Struktur DMAIC mendorong pemikiran kreatif tentang masalah dan solusinya dalam definisi produk asli, proses, atau jasa. Ketika proses ini beroperasi
begitu parah sehingga perlu untuk meninggalkan proses asli dan mulai dari awal, atau jika ditentukan produk yang baru atau jasa yang diperlukan, maka langkah
DMAIC sebenarnya akan meningkatkan menjadi langkah desain yang baik bagi kualitas.
3.3.1. Tahap
Define
Tujuan dari tahap
define
dalam DMAIC adalah untuk mengidentifikasi peluang proyek dan untuk memverifikasi atau memvalidasi bahwa itu merupakan
potensi terobosan yang sah. Sebuah proyek harus penting untuk pelanggan
voice of customer
dan penting untuk bisnis.
Stakeholder
yang bekerja dalam proses dan pelanggan hilir perlu menyetujui kegunaan potensi proyek. Salah satu item pertama
yang harus diselesaikan dalam menentukan
define
adalah
project charter
. Pada langkah ini merupakan operasional awal dalam program peningkatan
kualitas
six sigma
. Pada tahap
define,
ada 2 hal yang perlu dilakukan, yaitu: a. Mendefinisikan proses inti perusahan
Proses inti adalah suatu rantai tugas, biasanya mencakup berbagai departemen atau fungsi yang mengirimkan nilai produk, jasa, dukungan, informasi kepada
para pelanggan eksternal. Dalam hal pemilihan tema
Six Sigma
pertama-tama yang dilakukan adalah mempertimbangkan dan menjelaskan tujuan dari suatu
proses inti yang akan dievaluasi. b. Mendefinisikan kebutuhan spesifik kebutuhan pelanggan
Universitas Sumatera Utara
Langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi pemain paling penting didalam semua proses, yakni pelanggan, pelanggan bisa internal maupun eksternal
adalah tugas
Black Belt
dan tim untuk menentukan dengan baik apa yang diinginkan pelanggan eksternal. Pekerjaan ini membuat suara pelanggan
voice to customer
-
VOC
menjadi hal yang menantang. Dalam hal mendefinisikan kebutuhan spesifik dari pelanggan yang terpenting adalah memahami dan
membedakan diantara dua kategori persayaratan kritis, yaitu persyaratan
output
dan persyartan pelayanan.
3.3.2. Tahap
Measure
4
Tujuan dari tahapan
measure
adalah untuk mengevaluasi dan memahami keadaan disaat proses berlangsung. Ini melibatkan pengumpulan data dalam hal
ukuran waktu yang berkualitas, biaya, dan siklus. Hal ini penting untuk mengembangkan semua
key process input variables
biasanya disingkat KPIV dan
key process output variables
KPOV. Dalam langkah yang kedua dalam tahapan operasional pada program
peningkatan kualitas terdapat 3 hal pokok yang dilakukan yaitu sebagai berikut : 1. Menentukan karakteristik kualitas kunci
CTQ ditetapkan berhubungan langsung dengan kebutuhan spesifik pelanggan yang diturunkan secara langsung dari persyaratan - persayaratan
output
dan pelayanan. Dalam buku lain menyebutkan bahwa karakteristik kualitas sama
dengan jumlah kesempatan penyebab cacat.
4
Douglas C. Montgomery. Ibid, hal 50-51
Universitas Sumatera Utara
2. Mengembangkan rencana pengumpulan data Pada dasarnya pengukuran karakteristik kualitas dapat dilakukan pada tiga
tingkat, yaitu: a. Rencana pengukuran tingkat proses, adalah mengukur setiap langkah atau
aktivitas dalam proses dan karakteristik kualitas input yang diserahkan oleh pemasok yang mengendalikan dan mempengaruhi karaktersitik kualitas
output yang
diinginkan. Tujuan
dari pengukuran
ini adalah
mengidentifikasi setiap perilaku yang mengatur setiap langkah dalam proses.
b. Pengukuran tingkat output, mengukur karakteristik kualitas output yang dihasilkan suatu proses dibandingkan dengan karakteristik kualitas yang
diinginkan pelanggan. c. Rencana pengukuran tingkat
outcome
, mengukur bagaimana baiknya suatu produk atau jasa itu memenuhi kebutuhan spessifik dari pelanggan. Jadi
pada tingkat ini adalah mengukur kepuasan pelanggan dalam menggunakan produk atau jasa yang diserahkan kepada pelanggan. Pengukuran
baseline
kinerja d. Peningkatan kualitas
six sigma
yang telah ditetapkan akan berfokus pada upaya-upaya yang giat dalam peningkatan kualitas menuju kegagalan nol
zero defects
sehingga memberikan kepuasan total kepada pelanggan. Maka sebelum peningkatan kualitas dimulai, kita harus mengetahui tingkat
kinerja sekarang atau dalam terminologi disebut sebagai
baseline
kinerja.
Universitas Sumatera Utara
Setelah mengetahui
baseline
kinerja maka kemajuan peningkatan- peningkatan yang dicapai dapat diukur.
e. Pengukuran
baseline
kinerja pada tingkat proses, biasanya dilakukan apabila itu terdiri dari beberapa sub proses. Pengukuran kinerja pada tingkat
proses akan memberikan baganan secara jelas dan konprehensif tentang segala sesuatu yang terjadi dalam sub proses itu.
3.3.2.1.Pengukuran
Six Sigma
5
Pengukuran dilakukan dengan mengasumsikan semua kemungkinan nilai termasuk penilaian data kontinu misalnya waktu siklus pelayanan pelanggan.
Untuk menghitung tingkat sigma, maka harus mengkalkulasi DPMO kemudian mengkonversikan ke tingkat sigma. Perhitungan DPMO dan tingkat
sigma
dapat dilakukan sesuai langkah-langkah perhitungan berikut ini:
1. Perhitungan
Defect P er Unit
DPU DP
To e e To U i
Dimana, D = jumlah
defect
atau jumlah kecacatan yang terjadi dalam proses produksi U = jumlah unit yang diperiksa
2.
Defect Per Million Opportunities
DPMO. DPMO mengindikasikan berapa banyak cacat akan muncul jika ada satu juta peluang.
5
Praveen Gupta, The Six Sigma Performance Handbook, New York: McGraw-Hill Inc, 2005, hal. 217-222
Universitas Sumatera Utara
DPM DP 1.000.000
o or i ie or error i i
3. Perhitungan tingkat
Sigma
dapat dihitung dengan menggunakan
Microsoft Excel
yaitu dengan menggunakan formula berikut ini: “ EXP -DP ”
3.3.2.2.Peta Kontrol
6
Control Chart
merupakan suatu grafik yang digunakan untuk menentukan apakah suatu proses maupun kualitas produk berada dalam keadaan stabil atau
tidak atau dengan kata lain apakah masih dalam keadaan terkendali sesuai dengan batas spesifikasi atau di luar kendali di luar batas spesifikasi.
Gambar 3.1.
Control Chart
Control Chart
yang paling umum digunakan adalah: a.
Control Chart
untuk variabel
6
Richard Chang, Alat Peningkatan Mutu, Jakarta: Gramedia, 1999.
Universitas Sumatera Utara
Yaitu
Control Chart
untuk pengukuran data variabel. Data yang bersifat variabel diperoleh dari hasil pengukuran dimensi, seperti berat, panjang, tebal,
dan sebagainya.
Control Chart
untuk variabel ini terdiri dari: 1. Peta X dan R, pengendali rata-rata
X
proses tingkat kualitas biasanya dengan peta kendali X. Variabilitas atau pemencaran proses dapat
dikendalikan dengan peta kendali atau rentang yang disebut peta R. 2. Peta X dan S, bila ukuran sampel n cukup besar n10, metode
rentang kehilangan efisiensinya karena rentang mengabaikan semua informasi dalam sampel antara X
max
dan X
min.
b.
Control Chart
untuk atribut Yaitu
Control Chart
untuk karakteristik kualitas yang tidak mudah dinyatakan dalam bentuk numerik. Contohnya inspeksi secara visual seperti penentuan
cacat warna, goresan, berkarat, dan sebagainya.
Control Chart
untuk atribut ini terdiri dari: peta p, peta np, peta u,
dan peta c. 1. Peta p
Peta ini menggambarkan bagian yang ditolak karena tidak sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan. Untuk membuat peta p ini dapat
digunakan rumus-rumus sebagai berikut:
k i
i k
i i
n p
n p
CL
1 1
1
n p
p p
UCL 1
3
dan
n p
p p
LCL 1
3
Universitas Sumatera Utara
2. Peta np Peta ini menggambarkan banyaknya unit yang ditolak dalam sampel
yang berukuran konstan. Untuk membuat peta np ini dapat digunakan rumus-rumus sebagai berikut:
n k
p p
n CL
k i
o
1 1
1 3
o o
o
p p
n p
n UCL
dan
1 3
o o
o
p p
n p
n LCL
3. Peta c
Peta ini menggambarkan banyaknya ketidaksesuaian atau kecacatan dalam sampel berukuran konstan. Satu benda yang cacat memuat
paling sedikit satu ketidaksesuaian, tetapi sangat mungkin satu unit sampel memiliki beberapa ketidaksesuaian, tergantung sifat dasar ke
lannya. Untuk membuat peta c ini dapat digunakan rumus sebagai berikut:
k p
c CL
k i
1 1
c c
UCL
3
dan
c c
LCL
3
4. Peta u
Peta ini menggambarkan banyaknya ketidaksesuaian dalam satu unit sampel dan dapat dipergunakan untuk ukuran sampel tidak konstan.
Untuk membuat peta u ini dapat dipergunakan rumus-rumus sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
k i
i k
i
n p
u CL
1 1
1
n u
u UCL
3
dan
n u
u LCL
3
3.3.3. Tahap