untuk kepentingan umum disamping sejumlah kelemahan yang dimilikinya, diantaranya tentang list provition atau daftar kegiatan yang mengatur kepentingan umum demikian
luasnya, kemudian kehadiran lembaga konsinyasi yang di dalam implementasinya menyimpang dari maksud dan tujuan lembaga tersebut. Akhirnya oleh Presiden
diterbitkan Perpres RI No. 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.
Dibentuknya Perpres RI No. 36 Tahun 2005 ini yang lahir di era reformasi telah melahirkan kembali beragam kontroversi dan reaksi dari berbagai kalangan, disebabkan
bermacam kelemahan yang ada di dalamnya, diantaranya makna kepentingan umum yang diartikan terlalu umum sehingga dapat melahirkan multi tafsir, bidang kegiatan yang
bersifat kepentingan umum juga terlalu luas, dan lain sebagainya. Menanggapi kontroversi dan berbagai kritikan, akhirnya beberapa pasal dari
Perpres RI No. 36 Tahun 2005 tersebut direvisi dengan diterbitkannya Perpres RI. No. 65 Tahun 2006 yang mulai berlaku pada tanggal 05 Juni 2006.
2. Asas-Asas Dalam Pengadaan Tanah.
Kegiatan pelaksanaan pengadaan tanah melibatkan dua pihak, yaitu masyarakat pemegang hak atas tanah yang tanahnya akan dipakai dalam pembangunan dan instansi
pemerintah yang memerlukan tanah dimaksud. Menjadi kewajiban bagi masyarakat untuk merelakan tanah yang dimiliki jika tanah tersebut diperlukan untuk menunjang kegiatan
pembangunan, namun demikian kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat tersebut jangan sampai menjadi lebih menurun dari keadaan sebelumnya setidak-tidaknya setara dengan
Universitas Sumatera Utara
kondisi sebelum tanahnya dipakai oleh pihak lain untuk mendukung pembangunan. Oleh karena itu, pengadaan tanah dilakukan dengan mengindahkan asas-asas yang ada.
Achmad Rubaie mengatakan “Asas-asas tersebut dimaksudkan untuk melindungi hak setiap orang atas tanahnya agar tidak dilanggar atau dirugikan ketika
berhadapan dengan keperluan negara atas tanah untuk pembangunan bagi kepentingan umum”.
64
Asas-asas dimaksud adalah : a.
Asas Kesepakatan. Dengan asas kesepakatan dimaksudkan bahwa seluruh kegiatan pengadaan tanah
dilakukan berdasarkan kesepakatan antara pihak yang memerlukan tanah dan pemegang hak atas tanah.
65
Kesepakatan dilakukan atas dasar persesuaian kehendak kedua belah pihak tanpa adanya unsur paksaan, kekhilapan, dan penipuan.
66
Hal ini berarti bahwa kegiatan pembangunan fisik baru dapat dilakukan jika telah terjadi kesepakatan antara
para pihak yaitu pihak yang memerlukan dan dengan pemilik tanah serta ganti rugi telah dibayarkan.
b. Asas Kemanfaatan.
Dengan dilakukannya pengadaan tanah diharapkan mendatangkan manfaat positif bagi pihak yang memerlukan tanah, masyarakat yang terkena dampak dan masyarakat
luas. Manfaat dari hasil kegiatan pembangunan tersebut harus dapat dirasakan oleh masyarakat secara keseluruhan.
67
c. Asas Keadilan.
64
Achmad Rubaie. Op cit. Hal : 29.
65
Maria Sumardjono. Tanah Dalam Persfektif Hak EkonomiSosial Dan Budaya. Op cit. Hal : 282.
66
Achmad Rubaie. Op cit . Hal : 30.
67
Maria Sumardjono. Tanah Dalam Perspektif Hak ekonomiSosial Dan Budaya. Op cit. Hal : 282.
Universitas Sumatera Utara
Dengan asas keadilan ini dimaksudkan bahwa kepada masyarakat yang terkena pembebasan tanah atau pengadaan tanah diberikan ganti rugi yang dapat memulihkan
kondisi sosial ekonominya, minimal setara dengan keadaan semula, dengan memperhitungkan kerugian terhadap faktor fisik maupun non fisik.
68
Disisi lain keadilan juga harus meliputi pihak yang membutuhkan tanah agar dapat memperoleh tanah sesuai
dengan rencana peruntukannya dan memperoleh perlindungan hukum.
69
d. Asas Kepastian Hukum.
Pelaksanaan pengadaan tanah harus memenuhi asas kepastian hukum, yaitu dilakukan dengan cara yang diatur dalam peraturan perundang-undangan dimana semua
pihak dapat mengetahui dengan pasti hak dan kewajibannya masing-masing.
70
Kepastian hukum juga harus terdapat dalam hukum itu sendiri, dimana tiada satu pun kalimat atau
bahasa yang terdapat dalam undang-undang menimbulkan penafsiran yang berbeda.
71
e. Asas Keterbukaan.
Dengan asas keterbukaan ini dimaksudkan bahwa dalam proses pengadaan tanah, rencana pengadaan tanah untuk pembangunan demi kepentingan umum harus
dikomunikasikan kepada masyarakat pemilik tanah mengenai tujuan, peruntukan tanah, dan besarnya ganti rugi, serta tata cara pembayaran ganti rugi dan keseluruhan proses
administrasi atas pelepasan tanah tersebut.
72
Asas keterbukaan ini mempunyai arti penting dalam setiap pelaksanaan pengadaan tanah untuk menghindari kekeliruan yang
dapat menimbulkan konfik. Keterbukaan dalam menyampaikan informasi tentang
68
Ibid.
69
Syafruddin Kalo. Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum. Op cit. Hal : 156.
70
Achmad Rubaie. Op cit. Hal : 32.
71
Syafruddin Kalo. Op cit. Hal : 154.
72
Achmad Rubaie. Op cit. Hal : 34.
Universitas Sumatera Utara
rencana pengadaan tanah dapat dilakukan misalnya melalui penyuluhan atau media informasi lainnya. Pasal 7 huruf c Perpres RI No. 65 Tahun 2006 menyatakan :
Tugas Panitia Pengadaan Tanah adalah memberikan penjelasan atau penyuluhan kepada masyarakat yang terkena rencana pembangunan danatau pemegang hak atas
tanah mengenai rencana dan tujuan pengadaan tanah tersebut dalam bentuk konsultasi publik baik melalui tatap muka, media cetak, maupun media elektronik agar dapat
diketahui oleh seluruh masyarakat yang terkena rencana pembangunan danatau pemegang hak atas tanah.
Selanjutnya pasal 19 ayat 1 Peraturan Ka. BPN No. 3 Tahun 2007 menyatakan “Panitia Pengadaan Tanah KabupatenKota bersama instansi pemerintah yang
memerlukan tanah melaksanakan penyuluhan untuk menjelaskan manfaat, maksud dan tujuan pembangunan kepada masyarakat serta dalam rangka memperoleh kesediaan dari
para pemilik”. Asas keterbukaan tersebut di atas dihubungkan dengan pasal 19 ayat 1 Peraturan
Ka. BPN No. 3 Tahun 2007, mengesankan bahwa penyuluhan itu hanya merupakan komunikasi satu arah, menjelaskan manfaat berarti berisikan penjelasan hal-hal yang
positif saja. f.
Asas Partisipasi. Peran serta seluruh pihak yang terkait secara aktif dalam setiap tahap pengadaan
tanah mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi, diperlukan agar menimbulkan rasa ikut memiliki dan hal ini dapat meminimalkan penolakan masyarakat terhadap
kegiatan yang bersangkutan.
73
g. Asas Kesetaraan.
73
Maria Sumardjono. Tanah Dalam Persfektif Hak Ekonomi Sosial Dan Budaya. Op cit. Hal : 283.
Universitas Sumatera Utara
Asas ini dimaksudkan untuk menempatkan posisi pihak yang memerlukan tanah dan pihak yang tanahnya akan dilepaskan harus diletakkan sejajar dalam seluruh proses
pengambilalihan tanah.
74
Asas ini jika dihubungkan dengan Perpres pengadaan tanah, memperlihatkan posisi pemilik tanah dengan instansi pengguna tanah tidak setara.
Ketidak setaraan ini terlihat dari masih dikenalnya lembaga penitipan uang ganti rugi atau konsinyasi.
h. Asas Minimalisasi Dampak dan Kelangsungan Kesejahteraan Ekonomi.
Dengan asas ini dimaksudkan dampak negatif pengadaan tanah sedapat mungkin diminimalkan, disertai dengan upaya untuk memperbaiki taraf hidup masyarakat yang
terkena dampak sehingga kegiatan sosial ekonomi masyarakat tidak mengalami kemunduran.
75
Kalau memungkinkan, terjadi peningkatan taraf hidup masyarakat menjadi lebih baik pasca dilakukannya pelepasan hak.
Mengingat asas-asas hukum tersebut merupakan unsur terpenting dari peraturan hukum, jantungnya hukum dari peraturan tentang pengadaan tanah untuk kepentingan
umum, Achmad Rubaie memandang, “Aparat penegak hukum, panitia pengadaan tanah, anggota legistatif dan eksekutif, investor, dan setiap anggota masyarakat harus
memahami asas-asas tersebut guna menjadi pedoman dan spirit hukum dalam prakterk pengadaan tanah untuk kepentingan umum”.
76
Apabila asas-asas pengadaan tanah tersebut di atas dapat dijadikan pedoman oleh pihak-pihak yang terkait dalam pengadaan tanah, maka ekses-ekses negatif yang selalu
timbul dalam pengadaan tanah dapat dihindari sehingga pelaksanaan pengadaan tanah
74
Achmad Rubaie. Op cit. Hal : 35.
75
Maria Sumardjono. Tanah Dalam Persfektif Hak Ekonomi Sosial Dan Budaya. Op cit. Hal : 284.
76
Achmad Rubaie. Op cit. Hal : 36.
Universitas Sumatera Utara
dapat berjalan dengan lancar yang pada akhirnya pembangunan juga akan terlaksana dengan baik.
3. Tata Cara Pengadaan Tanah.