5.1.3. Data Kecacatan Produk yang di Rework
Data kecacatan produk pakan ternak ayam
crumble
yang di
rework
diperoleh dari hasil dokumentasi cacatan perusahaan selama bulan Agustus 2014 sampai Juli 2015 dapat dilihat pada tabel 5.3.
Tabel 5.3. Data Kecacatan Produk yang di Rework
No Bulan
Jenis Kecacatan yang di
Rework
Bags 1 Bag = 50 Kg
Butiran Belang Butiran
Basah Butiran Hancur
1 Agustus 2014
53 100
59 2
September 2014 64
65 94
3 Oktober 2014
53 99
48 4
November 2014 63
43 82
5 Desember 2014
51 33
54 6
Januari 2015 65
92 32
7 Februari 2015
72 46
64 8
Maret 2015 50
66 75
9 April 2015
78 86
71 10
Mei 2015 97
26 92
11 Juni 2015
70 29
62 12
Juli 2015 79
35 71
Total 795
720 804
S mber: ok me i Per h
5.2. Pengolahan Data
Pengolahan data yang dilakukan pada laporan ini adalah menggunakan metode DMAIC dan
fuzzy
FMEA. DMAIC
Define, Measure, Analyze, Improve
dan Control merupakan sebuah tahapan proses yang sangat sistematis dan mengacu pada
fakta yang terjadi untuk untuk melakukan perbaikan secara terus-menerus.
Universitas Sumatera Utara
5.2.1.
Define
5.2.1.1.Pemilihan Objek Penelitian
PT. Gold Coin Indonesia Medan Mill merupakan pabrik yang memproduksi berbagai jenis produk pakan ternak, pada penelitian ini fokus penelitian hanya pada
jenis pakan ternak ayam bentuk
crumble
butiran. Tujuan dari metode DMAIC ini yaitu untuk meningkatkan kualitas produk pakan ternak ayam bentuk
crumble
dengan meminimalisasi jumlah produk cacat sampai pada tingkat terendah, dengan
mengendalikan faktor-faktor yang diindikasikan sebagai penyebabnya munculnya kecacatan produk sehingga bisa meminimalisasi aktivitas
rework
.
5.2.1.2.Mengidentifikasi CTQ
Critical to Quality
CTQ
Critical to Quality
merupakan kriteria produk yang telah ditetapkan standarnya sebagai patokan kualitas produk yang diproduksi oleh perusahaan agar
dapat memenuhi kebutuhan pelanggan. Dalam penelitian ini data jenis kecacatan yang dikelompokkan dapat dilihat
pada tabel 5.4. sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.4. CTQ Potensial Produk Pakan Ternak Ayam Crumble
No. CTQ
Critical to Quality
Keterangan
1 Butiran Belang
Warna produk tidak homogen, terdapat yang coklat dan juga yang
terlalu hitam. Sehingga kurang menarik
2 Butiran Basah
Moisture
produk masih basah, karena kadar air 12
3 Butiran Hancur
Bentuk dan ukuran produk tidak sesuai dengan bentuk
crumble
yang telah ditetapkan perusahaan
5.2.2.
Measure
5.2.2.1.Pengukuran DPMO
Defect Per Million Opportunities
dan Nilai Sigma
Perhitungan DPMO merupakan ukuran yang baik bagi kualitas produk ataupun proses, sebab berkorelasi langsung dengan cacat, biaya dan waktu yang
terbuang. Perhitungan besarnya nilai sigma produk dilakukan dengan menggunakan rumus-rumus perhitungan sigma yang sudah baku, sebelum dilakukan perhitungan
nilai sigma, perlu diketahui dahulu
oppurtinity
yang mempengaruhi nilai sigma tersebut.
Oppurtinity
adalah kesempatan yang memungkinkan terjadinya cacat
defect
. Nilai DPMO untuk periode bulan agustus 2014 adalah : DPMO =
e e U i r i i
x 10
6
=
212 9.370 3
x 10
6
= 7.542
Universitas Sumatera Utara
Dilakukan perhitungan untuk mencari nilai sigma , yang merupakan
ukuran dari kinerja perusahaan yang menggambarkan kemampuan dalam menghasilkan produk bebas cacat. Nilai sigma untuk periode bulan agustus 2014
adalah : Nilai Sigma
= Normsinv
10
6
- DPM
10
6
+ 1,5
= Normsinv
10
6
- 7.542
10
6
+ 1,5 = 3,93
Rekapitulasi perhitungan untuk nilai DPMO dan nilai sigma dapat dilihat pada tabel 5.5. sebagai berikut :
Tabel 5.5. Rekapitulasi Nilai DPMO dan Nilai Sigma
No. Bulan
Jumlah Produksi Bags 1
Bags =
50 Kg Jumlah
Cacat Jumlah
CTQ Nilai
DPMO Nilai
Sigma
1 Agustus 2014
9370 212
3 7.542
3,93 2
September 2014 11800
223 3
6.299 3,99
3 Oktober 2014
8440 200
3 7.899
3,91 4
November 2014 10455
188 3
5.994 4,01
5 Desember 2014
9219 138
3 4.990
4,08 6
Januari 2015 8790
189 3
7.167 3,95
7 Februari 2015
9817 182
3 6.18
4,00 8
Maret 2015 7500
191 3
8.489 3,89
9 April 2015
9250 235
3 8.468
3,89 10
Mei 2015 13183
215 3
5.436 4,05
11 Juni 2015
9820 161
3 5.465
4,04 12
Juli 2015 10122
185 3
6.092 4,01
Proses 117.766
2319 3
6.668 3,98
Universitas Sumatera Utara
Untuk nilai DPMO dan nilai sigma selama periode bulan agustus 2014-
juli 2015 dapat dilihat pada gambar 5.1. dan 5.2. sebagai berikut :
Gambar 5.1. Grafik Nilai DPMO Periode Bulan Agustus 2014 – Juli 2015
Gambar 5.2. Grafik Nilai Sigma Periode Bulan Agustus 2014 – Juli 2015
1000 2000
3000 4000
5000 6000
7000 8000
9000
Nilai DPMO
Nilai DPMO
3,75 3,8
3,85 3,9
3,95 4
4,05 4,1
Nilai Sigma
Nilai Sigma
Universitas Sumatera Utara
5.2.2.2.Peta Kontrol Atribut
Peta kontrol dibuat untuk mengetahui apakah proses dalam kendali dan untuk memonitor variasi proses secara terus-menerus. Peta p menggambarkan bagian yang
ditolak karena tidak sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan. Perhitungan untuk 12 periode jenis kecacatan pada produk pakan ternak ayam
crumble
dapat dilihat pada Tabel 5.7. Bedasarkan data yang ada, didapat nilai
mean p
CL sebagai berikut:
0200 ,
12 2401
,
n np
p
Batas kelas Atas UCL dan Batas Kelas Bawah LCL dapat dihitung seperti dibawah ini :
n p
1 p
3 p
UCL
n p
1 p
3 p
LCL
Perhitungan UCL adalah sebagai berikut :
1412 ,
12 0200
, 1
0200 ,
3 0200
, 1
3
1 1
1
UCL UCL
n p
p p
UCL
Perhitungan LCL adalah sebagai berikut:
1012 ,
12 0200
, 1
0200 ,
3 0200
, 1
3
1 1
1
LCL LCL
n p
p p
LCL
Universitas Sumatera Utara
Nilai pada LCL yang minus dibuat menjadi 0 karena tidak ada kecacatan per produk unit yang minus jumlahnya. Minimal jumlah kecacatan per unit adalah 0
sehingga angka minus diganti dengan 0.
Tabel 5.6. Perhitungan Peta p No
Jumlah Produksi
Jumlah Kecacatan P
CL UCL
LCL
1 9370
212 0.0226
0.0200 0.1412
2 11800
223 0.0189
0.0200 0.1412
3 8440
200 0.0237
0.0200 0.1412
4 10455
188 0.0180
0.0200 0.1412
5 9219
138 0.0150
0.0200 0.1412
6 8790
189 0.0215
0.0200 0.1412
7 9817
182 0.0185
0.0200 0.1412
8 7500
191 0.0255
0.0200 0.1412
9 9250
235 0.0254
0.0200 0.1412
10 13183
215 0.0163
0.0200 0.1412
11 9820
161 0.0164
0.0200 0.1412
12 10122
185 0.0183
0.0200 0.1412
Peta kontrol untuk produk pakan ternak ayam
crumble
dapat dilihat pada gambar 5.3.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5.3. Peta Kontrol
5.2.3.
Analyze
5.2.3.1.
Pareto Diagram
Pareto Diagram digunakan untuk mengetahui jenis-jenis kecacatan yang memberikan kontribusi terhadap kecacatan dalam suatu perusahaan. Langkah awal
yang dilakukan adalah mengurutkan setiap jenis kecacatan dari jumlah kecacatan terbesar hingga yang terkecil. Kemudian dilakukan perhitungan persentase kecacatan
dan persentase kumulatif dari setiap jenis kecacatan. Pengurutan jenis kecacatan alas sandal dapat dilihat pada Tabel 5.7.
0,0000 0,0200
0,0400 0,0600
0,0800 0,1000
0,1200 0,1400
0,1600
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11 12
P CL
UCL LCL
Periode
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.7. Pengurutan Jenis Kecacatan Produk Pakan Ternak Ayam
Crumble
No. Jenis Kecacatan Jumlah Cacat Persentase
Persentase Kumulatif
1 Butiran Hancur
804 34.670
34.670 2
Butiran Belang 795
34.282 68.952
3 Butiran Basah
720 31.048
100
Total 2319
100 S mber: Pe go h
Dari tabel diatas, maka dapat dibuat pareto diagram untuk kecacatan produk pakan ternak ayam
crumble
yang dapat dilihat pada Gambar 5.4.
Sumber : Pengolahan Data Program Minitab16
Gambar 5.4. Pareto Diagram Produk Pakan Ternak Ayam
Crumble
Berdasarkan aturan 80-20 dapat dilihat bahwa terdapat dua jenis kecacatan yang memiliki persentase kesalahan kumulatif berkisar 80 yaitu butiran hancur dan
butiran belang. Hasil diagram Pareto menunjukkan bahwa jenis kecacatan yang harus dianalisis lebih lanjut penyebab terjadinya permasalahan adalah produk pakan ternak
Jumlah Cacat 804
795 720
Percent 34.7
34.3 31.0
Cum 34.7
69.0 100.0
Jenis Kecacatan Butiran Basah
Butiran Belang Butiran Hancur
2500 2000
1500 1000
500 100
80 60
40 20
J u
m la
h C
a c
a t
P e
r c
e n
t
Pareto Chart of Jenis Kecacatan
Universitas Sumatera Utara
ayam
crumble
yang hancur dan belang. Setelah didapat bahwa jenis kecacatan yang paling tinggi yaitu produk pakan ternak ayam
crumble
yang hancur dan belang, maka dilakukan pengumpulan data untuk mengetahui penyebab-penyebab apa saja yang
menjadi faktor terjadinya cacat tersebut. Rekapitulasi hasil jawaban kuesioner semi terbuka dapat dilihat pada tabel
5.8.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.8. Rekapitulasi Hasil Jawaban Kuesioner Semi Terbuka
No. Responden
Nama Umur
Jenis Kelamin
Jabatan Manusia
Metode Mesin
Material
Responden I
Heronimus P Barus
47 Tahun
Laki- Laki
Supervisor
Produksi Salah destinasi bin Raw
Material -
Slide pada bin masuk material tidak normal
Tekstur bahan baku kurang bagus
Salah destinasi bin barang jadi
Sistem program PLC rusak
Kadar air bahan baku jagung kuning
terlalu tinggi Ukuran Produk yang
tidak tepat sesuai
Responden II
Imeng Z 42
Tahun Laki-
Laki
Supervisor Produksi
Operator tidak tanggap dalam mengoperasikan
mesin Jadwal
produksi terlalu padat
Proses penggilingan tidak halus
Tekstur bahan baku kurang bagus
Pengawasan dalam pergantian ration jalur
harus diperhatikan kembali sudah tepat apa
belum Terkendala
banyak ration
dadakan dari sales yang
mengganggu proses
produksi Jalur produksi yang
kurang optimal Kadar air terlalu
tinggi yang bisa mengakibatkan
moistur terlalu tinggi, tidak mencapai yang
diinginkan oleh standart produksi kita
Sampel harus di
check
kembali baik mashcrumble
- -
-
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.8. Rekapitulasi Hasil Jawaban Kuesioner Semi Terbuka Lanjutan
No. Responden
Nama Umur
Jenis Kelamin
Jabatan Manusia
Metode Mesin
Material
Responden III
Laode Muhazir
34 Tahun
Laki- Laki
Pellet Operator
- -
Jalur
steam
sering mengeluarkan air,
sehingga menyebabkan mesin pellet dan
crumble overload dan mengakibatkan pakan
crumble menjadi belang
-
Responden IV
Suhardiman 41
Tahun Laki-
Laki Operator
Pellet Mill -
- Kerusakan pada jalur
proses pellet seperti elevator dan coller
serta computer comco yang sering error
sehingga menghambat proses produksi
-
Responden V
Syahril 54
Tahun Laki-
Laki Operator
Pellet Mill -
- Mesin penyaringan
vibrator shifter
tidak bekerja optimal
Tekstur bahan baku kurang bagus
Responden VI
James Manalu
32 Tahun
Laki- Laki
Operator Pellet Mill
Pencampuran bahan pakan kurang sesuai
aturan Kejar target
steam
uap tidak stabil Tekstur bahan baku
kurang bagus Sumber : Pengumpulan Data Kuesioner Terbuka
Universitas Sumatera Utara
5.2.3.2.
Cause and Effect Diagram
Sebelum dilakukan langkah-langkah perbaikan, maka terlebih dahulu harus dianalisa penyebab kecacatan produk pakan ternak ayam
crumble
dengan menggunakan diagram sebab akibat. Diagram sebab akibat untuk produk pakan
ternak ayam
crumble
yang cacat dapat dilihat pada Gambar 5.5. dan Gambar 5.6. berikut :
Universitas Sumatera Utara
Butiran Hancur MATERIAL
MANUSIA
METODE MESIN
Operator tidak tanggap dalam mengoperasikan mesin
Pencampuran bahan pakan kurang sesuai aturan
Kurangnya pelatihan secara berkala Operator mengalami kelelahan
Tekstur bahan baku kurang bagus Kadar air bahan baku terlalu tinggi
Slide pada bin masuk material tidak normal Jadwal produksi terlalu padat
Salah destinasi bin raw material
Operator kurang teliti
Mesin penyaringan tidak bekerja optimal Ukuran produk yang tidak tepat sesuai
Proses penggilingan tidak halus Kejat target
Gambar 5.5. Diagram Sebab-akibat Kecacatan Produk Pakan Ternak Ayam
Crumble
Butiran Hancur
Universitas Sumatera Utara
Butiran Belang MATERIAL
MANUSIA
METODE MESIN
Operator tidak tanggap dalam mengoperasikan mesin
Pencampuran bahan pakan kurang sesuai aturan
Operator mengalami kelelahan Tekstur bahan baku kurang bagus
Kadar air bahan baku terlalu tinggi
Slide pada bin masuk material tidak normal Steam uap tidak stabil
Terkendala banyak ration dadakan yang mengganggu proses produksi
Salah destinasi bin raw material
Operator kurang teliti
Computer comco sering error menghambat proses produksi
Sistem program PLC rusak
Kurangnya pelatihan manusia
secara berkala
Gambar 5.6. Diagram Sebab-akibat Kecacatan Produk Pakan Ternak Ayam
Crumble
Butiran Belang
Universitas Sumatera Utara
5.2.3.3.
Scatter Diagram
Scatter Diagram
dibuat untuk mengidentifikasi korelasi yang mungkin ada antara karakteristik kualitas dan faktor yang mungkin mempengaruhinya.
Berdasarkan
pareto diagram
dapat dilihat bahwa karakteristik kualitas yang paling banyak cacat adalah butiran hancur dan butiran belang. Gambar
scatter diagram
dapat dilihat pada Gambar 5.7. berikut ini:
Gambar 5.7.
Scatter Diagram
Butiran Hancur vs Jumlah Cacat
Perhitungan korelasi dilakukan untuk mengetahui hubungan antara kecacatan butiran hancur dengan jumlah cacat. Adapun perhitungan korelasi dapat ditunjukkan
pada Tabel 5.9.
50 100
150 200
250
20 40
60 80
100
Butiran Hancur X vs Jumlah Cacat Y
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.9. Perhitungan Korelasi Antara Butiran Hancur dan Jumlah Cacat
No. Butiran
Hancur X Jumlah Cacat Y
X
2
Y
2
XY
1 59
212 3481
44944 12508
2 94
223 8836
49729 20962
3 48
200 2304
40000 9600
4 82
188 6724
35344 15416
5 54
138 2916
19044 7452
6 32
189 1024
35721 6048
7 64
182 4096
33124 11648
8 75
191 5625
36481 14325
9 71
235 5041
55225 16685
10 92
215 8464
46225 19780
11 62
161 3844
25921 9982
12 71
185 5041
34225 13135
Total 804
2319 57396
455983 157541
Perhitungan korelasi pada Tabel 5.9. dapat ditunjukkan sebagai berikut
Nilai korelasi yang diperoleh adalah positif lemah yang berarti terdapat hubungan antara butiran hancur dengan jumlah cacat pada produk pakan ternak ayam
crumble
.
4123 ,
2319 455983
12 804
57396 12
2319 804
157541 12
2 2
2 2
2 2
r r
y y
n x
x n
y x
xy n
r
Universitas Sumatera Utara
Gambar
scatter diagram
antara kecacatan butiran belang dan jumlah kecacatan dapat dilihat pada Gambar 5.8. berikut ini.
Gambar 5.8.
Scatter Diagram
Butiran Belang vs Jumlah Cacat
Perhitungan korelasi dilakukan untuk mengetahui hubungan antara kecacatan butiran belang dengan jumlah cacat. Adapun perhitungan korelasi dapat ditunjukkan
pada Tabel 5.10.
Tabel 5.10. Perhitungan Korelasi Antara Butiran Belang dan Jumlah Cacat
No. Butiran
Belang X Jumlah Cacat Y
X
2
Y
2
XY
1 53
212 2809
44944 11236
2 64
223 4096
49729 14272
3 53
200 2809
40000 10600
4 63
188 3969
35344 11844
5 51
138 2601
19044 7038
6 65
189 4225
35721 12285
7 72
182 5184
33124 13104
50 100
150 200
250
20 40
60 80
100 120
Butiran Belang X vs Jumlah Cacat Y
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.10. Perhitungan Korelasi Antara Butiran Belang dan Jumlah Cacat Lanjutan
No. Butiran
Belang X Jumlah Cacat Y
X
2
Y
2
XY
8 50
191 2500
36481 9550
9 78
235 6084
55225 18330
10 97
215 9409
46225 20855
11 70
161 4900
25921 11270
12 79
185 6241
34225 14615
Total 795
2319 54827
455983 154999
Perhitungan korelasi pada Tabel 5.10. dapat ditunjukkan sebagai berikut
Nilai korelasi yang diperoleh adalah positif lemah yang berarti terdapat hubungan antara butiran belang dengan jumlah cacat pada produk pakan ternak ayam
crumble
.
332 ,
2319 455983
12 795
54827 12
2319 795
154999 12
2 2
2 2
2 2
r r
y y
n x
x n
y x
xy n
r
Universitas Sumatera Utara
5.2.3.4.
F ailure Mode and Effect Analysis
FMEA
FMEA merupakan suatu metode yang sistematik dalam mengidentifikasi dan mencegah masalah yang terjadi pada produk dan proses. Tujuan dari penerapan
FMEA adalah mencegah masalah terjadi pada proses dan produk. Tahapan pembuatan FMEA yaitu sebagai berikut:
5.2.3.4.1. Penentuan Jenis Kegagalan yang Potensial Pada Setiap Proses
Dari diagram pareto pada gambar 5.4. diperoleh dua jenis kecacatan yang berpotensial besar terjadi selama proses produksi di lantai produksi yaitu butiran
hancur dan butiran belang. Dilakukan analisis penyebab kecacatan dengan menggunakan diagram sebab-akibat yang dapat dilihat pada gambar 5.5. dan gambar
5.6.
5.2.3.4.2. Penentuan DampakEfek yang Ditimbulkan oleh Kegagalan
Berdasarakan dua jenis kecacatan yang ada, maka dapat ditentukan efek yang dapat ditimbulkan jika kecacatan ini ditemukan, yaitu sebagai berikut :
1. Tampilan produk jelek, sehingga mengganggu fungsi produk secara keseluruhan, produk tidak diterima oleh konsumen dan penggunaan butiran yang hancur dapat
diproduksi ulang
rework
untuk jenis kecacatan “butiran hancur”. 2. Tampilan produk tidak menarik, produk pasti dikembalikan oleh konsumen dan
penggunaan butiran yang belang 100 dapat diproduksi ulang
rework
untuk jenis kecacatan “butiran belang”.
Universitas Sumatera Utara
5.2.3.4.3. Penentuan Nilai Efek Kegagalan
Severity
, S
Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak perusahaan, dapat ditentukan nilai efek kegagalan
severity
dari kedua jenis kecacatan tersebut. Kriteria pemberian
rating
dapat dilihat pada lampiran. Alasan pemberian
rating
berdasarkan pada lampiran adalah sebagai berikut :
1. Butiran hancur, memiliki efek yang ditimbulkan yaitu : Tampilan produk jelek, sehingga mengganggu fungsi produk secara keseluruhan,
produk tidak diterima oleh konsumen dan penggunaan butiran yang hancur dapat diproduksi ulang
rework
. Maka, diberikan nilai 7. 2. Butiran belang, memiliki efek yang ditimbulkan yaitu :
Tampilan produk tidak menarik, produk pasti dikembalikan oleh konsumen dan penggunaan butiran yang belang 100 dapat diproduksi ulang
rework
. Maka, diberikan nilai 5.
5.2.3.4.4. Identifikasi Penyebab Kecacatan dari Kegagalan
Berdasarkan diagram sebab-akibat pada gambar 5.5. dan 5.6. diperoleh penyebab utama terjadinya kegagalan yaitu :
1. ntuk efek “Tampilan produk jelek, sehingga mengganggu fungsi produk secara
keseluruhan, produk tidak diterima oleh konsumen dan penggunaan butiran yang hancur dapat diproduksi ulang
rework
”. Disebabkan oleh : a. Proses penggilingan tidak halus
b. Mesin penyaringan tidak bekerja optimal
Universitas Sumatera Utara
2. ntuk efek “Tampilan produk tidak menarik, produk pasti dikembalikan oleh
konsumen dan penggunaan butiran yang belang 100 dapat diproduksi ulang
rework
”. Disebabkan oleh : a. Proses
steam
uap tidak stabil b.
Computer comco
sering
error
menghambat proses produksi
5.2.3.4.5. Penentuan Nilai Peluang Kegagalan
Occurance
, O
Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak perusahaan, dapat ditentukan nilai peluang kegagalan
Occurance
dari jenis kegagalan tersebut. Pedoman pemberian nilai dapat dilihat di lampiran. Adapun alasan pemberian nilai peluang
kegagalan
occurance
adalah sebagai berikut : 1. Proses penggilingan tidak halus diberikan nilai 5, dikarenakan penyebab ini dapat
ditemukan terjadi sekali dalam kurang lebih 280-350 pengamatan. Berdasarkan tabel pada lampiran, termasuk dalam kategori sedang dengan nilai 5.
2. Mesin penyaringan tidak optimal diberikan nilai 4, dikarenakan penyebab ini dapat ditemukan terjadi sekali dalam kurang lebih 600-950 pengamatan.
Berdasarkan tabel pada lampiran, termasuk dalam kategori sedang dengan nilai 4. 3. Proses
steam
uap tidak stabil diberikan nilai 5, dikarenakan penyebab ini dapat ditemukan terjadi sekali dalam kurang lebih 120-380 pengamatan. Berdasarkan
tabel pada lampiran, termasuk dalam kategori sedang dengan nilai 5. 4.
Computer comco
sering
error
menghambat proses produksi diberikan nilai 6, dikarenakan penyebab ini dapat ditemukan terjadi sekali dalam kurang lebih 40-
Universitas Sumatera Utara
70 pengamatan. Berdasarkan tabel pada lampiran, termasuk dalam kategori sedang dengan nilai 5.
5.2.3.4.6. Identifikasi Metode Pengendalian Kegagalan
Dengan memperhatikan penyebab kegagalan dari diagram sebab-akibat pada gambar 5.5. dan gambar 5.6, maka dapat dilakukan pengendalian kontrol penyebab
terjadinya kegagalan yang dapat dilakukan oleh pekerja, operator ataupun pihak perusahaan yang bertujuan untuk meminimumkan resiko kegagalan tersebut yang dapat
dilihat pada tabel 5.11. berikut :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.11. Identifikasi Metode Deteksi Kegagalan Mode
Kegagalan Efek Kegagalan
Penyebab Kegagalan
Metode Deteksi
Butiran Hancur
Tampilan produk jelek, sehingga mengganggu fungsi produk secara keseluruhan, produk
tidak diterima oleh konsumen dan penggunaan butiran yang hancur dapat
diproduksi ulang
rework
Proses penggilingan
tidak halus Periksa mesin
penggilingan sebelum dilakukannya proses
produksi Mesin
penyaringan tidak bekerja
optimal Periksa setiap bagian-
bagian mesin penyaringan agar tidak
adanya sisa-sisa bahan yang tersangkut
Butiran Belang
Tampilan produk tidak menarik, produk pasti dikembalikan oleh konsumen dan penggunaan
butiran yang belang 100 dapat diproduksi ulang
rework
Proses
steam
uap tidak stabil
Memperhatikan temperatur pada suhu
yang tepat
Computer comco
sering
error
menghambat proses
produksi Periksa apakan
computer comco
dalam kondisi yang baik atau tidak
Universitas Sumatera Utara
5.2.3.4.7. Penentuan Nilai Deteksi Kegagalan
Detection
, D
Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak perusahaan, dapat ditentukan nilai deteksi kegagalan
Detection
dari kedua jenis kegagalan tersebut. Kriteria pemberian
rating
dapat dilihat pada lampiran, pemberian nilai
rating
dapat dilihat pada tabel 5.12. berikut :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.12. Penilaian Deteksi Kegagalan
Detection
, D Mode
Kegagalan Efek Kegagalan
Penyebab Kegagalan
Metode Deteksi D
Butiran Hancur
Tampilan produk jelek, sehingga mengganggu fungsi produk secara keseluruhan, produk
tidak diterima oleh konsumen dan penggunaan butiran yang hancur dapat
diproduksi ulang
rework
Proses penggilingan
tidak halus Periksa mesin
penggilingan sebelum dilakukannya proses
produksi 5
Mesin penyaringan
tidak bekerja optimal
Periksa setiap bagian- bagian mesin
penyaringan agar tidak adanya sisa-sisa bahan
yang tersangkut 6
Butiran Belang
Tampilan produk tidak menarik, produk pasti dikembalikan oleh konsumen dan penggunaan
butiran yang belang 100 dapat diproduksi ulang
rework
Proses
steam
uap tidak stabil
Memperhatikan temperatur pada suhu
yang tepat 4
Computer comco
sering
error
menghambat proses
produksi Periksa apakan
computer comco
dalam kondisi yang baik atau tidak
2
Universitas Sumatera Utara
Alasan penilaian yang diberikan untuk 4 kendali deteksi seperti diatas yaitu sebagai berikut :
1. Periksa mesin penggilingan sebelum dilakukannya proses produksi diberikan nilai 5. Dikarenakan kendali yang dilakukan memerlukan inspeksi pemeriksaan yang
sangat hati-hati oleh operator agar mesin penggilingan bekerja optimal sebagaimana seharusnya.
2. Periksa setiap bagian-bagian mesin penyaringan agar tidak adanya sisa-sisa bahan yang tersangkut diberikan nilai 6. Dikarenakan kendali yang dilakukan
memerlukan bantuan dan pembongkaran sederhana. 3. Memperhatikan temperatur pada suhu yang tepat diberikan nilai 4. Dikarenakan
kendali yang dilakukan memerlukan inspeksi yang hati-hati oleh operator agar suhu tetap dalam keadaan yang telah ditentukan perusahaan.
4. Periksa apakan
computer comco
dalam kondisi yang baik atau tidak diberikan nilai 2. Dikarenakan kendali yang dilakukan dapat dengan mudah dilakukan
dengan pengamatan langsung.
5.2.3.4.8. Menghitung Nilai RPN
Rizk Priority Number
Dihitung nilai RPN
risk priority number
melalu hasil perkalian antara
rating severity
S,
occurance
O dan
detection
D untuk menentukan prioritas dalam rekomendasi tindakan perbaikan. Contoh perhitungan nilai RPN
Risk Priority Number
untuk mode kegagalan butiran hancur yaitu :
Universitas Sumatera Utara
RPN = S x O x D
= 7 x 5 x 5 = 175
Perhitungan RPN
Risk Priority Number
selengkapnya dapat dilihat pada tabel 5.13. berikut :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.13. FMEA Produk Pakan Ternak Ayam
Crumble
Mode Kegagalan
Efek Kegagalan S
Penyebab Kegagalan
O Metode Deteksi
D RPN
Butiran Hancur
Tampilan produk jelek, sehingga mengganggu fungsi produk secara
keseluruhan, produk tidak diterima oleh konsumen dan penggunaan
butiran yang hancur dapat diproduksi ulang
rework
7 Proses
penggilingan tidak halus
5 Periksa mesin
penggilingan sebelum
dilakukannya proses produksi
5 175
Mesin penyaringan
tidak bekerja optimal
4 Periksa setiap
bagian-bagian mesin penyaringan
agar tidak adanya sisa-sisa bahan
yang tersangkut 6
168
Butiran Belang
Tampilan produk tidak menarik, produk pasti dikembalikan oleh
konsumen dan penggunaan butiran yang belang 100 dapat diproduksi
ulang
rework
5 Proses
steam
uap tidak stabil
5 Memperhatikan
temperatur pada suhu yang tepat
4 100
Computer comco
sering
error
menghambat proses
produksi 6
Periksa apakan
computer comco
dalam kondisi yang baik atau
tidak 2
60
Keterangan : S
Severity
: Tingkat keseriusan kegagalan O
Occurance
: Frekuensi terjadinya kegagalan D
Detection
: Tingkat kegagalan dapat dideteksi
Universitas Sumatera Utara
5.2.3.5.
F uzzy F ailure Mode and Effect Analysis F uzzy
FMEA Logika
fuzzy
pada FMEA merupakan suatu cara yang tepat untuk menentukan suatu ruang
input
ke dalam suatu ruang
output
.
Input
dalam pendekatan logika
fuzzy
ini diperoleh atas nilai efek kegagalan
severity
, peluang kegagalan
occurance
dan deteksi kegagalan
detection
dari tahap FMEA.
5.2.3.5.1. Proses
F uzzifikasi
Proses
Fuzzifikasi
yang dilakukan menggunakan metode Mamdani sering dikenal sebagai metode
Maximum-Minimum
. Dikarenakan variabel inputnya dibagi atas 3 himpunan
fuzzy
, yaitu untuk variabel S
severity
, O
occurance
dan D
detection
dimana varibel
output
nya memiliki satu himpuana
fuzzy
, yaitu
Fuzzy Risk Priority Number
FRPN. Pada metode ini digunakan fungsi implikasi minimum.
5.2.3.5.2. Pembuatan Himpunan
Input F uzzy
Terdapat tiga variabel
fuzzy
yang akan dimodelkan, yaitu S
severity
, O
occurance
dan D
detection
. Ketiga variabel ini merupakan variabel
input
dengan nilai masing-masing antara 1 sampai dengan 10. Nilai tersebut akan dibagi atas lima
kategori, yaitu : 1.
Very Low
VL atau Sangat Rendah 2.
Low
L atau Rendah 3.
Moderate
M atau Menengah 4.
High
H atau Tinggi
Universitas Sumatera Utara
5.
Vey High
VH atau Sangat Tinggi Penilaian untuk setiap kategori indeks bilangan
crisp
S
severity
, O
occurance
dan D
detection
dapat dilihat pada tabel 5.14 dibawah ini. Sebagai contoh untuk rangking S
severity
adalah 1, rangking O
occurance
adalah 1 dan rangking D
detection
adalah 1 diperoleh kategorinya adalah
Very Low
VL atau Sangat Rendah.
Tabel 5.14. Kategori Variabel
Input
Rangking Kategori
Severity S Occurance O
Detection D
1 1
1 VL
2,3 2,3
2,3 L
4,5,6 4,5,6
4,5,6 M
7,8 7,8
7,8 H
9,10 9,10
9,10 VH
Parameter untuk fungsi keanggotaan variabel
input
dapat dilihat pada tabel 5.15.
Tabel 5.15. Parameter Fungsi Keanggotaan Variabel
Input
Kategori Tipe Kurva
Parameter
VL BahuTrapesium
[0; 0; 1; 2,5] L
Segitiga [1; 2,5; 4,5]
M Trapesium
[2,5; 4,5; 5,5; 7,5] H
Segitiga [5,5; 7,5; 9]
VH BahuTrapesium
[7,5; 9; 10; 10]
Universitas Sumatera Utara
5.2.3.5.3. Perhitungan Fungsi Keanggotaan
Input
Perhitungan fungsi keanggotaan
input
dibuat berdasarkan tipe kurva yang ditunjukkan pada tabel 5.12. untuk setiap kategori sebagai berikut :
a.
Very Low
VL
f x; 0, 0, 1, 2.5 = {
Nilai keanggotaan
input
1 = 1 Nilai keanggotaan
input
2 = 2,5-2 2,5-1 = 0,33 Nilai keanggotaan
input
3 = 0 Nilai keanggotaan
input
4 = 0 Nilai keanggotaan
input
5 = 0 Nilai keanggotaan
input
6 = 0 Nilai keanggotaan
input
7 = 0 Nilai keanggotaan
input
8 = 0 Nilai keanggotaan
input
9 = 0 Nilai keanggotaan
input
10 = 0
Universitas Sumatera Utara
b.
Low
L
f x; 1, 2.5, 4.5 = {
Nilai keanggotaan
input
1 = 0 Nilai keanggotaan
input
2 = 2-1 2,5-1 = 0,67 Nilai keanggotaan
input
3 = 4,5-3 4,5-2,5 = 0,75 Nilai keanggotaan
input
4 = 4,5-4 4,5-2,5 = 0,25 Nilai keanggotaan
input
5 = 0 Nilai keanggotaan
input
6 = 0 Nilai keanggotaan
input
7 = 0 Nilai keanggotaan
input
8 = 0 Nilai keanggotaan
input
9 = 0 Nilai keanggotaan
input
10 = 0
c.
Moderate
M
f x; 2.5, 4.5, 5.5, 7.5 = {
Nilai keanggotaan
input
1 = 0 Nilai keanggotaan
input
2 = 0
Universitas Sumatera Utara
Nilai keanggotaan
input
3 = 3-2,5 4,5-2,5 = 0,25 Nilai keanggotaan
input
4 = 4-2,5 4,5-2,5 = 0,75 Nilai keanggotaan
input
5 = 1 Nilai keanggotaan
input
6 = 7,5-6 7,5-5,5 = 0,75 Nilai keanggotaan
input
7 = 7,5-7 7,5-5,5 = 0,25 Nilai keanggotaan
input
8 = 0 Nilai keanggotaan
input
9 = 0 Nilai keanggotaan
input
10 = 0
d.
High
H
f x; 5.5, 7.5, 9 = {
Nilai keanggotaan
input
1 = 0 Nilai keanggotaan
input
2 = 0 Nilai keanggotaan
input
3 = 0 Nilai keanggotaan
input
4 = 0 Nilai keanggotaan
input
5 = 0 Nilai keanggotaan
input
6 = 6-5,5 7,5-5,5 = 0,25 Nilai keanggotaan
input
7 = 7-5,5 7,5-5,5 = 0,75 Nilai keanggotaan
input
8 = 9-8 9-7,5 = 0,67 Nilai keanggotaan
input
9 = 0
Universitas Sumatera Utara
Nilai keanggotaan
input
10 = 0
e.
Very High
VH
f x; 7.5, 9, 10, 10 = {
Nilai keanggotaan
input
1 = 1 Nilai keanggotaan
input
2 = 0 Nilai keanggotaan
input
3 = 0 Nilai keanggotaan
input
4 = 0 Nilai keanggotaan
input
5 = 0 Nilai keanggotaan
input
6 = 0 Nilai keanggotaan
input
7 = 0 Nilai keanggotaan
input
8 = 8-7,5 9-7,5 = 0,33 Nilai keanggotaan
input
9 = 1 Nilai keanggotaan
input
10 = 1
5.2.3.5.4. Pembuatan Himpunan
Output Fuzzy
Nilai tertinggi untuk masing-masing
input
S
severity
, O
occurance
dan D
detection
adalah 10, maka batas nilai
output
FRPN yang tertinggi adalah 1000. Rentang nilai
output
FRPN adalah 1-1000. Nilai
output
FRPN dibagi atas Sembilan kategori, yaitu :
Universitas Sumatera Utara
1.
Very Low
VL 2.
Very Low-Low
VLL 3.
Low
L 4.
Low-Moderate
L-M 5.
Moderate
M 6.
Moderate-High
M-H 7.
High
H 8.
High-Very High
H-VH 9.
Very-High
VH Parameter untuk fungsi keanggotaan variabel
output
dapat dilihat pada tabel 5.16.
Tabel 5.16. Parameter Fungsi Keanggotaan Variabel
Output
Kategori Tipe Kurva
Parameter
VL BahuTrapesium
[0, 0, 25, 75] VL-L
Segitiga [25, 75, 125]
L Segitiga
[75, 125, 200] L-M
Segitiga [125, 200, 300]
M Segitiga
[200, 300, 400] M-H
Segitiga [300, 400, 500]
H Segitiga
[400, 500, 700] H-VH
Segitiga [500, 700, 900]
VH BahuTrapesium
[700, 900, 1000, 1000]
5.2.3.5.5. Perhitungan Fungsi Keanggotaan
Output
Perhitungan fungsi keanggotaan
output
dibuat berdasarkan tipe kurva yang ditunjukkan pada tabel 5.13. untuk setiap kategori sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
a.
Very Low
VL
f x; 0, 0, 25, 75 = {
b.
Very Low-Low
VL-L
f x; 25, 75, 125 = {
c.
Low
L
f x; 75, 125, 200 = {
d.
Low-Moderate
L-M
f x; 125, 200, 300 = {
e.
Moderate
M
f x; 200, 300, 400 = {
f.
Moderate-High
M-H
f x; 300, 400, 500 = {
g.
High
H
f x; 400, 500, 700 = {
Universitas Sumatera Utara
h.
High-Very High
H-VH
f x; 500, 700, 900 = {
i.
Very High
VH
f x;700,900, 1000, 1000= {
Dalam merepresentasikan variabel
output
, digunakan representasi kurva bentuk bahun untuk variabel
Very Low
VL dan
Very High
VH untuk mengakhiri vaiabel suatu daerah
fuzzy
. Kurva segitiga digunakan untuk merepresentasikan variabel
Very Low-Low
VL-L,
Low
L,
Low Moderate
LM,
Moderate
M,
Moderate High
M-H,
High
H dan
High-Very High
H-VH. Representasi variabel
output
dapat dilihat pada gambar 5.9.
Gambar 5.9. Representasi Variabel
Output
domain
Universitas Sumatera Utara
5.2.3.5.6.
F uzzy Rules
Aturan
F uzzy
Fuzzy rules
adalah suatu aturan yang menggambarkan tingkat kekritisan dari sebuah kegagalan untuk setiap kombinasi variabel
input
. Aturan-aturan ini secara konvensioanal diformulasikan dalam bentuk linguistik dan diekspresikan dalam
sbentuk
if
–
then
. Karena terdapat tiga variabel
input
yang digunakan, yaitu S
Severity
, O
Occurance
dan D
Detection
dengan masing-masing variabel mempunyai 5 kategori untuk setiap variabel
input
tersebut, maka terdapat 125 aturan yang diterapakn pada
fuzzy rules
ini. Sebagai contoh nilai variabel
input
S
Severity
adalah
Very Low
VL, O
Occurance
adalah
Very Low
VL dan D
Detection
adalah
Very Low
VL. Maka diperoleh nilai variabel
output
FRPN berdasaran
fuzzy rules
adalah
Very Low
VL.
Fuzzy rules
selengkapnya dapat dilihat pada tabel 5.17.
Tabel 5.17. Aturan Nilai Variabel
Input
Berdasarkan
F uzzy Rules
No. S
O D
F uzzy
RPN
1
Very Low
VL
Very Low
VL
Very Low
VL
Very Low
VL 2
Very Low
VL
Very Low
VL
Low
L
Very Low
VL 3
Very Low
VL
Very Low
VL
Moderate
M
Very Low
VL 4
Very Low
VL
Very Low
VL
High
H
Very Low-Low
VL-L 5
Very Low
VL
Very Low
VL
Very High
VH
Very Low-Low
VL-L 6
Very Low
VL
Low
L
Very Low
VL
Very Low
VL 7
Very Low
VL
Low
L
Low
L
Very Low-Low
VL-L 8
Very Low
VL
Low
L
Moderate
M
Very Low-Low
VL-L 9
Very Low
VL
Low
L
High
H
Low
L 10
Very Low
VL
Low
L
Very High
VH
Low
L 11
Very Low
VL
Moderate
M
Very Low
VL
Very Low
VL 12
Very Low
VL
Moderate
M
Low
L
Very Low-Low
VL-L 13
Very Low
VL
Moderate
M
Moderate
M
Low
L 14
Very Low
VL
Moderate
M
High
H
Low
L 15
Very Low
VL
Moderate
M
Very High
VH
Low
L
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.17. Aturan Nilai Variabel
Input
Berdasarkan
F uzzy Rules
Lanjutan No.
S O
D
F uzzy
RPN
16
Very Low
VL
High
H
Very Low
VL
Very Low-Low
VL-L 17
Very Low
VL
High
H
Low
L
Low
L 18
Very Low
VL
High
H
Moderate
M
Low
L 19
Very Low
VL
High
H
High
H
Low-Moderate
L-M 20
Very Low
VL
High
H
Very High
VH
Low-Moderate
L-M 21
Very Low
VL
Very High
VH
Very Low
VL
Very Low-Low
VL-L 22
Very Low
VL
Very High
VH
Low
L
Low
L 23
Very Low
VL
Very High
VH
Moderate
M
Low
L 24
Very Low
VL
Very High
VH
High
H
Low-Moderate
L-M 25
Very Low
VL
Very High
VH
Very High
VH
Moderate
M 26
Low
L
Very Low
VL
Very Low
VL
Low
L 27
Low
L
Very Low
VL
Low
L
Low
L 28
Low
L
Very Low
VL
Moderate
M
Low
L 29
Low
L
Very Low
VL
High
H
Low-Moderate
L-M 30
Low
L
Very Low
VL
Very High
VH
Low-Moderate
L-M 31
Low
L
Low
L
Very Low
VL
Low
L 32
Low
L
Low
L
Low
L
Low-Moderate
L-M 33
Low
L
Low
L
Moderate
M
Low-Moderate
L-M 34
Low
L
Low
L
High
H
Moderate
M 35
Low
L
Low
L
Very High
VH
Moderate
M 36
Low
L
Moderate
M
Very Low
VL
Low
L 37
Low
L
Moderate
M
Low
L
Low-Moderate
L-M 38
Low
L
Moderate
M
Moderate
M
Moderate
M 39
Low
L
Moderate
M
High
H
Moderate
M 40
Low
L
Moderate
M
Very High
VH
Moderate
M 41
Low
L
High
H
Very Low
VL
Moderate
M 42
Low
L
High
H
Low
L
Moderate
M 43
Low
L
High
H
Moderate
M
Moderate
M 44
Low
L
High
H
High
H
Moderate-High
M-H 45
Low
L
High
H
Very High
VH
Moderate-High
M-H 46
Low
L
Very High
VH
Very Low
VL
Low-Moderate
L-M 47
Low
L
Very High
VH
Low
L
Moderate
M 48
Low
L
Very High
VH
Moderate
M
Moderate
M
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.17. Aturan Nilai Variabel
Input
Berdasarkan
F uzzy Rules
Lanjutan No.
S O
D
F uzzy
RPN
49
Low
L
Very High
VH
High
H
Moderate-High
M-H 50
Low
L
Very High
VH
Very High
VH
High
H 51
Moderate
M
Very Low
VL
Very Low
VL
Moderate
M 52
Moderate
M
Very Low
VL
Low
L
Moderate
M 53
Moderate
M
Very Low
VL
Moderate
M
Moderate
M 54
Moderate
M
Very Low
VL
High
H
Moderate-High
M-H 55
Moderate
M
Very Low
VL
Very High
VH
Moderate-High
M-H 56
Moderate
M
Low
L
Very Low
VL
Moderate
M 57
Moderate
M
Low
L
Low
L
Moderate-High
M-H 58
Moderate
M
Low
L
Moderate
M
Moderate-High
M-H 59
Moderate
M
Low
L
High
H
High
H 60
Moderate
M
Low
L
Very High
VH
High
H 61
Moderate
M
Moderate
M
Very Low
VL
Moderate
M 62
Moderate
M
Moderate
M
Low
L
Moderate-High
M-H 63
Moderate
M
Moderate
M
Moderate
M
High
H 64
Moderate
M
Moderate
M
High
H
High
H 65
Moderate
M
Moderate
M
Very High
VH
High
H 66
Moderate
M
High
H
Very Low
VL
Moderate-High
M-H 67
Moderate
M
High
H
Low
L
High
H 68
Moderate
M
High
H
Moderate
M
High
H 69
Moderate
M
High
H
High
H
High-Very High
H-VH 70
Moderate
M
High
H
Very High
VH
High-Very High
H-VH 71
Moderate
M
Very High
VH
Very Low
VL
High
H 72
Moderate
M
Very High
VH
Low
L
High
H 73
Moderate
M
Very High
VH
Moderate
M
High
H 74
Moderate
M
Very High
VH
High
H
High-Very High
H-VH 75
Moderate
M
Very High
VH
Very High
VH
Very High
VH 76
High
H
Very Low
VL
Very Low
VL
High
H 77
High
H
Very Low
VL
Low
L
High
H 78
High
H
Very Low
VL
Moderate
M
High
H 79
High
H
Very Low
VL
High
H
High-Very High
H-VH 80
High
H
Very Low
VL
Very High
VH
High-Very High
H-VH 81
High
H
Low
L
Very Low
VL
High
H
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.17. Aturan Nilai Variabel
Input
Berdasarkan
F uzzy Rules
Lanjutan No.
S O
D
F uzzy
RPN
82
High
H
Low
L
Low
L
High-Very High
H-VH 83
High
H
Low
L
Moderate
M
High-Very High
H-VH 84
High
H
Low
L
High
H
Very High
VH 85
High
H
Low
L
Very High
VH
Very High
VH 86
High
H
Moderate
M
Very Low
VL
High
H 87
High
H
Moderate
M
Low
L
High-Very High
H-VH 88
High
H
Moderate
M
Moderate
M
Very High
VH 89
High
H
Moderate
M
High
H
Very High
VH 90
High
H
Moderate
M
Very High
VH
Very High
VH 91
High
H
High
H
Very Low
VL
High-Very High
H-VH 92
High
H
High
H
Low
L
Very High
VH 93
High
H
High
H
Moderate
M
Very High
VH 94
High
H
High
H
High
H
Very High
VH 95
High
H
High
H
Very High
VH
Very High
VH 96
High
H
Very High
VH
Very Low
VL
High-Very High
H-VH 97
High
H
Very High
VH
Low
L
Very High
VH 98
High
H
Very High
VH
Moderate
M
Very High
VH 99
High
H
Very High
VH
High
H
Very High
VH 100
High
H
Very High
VH
Very High
VH
Very High
VH 101
Very High
VH
Very Low
VL
Very Low
VL
Very High
VH 102
Very High
VH
Very Low
VL
Low
L
Very High
VH 103
Very High
VH
Very Low
VL
Moderate
M
Very High
VH 104
Very High
VH
Very Low
VL
High
H
Very High
VH 105
Very High
VH
Very Low
VL
Very High
VH
Very High
VH 106
Very High
VH
Low
L
Very Low
VL
Very High
VH 107
Very High
VH
Low
L
Low
L
Very High
VH 108
Very High
VH
Low
L
Moderate
M
Very High
VH 109
Very High
VH
Low
L
High
H
Very High
VH 110
Very High
VH
Low
L
Very High
VH
Very High
VH 111
Very High
VH
Moderate
M
Very Low
VL
Very High
VH 112
Very High
VH
Moderate
M
Low
L
Very High
VH 113
Very High
VH
Moderate
M
Moderate
M
Very High
VH 114
Very High
VH
Moderate
M
High
H
Very High
VH 115
Very High
VH
Moderate
M
Very High
VH
Very High
VH
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.17. Aturan Nilai Variabel
Input
Berdasarkan
F uzzy Rules
Lanjutan No.
S O
D
F uzzy
RPN
116
Very High
VH
High
H
Very Low
VL
Very High
VH 117
Very High
VH
High
H
Low
L
Very High
VH 118
Very High
VH
High
H
Moderate
M
Very High
VH 119
Very High
VH
High
H
High
H
Very High
VH 120
Very High
VH
High
H
Very High
VH
Very High
VH 121
Very High
VH
Very High
VH
Very Low
VL
Very High
VH 122
Very High
VH
Very High
VH
Low
L
Very High
VH 123
Very High
VH
Very High
VH
Moderate
M
Very High
VH 124
Very High
VH
Very High
VH
High
H
Very High
VH 125
Very High
VH
Very High
VH
Very High
VH
Very High
VH Nilai-nilai
input
yang telah diperoleh dari proses FMEA, akan dievaluasi berdasarkan kombinasi
fuzzy rules
. Nilai-nilai
input
untuk variabel S
Severity
, O
Occurance
dan D
Detection
dapat dilihat pada tabel 5.18.
Tabel 5.18. Nilai Variabel
Input
Proses FMEA Fungsi Proses
Jenis Kegagalan Proses
S O
D
Produksi Pakan Ternak Ayam
Crumble
Butiran Hancur 7
5 5
4 6
Butiran Belang 5
5 4
6 2
5.2.3.5.7. Perhitungan Nilai FRPN Proses FMEA 5.2.3.5.7.1. Perhitungan Nilai FRPN Variabel
Input
S=7, O=5, D=5 A.
Aplikasi Fungsi Implikasi
Evaluasi variabel
input
untuk nilai S=7, O=5, D=5, yaitu : Aturan 1 :
Nilai
input
S
Severity
, untuk kategori VL
Very Low
bernilai 0
Universitas Sumatera Utara
Nilai
input
O
Occurance
, untuk kategori VL
Very Low
bernilai 0 Nilai
input
D
Detection
, untuk kategori VL
Very Low
bernilai 0 Maka, dengan menggunakan fungsi implikasi minimum diperoleh :
Aturan 1 A1 = min µS VL [7]; µO VL [5]; µD VL [5] = min 0, 0, 0
= 0 Evaluasi variabel
input
selengkapnya dapat dilihat pada tabel 5.19.
Tabel 5.19. Evaluasi Variabel
Input
S=7, O=5, D=5 Aturan
S = 7 O = 5
D = 5 Nilai A
Min Kategori
µS[x] Kategori µO[x] Kategori µD[x]
1 VL
VL VL
2 VL
VL L
3 VL
VL M
1 4
VL VL
H 5
VL VL
VH 6
VL L
VL 7
VL L
L 8
VL L
M 1
9 VL
L H
10 VL
L VH
11 VL
M 1
VL 12
VL M
1 L
13 VL
M 1
M 1
14 VL
M 1
H 15
VL M
1 VH
16 VL
H VL
17 VL
H L
18 VL
H M
1 19
VL H
H 20
VL H
VH 21
VL VH
VL
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.19. Evaluasi Variabel
Input
S=7, O=5, D=5 Lanjutan Aturan
S = 7 O = 5
D = 5 Nilai A
Min Kategori
µS[x] Kategori µO[x] Kategori µD[x]
22 VL
VH L
23 VL
VH M
1 24
VL VH
H 25
VL VH
VH 26
L VL
VL 27
L VL
L 28
L VL
M 1
29 L
VL H
30 L
VL VH
31 L
L VL
32 L
L L
33 L
L M
1 34
L L
H 35
L L
VH 36
L M
1 VL
37 L
M 1
L 38
L M
1 M
1 39
L M
1 H
40 L
M 1
VH 41
L H
VL 42
L H
L 43
L H
M 1
44 L
H H
45 L
H VH
46 L
VH VL
47 L
VH L
48 L
VH M
1 49
L VH
H 50
L VH
VH 51
M 0.25
VL VL
52 M
0.25 VL
L 53
M 0.25
VL M
1 54
M 0.25
VL H
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.19. Evaluasi Variabel
Input
S=7, O=5, D=5 Lanjutan Aturan
S = 7 O = 5
D = 5 Nilai A
Min Kategori µS[x] Kategori µO[x]
Kategori µD[x]
55 M
0.25 VL
VH 56
M 0.25
L VL
57 M
0.25 L
L 58
M 0.25
L M
1 59
M 0.25
L H
60 M
0.25 L
VH 61
M 0.25
M 1
VL 62
M 0.25
M 1
L 63
M 0.25
M 1
M 1
0.25 64
M 0.25
M 1
H 65
M 0.25
M 1
VH 66
M 0.25
H VL
67 M
0.25 H
L 68
M 0.25
H M
1 69
M 0.25
H H
70 M
0.25 H
VH 71
M 0.25
VH VL
72 M
0.25 VH
L 73
M 0.25
VH M
1 74
M 0.25
VH H
75 M
0.25 VH
VH 76
H 0.75
VL VL
77 H
0.75 VL
L 78
H 0.75
VL M
1 79
H 0.75
VL H
80 H
0.75 VL
VH 81
H 0.75
L VL
82 H
0.75 L
L 83
H 0.75
L M
1 84
H 0.75
L H
85 H
0.75 L
VH 86
H 0.75
M 1
VL 87
H 0.75
M 1
L
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.19. Evaluasi Variabel
Input
S=7, O=5, D=5 Lanjutan Aturan
S = 7 O = 5
D = 5 Nilai A
Min Kategori µS[x] Kategori µO[x] Kategori µD[x]
88 H
0.75 M
1 M
1 0.75
89 H
0.75 M
1 H
90 H
0.75 M
1 VH
91 H
0.75 H
VL 92
H 0.75
H L
93 H
0.75 H
M 1
94 H
0.75 H
H 95
H 0.75
H VH
96 H
0.75 VH
VL 97
H 0.75
VH L
98 H
0.75 VH
M 1
99 H
0.75 VH
H 100
H 0.75
VH VH
101 VH
VL VL
102 VH
VL L
103 VH
VL M
1 104
VH VL
H 105
VH VL
VH 106
VH L
VL 107
VH L
L 108
VH L
M 1
109 VH
L H
110 VH
L VH
111 VH
M 1
VL 112
VH M
1 L
113 VH
M 1
M 1
114 VH
M 1
H 115
VH M
1 VH
116 VH
H VL
117 VH
H L
118 VH
H M
1 119
VH H
H 120
VH H
VH
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.19. Evaluasi Variabel
Input
S=7, O=5, D=5 Lanjutan Aturan
S = 7 O = 5
D = 5 Nilai A
Min Kategori µS[x] Kategori µO[x] Kategori µD[x]
121 VH
VH VL
122 VH
VH L
123 VH
VH M
1 124
VH VH
H 125
VH VH
VH
Pada tabel 5.19. diperoleh aturan-aturan yang memiliki daerah hasil fungsi implikasi minimum yang dapat dilihat pada tabel 5.20. Aturan 63, nilai S
berkategori
Moderate
M, nilai O berkategori
Moderate
M dan nilai D berkategori
Moderate
M memiliki nilai minimum 0,25 dan berdasarkan
fuzzy rules
pada tabel 5.17. menghasilkan nilai FRPN berkategori
High
H.
Tabel 5.20. Aturan yang Memiliki Daerah Hasil Fungsi Minimum Atura
n S = 7
O = 5 D = 5
Nilai A
Min Nilai
FRP N
Kategor i
µS[x] Kategor
i µO[x]
Kategor i
µD[x]
63 M
0.25 M
1 M
1 0.25
H 88
H 0.75
M 1
M 1
0.75 VH
1. Aturan 63
Pada saat µFRPN [x] = 0,25, maka nilai x dapat dicari berdasarkan perhitungan fungsi keanggotaan
output High
, sebagai berikut : a. 0,25 = x-400 100
25 = x-400 x
= 425
Universitas Sumatera Utara
b. 0,25 = 700-x 200 50 = 700-x
x = 650
µFRPN [x] = {
Grafik fungsi
output
berdasarkan batas nilai untuk µFRPN tersebut dapat dilihat pada gambar 5.10.
100 200
300 400
500 600
700 800
900 1000
0,25 0,50
0,75 1
N il
ai D
era ja
t K ea
nggot aa
n
µ [x]
Nilai Fungsi Keanggotaan Domain
Gambar 5.10. Grafik Fungsi
Output
Aturan 63 2. Aturan 88
Pada saat µFRPN [x] = 0,75, maka nilai x dapat dicari berdasarkan perhitungan fungsi keanggotaan
output Very High
, sebagai berikut : 0,75
= x-700 200 150
= x-700
Universitas Sumatera Utara
x = 850
µFRPN [x] = {
Grafik fungsi
output
berdasarkan batas nilai untuk µFRPN tersebut dapat dilihat pada gambar 5.11.
100 200
300 400
500 600
700 800
900 1000
0,25 0,50
0,75 1
N il
ai D
era ja
t K ea
nggot aa
n
µ [x]
Nilai Fungsi Keanggotaan Domain
Gambar 5.11. Grafik Fungsi
Output
Aturan 88
B. Pembuatan Komposisi Semua
Output
Kompisisi semua
output
untuk nilai S=7, O=5, D=5 dengan menggunakan aturan maksimum. Grafik komposisi semua
output
dapat dilihat pada gambar 5.12.
Universitas Sumatera Utara
100 200
300 400
500 600
700 800
900 1000
0,25 0,50
0,75 1
N il
ai D
era ja
t K ea
nggot aa
n
µ [x]
Nilai Fungsi Keanggotaan Domain
Gambar 5.12. Komposisi Semua
Output
untuk
Input
S=7, O=5 dan D=5
Berdasarkan perhitungan aplikasi fungsi implikasi tidak terdapat titik potong antara aturan-aturan yang memiliki nilai daerah hasil, sehingga nilai daerah hasil
keseluruhan adalah sebagai berikut :
µFRPN [x] = {
C. Proses Defuzzifikasi
Proses defuzzifikasi dilakukan dengan metode
centroid
. Tahap ini, dilakukan dengan pengubahan terhadap himpunan
fuzzy
pada variabel
input
S
Severity
, O
Occurance
dan D
Detection
yang diperoleh dari komposisi
output
aturan
fuzzy
menjadi bilangan
crisp
tertentu, yaitu nilai FRPN. Solusi daerah
fuzzy
dapat dilihat pada gambar 5.13.
Universitas Sumatera Utara
100 200
300 400
500 600
700 800
900 1000
0,25 0,50
0,75 1
A1 A2
A3 A4
N il
ai D
era ja
t K ea
nggot aa
n
µ [x]
Nilai Fungsi Keanggotaan Domain
Gambar 5.13. Solusi Daerah
F uzzy
untuk
Input
S=7, O=5 dan D=5
Untuk memperoleh nilai
crisp
x, dilakukan dengan membagi daerah menjadi empat bagian dengan luas masing-masing A1, A2, A3 dan A4. Momen
terhadap nilai keanggotaan masing-masing adalah M1, M2, M3 dan M4. Rumus untuk menghitung nilai
crisp
titik pusat yaitu : Titik Pusat =
Momen Luas
=
M A
Ket : -M adalah momen terhadap nilai keanggotaan -A adalah luas masing-masing daerah solusi
fuzzy
Perhitungan nilai momen M: M1 =
425 400
425 400
= -105364,583 – -106666,666
= 1302,083
Universitas Sumatera Utara
M2 =
750 425
= 70312,5 – 22578,125
= 47734,375 M3 =
850 750
850 750
= -2408333,333 – -281250
= 40416,667 M4 =
1000 850
= 375000 – 270937,5
= 104062,5 Perhitungan nilai luas A:
A1 =
Alas Tinggi 2
=
425-400 0,25 2
= 3,125 A2 = Panjang x Lebar = 750
– 425 x 0,25 = 81,25 A3 =
Jumlah isi ejajar Tinggi 2
=
0,25 0,75 850-750 2
= 50 A4 = Panjang x Lebar = 1000
– 850 x 0,75 = 112,5
Perhitungan titik pusat: Titik Pusat
=
Momen M Luas A
=
1302,083 47734,375 40416,667 104062,5 3,125 81,25 50 112,5
Universitas Sumatera Utara
=
193515,625 246,875
= 783,860
Maka, hasil evaluasi variabel
input
proses FMEA untuk nilai S=7, O=5, D=5 adalah 783,860.
5.2.3.5.7.2. Perhitungan Nilai FRPN Variabel
Input
S=7, O=4, D=6 A.
Aplikasi Fungsi Implikasi
Evaluasi variabel
input
untuk nilai S=7, O=4, D=6, yaitu : Aturan 1 :
Nilai
input
S
Severity
, untuk kategori VL
Very Low
bernilai 0 Nilai
input
O
Occurance
, untuk kategori VL
Very Low
bernilai 0 Nilai
input
D
Detection
, untuk kategori VL
Very Low
bernilai 0 Maka, dengan menggunakan fungsi implikasi minimum diperoleh :
Aturan 1 A1 = min µS VL [7]; µO VL [4]; µD VL [6] = min 0, 0, 0
= 0 Evaluasi variabel
input
selengkapnya dapat dilihat pada tabel 5.21. Tabel 5.21. Evaluasi Variabel
Input
S=7, O=4, D=6 Aturan
S = 7 O = 4
D = 6 Nilai A
Min Kategori µS[x] Kategori µO[x] Kategori µD[x]
1 VL
VL VL
2 VL
VL L
3 VL
VL M
0.75 4
VL VL
H 0.25
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.21. Evaluasi Variabel
Input
S=7, O=4, D=6 Lanjutan Aturan
S = 7 O = 4
D = 6 Nilai A
Min Kategori µS[x] Kategori µO[x] Kategori µD[x]
5 VL
VL VH
6 VL
L 0.25
VL 7
VL L
0.25 L
8 VL
L 0.25
M 0.75
9 VL
L 0.25
H 0.25
10 VL
L 0.25
VH 11
VL M
0.75 VL
12 VL
M 0.75
L 13
VL M
0.75 M
0.75 14
VL M
0.75 H
0.25 15
VL M
0.75 VH
16 VL
H VL
17 VL
H L
18 VL
H M
0.75 19
VL H
H 0.25
20 VL
H VH
21 VL
VH VL
22 VL
VH L
23 VL
VH M
0.75 24
VL VH
H 0.25
25 VL
VH VH
26 L
VL VL
27 L
VL L
28 L
VL M
0.75 29
L VL
H 0.25
30 L
VL VH
31 L
L 0.25
VL 32
L L
0.25 L
33 L
L 0.25
M 0.75
34 L
L 0.25
H 0.25
35 L
L 0.25
VH 36
L M
0.75 VL
37 L
M 0.75
L
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.21. Evaluasi Variabel
Input
S=7, O=4, D=6 Lanjutan Aturan
S = 7 O = 4
D = 6 Nilai A
Min Kategori µS[x] Kategori µO[x] Kategori µD[x]
38 L
M 0.75
M 0.75
39 L
M 0.75
H 0.25
40 L
M 0.75
VH 41
L H
VL 42
L H
L 43
L H
M 0.75
44 L
H H
0.25 45
L H
VH 46
L VH
VL 47
L VH
L 48
L VH
M 0.75
49 L
VH H
0.25 50
L VH
VH 51
M 0.25
VL VL
52 M
0.25 VL
L 53
M 0.25
VL M
0.75 54
M 0.25
VL H
0.25 55
M 0.25
VL VH
56 M
0.25 L
0.25 VL
57 M
0.25 L
0.25 L
58 M
0.25 L
0.25 M
0.75 0.25
59 M
0.25 L
0.25 H
0.25 0.25
60 M
0.25 L
0.25 VH
61 M
0.25 M
0.75 VL
62 M
0.25 M
0.75 L
63 M
0.25 M
0.75 M
0.75 0.25
64 M
0.25 M
0.75 H
0.25 0.25
65 M
0.25 M
0.75 VH
66 M
0.25 H
VL 67
M 0.25
H L
68 M
0.25 H
M 0.75
69 M
0.25 H
H 0.25
70 M
0.25 H
VH
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.21. Evaluasi Variabel
Input
S=7, O=4, D=6 Lanjutan Aturan
S = 7 O = 4
D = 6 Nilai A
Min Kategori µS[x] Kategori µO[x] Kategori µD[x]
71 M
0.25 VH
VL 72
M 0.25
VH L
73 M
0.25 VH
M 0.75
74 M
0.25 VH
H 0.25
75 M
0.25 VH
VH 76
H 0.75
VL VL
77 H
0.75 VL
L 78
H 0.75
VL M
0.75 79
H 0.75
VL H
0.25 80
H 0.75
VL VH
81 H
0.75 L
0.25 VL
82 H
0.75 L
0.25 L
83 H
0.75 L
0.25 M
0.75 0.25
84 H
0.75 L
0.25 H
0.25 0.25
85 H
0.75 L
0.25 VH
86 H
0.75 M
0.75 VL
87 H
0.75 M
0.75 L
88 H
0.75 M
0.75 M
0.75 0.75
89 H
0.75 M
0.75 H
0.25 0.25
90 H
0.75 M
0.75 VH
91 H
0.75 H
VL 92
H 0.75
H L
93 H
0.75 H
M 0.75
94 H
0.75 H
H 0.25
95 H
0.75 H
VH 96
H 0.75
VH VL
97 H
0.75 VH
L 98
H 0.75
VH M
0.75 99
H 0.75
VH H
0.25 100
H 0.75
VH VH
101 VH
VL VL
102 VH
VL L
103 VH
VL M
0.75
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.21. Evaluasi Variabel
Input
S=7, O=4, D=6 Lanjutan Aturan
S = 7 O = 4
D = 6 Nilai A
Min Kategori µS[x] Kategori µO[x]
Kategori µD[x]
104 VH
VL H
0.25 105
VH VL
VH 106
VH L
0.25 VL
107 VH
L 0.25
L 108
VH L
0.25 M
0.75 109
VH L
0.25 H
0.25 110
VH L
0.25 VH
111 VH
M 0.75
VL 112
VH M
0.75 L
113 VH
M 0.75
M 0.75
114 VH
M 0.75
H 0.25
115 VH
M 0.75
VH 116
VH H
VL 117
VH H
L 118
VH H
M 0.75
119 VH
H H
0.25 120
VH H
VH 121
VH VH
VL 122
VH VH
L 123
VH VH
M 0.75
124 VH
VH H
0.25 125
VH VH
VH Pada tabel 5.21. diperoleh aturan-aturan yang memiliki daerah hasil
fungsi implikasi minimum yang dapat dilihat pada tabel 5.22. Aturan 58, nilai S berkategori
Moderate
M, nilai O berkategori
Low
L dan nilai D berkategori
Moderate
M memiliki nilai minimum 0,25 dan berdasarkan
fuzzy rules
pada tabel 5.17. menghasilkan nilai FRPN berkategori
Moderate
-
High
M-H.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.22. Aturan yang Memiliki Daerah Hasil Fungsi Minimum
Aturan S = 7
O = 4 D = 6
Nilai A
Min Nilai
FRPN Kategori µS[x] Kategori µO[x] Kategori µD[x]
58 M
0.25 L
0.25 M
0.75 0.25
M-H 59
M 0.25
L 0.25
H 0.25
0.25 H
63 M
0.25 M
0.75 M
0.75 0.25
H 64
M 0.25
M 0.75
H 0.25
0.25 H
83 H
0.75 L
0.25 M
0.75 0.25
H-VH 84
H 0.75
L 0.25
H 0.25
0.25 VH
88 H
0.75 M
0.75 M
0.75 0.75
VH 89
H 0.75
M 0.75
H 0.25
0.25 VH
1. Aturan 58
Pada saat µFRPN [x] = 0,25, maka nilai x dapat dicari berdasarkan perhitungan fungsi keanggotaan
output Moderate High
, sebagai berikut:
a. 0,25 = x-300 100 25 = x-300
x = 325
b. 0,25 = 500-x 100 25 = 500-x
x = 475
µFRPN [x] = {
Universitas Sumatera Utara
Grafik fungsi
output
berdasarkan batas nilai untuk µFRPN tersebut dapat dilihat pada gambar 5.14.
100 200
300 400
500 600
700 800
900 1000
0,25 0,50
0,75 1
N il
ai D
era ja
t K ea
nggot aa
n
µ [x]
Nilai Fungsi Keanggotaan Domain
Gambar 5.14. Grafik Fungsi
Output
Aturan 58
2. Aturan 59, 63 dan 64
Pada saat µFRPN [x] = 0,25, maka nilai x dapat dicari berdasarkan perhitungan fungsi keanggotaan
output High
, sebagai berikut : a. 0,25 = x-400 100
25 = x-400 x
= 425 b. 0,25 = 700-x 200
50 = 700-x x
= 650
Universitas Sumatera Utara
µFRPN [x] = {
Grafik fungsi
output
berdasarkan batas nilai untuk µFRPN tersebut dapat dilihat pada gambar 5.15.
100 200
300 400
500 600
700 800
900 1000
0,25 0,50
0,75 1
N il
ai D
era ja
t K ea
nggot aa
n
µ [x]
Nilai Fungsi Keanggotaan Domain
Gambar 5.15. Grafik Fungsi
Output
Aturan 59, 63 dan 64
3. Aturan 83
Pada saat µFRPN [x] = 0,25, maka nilai x dapat dicari berdasarkan perhitungan fungsi keanggotaan
output High-Very High
, sebagai berikut :
a. 0,25 = x-500 200 50 = x-500
x = 550
Universitas Sumatera Utara
b. 0,25 = 900-x 200 50 = 900-x
x = 850
µFRPN [x] = {
Grafik fungsi
output
berdasarkan batas nilai untuk µFRPN tersebut dapat dilihat pada gambar 5.16.
100 200
300 400
500 600
700 800
900 1000
0,25 0,50
0,75 1
N il
ai D
era ja
t K ea
nggot aa
n
µ [x]
Nilai Fungsi Keanggotaan Domain
Gambar 5.16. Grafik Fungsi
Output
Aturan 83
4. Aturan 84 dan 89
Pada saat µFRPN [x] = 0,25, maka nilai x dapat dicari berdasarkan perhitungan fungsi keanggotaan
output Very High
, sebagai berikut : 0,25
= x-700 200
Universitas Sumatera Utara
50 = x-700
x = 750
µFRPN [x] = {
Grafik fungsi
output
berdasarkan batas nilai untuk µFRPN tersebut dapat dilihat pada gambar 5.17.
100 200
300 400
500 600
700 800
900 1000
0,25 0,50
0,75 1
N il
ai D
era ja
t K ea
nggot aa
n
µ [x]
Nilai Fungsi Keanggotaan Domain
Gambar 5.17. Grafik Fungsi
Output
Aturan 84 dan 89 5. Aturan 88
Pada saat µFRPN [x] = 0,75, maka nilai x dapat dicari berdasarkan perhitungan fungsi keanggotaan
output Very High
, sebagai berikut : 0,75
= x-700 200 150
= x-700 x
= 850
Universitas Sumatera Utara
µFRPN [x] = {
Grafik fungsi
output
berdasarkan batas nilai untuk µFRPN tersebut dapat dilihat pada gambar 5.18.
100 200
300 400
500 600
700 800
900 1000
0,25 0,50
0,75 1
N il
ai D
era ja
t K ea
nggot aa
n
µ [x]
Nilai Fungsi Keanggotaan Domain
Gambar 5.18. Grafik Fungsi
Output
Aturan 88
B. Pembuatan Kompisisi Semua
Output
Kompisisi semua
output
untuk nilai S=7, O=4, D=6 dengan menggunakan aturan maksimum. Grafik komposisi semua
output
dapat dilihat pada gambar 5.19.
Universitas Sumatera Utara
100 200
300 400
500 600
700 800
900 1000
0,25 0,50
0,75 1
N il
ai D
era ja
t K ea
nggot aa
n
µ [x]
Nilai Fungsi Keanggotaan Domain
Gambar 5.19. Komposisi Semua
Output
untuk
Input
S=7, O=4 dan D=6
Berdasarkan perhitungan aplikasi fungsi implikasi tidak terdapat titik potong antara aturan-aturan yang memiliki nilai daerah hasil, sehingga nilai daerah hasil
keseluruhan adalah sebagai berikut :
µFRPN [x] = {
C. Proses Defuzzifikasi
Proses defuzzifikasi dilakukan dengan metode
centroid
. Tahap ini, dilakukan dengan pengubahan terhadap himpunan
fuzzy
pada variabel
input
S
Severity
, O
Occurance
dan D
Detection
yang diperoleh dari komposisi
output
aturan
fuzzy
menjadi bilangan
crisp
tertentu, yaitu nilai FRPN. Solusi daerah
fuzzy
dapat dilihat pada gambar 5.20.
Universitas Sumatera Utara
100 200
300 400
500 600
700 800
900 1000
0,25 0,50
0,75 1
A1 A2
A3 A4
N il
ai D
era ja
t K ea
nggot aa
n
µ [x]
Nilai Fungsi Keanggotaan Domain
Gambar 5.20. Solusi Daerah
F uzzy
untuk
Input
S=7, O=4 dan D=6
Untuk memperoleh nilai
crisp
x, dilakukan dengan membagi daerah menjadi empat bagian dengan luas masing-masing A1, A2, A3 dan A4. Momen
terhadap nilai keanggotaan masing-masing adalah M1, M2, M3 dan M4. Rumus untuk menghitung nilai
crisp
titik pusat yaitu : Titik Pusat =
Momen Luas
=
M A
Ket : -M adalah momen terhadap nilai keanggotaan -A adalah luas masing-masing daerah solusi
fuzzy
Perhitungan nilai momen M: M1 =
325 300
325 300
= 989,583
Universitas Sumatera Utara
M2 =
750 325
= 57109,375 M3 =
850 750
850 750
= 40416,667 M4 =
1000 850
= 104062,5 Perhitungan nilai luas A:
A1 =
Alas Tinggi 2
=
325-300 0,25 2
= 3,125 A2 = Panjang x Lebar = 850
– 325 x 0,25 = 118,75 A3 =
Jumlah isi ejajar Tinggi 2
=
0,25 0,75 850-750 2
= 50 A4 = Panjang x Lebar = 1000
– 850 x 0,75 = 112,5 Perhitungan titik pusat:
Titik Pusat
=
Momen M Luas A
=
989,583 57109,375 40416,667 104062,5 3,125 118,75 50 112,5
=
202578,125 284,375
=
712,362 Maka, hasil evaluasi variabel
input
proses FMEA untuk nilai S=7, O=4, D=6 adalah 712,362.
Universitas Sumatera Utara
5.2.3.5.7.3. Perhitungan Nilai FRPN Variabel
Input
S=5, O=5, D=4 A.
Aplikasi Fungsi Implikasi
Evaluasi variabel
input
untuk nilai S=5, O=5, D=4, yaitu : Aturan 1 :
Nilai
input
S
Severity
, untuk kategori VL
Very Low
bernilai 0 Nilai
input
O
Occurance
, untuk kategori VL
Very Low
bernilai 0 Nilai
input
D
Detection
, untuk kategori VL
Very Low
bernilai 0 Maka, dengan menggunakan fungsi implikasi minimum diperoleh :
Aturan 1 A1 = min µS VL [5]; µO VL [5]; µD VL [4] = min 0, 0, 0
= 0 Evaluasi variabel
input
selengkapnya dapat dilihat pada tabel 5.23. Tabel 5.23. Evaluasi Variabel
Input
S=5, O=5, D=4 Aturan
S = 5 O = 5
D = 4 Nilai A
Min Kategori µS[x] Kategori µO[x] Kategori µD[x]
1 VL
VL VL
2 VL
VL L
0.25 3
VL VL
M 0.75
4 VL
VL H
5 VL
VL VH
6 VL
L VL
7 VL
L L
0.25 8
VL L
M 0.75
9 VL
L H
10 VL
L VH
11 VL
M 1
VL 12
VL M
1 L
0.25 13
VL M
1 M
0.75
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.23. Evaluasi Variabel
Input
S=5, O=5, D=4 Lanjutan Aturan
S = 5 O = 5
D = 4 Nilai A
Min Kategori µS[x] Kategori µO[x] Kategori µD[x]
14 VL
M 1
H 15
VL M
1 VH
16 VL
H VL
17 VL
H L
0.25 18
VL H
M 0.75
19 VL
H H
20 VL
H VH
21 VL
VH VL
22 VL
VH L
0.25 23
VL VH
M 0.75
24 VL
VH H
25 VL
VH VH
26 L
VL VL
27 L
VL L
0.25 28
L VL
M 0.75
29 L
VL H
30 L
VL VH
31 L
L VL
32 L
L L
0.25 33
L L
M 0.75
34 L
L H
35 L
L VH
36 L
M 1
VL 37
L M
1 L
0.25 38
L M
1 M
0.75 39
L M
1 H
40 L
M 1
VH 41
L H
VL 42
L H
L 0.25
43 L
H M
0.75 44
L H
H 45
L H
VH 46
L VH
VL
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.23. Evaluasi Variabel
Input
S=5, O=5, D=4 Lanjutan Aturan
S = 5 O = 5
D = 4 Nilai A
Min Kategori µS[x] Kategori µO[x] Kategori µD[x]
47 L
VH L
0.25 48
L VH
M 0.75
49 L
VH H
50 L
VH VH
51 M
1 VL
VL 52
M 1
VL L
0.25 53
M 1
VL M
0.75 54
M 1
VL H
55 M
1 VL
VH 56
M 1
L VL
57 M
1 L
L 0.25
58 M
1 L
M 0.75
59 M
1 L
H 60
M 1
L VH
61 M
1 M
1 VL
62 M
1 M
1 L
0.25 0.25
63 M
1 M
1 M
0.75 0.75
64 M
1 M
1 H
65 M
1 M
1 VH
66 M
1 H
VL 67
M 1
H L
0.25 68
M 1
H M
0.75 69
M 1
H H
70 M
1 H
VH 71
M 1
VH VL
72 M
1 VH
L 0.25
73 M
1 VH
M 0.75
74 M
1 VH
H 75
M 1
VH VH
76 H
VL VL
77 H
VL L
0.25 78
H VL
M 0.75
79 H
VL H
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.23. Evaluasi Variabel
Input
S=5, O=5, D=4 Lanjutan Aturan
S = 5 O = 5
D = 4 Nilai A
Min Kategori µS[x] Kategori µO[x] Kategori µD[x]
80 H
VL VH
81 H
L VL
82 H
L L
0.25 83
H L
M 0.75
84 H
L H
85 H
L VH
86 H
M 1
VL 87
H M
1 L
0.25 88
H M
1 M
0.75 89
H M
1 H
90 H
M 1
VH 91
H H
VL 92
H H
L 0.25
93 H
H M
0.75 94
H H
H 95
H H
VH 96
H VH
VL 97
H VH
L 0.25
98 H
VH M
0.75 99
H VH
H 100
H VH
VH 101
VH VL
VL 102
VH VL
L 0.25
103 VH
VL M
0.75 104
VH VL
H 105
VH VL
VH 106
VH L
VL 107
VH L
L 0.25
108 VH
L M
0.75 109
VH L
H 110
VH L
VH 111
VH M
1 VL
112 VH
M 1
L 0.25
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.23. Evaluasi Variabel
Input
S=5, O=5, D=4 Lanjutan Aturan
S = 5 O = 5
D = 4 Nilai A
Min Kategori µS[x] Kategori µO[x] Kategori µD[x]
113 VH
M 1
M 0.75
114 VH
M 1
H 115
VH M
1 VH
116 VH
H VL
117 VH
H L
0.25 118
VH H
M 0.75
119 VH
H H
120 VH
H VH
121 VH
VH VL
122 VH
VH L
0.25 123
VH VH
M 0.75
124 VH
VH H
125 VH
VH VH
Pada tabel 5.23. diperoleh aturan-aturan yang memiliki daerah hasil fungsi implikasi minimum yang dapat dilihat pada tabel 5.24. Aturan 62, nilai S
berkategori
Moderate
M, nilai O berkategori
Moderate
M dan nilai D berkategori
Low
L memiliki nilai minimum 0,25 dan berdasarkan
fuzzy rules
pada tabel 5.17. menghasilkan nilai FRPN berkategori
Moderate-High
M-H.
Tabel 5.24. Aturan yang Memiliki Daerah Hasil Fungsi Minimum Atura
n S = 5
O = 5 D = 4
Nilai A
Min Nilai
FRP N
Kategor i
µS[x] Kategor
i µO[x]
Kategor i
µD[x]
62 M
1 M
1 L
0.25 0.25
M-H 63
M 1
M 1
M 0.75
0.75 H
Universitas Sumatera Utara
1. Aturan 62
Pada saat µFRPN [x] = 0,25, maka nilai x dapat dicari berdasarkan perhitungan fungsi keanggotaan
output Moderate High
, sebagai berikut:
a. 0,25 = x-300 100 25 = x-300
x = 325
b. 0,25 = 500-x 100 25 = 500-x
x = 475
µFRPN [x] = {
Grafik fungsi
output
berdasarkan batas nilai untuk µFRPN tersebut dapat dilihat pada gambar 5.21.
Universitas Sumatera Utara
100 200
300 400
500 600
700 800
900 1000
0,25 0,50
0,75 1
N il
ai D
era ja
t K ea
nggot aa
n
µ [x]
Nilai Fungsi Keanggotaan Domain
Gambar 5.21. Grafik Fungsi
Output
Aturan 62
2. Aturan 63
Pada saat µFRPN [x] = 0,75, maka nilai x dapat dicari berdasarkan perhitungan fungsi keanggotaan
output High
, sebagai berikut : a. 0,75 = x-400 100
75 = x-400 x
= 475 b. 0,75 = 700-x 200
150 = 700-x x
= 550
Universitas Sumatera Utara
µFRPN [x] = {
Grafik fungsi
output
berdasarkan batas nilai untuk µFRPN tersebut dapat dilihat pada gambar 5.22.
100 200
300 400
500 600
700 800
900 1000
0,25 0,50
0,75 1
N il
ai D
era ja
t K ea
nggot aa
n
µ [x]
Nilai Fungsi Keanggotaan Domain
Gambar 5.22. Grafik Fungsi
Output
Aturan 63
B. Pembuatan Kompisisi Semua
Output
Komposisi semua
output
untuk nilai S=5, O=5, D=4 dengan menggunakan aturan maksimum. Grafik komposisi semua
output
dapat dilihat pada gambar 5.23.
Universitas Sumatera Utara
100 200
300 400
500 600
700 800
900 1000
0,25 0,50
0,75 1
N il
ai D
era ja
t K ea
nggot aa
n
µ [x]
Nilai Fungsi Keanggotaan Domain
Gambar 5.23. Komposisi Semua
Output
untuk
Input
S=5, O=5 dan D=4
Berdasarkan perhitungan aplikasi fungsi implikasi tidak terdapat titik potong antara aturan-aturan yang memiliki nilai daerah hasil, sehingga nilai daerah hasil
keseluruhan adalah sebagai berikut :
µFRPN [x] = {
C. Proses Defuzzifikasi
Proses defuzzifikasi dilakukan dengan metode
centroid
. Tahap ini, dilakukan dengan pengubahan terhadap himpunan
fuzzy
pada variabel
input
S
Severity
, O
Occurance
dan D
Detection
yang diperoleh dari komposisi
output
aturan
fuzzy
menjadi bilangan
crisp
tertentu, yaitu nilai FRPN. Solusi daerah
fuzzy
dapat dilihat pada gambar 5.24.
Universitas Sumatera Utara
100 200
300 400
500 600
700 800
900 1000
0,25 0,50
0,75 1
A1 A2
A3 A4
A5
N il
ai D
era ja
t K ea
nggot aa
n
µ [x]
Nilai Fungsi Keanggotaan Domain
Gambar 5.24. Solusi Daerah
F uzzy
untuk
Input
S=5, O=5 dan D=4
Untuk memperoleh nilai
crisp
x, dilakukan dengan membagi daerah menjadi empat bagian dengan luas masing-masing A1, A2, A3 dan A4. Momen
terhadap nilai keanggotaan masing-masing adalah M1, M2, M3 dan M4. Rumus untuk menghitung nilai
crisp
titik pusat yaitu : Titik Pusat =
Momen Luas
=
M A
Ket : -M adalah momen terhadap nilai keanggotaan -A adalah luas masing-masing daerah solusi
fuzzy
Perhitungan nilai momen M: M1 =
325 300
325 300
= 989,583 M2 =
425 325
= 9375
Universitas Sumatera Utara
M3 =
475 425
475 425
= 11354,166 M4 =
550 475
= 28828,125 M5 =
700 550
700 550
= -33750 Perhitungan nilai luas A:
A1 =
Alas Tinggi 2
=
325-300 0,25 2
= 3,125 A2 = Panjang x Lebar = 425
– 325 x 0,25 = 25 A3 =
Jumlah isi ejajar Tinggi 2
=
0,25 0,75 475-425 2
= 25 A4 = Panjang x Lebar = 550
– 475 x 0,75 = 56,25 A5 =
Alas Tinggi 2
=
700-550 0,25 2
= 18,75 Perhitungan titik pusat:
Titik Pusat
=
Momen M Luas A
=
989,583 9375 11354,166 28828,125 -33750 3,125 25 25 56,25 18,75
=
16796,875 128,125
=
131,097
Universitas Sumatera Utara
Maka, hasil evaluasi variabel
input
proses FMEA untuk nilai S=5, O=5,
D=4 adalah 131,097.
5.2.3.5.7.4. Perhitungan Nilai FRPN Variabel
Input
S=5, O=6, D=2 A.
Aplikasi Fungsi Implikasi
Evaluasi variabel
input
untuk nilai S=5, O=6, D=2, yaitu : Aturan 1 :
Nilai
input
S
Severity
, untuk kategori VL
Very Low
bernilai 0 Nilai
input
O
Occurance
, untuk kategori VL
Very Low
bernilai 0 Nilai
input
D
Detection
, untuk kategori VL
Very Low
bernilai 0 Maka, dengan menggunakan fungsi implikasi minimum diperoleh :
Aturan 1 A1 = min µS VL [5]; µO VL [6]; µD VL [2] = min 0, 0, 0
= 0 Evaluasi variabel
input
selengkapnya dapat dilihat pada tabel 5.25. Tabel 5.25. Evaluasi Variabel
Input
S=5, O=6, D=2 Aturan
S = 5 O = 6
D = 2 Nilai A
Min Kategori µS[x] Kategori µO[x] Kategori µD[x]
1 VL
VL VL
0.33 2
VL VL
L 0.67
3 VL
VL M
4 VL
VL H
5 VL
VL VH
6 VL
L VL
0.33 7
VL L
L 0.67
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.25. Evaluasi Variabel
Input
S=5, O=6, D=2 Lanjutan Aturan
S = 5 O = 6
D = 2 Nilai A
Min Kategori µS[x] Kategori µO[x] Kategori µD[x]
8 VL
L M
9 VL
L H
10 VL
L VH
11 VL
M 0.75
VL 0.33
12 VL
M 0.75
L 0.67
13 VL
M 0.75
M 14
VL M
0.75 H
15 VL
M 0.75
VH 16
VL H
0.25 VL
0.33 17
VL H
0.25 L
0.67 18
VL H
0.25 M
19 VL
H 0.25
H 20
VL H
0.25 VH
21 VL
VH VL
0.33 22
VL VH
L 0.67
23 VL
VH M
24 VL
VH H
25 VL
VH VH
26 L
VL VL
0.33 27
L VL
L 0.67
28 L
VL M
29 L
VL H
30 L
VL VH
31 L
L VL
0.33 32
L L
L 0.67
33 L
L M
34 L
L H
35 L
L VH
36 L
M 0.75
VL 0.33
37 L
M 0.75
L 0.67
38 L
M 0.75
M 39
L M
0.75 H
40 L
M 0.75
VH
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.25 Evaluasi Variabel
Input
S=5, O=6, D=2 Lanjutan Aturan
S = 5 O = 6
D = 2 Nilai A
Min Kategori µS[x] Kategori µO[x] Kategori µD[x]
41 L
H 0.25
VL 0.33
42 L
H 0.25
L 0.67
43 L
H 0.25
M 44
L H
0.25 H
45 L
H 0.25
VH 46
L VH
VL 0.33
47 L
VH L
0.67 48
L VH
M 49
L VH
H 50
L VH
VH 51
M 1
VL VL
0.33 52
M 1
VL L
0.67 53
M 1
VL M
54 M
1 VL
H 55
M 1
VL VH
56 M
1 L
VL 0.33
57 M
1 L
L 0.67
58 M
1 L
M 59
M 1
L H
60 M
1 L
VH 61
M 1
M 0.75
VL 0.33
0.33 62
M 1
M 0.75
L 0.67
0.67 63
M 1
M 0.75
M 64
M 1
M 0.75
H 65
M 1
M 0.75
VH 66
M 1
H 0.25
VL 0.33
0.25 67
M 1
H 0.25
L 0.67
0.25 68
M 1
H 0.25
M 69
M 1
H 0.25
H 70
M 1
H 0.25
VH 71
M 1
VH VL
0.33 72
M 1
VH L
0.67 73
M 1
VH M
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.25. Evaluasi Variabel
Input
S=5, O=6, D=2 Lanjutan Aturan
S = 5 O = 6
D = 2 Nilai A
Min Kategori µS[x] Kategori µO[x] Kategori µD[x]
74 M
1 VH
H 75
M 1
VH VH
76 H
VL VL
0.33 77
H VL
L 0.67
78 H
VL M
79 H
VL H
80 H
VL VH
81 H
L VL
0.33 82
H L
L 0.67
83 H
L M
84 H
L H
85 H
L VH
86 H
M 0.75
VL 0.33
87 H
M 0.75
L 0.67
88 H
M 0.75
M 89
H M
0.75 H
90 H
M 0.75
VH 91
H H
0.25 VL
0.33 92
H H
0.25 L
0.67 93
H H
0.25 M
94 H
H 0.25
H 95
H H
0.25 VH
96 H
VH VL
0.33 97
H VH
L 0.67
98 H
VH M
99 H
VH H
100 H
VH VH
101 VH
VL VL
0.33 102
VH VL
L 0.67
103 VH
VL M
104 VH
VL H
105 VH
VL VH
106 VH
L VL
0.33
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.25. Evaluasi Variabel
Input
S=5, O=6, D=2 Lanjutan Aturan
S = 5 O = 6
D = 2 Nilai A
Min Kategori µS[x] Kategori µO[x] Kategori µD[x]
107 VH
L L
0.67 108
VH L
M 109
VH L
H 110
VH L
VH 111
VH M
0.75 VL
0.33 112
VH M
0.75 L
0.67 113
VH M
0.75 M
114 VH
M 0.75
H 115
VH M
0.75 VH
116 VH
H 0.25
VL 0.33
117 VH
H 0.25
L 0.67
118 VH
H 0.25
M 119
VH H
0.25 H
120 VH
H 0.25
VH 121
VH VH
VL 0.33
122 VH
VH L
0.67 123
VH VH
M 124
VH VH
H 125
VH VH
VH
Pada tabel 5.25. diperoleh aturan-aturan yang memiliki daerah hasil fungsi implikasi minimum yang dapat dilihat pada tabel 5.26. Aturan 61, nilai S
berkategori
Moderate
M, nilai O berkategori
Moderate
M dan nilai D berkategori
Very Low
VL memiliki nilai minimum 0,33 dan berdasarkan
fuzzy rules
pada tabel 5.17. menghasilkan nilai FRPN berkategori
Moderate
M.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.26. Aturan yang Memiliki Daerah Hasil Fungsi Minimum Aturan
S = 5 O = 6
D = 2 Nilai A
Min Nilai
FRPN Kategori µS[x] Kategori µO[x] Kategori µD[x]
61 M
1 M
0.75 VL
0.33 0.33
M 62
M 1
M 0.75
L 0.67
0.67 M-H
66 M
1 H
0.25 VL
0.33 0.25
M-H 67
M 1
H 0.25
L 0.67
0.25 H
1. Aturan 61
Pada saat µFRPN [x] = 0,33, maka nilai x dapat dicari berdasarkan perhitungan fungsi keanggotaan
output Moderate
, sebagai berikut: a. 0,33 = x-200 100
33 = x-200 x
= 233 b. 0,33 = 400-x 100
33 = 400-x x
= 367
µFRPN [x] = {
Grafik fungsi
output
berdasarkan batas nilai untuk µFRPN tersebut dapat dilihat pada gambar 5.25.
Universitas Sumatera Utara
100 200
300 400
500 600
700 800
900 1000
0,25 0,50
0,75 1
N il
ai D
era ja
t K ea
nggot aa
n
µ [x]
Nilai Fungsi Keanggotaan Domain
Gambar 5.25. Grafik Fungsi
Output
Aturan 61 2. Aturan 62
Pada saat µFRPN [x] = 0,67, maka nilai x dapat dicari berdasarkan perhitungan fungsi keanggotaan
output Moderate High
, sebagai berikut:
a. 0,67 = x-300 100 67 = x-300
x = 367
b. 0,67 = 500-x 100 67 = 500-x
x = 433
Universitas Sumatera Utara
µFRPN [x] = {
Grafik fungsi
output
berdasarkan batas nilai untuk µFRPN tersebut dapat dilihat pada gambar 5.26.
100 200
300 400
500 600
700 800
900 1000
0,25 0,50
0,75 1
N il
ai D
era ja
t K ea
nggot aa
n
µ [x]
Nilai Fungsi Keanggotaan Domain
Gambar 5.26. Grafik Fungsi
Output
Aturan 62 3. Aturan 66
Pada saat µFRPN [x] = 0,25, maka nilai x dapat dicari berdasarkan perhitungan fungsi keanggotaan
output Moderate High
, sebagai berikut:
a. 0,25 = x-300 100 25 = x-300
x = 325
Universitas Sumatera Utara
b. 0,25 = 500-x 100 25 = 500-x
x = 475
µFRPN [x] = {
Grafik fungsi
output
berdasarkan batas nilai untuk µFRPN tersebut dapat dilihat pada gambar 5.27.
100 200
300 400
500 600
700 800
900 1000
0,25 0,50
0,75 1
N il
ai D
era ja
t K ea
nggot aa
n
µ [x]
Nilai Fungsi Keanggotaan Domain
Gambar 5.27. Grafik Fungsi
Output
Aturan 66
4. Aturan 67
Pada saat µFRPN [x] = 0,25, maka nilai x dapat dicari berdasarkan perhitungan fungsi keanggotaan
output High
, sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
a. 0,25 = x-400 100 25 = x-400
x = 425
b. 0,25 = 700-x 200 50 = 700-x
x = 650
µFRPN [x] = {
Grafik fungsi
output
berdasarkan batas nilai untuk µFRPN tersebut dapat dilihat pada gambar 5.28.
100 200
300 400
500 600
700 800
900 1000
0,25 0,50
0,75 1
N il
ai D
era ja
t K ea
nggot aa
n
µ [x]
Nilai Fungsi Keanggotaan Domain
Gambar 5.28. Grafik Fungsi
Output
Aturan 67
Universitas Sumatera Utara
B. Pembuatan Kompisisi Semua
Output
Kompisisi semua
output
untuk nilai S=5, O=6, D=2 dengan menggunakan aturan maksimum. Grafik komposisi semua
output
dapat dilihat pada gambar 5.29.
100 200
300 400
500 600
700 800
900 1000
0,25 0,50
0,75 1
100 200
300 400
500 600
700 800
900 1000
0,25 0,50
0,75 1
100 200
300 400
500 600
700 800
900 1000
0,25 0,50
0,75 1
100 200
300 400
500 600
700 800
900 1000
0,25 0,50
0,75 1
N il
ai D
era ja
t K ea
nggot aa
n
µ [x]
Nilai Fungsi Keanggotaan Domain
Gambar 5.29. Komposisi Semua
Output
untuk
Input
S=5, O=6 dan D=2
Berdasarkan perhitungan aplikasi fungsi implikasi tidak terdapat titik potong antara aturan-aturan yang memiliki nilai daerah hasil, sehingga nilai daerah hasil
keseluruhan adalah sebagai berikut :
µFRPN [x] =
{ C.
Proses Defuzzifikasi
Proses defuzzifikasi dilakukan dengan metode
centroid
. Tahap ini, dilakukan dengan pengubahan terhadap himpunan
fuzzy
pada variabel
input
S
Severity
, O
Universitas Sumatera Utara
Occurance
dan D
Detection
yang diperoleh dari komposisi
output
aturan
fuzzy
menjadi bilangan
crisp
tertentu, yaitu nilai FRPN. Solusi daerah
fuzzy
dapat dilihat pada gambar 5.30.
100 200
300 400
500 600
700 800
900 1000
0,25 0,50
0,75 1
100 200
300 400
500 600
700 800
900 1000
0,25 0,50
0,75 1
100 200
300 400
500 600
700 800
900 1000
0,25 0,50
0,75 1
100 200
300 400
500 600
700 800
900 1000
0,25 0,50
0,75 1
A1 A2
A1 A3
A4 A5
A6 A7
N il
ai D
era ja
t K ea
nggot aa
n
µ [x]
Nilai Fungsi Keanggotaan Domain
Gambar 5.30. Solusi Daerah
F uzzy
untuk
Input
S=5, O=6 dan D=2
Untuk memperoleh nilai
crisp
x, dilakukan dengan membagi daerah menjadi empat bagian dengan luas masing-masing A1, A2, A3 dan A4. Momen
terhadap nilai keanggotaan masing-masing adalah M1, M2, M3 dan M4. Rumus untuk menghitung nilai
crisp
titik pusat yaitu : Titik Pusat =
Momen Luas
=
M A
Ket : -M adalah momen terhadap nilai keanggotaan -A adalah luas masing-masing daerah solusi
fuzzy
Universitas Sumatera Utara
Perhitungan nilai momen M: M1 =
233 200
233 200
= 1208,79 M2 =
325 233
= 8470,44 M3 =
367 325
367 325
= 6746,46 M4 =
433 367
= 17688 M5 =
475 433
475 433
= 10358,46 M6 =
650 475
= 24609,375 M7 =
700 650
700 650
= -4166,66 Perhitungan nilai luas A:
A1 =
Alas Tinggi 2
=
233-200 0,33 2
= 5,445 A2 = Panjang x Lebar = 325
– 233 x 0,33 = 30,36
A3 =
Jumlah isi ejajar Tinggi 2
=
0,33 0,67 367-325 2
= 21
Universitas Sumatera Utara
A4 = Panjang x Lebar = 433 – 367 x 0,67 = 44,22
A5 =
Jumlah isi ejajar Tinggi 2
=
0,67 0,25 475-433 2
= 19,32 A6 = Panjang x Lebar = 650
– 475 x 0,25 = 43,75
A7 =
Alas Tinggi 2
=
700-650 0,25 2
= 6,25 Perhitungan titik pusat:
Titik Pusat =
Momen M Luas A
=
1208,79 8470,44 6746,46 17688 10358,46 24609,375 -4166,66 5,445 30,36 21 44,22 19,32 43,75 6,25
=
64914,865 170,355
= 381,056
Maka, hasil evaluasi variabel
input
proses FMEA untuk nilai S=5, O=6, D=2 adalah
381,056. Hasil FRPN dapat diliha pada tabel 5.27. berikut :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.27.
F uzzy
FMEA Produk Pakan Ternak Ayam
Crumble
Mode Kegagalan
Efek Kegagalan Penyebab
Kegagalan Metode Deteksi
FRPN
Butiran Hancur
Tampilan produk jelek, sehingga mengganggu fungsi produk secara
keseluruhan, produk tidak diterima oleh konsumen dan penggunaan
butiran yang hancur dapat diproduksi ulang
rework
Proses penggilingan
tidak halus Periksa mesin
penggilingan sebelum
dilakukannya proses produksi
783,860
Mesin penyaringan
tidak bekerja optimal
Periksa setiap bagian-bagian
mesin penyaringan agar
tidak adanya sisa-sisa bahan
yang tersangkut 712,362
Butiran Belang
Tampilan produk tidak menarik, produk pasti dikembalikan oleh
konsumen dan penggunaan butiran yang belang 100 dapat diproduksi
ulang
rework
Proses
steam
uap tidak stabil
Memperhatikan temperatur pada
suhu yang tepat 131,097
Computer comco
sering
error
menghambat proses
produksi Periksa apakah
computer comco
dalam kondisi yang baik atau
tidak 381,056
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan tabel 5.27, diperoleh nilai FRPN tertinggi sebesar 783,860 dengan penyebab kegagalan yaitu proses penggilingan tidak halus, yang merupakan
jenis kegagalan yang dijadikan sebagai prioritas pertama untuk segera dilakukan perbaikan.
5.2.4.
Improve
Usulan Perbaikan
Pada tahapan ini dilakukan penetapan rencana tindakan atau usulan perbaikan untuk melakukan peningkatan kualitas. Pada dasarnya rencana-rencana
tindakan akan mendeskripsikan tentang alokasi sumber-sumber daya serta prioritas danatau alternatif yang dilakukan dalam implementasi dari rencana tersebut.
Perbaikan dilakukan terhadap semua sumber yang berpotensi untuk menciptakan produk cacat berdasarkan hasil analisis diagram sebab akibat
cause and effect diagram
dan prioritas tindakan perbaikan didasarkan pada nilai FRPN
fuzzy risk priotity number
hasil dari analisi
fuzzy
FMEA.
5.2.4.1. Faktor Manusia Operator
Faktor manusia merupakan salah satu penyebab terjadinya kecacatan produk pakan ternak ayam
crumble
. Oleh karena itu diperlukan beberapa perbaikan terhadap kinerja dari manusiaoperator, sehingga potensi yang menyebabkan
kecacatan dapat dicegah, yaitu dengan :
Universitas Sumatera Utara
1. Memeriksa mesin penggilingan
hammer mill
sebelum dilakukannya proses produksi, sehingga dapat diketahui mesin penggilingan telah bekerja dalam
keadaan optimal atau belum. 2.
Memeriksa setiap bagian-bagian mesin penyaringan agar tidak adanya sisa-sisa bahan yang masih tersangkut dan tidak menghalangi kelancaran selama proses
produksi. 3.
Memperhatikan dan diawasi temperatur yang tertera pada mesin
steam
agar tetap dalam suhu yang tepat.
4. Memeriksa
computer comco
sebagai pengatur semua mesin dalam kondisi yang baik atau tidak, karena bisa menganggu jalannya proses produksi.
5. Melakukan pemeriksaan takaran yang tepat pada saat pencampuran bahan
pakan, sehingga produk yang dihasilkan sesuai dengan standar mutu yang telah ditetapkan perusahaan.
5.2.4.2. Faktor Metode
Faktor metode merupakan salah satu penyebab terjadinya kecacatan produk pakan ternak ayam
crumble
. Perbaikan yang perlu dilakukan pada faktor metode ini adalah perusahaan membuat jadwal produksi yang tepat untuk setiap jenis
produknya, agar tidak terjadi jadwal yang tidak teratur dan mengganggu proses produksi dengan hanya berpatokan pada kejar target.
Universitas Sumatera Utara
5.2.4.3. Faktor Mesin
Faktor mesin merupakan salah satu penyebab terjadinya kecacatan produk pakan ternak ayam
crumble
. Oleh karena itu diperlukan beberapa perbaikan terhadap mesin agar bekerja optimal, sehingga potensi yang menyebabkan kecacatan
dapat dicegah, yaitu dengan : 1.
Melakukan
maintenance
secara berkala terhadap mesin penggilingan
hammer mill
, apabila ada yang bermasalah pada mesin
hammer mill
dilakukan pergantian elemen-elemen ataupun roll yang terdapat pada mesin tersebut.
Agar bekerja optimal selama berjalannya proses produksi. 2.
Melakukan
maintenance
secara berkala terhadap mesin penyaringan dan dibersihkan setiap bagian-bagian mesin penyaringan agar tidak adanya sisa-
sisa bahan yang masih tersangkut agar tidak menghalangi kelancaran selama proses produksi.
3. Melakukan
maintenance
secara berkala terhadap mesin
computer comco
dan sistem program PLC sebagai pengatur semua mesin dalam kondisi yang baik
atau tidak, karena bisa menganggu jalannya proses produksi.
5.2.4.4. Faktor Material
Faktor material merupakan salah satu penyebab terjadinya kecacatan produk pakan ternak ayam
crumble
. Dilakukan perbaikan berupa pemeriksaan setiap kadar bahan baku sudah sesuai standar atau belum, sebelum dilakukan proses
Universitas Sumatera Utara
pencampuran antar bahan maupun sebelum masuk proses produksi, agar produk yang dihasilkan sesuai dengan spesifikasi perusahaan.
5.2.5.
Control
Pada tahap
c ontrol
, hasil-hasil peningkatan kualitas didokumentasikan dan disebarluaskan, praktek-praktek terbaik yang sukses dalam meningkatkan proses
distandarisasikan dan disebarluaskan, prosedur-prosedur didokumentasikan dan dijadikan pedoman kerja standar, serta kepemilikan atau tanggung jawab ditransfer
dari tim
Six Sigma
kepada pemilik atau penanggung jawab proses. Tujuan dilakukannya
control
, supaya kegagalan yang pernah terjadi tidak terulang lagi. Tindakan yang telah dilakukan yaitu :
1. Memeriksa mesin penggilingan
hammer mill
sebelum dilakukannya proses produksi dan dilakukan
maintenance
secara berkala terhadap, apabila ada yang bermasalah pada mesin
hammer mill
dilakukan pergantian elemen-elemen ataupun roll yang terdapat pada mesin tersebut. Agar bekerja optimal selama
berjalannya proses produksi. 2.
Memeriksa setiap bagian-bagian mesin penyaringan agar tidak adanya sisa-sisa bahan yang masih tersangkut dan
maintenance
secara berkala terhadap mesin penyaringan dan dibersihkan setiap bagian-bagian mesin penyaringan agar
tidak adanya sisa-sisa bahan yang masih tersangkut agar tidak menghalangi kelancaran selama proses produksi.
Universitas Sumatera Utara
3. Memperhatikan dan diawasi temperatur yang tertera pada mesin
steam
agar tetap dalam suhu yang tepat
4. Memeriksa
computer comco
sebagai pengatur semua mesin dalam kondisi yang baik atau tidak, karena bisa menganggu jalannya proses produksi dan
dilakukan
maintenance
secara berkala terhadap mesin
computer comco
dan sistem program PLC sebagai pengatur semua mesin dalam kondisi yang baik
atau tidak, karena bisa menganggu jalannya proses produksi. 5.
Melakukan pemeriksaan takaran yang tepat pada saat pencampuran bahan pakan, sehingga produk yang dihasilkan sesuai dengan standar mutu yang telah
ditetapkan perusahaan. 6.
Melakukan perhitungan DPMO dan nilai
sigma
secara berkala tiap periodenya untuk mengetahui kemampuan proses dalam menghasilkan produk tanpa cacat
per satu juta kesempatan. 7.
Melakukan perhitungan peta kontrol untuk mengetahui kestabilan proses secara berkala tiap periodenya.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH
6.1. Analisis Tahap
Define
Pada penelitian ini fokus penelitian hanya pada jenis pakan ternak ayam
crumble
butiran dikarenakan banyak dilakukan aktivitas
rework
untuk produk ini. Dari hasil wawancara, dokumentasi perusahaan dan pengumpulan data langsung
dengan menggunakan kuesioner terbuka dapat diketahui terdapat 3 jenis CTQ
Critical To Quality
yaitu butiran belang, butiran basah dan butiran hancur.
6.1.2. Analisis Tahap
Measure
6.1.2.1.Analisis DPMO
Defect Per Million Oppurtinities
dan Nilai Sigma
Adapun hasil perhitungan nilai DPMO dan nilai
six sigma
dapat dilihat pada tabel 6.1.
Tabel 6.1. Hasil Perhitungan Nilai DPMO dan Nilai Sigma
No. Bulan
Nilai DPMO
Nilai Sigma
1 Agustus 2014
7.542 3,93
2 September 2014
6.299 3,99
3 Oktober 2014
7.899 3,91
4 November 2014
5.994 4,01
5 Desember 2014
4.990 4,08
6 Januari 2015
7.167 3,95
7 Februari 2015
6.18 4,00
8 Maret 2015
8.489 3,89
9 April 2015
8.468 3,89
Universitas Sumatera Utara