panitera muda dalam bidang hukum dan perpustakaan, dokumentasi, bidang banding dan kasasi.
7
Oleh karena itu peradilan agama yang merupakan pengadilan tingkat pertama di Kabupaten atau di Kota Madya daerah tingkat II yang berfungsi menerima, memutuskan dan
menyelesaikan perkara-perkara antara orang-orang yang beragama Islam dibidang perkawinan, kewarisan, wasiat, hibah, wakaf, dan shodaqoh berdasarkan hukum Islam,
semuanya itu dapat berjalan atau tidak bergantung kepada fungsi peradilan agama itu sendiri dan yang paling utama adalah fungsi daripada hakim. Dengan demikian hakim bertanggung
jawab penuh dalam melaksanakan tugasnya terhadap setiap perkara yang diajukan kepadanya baik, ia sebagai hakim ketua majlis maupun sebagai hakim anggota majlis.
8
B. Jenis Perkara Yang Menjadi Wewenang Pengadilan Agama
Tugas dan wewenang pengadilan agama pada pokoknya adalah: Sebagai pengadilan tingkat pertama atau badan pemeriksa kehakiman adalah memeriksa,
menerima dan memutus perkara perselisihan hukum antara orang-orang Islam mengenai bidang hukum perdata tertentu yang harus diputus berdasarkan syari’at Islam. Perkara-
perkara yang menjadi wewenang absolut peradilan agama dapat dilihat dalam pasal 2a Statblaad 1937 No. 116 yang isinya sama dengan pasal 3 Statblaad 1937 No. 638 dan berlaku
bagi peradilan agama di Jawa, Madura dan sebagian Kalimantan Selatan. Perkara tersebut adalah:
7
Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata, h. 283-284
8
Ibid. h. 16
1. Perselisihan antara suami istri yang beragama Islam. 2. Perkara-perkara NTR nikah, talak, rujuk dan perceraian.
3. Memberi putusan perceraian. 4. Menyatakan bahwa syarat jatuhnya talak yang digunakan ta’lik talak sudah ada.
5. Mahar termasuk Mut’ah 6. Perkara tentang kehidupan isteri yang wajib diadakan suami nafkah.
Dengan keluarnya Undang-undang Perkawinan No. 1 tahun 1974 maka kekuasaan pengadilan agama selain yang tersebut dalam pasal 2a ayat 1 Statblaad 1882 No. 152 jo
Statblaad 1937 dan No. 116 dan 610 untuk Jawa, Madura, pasal 3 ayat 10 Stlb 1937 No. 638 untuk Kalimantan Selatan, dan pasal 4 ayat 1 PP 4557, untuk diluar Jawa-Madura, dan
Kalimantan Selatan, berdasarkan ketentuan pasal 63 ayat 1 Undang-undang Perkawinan, maka pengadilan agama diberi tugas pula memeriksa dan menyelesaikan perkara-perkara
9
: a.
Izin seorang suami untuk beristri lebih dari seorang pasal 4 ayat 1 UUP. b. Izin kawin sebagai dimaksud dalam pasal 6 ayat 5 UUP.
c. Dispensasi kawin pasal 7 ayat 2 UUP.
d. Pencegahan perkawinan pasal 17 ayat 1 UUP. e.
Penolakan perkawinan oleh pegawai pencatatan perkawinan pasal 21 ayat 3 UUP. f.
Pembatalan perkawinan pasal 25 UUP. g. Gugatan suami dan istri atas kelalaian pihak lain dalam menunaikan kewajibannya
masing-masing. h. Penyaksian talak pasal 39 UUP.
i. Gugatan perceraian pasal 40 ayat 1 UUP.
j. Penentuan kekuasaan anak-anak Hadhonah pasal 41 sub a UUP.
k. Penentuan biaya penghidupan bagi bekas istri pasal 41 sub c UUP. l.
Penentuan biaya pemeliharaan dan pendidikan anak pasal 41 sub c UUP. m. Penentuan tentang sahtidak sahnya anak dasar tuduan zina oleh suami terhadap istri
pasal 11 ayat 2 UUP.
9
Undang-Undang Perkawinan di Indonesia dan Kompilasi Hukum Islam, Surabaya: Arkola, 2000.
n. Memberikan pelayanan kebutuhan rohaniawan Islam untuk pelaksanaan penyumpahan pegawaipejabat yang beragama Islam. Permenag. No. 11989.
o. Melaksanakan hisab dan rukyat hilal. p. Menyelesaikan permohonan pertolongan harta peninggalan di luar sengketa antara
orang-orang yang beragama Islam yang dilakukan berdasarkan hukum Islam pasal 107 ayat 2 UU No. 71989.
10
Tentang kewenangan dan kekuasaan pengadilan agama dicantumkan pula dalam bab III Undang-undang No. 7 tahun 1989 yang meliputi pasal: 49 sampai dengan pasal 53. Pasal
49 adalah pasal yang menentukan wewenang pengadilan agama secara mutlak, yang berarti bidang-bidang hukum mutlak Kompentesi Absolut dari peradilan agama. Bidang-bidang
hukum perdata tersebut adalah: a. Perkawinan
b. Wasiat c. Wakaf, hibah dan shadaqah.
11
Kalau kita lihat bidang-bidang tertentu dan hukum perdata ini, maka yang dapat kita katakan, bahwa kompetensi absolut peradilan agama adalah bidang hukum keluarga dari
orang-orang yang beragama Islam, seperti juga terdapat dibeberapa negara lain.
12
Yang dimaksud bidang perkawinan, yaitu yang diatur dalam Undang-undang Perkawinan No. 1 tahun 1974 seperti yang telah disebutkan diatas.
Dalam kasus sengketa perkawinan, kalau salah satu atau kedua belah pihak berpindah agama, maka secara teoritis dapat diambil dua hal untuk menentukan pengadilan yang
berwenang Pengadilan Negeri atau Pengadilan Agama yaitu azas personalitas, yaitu hukum yang menguasai hubungan dengan kedua belah pihak sebelum pindah agama. Mahkamah
10
Ibid, h. 179-212
11
Wawancara Pribadi dengan Nadlroh Hasun Panitera Muda Perkara Pengadilan Agama Tangerang, Tangerang 18 Oktober 2006.
12
M. Yahya Harahap, Kedudukan dan Kewenangan Peradilan Agama, h. 92
Agung dengan beberapa putusannya mengambil ukuran kedua. Dengan demikian dalam kasus sengketa perkawinan, yang perkawinan itu dilakukan menurut hukum Islam, maka tetaplah
pengadilan agama yang berwenang walaupun salah satu pihak atau kedua belah pihak telah berpindah agama.
13
Demikian pula sebaliknya, kalau perkawinan dilakukan secara non Islam, maka tetaplah pengadilan negeri yang berwenang walaupun salah satu atau kedua belah pihak telah
beralih agama masuk Islam. Dalam soal kewarisan, maka yang menentukan hukum waris.
14
C. Jumlah Perkara Yang Terdapat di Pengadilan Agama Tangerang