ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang. Seperti diketahui


(24)

dalam mendanai usahanya perusahaan memiliki beberapa sumber dana. Sumber-sumber dana tersebut dapat diperoleh dari pinjaman atau modal sendiri. Adapun rasio-rasio yang ada dalam leverage ratio antara lain : 1. Debt Ratio

Debt to asset ratio atau debt ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total hutang dengan total aktiva. Dengan kata lain seberapa besar aktiva perusahaan yang dibiayai oleh hutang atau seberapa besar hutang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva dan biasanya dinyatakan dalam persentase. Rumus untuk mencari debt ratio adalah sebagai berikut :

Debt Ratio =

Aktiva Total

Kewajiban Total

x 100%

2. Debt to Equito Ratio

Debt to equito ratio adalah rasio yang digunakan untuk mengetahui perbandingan antara total hutang dengan modal sendiri. Rasio ini berguna untuk mengetahui seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai dari hutang. Dengan kata lain rasio ini untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan hutang dan biasanya rasio ini dinyatakan dalam persentase. Rasio 100% atau 1:1 menunjukkan bahwa Rp 1 dari setiap modal sendiri menjadi jaminan terhadap Rp 1 hutang yang ada. Untuk keamanan pihak luar rasio ini baik bila jumlah modal sendiri lebih besar dari jumlah hutang yang ada atau minimal


(25)

sama (100%). Rumus untuk mencari debt to equito adalah sebagai berikut :

Debt to Equity =

Ekuitas Total

Kewajiban Total

x 100%

3. Long Term Debt to Equity Ratio

Long term debt to equity ratio merupakan rasio antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Tujuannya adalah untuk mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan hutang jangka panjang. Dengan cara membandingkan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri yang disediakan oleh perusahaan dan biasanya dinyatakan dalam persentase. Rumus untuk mencari long term debt to equity ratio adalah sebagai berikut :

Long term debt to equity ratio =

Ekuitas Total

panjang jangka

kewajiban Total

x 100 %

4. Tangible Asset Debt Coverage

Tangible asset debt coverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengetahui rasio antara aktiva tetap berwujud dengan hutang jangka panjang. Artinya rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk mencari pinjaman baru dengan jaminan aktiva tetap yang ada. Semakin tinggi rasio ini maka semakin besar jaminan yang ada dan kreditur jangka panjang semakin aman atau terjamin dan semakin


(26)

besar kemampuan perusahaan untuk mencari pinjaman. Rasio ini biasanya minimal 100% atau 1:1 dimana Rp 1 hutang jangka panjang dijamin oleh setiap Rp 1 aktiva tetap yang ada. Rumus untuk mencari Tangible asset debt coverage adalah sebagai berikut :

Tangible Asset Debt Coverage =

panjang jangka

kewajiban total

tetap aktiva Total

x 100%

5. Current Liabilities to Net Worth

Current liabilities to net worth merupakan rasio antara hutang lancar dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan bahwa dana pinjaman yang segera akan ditagih terdapat sekian kalinya modal sendiri. Rasio ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar bagian dari modal sendiri yang dijadikan jaminan hutang lancar. Semakin kecil rasio ini maka semakin baik sebab modal sendiri yang ada di perusahaan semakin besar untuk menjamin hutang lancar yang ada pada perusahaan. Batas yang paling rendah dari rasio ini adalah 100% atau 1:1. Rumus yang digunakan untuk mencari current liabilities to net worth adalah :

Current Liabilities to Net Worth =

Ekuitas Total

Lancar Kewajiban

Total

x 100%

c. Rasio Aktivitas (Activity Ratio)

Rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi pemanfaatan sumber daya perusahaan atau untuk menilai


(27)

perusahaan dalam melaksanakan aktivitas zaherí-hari. Dari hasil pengukuran dengan rasio ini akan terlihat apakah perusahaan lebih efisien atau sebaliknya dalam mengelola aset yang dimilikinya. Adapun rasio aktivitas adalah sebagai berikut :

1. Receivable Turn Over

Receivable turn over (perputaran piutang) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa lama penagihan piutang selama satu periode atau berapa kali dana yang ditanam dalam piutang ini berputar dalam satu periode. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan bahwa modal kerja yang ditanamkan dalam piutang semakin rendah dan tentunya kondisi ini baik bagi perusahaan.

Rumus untuk mencari receivable turn over adalah sebagai berikut :

Receivable Turn Over = x100%

rata Rata Piutng

Kredit Penjualan

− 2. Days of Receivable

Rasio ini menunjukkan jumlah hari piutang rata-rata tidak tertagih. Semakin rendah rasio ini akan semakin baik sebab piutang yang ada akan semakin cepat ditagih. Batas maksimum dari rata-rata penagihan piutang ini adalah 60 hari, jika lewat dari batas ini berarti perusahaan ini kurang baik dalam penagihan sehingga tidak mampu menagih piutang pada perusahaan yang memberikan syarat-syarat kredit yang


(28)

terlalu lunak pada pelanggannya. Rumus untuk mencari days of receivable adalah sebagai berikut :

Days of Receivable =

Kredit Penjualan

rata Rata

Piutng

x 365 hari

3. Inventory Turn Over

Rasio ini digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditanam dalam persediaan berputar dalam satu periode. Rasio ini juga menunjukkan berapa kali jumlah persediaan diganti dalam satu periode. Semakin kecil rasio ini maka akan semakin jelek bagi perusahaan dan juga sebaliknya. Persediaan 1 kali berarti persediaan yang ada dijual dan kemudian hasilnya digunakan untuk membeli persediaan kembali selama satu kali periode. Rumus untuk mencari inventory turn over adalah sebagai berikut :

Inventory Turn Over =

rata Rata Persediaan

Penjualan Pokok

Hrg

− x 1 kali 4. Working Capital Turn Over

Rasio ini digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditanamkan dalam modal kerja berputar dalam satu periode atau berapa penjualan dapat dicapai oleh setiap modal kerja yang digunakan. Rasio 1 kali berarti dana yang tertanam dalam modal kerja berputar rata-rata satu kali dalam satu periode. Rumus untuk mencari working capital turn over adalah :


(29)

Working Capital Turn Over =

Kerja Modal

Bersih Penjualan

x 1 kali

5. Fixed Asset Turn Over

Rasio ini digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap berputar dalam satu periode. Rasio ini juga disebut dengan rasio pemanfaatan aktiva tetap karena digunakan untuk mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan aktiva tetap. Semakin besar rasio ini maka akan semakin baik bagi perusahaan. Rumus untuk mencari fixed asset turn over adalah sebagai berikut :

Fixed Asset Turn Over =

Tetap Aktiva Total

Penjualan Total

x 1 kali

6. Asset Turn Over

Asset turn over merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur penggunaan semua aktiva dan juga digunakan untuk mengukur berapa jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap rupiah aktiva. Rasio ini menunjukkan kemampuan modal yang diinvestasikan untuk menghasilkan pendapatan. Semakin tinggi rasio ini maka akan semakin baik demikian juga sebaliknya. Rasio 1 kali berarti dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva rata-rata dalam satu periode berputar 1 kali atau setiap Rp 1 aktiva selama 1 tahun dapat


(30)

menghasilkan pendapatan sebesar Rp 1. Rumus untuk mencari asset turn over adalah sebagai berikut :

Asset Turn Over =

Aktiva Total

Penjualan Total

x 1 kali

d. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio)

Rasio profitabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran efektivitas manajemen dalam suatu perusahaan. Rasio profitabilitas terdiri dari :

1. Profit Margin

Rasio ini menunjukkan keuntungan bersih per rupiah penjualan. Rasio ini diukur antara profit margin dengan penjualan dalam persentase. Profit margin 5 % berarti setiap Rp 1 penjualan menghasilkan keuntungan bersih sebesar Rp 0,05. Semakin besar rasio ini maka akan semakin baik karena dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba cukup tinggi. Rumus profit margin dapat digunakan sebagai berikut :

Profit Margin =

Bersih Penjualan

Pajak Setelah Bersih

Laba

x 100%

2. Return on Investment (ROI)

Return on investment merupakan rasio yang dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan jumlah aktiva yang digunakan dalam


(31)

operasi perusahaan untuk menghasilkan laba. Rasio ini menunjukkan produktivitas dari seluruh dana perusahaan baik modal pinjaman maupun modal sendiri. Semakin besar rasio ini maka akan semakin baik bagi perusahaan. Rumus untuk mencari return on investment adalah sebagai berikut :

Return on Investment =

Aktiva Total

Pajak Setelah Bersih

Laba

x 100%

3. Return on Equity (ROE)

Return on equity merupakan rasio untuk mengukur laba bersih setelah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini juga menggambarkan berapa persen yang diperoleh laba bersih bila diukur dari modal sendiri. Semakin besar rasio ini maka akan semakin baik artinya posisi pemilik perusahaan semakin kuat. Rumus untuk mencari return in equity adalah sebagai berikut :

Return on Equity =

Ekuitas Total

Pajak Setelah Bersih

Laba

x 100%

4. Gross Profit Margin

Gross profit margin merupakan rasio yang digunakan untuk mengetahui laba bruto per rupiah dari penjualan yang dilakukan. Gross profit margin sebesar 5% berarti bahwa Rp 1 menghasilkan keuntungan bruto sebesar Rp 0,05. Rumus untuk mencari gross profit margin dapat digunakan sebagai berikut :


(32)

Gross Profit Margin =

Bersih Penjualan Total

Penjualan Pokok

Hrg Bersih

Penjualan

x 100%

5. Operating Ratio

Operating ratio mencerminkan tingkar efisiensi perusahaan sehingga rasio yang tinggi menunjukkan keadaan yang kurang baik karena berarti bahwa setiap rupiah penjualan yang terserap dalam biaya juga tinggi, dan yang tersedia untuk laba kecil. Rasio ini juga digunakan untuk mengetahui berapa biaya operasi per penjualan yang dilakukan di dalam perusahaan. Operating ratio sebesar 90% berarti Rp 1 mempunyai biaya operasi sebesar Rp 0,9. Rumus untuk mencari operating ratio adalah sebagai berikut :

Operating Ratio =

Bersih Penjualan Total

l Operasiona Beban

Penjualan Pokok

Hrg +

x100%

6. Return on Asset (ROA)

Return on asset merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi semua investor. ROA 15% berarti setiap Rp 1 aktiva menghasilkan laba Rp0,15 untuk semua investor. Rumus untuk mencari return on asset adalah sebagai berikut :

Return on Asset =

Aktiva Total

Pajak Sebelum Laba


(33)

3. Keterbatasan Analisis Rasio Keuangan

Meskipun analisis rasio keuangan dapat menghasilkan informasi yang bermanfaat sehubungan dengan operasi dan keadaan keuangan perusahaan, namun di dalamnya terdapat masalah dan keterbatasan yang memerlukan kehati-hatian dan pertimbangan.

Menurut Harahap (2006 : 298), keterbatasan analisis rasio keuangan antara lain :

1. kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk kepentingan pemakainya.

2. keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga menjadi keterbatasan teknik ini seperti :

a. bahwa perhitungan rasio atau laporan keuangan itu banyak mengandung taksiran dan judgment yang dapat dinilai bias atau subyektif

b. nilai yang terkandung dalam laporan keuangan dan rasio adalah nilai perolehan (cost) bukan harga pasar.

c. klasifikasi dalam laporan keuangan bisa berdampak pada angka rasio

d. metode pencatatan yang tergambar dalam standar akuntansi bisa diterapkan berbeda oleh perusahaan yang berbeda

3. jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia, akan menimbulkan kesulitan dalam menghitung rasio

4. sulit jika data yang tersedia tidak sinkron

5. dua perusahaan dibandingkan bias saja teknik dan standar akuntansi yang dipakai tidak sama dan karenanya jika dilakukan perbandingan bisa menimbulkan kesalahan.

Dari keterbatasan analisis rasio keuangan di atas dapat kita uraikan sebagai berikut :

1. Banyak perusahaan besar yang mengoperasikan beberapa divisi yang berbeda pada industri yang berbeda pula dan dalam keadaan seperti ini sulit untuk mendapatkan rata-rata industri yang bisa digunakan sebagai bahan pembanding


(34)

yang tepat. Hal ini cenderung membuat analisis rasio lebih berguna bagi perusahaan kecil dengan bidang usaha yang lebih sempit daripada perusahaan besar dengan banyak divisi yang berbeda-beda.

2. Hampir semua perusahaan ingin berprestasi di atas rata-rata walaupun pada kenyataannya setengahnya akan berada di bawah dan setengahnya lagi di atas rata-rata, sehingga pencapaian prestasi rata-rata semata belumlah dapat dinyatakan baik. Bagi yang menargetkan prestasi tinggi patokan terbaik adalah perusahaan dengan rasio yang sangat baik.

3. Inflasi menyebabkan distorsi besar pada neraca. Nilai yang tercatat di neraca seringkali berada sangat berbeda dengan nilai sebenarnya. Lebih jauh lagi karena inflasi mempengaruhi baik beban penyusutan maupun biaya persediaan, maka laba juga tentu dipengaruhi. Karena itu analisis rasio bagi perusahaan dari tahun ke tahun atau analisis komparatif atas perusahaan-perusahaan pada usia yang berbeda harus diinterpretasikan secara cermat dan penuh pertimbangan.

4. Faktor-faktor musiman juga menyebabkan ketimpangan pada analisis rasio. Misalnya, rasio perputaran persediaan bagi pabrik pengolah makanan akan sangat berbeda apabila angka persediaan yang digunakan adalah angka persediaan persis setelah proses pengalengan selesai. Masalah ini dapat diperkecil dengan menggunakan persediaan bulanan rata dalam menghitung persediaan rata-rata.

5. Perusahaan dapat menggunakan teknik ”window dressing” agar laporan keuangannya kelihatan lebih baik bagi analisis kredit.


(35)

6. Perbedaan praktek operasi dan akuntansi menyebabkan distorsi dalam perbandingan. Seperti metode penilaian persediaan dan penyusutan dapat mempengaruhi laporan keuangan dan karena itu mendistorsikan perbandingan diantara perusahaan. Jika sebagian besar aktiva perusahaan adalah aktiva lease, maka jumlah aktivanya jika dibandingkan dengan penjualan akan terlihat kecil karena aktiva lease mungkin tidak disajikan di dalam hutang, karena itu leasing bisa saja memperbagus rasio perputaran dan rasio hutang.

7. Sebenarnya sukar untuk menetapkan secara pasti apakah suatu rasio baik atau buruk. Misalnya, rasio lancar yang tinggi mungkin menunjukkan posisi likuiditas yang kuat, tetapi bisa juga menandakan adanya kas yang berlebih yang tentunya tidak baik yang menyebabkan terjadinya ”iddle money”.

8. Suatu perusahaan bisa mempunyai sejumlah rasio yang kelihatan baik sedangkan rasio lainnya jelek, sehingga sulit untuk mengatakan apakah keseluruhan perusahaan ini baik atau buruk. Akan tetapi, prosedur statistik dapat digunakan untuk menganalisis pengaruh bersih dari serangkaian rasio.

C. Penilaian Kinerja Perusahaan

1. Pengertian dan Prosedur Penilaian (Evaluasi)

Mengukur kinerja perusahaan adalah suatu indicator atau penilaian tingkat kinerja perusahaan dimana dengan penilaian ini dapat diketahui bahwa suatu perusahaan itu dari hasil informasi laporan keuangan perusahaan yang telah


(36)

diperiksa oleh pihak auditor sehingga dapat diketahui sehat atau tidak sehat laporan keuangan suatu perusahaan.

Kegiatan menilai atau mengevaluasi kinerja perusahaan akan menghasilkan informasi yang berguna bagi perusahaan itu sendiri. Hasil dari penilaian kinerja ini akan dapat dijadikan sebagai umpan balik (feed back) bagi formulasi atau implementasi strategi. Jika terjadi penyimpangan, maka untuk menghindari agar tidak terjadi penyimpangan lagi perlu dilakukan perubahan, misalnya perubahan rencana atau kegiatan termasuk pengendaliannya.

Menurut Husein Umar (2002 : 36) :

Penilaian atau evaluasi merupakan suatu proses untuk menyediakan informasi tentang sejauh mana suatu kegiatan tertentu telah tercapat, bagaimana perbedaan pencapaian itu dengan suatu standar tertentu untuk mengetahui apakah ada selisih diantara keduanya serta bagaimana manfaat yang telah dikerjakan itu bila dibandingkan dengan harapan-harapan yang ingin diperoleh.

Dari definisi di atas dapat dijelaskan :

a. Suatu proses untuk menyediakan informasi, berarti bahwa kegiatan penilaian atau evaluasi membutuhkan data untuk dianalisis dengan alat-alat yang relevan untuk menghasilkan informasi yang sesuai dengan kebutuhan. Misalnya, untuk menentukan laba perusahaan dibuthkan data mengenai seluruh pendapatan dan seluruh pengeluaran kemudian dianalisis dengan perhitungan matematis sederhana, sehingga akan dihasilkan besar laba perusahaan.


(37)

b. Sejauh mana suatu kegiatan tertentu telah dicapai, bagaimana perbedaan pencapaian itu dengan suatu standar tertentu untuk mengetahui ada selisih diantara keduanya, berarti bahwa penelitian atau evaluasi dimaksudkan untuk membandingkan suatu kegiatan yang telah diselesaikan dengan yang seharusnya diselesaikan. Hasilnya apakah sesuai, di bawah standar, atau di atas standar yang telah ditentukan. Hal ini memerlukan tolok ukur tertentu, misalnya perkiraan suatu proyek yang sedang dikerjakan pada waktu 3 bulan akan selesai 75% dan pengeluaran anggaran sebesar Rp 1 milyar. Kenyataannya proyek baru diselesaikan 65% dan anggaran pengeluaran telah habis Rp 1,2 milyar, sehingga harus diputuskan hasil dari evaluasi terhadap perbedaan ini.

Proses suatu evaluasi pada umumnya memiliki tahapan-tahapannya sendiri. Walaupun tidak selalu sama, tetapi yang lebih penting adalah bahwa prosesnya sejalan dengan fungsi evaluasi itu sendiri. Berikut ini merupakan salah satu tahapan evaluasi yang sifatnya umum digunakan menurut Husein Umar (2001 :39-40) :

a. Menentukan apa yang akan dievaluasi

Dalam bisnis, apa saja yang dapat dievaluasi dapat mengacu pada program kerja perusahaan. Pada program kerja perusahaan itulah akan terdapat aspek-aspek yang memerlukan untuk dievaluasi. Tetapi biasanya yang diprioritaskan untuk dievaluasi adalah hal-hal yang menjadi faktor kunci suksesnya.


(38)

b. Merancang (mendesain) kegiatan evaluasi

Sebelum evaluasi dilakukan, tentukan dahulu desain evaluasinya agar data apa yang dibutuhkan, tahapan-tahapan kerja apa yang dilakukan, siapa saja yang akan dilibatkan, dan apa saja yang akan dihasilkan menjadi jelas.

c. Pengumpulan data

Berdasarkan desain yang telah disiapkan, pengumpulan data dapat dilakukan secara efektif dan efisien yaitu sesuai dengan kaidah-kaidah ilmiah yang berlaku dan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan.

d. Pengolahan dan analisis data

Setelah data terkumpul, data tersebut diolah untuk dikelompokkan agar mudah dianalisis dengan menggunakan alat-alat analisis yang sesuai, sehingga dapat menghasilkan fakta yang dapat dipercaya. Selanjutnya dibandingkan antara fakta dan harpan/rencana untuk menghasilkan perbedaan (gap). Besarnya perbedaan tersebut akan disesuaikan dengan tolok ukur tertentu sebagai hasil evaluasinya.

e. Pelaporan hasil evaluasi

Agar hasil evaluasi dapat dimanfaatkan bagi pihak-pihak yang berkepentingan, hendaknya hasil evaluasi didokumentasikan secara tertulis dan dikonfirmasikan baik secara lisan maupun secara tulisan.

f. Tindak lanjut hasil evaluasi

Evaluasi merupakan salah satu bagian dari fungsi manajemen. Oleh karena itu, hasil evaluasi hendaknya dimanfaatkan oleh manajemen untuk mengambil


(39)

keputusan dalam rangka mengatasi masalah manajemen, baik ditingkat strategi maupun di tingkat implementasi strategi.

2. Penilaian Kinerja Keuangan

Dalam Kamus Istilah Akuntansi, Aliminsyah dan Padji (2003 : 215) mengartikan kinerja sebagai berikut :

Suatu istilah umum yang digunakan untuk sebagian atau seluruh tindakan atau aktivitas dari suatu organisasi pada suatu periode, sering dengan referensi pada sejumlah standar seperti biaya-biaya masa lalu atau yang diproyeksikan, suatu standar efisiensi, pertanggungjawaban atau akuntabilitas manajemen dan semacamnya.

Sedangkan menurut Hansen dan Mowen (2000 : 6) definisi kinerja yaitu ”kinerja adalah tingkat konsistensi dan kebaikan fungsi-fungsi produk”. Dengan demikian kinerja diartikan sebagai suatu istilah untuk mengukur dan menilai kegiatan suatu organisasi.

Evaluasi kinerja dapat dilakukan pada berbagai bidang pekerjaan, termasuk diantaranya dalam bidang organisasi nirlaba maupun organisasi laba (perusahaan). Dalam skripsi ini evaluasi akan diarahkan pada organisasi laba.

Definisi penilaian kinerja menurut Mulyadi dan Johny Setyawan (2001 : 353) adalah ”penentuan secara preiodik efektivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi, dan personelnya berdasarkan standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya”. Dengan demikian penilaian kinerja dapat diartikan sebagai penentuan apakah kegiatan suatu organisasi dalam mencapai sasarannya berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan.


(40)

Dari berbagai definisi di atas dapat kita simpulkan bahwa penilaian kinerja merupakan suatu proses untuk menyediakan informasi tentang sejauh mana suatu kegiatan tertentu telah tercapai, bagaimana perbedaan pencapaian itu dengan suatu standar tertentu untuk mengetahui apakah ada selisih diantara keduanya dan bagaimana tindak lanjut atas perbedaan tersebut. Jadi tampak jelas untuk melakukan evaluasi dibutuhkan tolok ukur tertentu sebagai acuan, seperti yang terdapat dalam suatu program kerja. Program kerja ini pada gilirannya akan dilaksanakan dan dievaluasi.

Ada beberapa aspek penting dalam mengevaluasi kinerja di dalam suatu perusahaan. Evaluasi kinerja yang dapat dilakukan dalam suatu perusahaan dapat digolongkan kepada dua aspek yaitu evaluasi kinerja terhadap aspek keuangan dan evaluasi kinerja terhadap aspek non keuangan. Evaluasi terhadap aspek keuangan ini didasarkan pada laporan keuangan, sedangkan evaluasi terhadap aspek non keuangan tergantung pada bidang apa yang akan dianalisis misalnya aspek strategi perusahaan, aspek pemasaran, aspek operasional, dan aspek sumber daya manusia. Dalam skripsi ini penulis hanya membahas evaluasi kinerja dari aspek keuangan saja.

Evaluasi kinerja dari aspek keuangan dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain dengan menggunakan analisis rasio keuangan dan model Altman tentang kebangkrutan usaha. Di sini penulis hanya membahas evaluasi kinerja dari aspek keuangan dengan menggunakan analisis rasio keuangan.


(41)

D. Tinjauan Peneliti Terdahulu

No Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian

1. Adelina

Marpaung (2008)

Analisis Laporan Keuangan dengan Menggunakan Rasio untuk Mengevaluasi Kinerja Operasional Perusahaan pada PT Toba Pulp Lestari Tbk.

Pada penelitiannya, menggunakan rasio profitabilitas untuk mengetahui kinerja operasional perusahaan

2. Arfian Zuhri Nasution (2008)

Peranan Rasio Keuangan dalam Mengukur Kinerja Keuangan PT Bank Sumut Cabang Utama Medan

Penulis membandingkan laporan keuangan selama 3 tahun (2005-2007), dan menggunakan 6 rasio untuk mengukur kinerja

keuangan, yaitu APYD, PPAP, ROA, NIM, BOPO, LDR, dan rasio ini sudah dapat mewakili rasio lainnya.

3. Silvani Inanda (2006)

Analisis Laporan Keuangan sebagai alat penilaian kinerja keuangan pada PT Pertamina EP Area Rantau Aceh Tamiang

Dalam penelitiannya, peneliti menggunakan laporan keuangan hanya 2 periode, yaitu 2003 dan 2004. Hasil analisis tersebut akan menjadi tidak akurat karena tahun yang digunakan sudah lama dan tidak up to date.


(42)

E. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan model konseptual tentang bagaimana teori yang digunakan berhubungan dengan berbagai faktor yang telah penulis identifikasikan sebagai masalah yang penting. Kerangka konseptual ini merupakan penjelasan sementara terhadap gejala-gejala yang menjadi objek permasalahan. Kriteria utama dari suatu kerangka konseptual adalah alur-alur pikiran yang logis dalam membangun suatu kerangka konseptual yang membuahkan kesimpulan yang berupa hipotesis.

Penulis akan memberikan kerangka konseptual untuk mempermudah pemahaman alur skripsi ini yang dapat dilihat pada gambar 1 sebagai berikut :

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual PT MEWAH INDAH

Laporan Laba Rugi dan Neraca

Analisis Laporan Keuangan

Kinerja Keuangan Perusahaan


(43)

Penjelasan :

Pada PT Mewah Indah Jaya, penulis akan mengambil data berupa Laporan Keuangan yaitu Laporan Laba / Rugi dan Neraca. Dari Laporan Laba / Rugi dan Neraca tersebut penulis melihat data – data keuangan dan kemudian melakukan analisis laporan keuangan. Analisis laporan keuangan yang penulis gunakan adalah dengan menggunakan metode rasio yang didukung dengan data – data keuangan yang dimiliki oleh perusahaan. Dari hasil analisis rasio keuangan tersebut penulis akan menilai kinerja keuangan perusahaan PT Mewah Indah Jaya.


(44)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian berbentuk deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan untuk menguraikan sifat-sifat dan karakteristik dari suatu objek penelitian.

B. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang dikumpulkan terdiri dari : 1. Data Primer

Data yang diperoleh dari objek penelitian yang memerlukan pengolahan lebih lanjut dan dikembangkan sendiri oleh penulis.

2. Data Sekunder

Data yang bersumber dari perusahaan sebagai objek penelitian yang sudah diolah dan terdokumentasi seperti struktur organisasi, sejarah singkat perusahaan, dan lain-lain.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut : 1. Wawancara

Melakukan Tanya jawab secara langsung dengan pihak-pihak y ang berhubungan dengan data untuk penelitian


(45)

2. Dokumentasi

Melakukan pencatatan dan fotokopi terhadap dokumen-dokumen perusahaan yang mendukung keperluan penelitian. Dokumen – dokumen yang diperlukan antara lain seperti laporan keuangan perusahaan, struktur organisasi perusahaan, sejarah singkat pendirian perusahaan.

D. Metode Analisis Data

Metode analisis data merupakan cara atau langkah yang dilakukan untuk mengolah data penelitian baik data primer maupun data sekunder. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode analisis dengan terlebih dahulu mengumpulkan data yang ada kemudian diklasifikasikan, dianalisis, dan selanjutnya diinterpretasikan sehingga dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai keadaan yang diteliti. Dalam hal ini analisis data akan dilakukan dengan menggunakan rasio.

E. Lokasi dan Jadwal Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di PT Mewah Indah Jaya, yang berlokasi di Jalan Medan - Binjai Km 14 Gang Kenduri No 87 Medan. Penelitian dimulai pada awal Juli 2009.


(46)

BAB IV

ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Data Penelitian

1. Sejarah Singkat dan Struktur Organisasi Perusahaan

PT Mewah Indah Jaya merupakan salah satu perusahaan industri yang didirikan berdasarkan Akta Pendirian nomor 11 tanggal 4 April 1990 yang dibuat di hadapan Ny. Elprieda Tamalan Panggabean Sitanggang, Sarjana Hukum, Notaris di Medan. Perseroan ini telah mengalami beberapa kali perubahan akta, yang terakhir akta No 03 tanggal 02 April 2008 yang dibuat di hadapan Rosana Lubis, SH Notaris di Medan tentang jual beli saham dan perubahan susunan pengurus. Perseroan ini berkedudukan di Medan dan berkantor di Jl Medan – Binjai Km 14 Gang Kenduri No 87.

Adapun susunan pengurus berdasarkan akta pendirian adalah sebagai berikut :

Direktur Utama : Tuan Efendi

Komisaris Utama : Tuan Thomas Efendi Komisaris : Nyonya Surianty a. Uraian Tugas

1. Direktur

Adapun tanggung jawab dan tugas-tugas direktur : a. Menjalankan tugas-tugas yang sudah didelegasikan


(47)

b. Memeriksa dan menganalisis laporan-laporan yang diberikan oleh bagian-bagian dan unit-unit.

c. Mengkoordinir, mengawasi dan memeriksa pekerjaan yang dilakukan oleh bagian-bagian dan unit-unit kerja.

d. Mengadakan pertemuan rutin dan khusus dengan pihak-pihak terkait di lingkungan Perusahaan.

e. Melakukan kunjungan kerja ke bagian-bagian dalam rangka untuk koordinasikan dan / atau tindak lanjut laporan SPI dan audit ekstern. f. Memberikan usulan, saran dan pertimbangan atas penyusunan standar

sistem akuntansi dan keuangan perusahaan dan sistem evaluasi kinerja pegawai perusahaan.

g. Menjalankan kewajiban-kewajiban lain sesuai dengan anggaran dasar. 2. Kepala Satuan Pengawasan Intern (Ka. SPI)

Adapun tanggung jawab dan tugas-tugasnya adalah sebagai berikut : a. Berdasarkan tujuan, sasaran dan target kerja tahunan SPI, menyusun

strategi kebijakan tujuan, sasaran dan target kerja

b. Memimpin, megawasi operasional dan mengevaluasi kinerja

c. Menyusun dan menyiapkan prosedur pelatihan, evaluasi dan pengembangan personil

d. Membuat, menentukan dan merevisi tata cara, prosedur dan teknis pengawasan Bidang SPI Perusahaan dan Kantor Direksi


(48)

f. Melaksanakan tugas-tugas lain yang dibebankan dan didelegasikan oleh direksi.

3. Kepala Sub Satuan Pengawasan Intern Bidang Umum, SDM, dan Keuangan

Adapun tanggung jawab dan tugas-tugasnya adalah :

a. Berdasarkan tujuan, sasaran dan target verja Sub SPI Bidang Umum, SDM dan Keuangan, menetapkan tugas-tugas dan tanggung jawab urusan Sub SPI Bidang Umum, SDM, dan keuangan.

b. Memimpin dan mengawasi pelaksanaan pekerjaan

c. Melaksanakan dan memelihara pengarsipan dan data-data secara teratur, rapi dan konsisten

d. Mensosialisasikan kebijakan perusahaan yang berkenaan dengan Sub SPI Bidang Umum, SDM dan Keuangan

e. Melaksanakan tugas-tugas lain yang dibebankan dan didelegasikan oleh Kepala Satuan Pengawasan Intern.

f. Melaksanakan koordinasi dengan sub bagian lainnya.

4. Kepala Sub Satuan Pengawasan Intern Bidang Produksi, Pengembangan, dan Pengelolaan

Adapun tanggung jawab dan tugas – tugasnya adalah :

a. Berdasarkan tujuan, sasaran dan target kerja produksi, pengembangan, dan pengelolaan menetapkan tugas dan tanggung jawab urusan sub satuan pengawasan.


(49)

b. Memimpin dan mengawasi, mengevaluasi pelaksanaan pekerjaan produksi, pengembangan, dan pengolahan agar sesuai dengan tujuan, sasaran dan target kerja sub SPI Kegiatan Umum, SDM dan Keuangan.

c. Melaksanakan seluruh kegiatan dari sub satuan pengawasan intern bidang produksi, pengembangan, dan pengolahan

d. Melaksanakan tugas-tugas lain yang dibebankan dan didelegasikan oleh kepala satuan pengawasan intern.

e. Melaksanakan koordinasi dengan sub bagian lainnya. 5. Kepala Bagian Umum

Adapun tanggung jawab dan tugas-tugas :

a. Berdasarkan tujuan, sasaran dan target kerja tahunan bagian umum menetapkan strategi, kebijakan, tujuan, sasaran, dan target kerja untuk sub bagian umum dan SDM, sub bagian hukum dan humas, sub bagian pengadaan dan pemasaran dan sub bagian rumah tangga.

b. Memimpin, mengawasi operasional, mengevaluasi kinerja sub bagian umum dan SDM, sub bagian hukum dan humas, sub bagian pengadaan dan pemasaran dan sub bagian rumah tangga untuk mencapai tujuan, sasaran dan target kerja bagian umum.

c. Menyusun dan menyiapkan prosedur pelatihan, evaluasi dan pengembangan personil.


(50)

d. Membuat, menentukan dan merevisi tata cara, prosedur dan teknis sub bagian umum dan SDM, sub bagian hukum dam humas, sub bagian pengadaan dan pemasaran dan sub bagian rumah tangga.

e. Mengoptimalkan kegiatan-kegiatan di bagian umum

f. Mensosialisasikan setiap kebijakan, prosedur dan tata cara yang berkenaan dengan bagian umum.

b. Visi dan Misi Perusahaan

Visi perusahaan adalah : ”Menjadi salah satu perusahaan industri terbaik dan menjadi andalan masyarakat dalam meningkatkan perekonomian Sumatera Utara”

Untuk mewujudkan visi maka perusahaan memiliki misi yaitu :

1. Menciptakan dan mengembangkan daya saing produk dan jaminan mutu berkelanjutan.

2. Meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia dan produktivitas serta kesejahteraan pegawai.

3. Berperan dalam membina community development dan aktivitas berwawasan lingkungan.

c. Maksud, Tujuan dan Kegiatan Usaha

1. Menjalankan dan meneruskan usaha sebelumnya yaitu PD Mewah dan UD Indah Jaya


(51)

2. Menjalankan usaha dalam berbagai macam industri besar maupun kecil 3. Menjalankan perusahaan pembangunan (kontraktor) guna memborong

segala macam dan jenis pekerjaan dan dalam segala bidang, terutama guna pembangunan, jalan-jalan, jembatan-jembatan, gedung-gedung, pabrik-pabrik, saluran air, irigasi, pengerukan, pemasangan instalasi air, listrik, gas dan lain-lain

4. Menjalankan usaha dalam bidang pengangkutan (transportasi)

5. Berdagang umum termasuk import dan eksport antar pulau dan lokal, baik untuk perhitungan sendiri maupun atas dasar perhitungan pihak lain

6. Menjalankan usaha sebagai grossier, distributor, leveransir, supplier, dan keagenan dari perusahaan atau badan hukum lain.

7. Menjalankan usaha dalam bidang pertanian, perkebunan, dan kehutanan 8. Menjalankan usaha dalam bidang jasa, kecuali jasa bidang hukum

9. Menjalankan usaha dalam bidang perikanan, peternakan, dan pertambakan.

2. Kebijakan Akuntansi Perusahaan

Kebijakan akuntansi perusahaan yang dipakai dalam penyusunan laporan keuangan dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Penyajian Laporan Keuangan

Laporan keuangan disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Dasar penyusunan laporan keuangan, kecuali untuk


(52)

laporan arus kas, adalah dasar akrual. Mata uang pelaporan yang digunakan untuk penyusunan laporan keuangan adalah mata uang Rupiah. Laporan keuangan tersebut disusun berdasarkan nilai historis, kecuali beberapa akun tertentu disusun berdasarkan pengukuran lain sebagaimana diuraikan dalam kebijakan akuntansi masing-masing akun tersebut. Laporan arus kas disusun dengan menggunakan metode tidak langsung dengan mengelompokkan arus kas dalam aktivitas operasi, investasi dan pendanaan.

b. Penilaian Piutang Dagang

Piutang dagang dicatat berdasarkan harga jual/harga faktur, yang dalam rencana disajikan berdasarkan nilai realisasi.

c. Persediaan

Persediaan barang dinilai berdasarkan harga perolehan, yang dihitung dengan menggunakan metode yang berlaku umum FIFO (First In First Out), dengan memperhitungkan persentase yang layak dari beban periode berjalan.

d. Aktiva Tetap dan Penyusutan

Aktiva tetap dicatat dan dinilai berdasarkan Nilai Cost ( Harga Perolehan) setelah dikurangi dengan akumulasi penyusutan, berdasarkan kebijakan dari perusahaan ditetapkan bahwa penyusutan aktiva tetap dilakukan dengan cara metode garis lurus (straight line method) dengan tarif sebagai berikut :

Tanah tidak disusutkan

Bangunan 5%


(53)

Sarana dan Prasarana 25%

Inventaris Kantor 25%

Aktiva tetap yang sudah tidak dipergunakan atau dijual, dikeluarkan dari kelompok aktiva tetap yang bersangkutan dan laba atau rugi yang terjadi dibukukan dalam laporan laba rugi tahun bersangkutan.

e. Hutang Dagang

Hutang dagang ini terjadi atas aktivitas usaha yang berjalan baik selama masa usaha terhitung dari masa berjalannya usaha.

f. Hutang Bank

Hutang bank merupakan modal tambahan yang bersifat lancar dan dibebani bunga, yang direncanakan untuk penambahan modal dan bersifat jangka pendek atau jangka panjang, didasarkan pada perjanjian kredit.

g. Pengakuan Pendapatan

Pendapatan diakui berdasarkan metode akrual yaitu saat timbulnya hak bagi perusahaan. Perndapatan penjualan barang dagangan pada saat diterbitnya dokumen surat perintah pengiriman barang, pendapatan jasa giro dan bunga deposito diakui pada saat penerimaannya

h. Pengakuan Biaya dan Harga Pokok Penjualan

Biaya diakui berdasarkan metode akrual yaitu pada saat timbulnya kewajiban bagi perusahaan. Harga pokok penjualan adalah semua biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan barang dan pembebanannya dilakukan asumsi arus biaya (cost flor asumption) harga pokok rata-rata penjualan.


(54)

i. Beban Pajak

Seluruh pajak yang merupakan beban perusahaan dihitung dan diselesaikan sendiri oleh peusahaan.

3. Laporan Keuangan Perusahaan

Tujuan laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan menggambarkan dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang diklasifikasikan dalam beberapa kelompok besar menurut karakteristik ekonominya. Unsur yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran posisi keuangan adalah aktiva, kewajiban dan ekuitas. Sedangkan unsur yang berkaitan dengan pengukuran kinerja dalam laporan laba rugi adalah penghasilan dan beban. Laporan perubahan posisi keuangan biasanya mencerminkan berbagai unsur laporan laba rugi dan perubahan dalam berbagai unsur neraca.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis akan menggunakan laporan keuangan perusahaan berupa neraca dan laporan laba rugi saja karena rasio keuangan yang digunakan dalam skripsi ini berasal dari neraca dan laporan laba rugi. Laporan keuangan yang digunakan adalah laporan keuangan untuk dua periode, yaitu periode 2007 dan 2008.


(55)

Tabel 4.1

PT MEWAH INDAH JAYA NERACA

Per 31 Desember 2008 dan 21 Desember 2007

PERKIRAAN PER 31 DES 2008

( Rp )

PER 31 DES 2007 (Rp)

AKTIVA

AKTIVA LANCAR

Kas dan Bank 1.501.403.421 691.257.062,96

Piutang Usaha 26.362.662.807,04 24.518.678.000,00

Piutang Lain-Lain 8.774.682.200 8.041.574.000

Panjar Pembelian 10.547.650.000 7.562.344.000

Persediaan 28.353.738.000 22.119.588.000

Biaya Dibayar Di muka 1.602.268.000 1.330.948.000

Jumlah Aktiva Lancar 77.142.404.428,04 64.264.389.062,96

AKTIVA TETAP

Harga Perolehan 79.301.893.750 71.726.893.750

Akumulasi Penyusutan (53.349.481.250) (47.566.300.500)

Nilai Buku Aktiva Tetap 25.952.412.500 24.160.593.250

AKTIVA LAIN-LAIN 2.290.000.000 2.290.000.000

TOTAL AKTIVA 105.384.816.928,04 90.714.982.312,96

KEWAJIBAN DAN EKUITAS

KEWAJIBAN LANCAR

Hutang Usaha 93.367.200 187.447.600

Hutang Bank 19.443.778.103 19.401.618.741,87

Hutang Lain-Lain 22.362.000 11.500.000

Jumlah Kewajiban Lancar 19.559.507.303 19.600.566.341,87

KEWAJIBAN JANGKA PANJANG 6.660.000.000 -

EKUITAS

Modal Disetor 5.700.000.000 5.700.000.000

Laba Ditahan 65.414.415.971,09 57.993.195.845,48

Laba Tahun Berjalan 8.050.893.625,04 7.421.220.125,61

Jumlah Ekuitas 79.165.309.625,04 71.114.415.971,09

TOTAL KEWAJIBAN DAN EKUITAS 105.384.816.928,04 90.714.982.312,96


(56)

Tabel 4.2

PT MEWAH INDAH JAYA LAPORAN LABA RUGI

Untuk Tahun yang Berakhir pada Tanggal 31 Desember 2008 dan 31 Desember 2007

PERKIRAAN PER 31 DES 2008

( Rp )

PER 31 DES 2007 (Rp)

PENJUALAN

Penjualan Bersih 102.800.876.000 92.922.861.000

Jumlah Penjualan 102.800.876.000 92.922.861.000

HARGA POKOK PENJUALAN

Persediaan Awal Barang Jadi 3.548.872.000 3.956.475.000

Harga Pokok Produksi 79.666.115.450 71.515.949.700

83.214.987.450 75.472.424.700

Persediaan Akhir Barang Jadi (3.662.258.000) (3.548.872.000)

Harga Pokok Penjualan 79.552.729.450 71.923.552.700

LABA (RUGI) KOTOR 23.248.146.550 20.999.308.300

BIAYA USAHA

Biaya Penjualan 3.786.735.500 3.491.832.000

Biaya Umum dan Administrasi 8.009.666.196,05 6.934.071.274,39

Jumlah Biaya Usaha 11.796.401.696,05 10.425.903.274,39

LABA (RUGI) USAHA 11.451.744.853,95 10.573.405.025,61

PENDAPATAN (BIAYA) LAIN-LAIN 24.531.600 3.338.000

LABA (RUGI) SEBELUM TAKSIRAN

PAJAK 11.476.276.453,95 10.576.743.025,61

TAKSIRAN PAJAK PENGHASILAN (3.425.382.800) (3.155.522.900)

LABA (RUGI) BERSIH 8.050.893.653,95 7.421.220.125,61


(57)

4. Rasio Keuangan

Dari hasil perhitungan terhadap rasio keuangan selama tahun 2007 sampai dengan 2008 PT Mewah Indah Jaya, diperoleh perhitungan sebagai berikut :

Tabel 4.3

Hasil Perhitungan Rasio Keuangan

Rasio 2008 2007

1. Rasio Likuiditas a. Current Ratio b. Quick Ratio c. Cash Ratio

d. Working Capital to Total Asset

3,94 2,49 0,08 0,55 3,28 2,15 0,04 0,49 2. Rasio Solvabilitas

a. Debt Ratio

b. Debt Equity Ratio

c. Long Term Debt to Equity Ratio d. Tangible Asset Debt Coverage e. Current Liabilities to Net Worth

0,25 0,33 0,08 3,90 0,25 0,22 0,28 0 ~ 0,28 3. Rasio Aktivitas

a. Fixed Asset Turn Over b. Asset Turn Over

3,96 0,98

3,85 1,02 4. Rasio Profitabilitas

a. Profit Margin b. ROI

c. ROE

d. Gross Profit Margin e. Operating Ratio f. ROA 0,08 0,08 0,10 0,23 0,89 0,11 0,08 0,08 0,10 0,23 0,89 0,12


(58)

B. Analisis Hasil Penelitian 1. Analisis Rasio Keuangan

a. Analisis Rasio Likuiditas

1. Rasio Lancar (Current Ratio) 2007 = 87 , 341 . 566 . 600 . 19 96 , 062 . 389 . 264 . 64

x 100 % = 3,28

2008 = 303 . 507 . 559 . 19 04 , 428 . 404 . 142 . 77

x 100 % = 3,94

Dari hasil perhitungan untuk tahun 2008 diperoleh rasio lancar sebesar 3,94. Nilai ini bisa diinterpretasikan bahwa untuk satu rupiah kewajiban dijamin dengan 3,94 rupiah aktiva lancar. Untuk tahun 2007 rasio lancar sebesar 3,28. Nilai ini bisa diinterpretasikan bahwa satu rupiah kewajiban dijamin dengan 3,28 rupiah aktiva lancar. Terjadi kenaikan dari tahun 2007 ke tahun 2008.

Nilai Current Ratio pada PT Mewah Indah Jaya pada tahun 2007 dan 2008 ini dapat dikatakan baik, karena besarnya berada diatas 1. semakin tinggi current ratio seharusnya semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendek.

2. Rasio Cepat (Quick Ratio) 2007 = 87 , 341 . 566 . 600 . 19 000 . 588 . 119 . 22 96 , 062 . 389 . 264 . 64 −

x 100 % = 2,15

2008 = 303 . 507 . 559 . 19 000 . 738 . 353 . 28 04 , 428 . 404 . 142 . 77 −


(59)

Dari hasil perhitungan untuk tahun 2008 diperoleh quick ratio sebesar 2,49. Nilai ini bisa diinterpretasikan bahwa untuk satu rupiah kewajiban dijamin dengan 2,49 aktiva yang cepat diuangkan. Untuk tahun 2007 quick ratio sebesar 2,15. Nilai ini bisa diinterpretasikan bahwa untuk satu rupiah kewajiban dijamin dengan 2,15 rupiah aktiva yang cepat diuangkan. Dari perbandingan tersebut dapat dilihat bahwa terjadi kenaikan quick ratio pada perusahaan dari tahun 2007 ke tahun 2008.

Rasio cepat (quick ratio) yang berkisar antara 1 sampai 2 menunjukkan bahwa aktiva yang cepat diuangkan cukup memadai untuk membayar kewajiban yang jatuh tempo dalam jangka pendek. 3. Cash Ratio

2007 = 87 , 341 . 566 . 600 . 19 96 , 062 . 257 . 691

x 100 % = 0,04

2008 = 303 . 507 . 559 . 19 421 . 403 . 501 . 1

x 100 % = 0,08

Dari hasil perhitungan untuk tahun 2008 diperoleh cash ratio sebesar 0,08. Nilai ini bisa diinterpretasikan bahwa untuk satu rupiah hutang lancar dapat dibayar oleh perusahaan sebesar 0,08 kas dan setara kas. Untuk tahun 2007 diperoleh cash ratio sebesar 0,04. Nilai ini bisa diinterpretasikan bahwa untuk satu rupiah hutang lancar dapat dibayar


(60)

oleh perusahaan sebesar 0,04 kas dan setara kas. Dari perbandingan tersebut terlihat kenaikan dalam cash ratio.

4. Working Capital to Total Asset

2007 = 96 , 312 . 982 . 714 . 90 87 , 341 . 566 . 600 . 19 96 , 062 . 389 . 264 . 64 −

x 100 % = 0,49

2008 = 04 , 928 . 816 . 384 . 105 303 . 507 . 559 . 19 04 , 428 . 404 . 142 . 77 −

x 100% = 0,55

Dari hasil perhitungan untuk tahun 2008 diperoleh working capital to

total asset sebesar 0,55. Nilai ini bisa diinterpretasikan bahwa untuk 1

rupiah total aktiva dapat menutupi 0,55 modal kerja. Untuk tahun 2007 diperoleh working capital to total asset sebesar 0,49. Nilai ini bisa diinterpretasikan bahwa untuk 1 rupiah total aktiva dapat menutupi 0,49 modal kerja. Dari perhitungan tersebut juga dapat dilihat bahwa terjadi kenaikan rasio dari tahun 2007 ke tahun 2008.

b. Analisis Rasio Solvabilitas

1. Debt Ratio

2007 = 96 , 312 . 982 . 714 . 90 87 , 341 . 566 . 600 . 19

x 100 % = 0,22

2008 = 04 , 928 . 816 . 384 . 105 303 . 507 . 219 . 26

x 100 % = 0,25

Dari hasil perhitungan untuk tahun 2008 diperoleh debt ratio sebesar 0,25. Nilai ini bisa diinterpretasikan bahwa 1 rupiah total aktiva perusahaan dibiayai sebesar 0,25 dari total hutang perusahaan. Untuk


(61)

tahun 2007 diperoleh debt ratio sebesar 0,22. nilai ini bisa diinterpretasikan bahwa 1 rupiah total aktiva perusahaan dibiayai sebesar 0,22 dari total hutang perusahaan. Dari perhitungan dapat dilihat bahwa ada kenaikan rasio dari tahun 2007 ke tahun 2008.

2. Debt Equity Ratio

2007 = 09 , 971 . 415 . 114 . 71 87 , 341 . 566 . 600 . 19

x 100 % = 0,28

2008 = 04 , 625 . 309 . 165 . 79 303 . 507 . 219 . 26

x 100 % = 0,33

Dari hasil perhitungan dapat dilihat pada tahun 2008 diperoleh debt to

equity ratio sebesar 0,33. Nilai ini dapat diinterpretasikan bahwa satu

rupiah dari setiap ekuitas sendiri menjadi jaminan sebesar 0,33 terhadap total hutang yang ada. Pada tahun 2007 diperoleh debt to

equity ratio sebesar 0,28. Nilai ini dapat diinterpretasikan bahwa satu

rupiah dari setiap ekuitas sendiri menjadi jaminan sebesar 0,28 terhadap total hutang yang ada.

3. Long Term Debt to Equity Ratio

2007 = 09 , 971 . 415 . 114 . 71 0

x 100 % = 0

2008 = 04 , 625 . 309 . 165 . 79 000 . 000 . 660 . 6

x 100 % = 0,08

Dari hasil perhitungan dapat dilihat pada tahun 2008 diperoleh long


(62)

bahwa satu rupiah dari setiap ekuitas sendiri menjadi jaminan sebesar 0,08 terhadap total hutang jangka panjang yang ada. Pada tahun 2007 diperoleh long term debt to equity ratio sebesar 0. Nilai ini dapat diinterpretasikan bahwa satu rupiah dari ekuitas tidak ada yang dijadikan jaminan terhadap hutang jangka panjang. Pada tahun 2007 perusahaan tidak memiliki hutang jangka panjang, sehingga long term

debt to equity ratio pada tahun 2007 adalah 0. 4. Tangible Asset Debt Coverage

2007 = 0 250 . 593 . 160 . 24

x 100 % = ~

2008 = 000 . 000 . 660 . 6 500 . 412 . 952 . 25

x 100 % = 3,90

Dari hasil perhitungan dapat diketahui bahwa pada tahun 2008 diperoleh tangible asset debt coverage sebesar 3,90. Nilai ini dapat diinterpretasikan bahwa satu rupiah hutang jangka panjang dijamin sebesar 3,90 dari aktiva tetap yang ada. Sedangkan untuk tahun 2007 tidak terdapat tangible asset debt coverage ratio, karena tidak ada hutang jangka panjang pada tahun 2007. artinya bahwa pada tahun 2007 tidak ada hutang jangka panjang yang dijamin oleh aktiva perusahaan.

5. Current Liabilities to Net Worth

2007 = 09 , 971 . 415 . 114 . 71 87 , 341 . 566 . 600 . 19


(63)

2008 = 04 , 625 . 309 . 165 . 79 303 . 507 . 559 . 19

x 100 % = 0,25

Dari hasil perhitungan dapat diketahui bahwa pada tahun 2008 current

liabilities to net worth ratio adalah sebesar 0,25. Nilai ini dapat

diinterpretasikan bahwa setiap satu rupiah ekuitas ada 0,25 bagian dari modal sebesar yang dijadikan jaminan hutang lancar. Sedangkan tahun 2007 current liabilities to net worth ratio sebesar 0,28. nilai ini dapat diinterpretasikan bahwa setiap satu rupiah ekuitas ada 0,28 bagian dari modal sendiri yang dijadikan jaminan hutang lancar.

Terjadi penurunan rasio dari tahun 2007 ke tahun 2008. Ini menunjukkan peningkatan pada perusahaan sebab modal sendiri yang ada di perusahaan semakin besar untuk menjamin hutang lancar yang ada pada perusahaan.

c. Analisis Rasio Aktivitas

1. Fixed Asset Turn Over

2007 = 250 . 593 . 160 . 24 000 . 861 . 922 . 92

x 1 kali = 3,85 kali

2008 = 500 . 412 . 952 . 25 000 . 876 . 800 . 102

x 1 kali = 3,96 kali

Dari perhitungan di atas dapat dilihat bahwa pada tahun 2008 fixed

asset turn over adalah sebesar 3,96. Sedangkan pada tahun 2007 fixed asset turn over adalah sebesar 3,85. Terlihat terjadi kenaikan dari


(64)

cukup baik bagi perusahaan, karena semakin besar rasio ini maka akan semakin baik bagi perusahaan. Sehingga dapat diinterpretasikan bahwa pada tahun 2008 tingkat efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva tetap lebih baik dibandingkan dengan tahun 2007.

2. Asset Turn Over

2007 = 96 , 312 . 982 . 714 . 90 000 . 861 . 922 . 92

x 1 kali = 1,02 kali

2008 = 04 , 928 . 816 . 384 . 105 000 . 876 . 800 . 102

x 1 kali = 0,98 kali

Dari perhitungan di atas dapat diketahui bahwa pada tahun 2008 asset

turn over perusahaan adalah 0,98 kali. Nilai ini dapat diinterpretasikan

bahwa pada tahun 2008 dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva rata-rata dalam satu periode berputar 0,98 kali. Sedangkan pada tahun 2007 asset turn over perusahaan adalah 1,02 kali. Nilai ini dapat diinterpretasikan bahwa pada tahun 2007 dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva rata-rata dalam satu periode berputar 1,02 kali. Semakin tinggi rasio ini maka akan semakin baik bagi perusahaan dan demikian sebaliknya. Namun dapat dilihat terjadi penurunan rasio dari tahun 2007 ke tahun 2008. Ini menunjukkan bahwa perusahaan mengalami penurunan pada rasio asset turn over.


(65)

d. Analisis Rasio Profitabilitas

1. Profit Margin

2007 = 000 . 861 . 922 . 92 61 , 125 . 220 . 421 . 7

x 100 % = 0,08

2008 = 000 . 876 . 800 . 102 95 , 653 . 893 . 050 . 8

x 100 % = 0,08

Dari perhitungan dapat diketahui bahwa pada tahun 2008 dan 2007, besar profit margin perusahaan sama, yaitu sebesar 0,08 atau sebesar 8%. Itu berarti bahwa setiap Rp 1 penjualan menghasilkan keuntungan bersih sebesar Rp 0,08. Tetapi dapat dilihat bahwa perusahaan tidak mengalami peningkatan dalam mendapatkan laba karena nilai profit

margin perusahaan pada tahun 2007 dan 2008 sama. 2. Return on Investment

2007 = 96 , 312 . 982 . 714 . 90 61 , 125 . 220 . 421 . 7

x 100 % = 0,08

2008 = 04 , 928 . 816 . 384 . 105 95 , 653 . 893 . 050 . 8

x 100 % = 0,08

Dari perhitungan dapat diketahui bahwa pada tahun 2008 dan 2007, besar Return On Investment (ROI) perusahaan sama, yaitu sebesar 0,08 atau sebesar 8%. Ini menunjukkan bahwa perusahaan tidak menunjukkan peningkatan dari tahun 2007 ke tahun 2008 dalam hal


(66)

produktivitas dari seluruh dana perusahaan baik modal pinjaman maupun modal sendiri.

3. Return on Equity

2007 = 09 , 971 . 415 . 114 . 71 61 , 125 . 220 . 421 , 7

x 100 % = 0,10

2008 = 04 , 625 . 309 . 165 . 79 95 , 653 . 893 . 050 . 8

x 100 % = 0,10

Dari perhitungan dapat diketahui bahwa pada tahun 2008 dan 2007, besar Return On Equity (ROE) perusahaan sama, yaitu sebesar 0,10 atau sebesar 10%. Nilai ini dapat diinterpretasikan bahwa terdapat 10 % yang diperoleh laba bersih bila diukur dari modal sendiri. Semakin besar rasio ini maka akan semakin baik, namun terlihat bahwa perusahaan tidak mengalami peningkatan dari tahun 2007 ke tahun 2008.

4. Gross Profit Margin

2007 = 000 . 861 . 922 . 92 700 . 552 . 923 . 71 000 . 861 . 922 . 92 −

x 100 % = 0,23

2008 = 000 . 876 . 800 . 102 450 . 729 . 552 . 79 000 . 876 . 800 . 102 −

x 100 % = 0,23

Dari perhitungan dapat diketahui bahwa pada tahun 2008 dan 2007, besar Gross Profit Margin perusahaan sama, yaitu sebesar 0,23 atau sebesar 23%. Nilai ini dapat diinterpretasikan bahwa setiap Rp 1 menghasilkan keuntungan bruto sebesar Rp 0,23. yang diperoleh laba


(67)

bersih bila diukur dari modal sendiri. Semakin besar rasio ini maka akan semakin baik, namun terlihat bahwa perusahaan tidak mengalami peningkatan dari 2007 ke tahun 2008.

5. Operating Ratio

2007 = 000 . 861 . 922 . 92 39 , 274 . 903 . 425 . 10 700 . 552 . 923 . 71 −

x 100 % = 0,89

2008 = 000 . 876 . 800 . 102 05 , 696 . 401 . 796 . 11 450 . 729 . 552 . 79 −

x 100 % = 0,89

Dari perhitungan dapat diketahui bahwa pada tahun 2008 dan 2007, besar Operating Ratio perusahaan sama, yaitu sebesar 0,89 atau sebesar 89%. Nilai ini dapat diinterpretasikan bahwa setiap Rp 1 mempunyai biaya operasi sebesar 0,89. Semakin besar rasio ini maka akan menunjukkan keadaan yang kurang baik bagi perusahaan. Tetapi terlihat bahwa perusahaan tidak mengalami peningkatan dari 2007 ke tahun 2008.

6. Return on Asset

2007 = 96 , 312 . 982 . 714 . 90 61 , 025 . 743 . 576 . 10

x 100 % = 0,12

2008 = 04 , 928 . 816 . 384 . 105 95 , 453 . 276 . 476 . 11

x 100 % = 0,11

Dari perhitungan dapat diketahui bahwa pada tahun 2008 nilai Return

on Asset (ROA) adalah sebesar 0,12 atau 12%. Nilai dapat


(1)

bersih bila diukur dari modal sendiri. Semakin besar rasio ini maka akan semakin baik, namun terlihat bahwa perusahaan tidak mengalami peningkatan dari 2007 ke tahun 2008.

5. Operating Ratio

2007 = 000 . 861 . 922 . 92 39 , 274 . 903 . 425 . 10 700 . 552 . 923 . 71 −

x 100 % = 0,89

2008 = 000 . 876 . 800 . 102 05 , 696 . 401 . 796 . 11 450 . 729 . 552 . 79 −

x 100 % = 0,89

Dari perhitungan dapat diketahui bahwa pada tahun 2008 dan 2007, besar Operating Ratio perusahaan sama, yaitu sebesar 0,89 atau sebesar 89%. Nilai ini dapat diinterpretasikan bahwa setiap Rp 1 mempunyai biaya operasi sebesar 0,89. Semakin besar rasio ini maka akan menunjukkan keadaan yang kurang baik bagi perusahaan. Tetapi terlihat bahwa perusahaan tidak mengalami peningkatan dari 2007 ke tahun 2008.

6. Return on Asset

2007 = 96 , 312 . 982 . 714 . 90 61 , 025 . 743 . 576 . 10

x 100 % = 0,12

2008 = 04 , 928 . 816 . 384 . 105 95 , 453 . 276 . 476 . 11

x 100 % = 0,11

Dari perhitungan dapat diketahui bahwa pada tahun 2008 nilai Return on Asset (ROA) adalah sebesar 0,12 atau 12%. Nilai dapat diinterpretasikan bahwa setiap Rp 1 aktiva menghasilkan laba Rp 0,12


(2)

untuk semua investor. Pada tahun2007, besar Return On Asset (ROA) adalah sebesar 0,11 atau 11%. Nilai ini dapat diinterpretasikan bahwa setiap Rp 1 aktiva menghasilkan Rp 0,11 untuk semua investor. Dari tahun 2007 ke tahun 2008 terlihat bahwa terjadi penurunan besar ROA pada perusahaan. Ini menunjukkan perusahaan mengalami penurunan dalam menghasilkan keuntungan bagi semua investor.

5. Manfaat Analisis Rasio Keuangan dalam Mengukur Kinerja Perusahaan

Manfaat analisis rasio keuangan pada perusahaan untuk mengetahui dengan jelas indikator keuangan yang dapat mengungkapkan kondisi keuangan suatu perusahaan maupun kinerja yang telah dicapai perusahaan untuk suatu periode tertentu. Untuk mengetahui keberhasilan suatu perusahaan lazim digunakan pengukuran kinerja keuangan perusahaan karena kinerja keuangan sudah mewakili kemajuan atau kemunduran perusahaan.

Manfaat analisa rasio keuangan dapat dilihat dari hasil perhitungan terhadap masing-masing rasio yang menunjukkan perkembangan kinerja perusahaan yaitu :

a. Rasio Likuiditas mengalami peningkatan yang cukup baik yang dapat dilihat adanya kenaikan rasio likuiditas dari tahun 2007 ke tahun 2008

b. Rasio Solvabilitas perusahaan menunjukkan peningkatan yang cukup baik juga karena dapat dilihat terjadi kenaikan rasio solvabilitas dari tahun 2007 ke tahun 2008.


(3)

c. Rasio Aktivitas perusahaan menunjukkan penurunan dari tahun 2007 ke tahun 2008. Dengan kata lain tingkat aktivitas perusahaan tidak menunjukkan perkembangan, tetapi malah menurun pada tahun 2008. d. Rasio Profitabilitas perusahaan tidak menunjukkan peningkatan dan

juga tidak menunjukkan penurunan tingkat profitabilitas dari tahun 2007 ke tahun 2008. Dengan kata lain tidak terjadi perkembangan yang lebih pada perusahaan.


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian, analisa dan evaluasi tentang kinerja keuangan PT Mewah Indah Jaya, maka dalam akhir tulisan ini Penulis dapat mengambil keputusan yang menggambarkan tentang kinerja perusahaan sebagai berikut :

1. Kesimpulan yang menyatakan analisa rasio keuangan bermanfaat mengukur kinerja keuangan pada PT Mewah Indah Jaya terbukti kebenarannya. Hal ini ditandai dengan melihat kondisi dan prestasi keuangan perusahaan.

2. Pada perusahaan, hasil analisa laporan keuangan bermanfaat untuk mengetahui keadaan perkembangan perusahaan dan sebagai bahan pertimbangan bagi pihak manajemen dalam mengambil keputusan dan penyusunan kebijaksanaan untuk masa yang akan datang.

3. Berdasarkan analisa rasio keuangan, pertumbuhan perusahaan dikatakan tidak terlalu menunjukkan kemajuan. Dapat dilihat karena perusahaan menunjukkan peningkatan hanya pada tingkat likuiditas dan solvabilitas. Sedangkan pada tingkat aktivitas dan profitabilitas, perusahaan tidak menunjukkan peningkatan, tetapi dalam tingkat yang sama dari tahun 2007 dan tahun 2008.


(5)

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka saran-saran yang dapat penulis berikan adalah sebagai berikut :

1. Untuk dapat meningkatkan kinerja keuangan pada tahun-tahun berikutnya, maka perusahaan harus mampu mempertahankan dan meningkatkan rasio profitabilitas serta menggunakan biaya operasi yang sewajarnya sehingga akan menghasilkan laba yang optimal.

2. Perusahaan akan mampu membayar semua kewajiban-kewajiban jika jatuh tempo apabila dengan perolehan dan penggunaan data yang baik.

3. Pada akhirnya keefektifan analisa rasio keuangan yang baik suatu perusahaan tergantung pada manusia yang bekerja dalam sistem tersebut. Sebaik apapun kebijakan prosedur dalam perusahaan jika tidak dipatuhi maka system tidak dapat berjalan dengan efektif. Oleh karena itu penulis menyarankan untuk perusahaan untuk melakukan pembinaan dan peningkatan sumber daya manusia yang ada di perusahaan yang mempunyai arti penting bagi kemajuan perusahaan.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Djarwanto, 2004. Pokok-pokok Analisa Laporan Keuangan, Edisi Kedua, BPFE Yogyakarta, Yogyakarata

Harahap, Sofyan Syafri, 1998. Analisa Kritis atas Laporan Keuangan, RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Inanda, Silvani. 2007. Analisis Laporan Keuangan sebagai alat penilaian kinerja keuangan pada PT Pertamina EP Area Rantau Aceh Tamiang, Universitas Sumatera Utara, Medan

Kieso, Donald E, dkk, 2002. Akuntansi Intermediete, Jilid I, Edisi Kesepulus, Erlangga, Jakarta

Marpaung, Adelina, 2008. Analisis Laporan Keuangan dengan Menggunakan Rasio untuk Mengevaluasi Kinerja Operasional Perusahaan pada PT Toba Pulp Lestari Tbk., Universitas Sumatera Utara, Medan

Nasution, Arfian Zuhri, 2007. Peranan Rasio Keuangan dalam Mengukur Kinerja Keuangan PT Bank Sumut Cabang Utama Medan, Universitas Sumatera Utara, Medan

Niswonger, Warren, Reeve, dan Fees, 2005. Prinsip – Prinsip Akuntansi, Edisi 21, Buku 1, Salemba Empat, Jakarta.

Wild, John J., K.R. Subramanyam dan Robert F. Halsey, 2005. Financial Statement Analysis, Alih Bahasa Yanivi S.,Bactiar, dan S.Nurwahyu Harahap. Analisis Laporan Keuangan, Buku I, Edisi 8, Salemba Empat, Jakarta

Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, Jurusan Akuntansi, 2004. Buku Petunjuk Teknis Penulisan Proposal Penelitian dan Penulisan Skripsi Jurusan Akuntansi,Fakultas Ekonomi USU, Medan

Ikatan Akuntan Indonesia, 2007. Standar AKuntansi Keuangan, Salemba Empat, Jakarta.


Dokumen yang terkait

Analisis Rasio Keuangan untuk Menilai Kinerja Keuangan Perusahaan pada PT. ARTCRAFT Indonesia

27 191 113

Analisis Laporan Keuangan Dalam Menilai Kinerja Keuangan Perusahaan Pada PT. Bank Sumut Medan

14 123 75

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM Analisis Laporan Keuangan Untuk Menilai Kinerja Keuangan Pada Koperasi Simpan Pinjam Citra Jaya Sentosa ( Studi Kasus Laporan Keuangan Untuk Menilai Kinerja Keuangan Pada

0 2 15

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM Analisis Laporan Keuangan Untuk Menilai Kinerja Keuangan Pada Koperasi Simpan Pinjam Citra Jaya Sentosa ( Studi Kasus Laporan Keuangan Untuk Menilai Kinerja Keuangan Pada

2 13 16

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA PERUSAHAAN BERDASARKAN ANALISIS RASIO LIKUIDITAS, RASIO SOLVABILITAS, DAN Analisis Laporan Keuangan Untuk Menilai Kinerja Perusahaan Berdasarkan Analisis Rasio Likuiditas, Rasio Solvabilitas, Dan Rasio Rent

1 2 12

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PADA PT. BANK RAKYAT Analisis Laporan Keuangan Untuk Menilai Kinerja Keuangan Pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.

0 2 16

Analisis Laporan Keuangan dengan Menggunakan Rasio Keuangan untuk Menilai Kinerja PT Excelcomindo Pratama, Tbk.

0 0 23

Analisis Rasio Laporan Keuangan Untuk Menilai Kinerja Pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk.

0 0 28

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN

0 2 108

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN

1 25 102