BAB IV PEMBAHASAN
A. Struktur Novel Negeri 5 Menara Karya Ahmad Fuadi 1.
Tema Tema merupakan gagasan pokok pengarang yang mengikat
keseluruhan cerita. Penentuan tema didasarkan pada detail cerita yang menonjol, sebab disitulah biasanya sesuatu yang ingin disampaikan
ditempatkan. Dari awal hingga akhir cerita, pencerita berulang kalimenceritakan
bagaimana para tokoh dengan kesungguhan hati bisa meraih cita-citadengan kallimat “Manjadda wajada”, siapa yang bersungguh-sungguh maka akan
berhasil. Penceritaseolah memberikan penekanan bahwa hal itulah yang menjadi persoalan utama novel ini. Perjuangan dalam kesungguhan meraih
cita-cita sebagai masalah utama ditonjolkan melalui tokoh utama Alif, seorang pemuda Minangkabauyang inginmelanjutkan pendidikan ke SMA
kemudian menjadi seorang Insinyur seperti pak Habibie. Seperti kutipan berikut.
Bagiku tiga tahun di madrasah tsanawiyah rasanya sudah cukup untuk mempersiapkan dasar ilmu agama. Kini saatnya ku mendalami
ilmu non agama. Aku ingin kuliah di UI, ITB dan terus ke Jerman seperti pak Habibie. Aku ingin menjadi orang yang mengerti teori-
teori ilmu modern, bukan hanya ilmu fiqh dan hadist. Aku ingin suaraku didengar di civitas academica, atau dewan gubernur atau rapat
manajer, bukan hanya berceramah di mimbar surau di kampungku.
81
Dengan mimpinya itu, Alif tentu harus berusaha sungguh-sungguh supaya cita-citanya bisa tercapai. Tahap awal bisa terlewati, Alif pun bisa
membuktikannya dengan mendapat nilai kelulusan yang baik di MTs Madrasah Tsanawiyah. Akan tetapi, keinginan Alif tak sejalan dengan
81
Ahmad Fuadi, Negeri 5 Menara, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2009. h. 8-9.
51
keinginan ibunya. Dengan setengah hatiakhirnya
Alif mengabulkan permintaan ibunya melanjutkan pendidikan ke Pondok Pesantren.
Meski awalnya setengah hati, tapi pada akhirnya Alif mengikuti dengan senang hati. Di pondoklah ia pertamakalidiperkenalkan kalimatMan
Jadda Wajada yang mengubah pemikiran Alif terhadap sekolah agama yang semula tidak ingin dijalaninya, sampai akhirnya di PMia menemukan impian
barunya menjadi seorang wartawan. Seperti kutipan berikut. Diam-diam aku mulai mempertimbangkan mengganti cita-citaku
dari Habibie menjadi wartawan Tempo.
82
Dengan tekad dan usaha yang sungguh-sungguh akhirnya impiannya terwujud bahkan impiannya yang lain menginjakkan kaki di negeri Paman
Sam, Amerika Serikat pun terwujud. Seperti kutipan berikut. Posisi kantorku hanya sepelemparan batu dari di The Capitol,
beberapa belas menit naik mobil ke kantor George Bush di Gedung Putih, kantor Colin Powell di Departement of state, markas FBI, dan
Pentagon. Lokasi impian banyak wartawan.
83
Selain Alif, kalimatMan Jadda Wajadatelah menghipnotis kelima sahabat pondoknya Atang, Baso, Dulmajid, Raja,dan Said, yang akrab
dipanggil dengan sahibul menara. Merekamenggantungkan cita-cita dengan mengimajinasikan awan sebagai tempat yang akan mereka kunjungi, hingga
akhirnya mereka pun berhasil mencapai impian dan cita-cita mereka. Seperti kutipan berikut.
Dulu kami melukis langit dan membebaskan imajinasi itu lepas membumbung tinggi. Aku melihat awan yang seperti benua Amerika,
Raja bersikeras awan yang sama berbentuk Eropa, sementara Atang tidak yakin dengan kami berdua, dan sangat percaya bahwa awan ini
berbentuk benua Afrika, Baso malah melihat semua ini dalam konteks Asia, sedangkan Said dan Dulmajid sangat nasionalis, awan itu
berbentuk peta negara kesatuan Indonesia. Dulu kami tidak takut bermimpi,
walau sejujurnya
juga tidak
tahu bagaimanamerealisasikannya. Tapi lihatlah hari ini. Setelah kami
mengerahkan segala ikhtiar dan menggenapkan dengan doa, Tuhan mengirim benua impian ke pelukan masing-masing. Kun fayakun,
82
Ibid., h. 172.
83
Ibid., h. 2.