F. Metode Penelitian.
1. Sifat dan Metode Pendekatan Penelitian.
Penelitian ini bersifat preskriptif, artinya suatu penelitian yang ditujukan untuk mendapatkan saran-saran mengenai apa yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah-
masalah tertentu.
49
Pendekatan yang dipergunakan adalah pendekatan perundang- undangan statute approach. Pendekatan ini dilakukan dengan menelaah semua undang-
undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan permasalahan yang sedang diteliti.
50
2. Sumber Data.
Di dalam penelitian ini sumber data terdiri atas : a. Bahan hukum primer, yakni bahan hukum yang terdiri atas peraturan perundangan-
undangan.
51
b. Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang terdiri atas buku-buku teks text books, jurnal-jurnal hukum, pendapat para sarjana, kasus-kasus hukum,
jurisprudensi, dan hasil-hasil simposium mutahir, yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.
52
c. Bahan hukum tersier, adalah bahan-bahan hukum yang memberikan petunjuk atau
penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Misalnya
49
Soerjono Soekanto. Pengantar Penelitian Hukum. Cet. Ke – 3. Jakarta : Universitas Indonesia. 1986. Hal : 10.
50
Peter Mahmud Marzuki. Penelitian Hukum. Cet. Ke – 3. Jakarta : Kencana Prenada Media Group. 2007. Hal : 93.
51
Jhony Ibrahim. Teori Dan Penelitian Hukum Normatif. Malang : Bayumedia Publising. 2006. Hal : 295.
52 Ibid.
Universitas Sumatera Utara
abstrak perundang-undangan, eksiklopedi hukum, indeks majalah hukum, dan lain- lain.
53
3. Tehnik dan Alat Pengumpul Data.
Untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian ini digunakan teknik penelitian kepustakaan library research. Alat yang dipakai untuk mengumpulkan data
adalah studi dokumen.
4. Analisa Data.
Analisa data di dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif. Dengan metode kualitatif dimaksudkan yaitu hasil penelitian diungkapkan
dengan cara menggambarkan dengan kata-kata atau kalimat.
54
53
Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji. Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat. Cet. Ke empat. Jakarta : Raja Grafindo Persada. 1995. Hal : 33.
54
Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi III. Cet. Kesepuluh. Jakarta : Rineka Cipta. 1996. Hal : 243.
Universitas Sumatera Utara
BAB II GANTI RUGI DI DALAM PENGADAAN TANAH
A. Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum.
1. Landasan Hukum Pengadaan Tanah.
Kebutuhan akan tanah terus meningkat dari waktu ke waktu seiring dengan pertambahan penduduk dan semakin pesatnya pembangunan fisik di berbagai bidang
yang dilakukan oleh pemerintah. Namun sayangnya kebutuhan akan tanah dimaksud tidak dapat dipenuhi dengan mudah oleh negara, karena tanah-tanah negara yang tersedia
terbatas jumlahnya. Oleh karenanya tidak terelakkan lagi masyarakat diharapkan dapat berperan serta untuk merelakan tanah yang dimilikinya diambil oleh pemerintah untuk
pembangunan demi kepentingan umum tersebut. Pengambilan tanah-tanah masyarakat dimaksud harus dilakukan dengan landasan
hukum yang jelas. Di dalam perkembangannya, landasan hukum pembebasanpengadaan tanah telah mengalami proses perkembangan sejak unifikasi UUPA No. 5 Tahun 1960.
Diawali dengan diundangkannya UU No. 20 Tahun 1961 yang mengatur tentang pencabutan hak-hak atas tanah dan benda-benda yang ada di atasnya. UU No. 20 Tahun
1961 ini merupakan peraturan pelaksana pasal 18 UUPA No. 5 Tahun 1960, yang menyatakan “Untuk kepentingan bangsa dan negara serta kepentingan bersama dari
rakyat, hak-hak atas tanah dapat dicabut, dengan memberi ganti kerugian yang layak dan menurut cara yang diatur dengan undang-undang”. Dengan kata lain kehadiran UU No.
20 Tahun 1961 ini tidak lain karena instruksi pasal 18 UUPA No. 5 tahun 1960 untuk segera menerbit undang-undang tentang pencabutan hak atas tanah.
Universitas Sumatera Utara