Gambaran Faktor Yang Menyebabkan Ibu Tidak Memberikan Asi Eksklusif Di Lingkungan V Kelurahan Deli Tua Timur Tahun 2008

(1)

KELURAHAN DELI TUA TIMUR

TAHUN 2008

ARNILA AR

NIM : 075102040

K A R Y A T U L I S I L M I A H (K T I)

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEDOKTERAN U N I V E R S I T A S S U M A T R A U T A R A

M E D A N 2 0 0 8


(2)

TA. 2007 – 2008

NAMA : ARNILA AR

NIM : 075102040

JUDUL KTI : GAMBARAN FAKTOR YANG MENYEBABKAN IBU TIDAK MEMBERIKAN ASI EKSLUSIF DI LINGKUNGAN V KELURAHAN DELI TUA TIMUR KECAMATAN DELI TUA TAHUN 2008.

LATAR BELAKANG :

Hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002-2003 pemberian ASI eksklusif pada bayi berumur 2 bulan hanya 64%. Persentase ini menurun dengan jelas menjadi 46% pada bayi berumur 2-3 bulan dan 14% pada bayi berumur 4-5 bulan.

Data yang diperoleh dari PUSKESMAS Deli Tua Timur keberhasilan ASI eksklusif sebesar 65,8% tahun 2005-2006

DESAIN PENELITIAN :

Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif

Disetujui oleh :

Penguji I Penguji II

(dr.Arlinda Sari Wahyuni,M.Kes) ( Ir.dwi Lindarto,MT)

Diketahui oleh : Dosen Pembimbing

(dr. Murniati Manik,MSc,SpKK) NIP : 130 810 210


(3)

Nim : 075102040

Judul : GAMBARAN FAKTOR YANG MENYEBABKAN IBU TIDAK MEMBERIKAN ASI EKSKLUSIF DI LINGKUNGAN V KELURAHAN DELI TUA TIMUR TAHUN 2008

A B S T R A K

Pemberian ASI eksklusif berarti memberikan hanya ASI saja. Ini berarti bayi tidak diberi air putih, teh, minuman ramuan, cairan lain, maupun makanan lain selama 6 bulan pertama usianya Data yang diperoleh dari PUSKESMAS Deli Tua Timur keberhasilan ASI eksklusif sebesar 65,8% tahun 2005-2006. Berdasarkan data diatas jelas bahwa angka tersebut masih dibawah dari ketetapan yang dikomitmenkan pada UU RI No 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas) tahun 2000-2004 yang mencantumkan tingkat pencapaian pemberian ASI eksklusif ibu kepada bayinya, yang harus dicapai yaitu sebesar 80%.

Penelitian ini bersifat deskriptif. Instrumen pengumpulan data yaitu berupa kuesioner tertutup berjumlah 24 pertanyaan. Jumlah populasi sebanyak 39 orang dan seluruhnya dijadikan sampel (Total Sampling). Analisa data dilakukan secara deskriptif dengan table frekuensi dan persentase.

Hasil penelitian diperoleh bahwa gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang ASI termasuk dalam kategori ”baik” yaitu sebanyak 53.8%, gambaran mitos-mitos termasuk dalam kategori buruk yaitu sebanyak 74.4%, dan gambaran persepsi susu formula termasuk dalam kategori buruk yaitu sebanyak 59.0%.

Pengetahuan, mitos-mitos dan persepsi susu formula merupakan sebagian yang menyebabkan ibu tidak memberikan ASI eksklusif. Bagi para ibu diharapkan agar selalu mengikuti penyuluhan yang diadakan oleh tenaga kesehatan sehingga ibu dapat menambah pengetahuan, menghilangkan anggapan yang selama ini salah dan tidak mudah terpengaruh akan promosi susu formula yang ditawarkan.


(4)

Assalammualaikum Wr Wb

Alhamdulillahhirabbil’Alamiin, puji dan syukur penulis hantarkan kepada Illahi Rabbi SWT yang telah memberi rahmat dan karunia-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Gambar faktor Yang Mempengaruhi Ibu Tidak Memberikan ASI Eksklusif di Lingkungan V Kelurahan Deli Tua Timur Tahun 2008” dengan tepat waktu.

Penyusunan penelitian Karya Tulis Ilmiah ini bertujuan sebagai persyaratan dalam menyelesaikan Pendidikan Program D-IV Bidan Pendidik di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (FK USU) Tahun Ajaran 2007/2008.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan penelitian Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca demi hasil yang sempurna demi masa mendatang.

Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Prof. dr. Chairuddin Lubis, DTM & Sp.A(K) Selaku Rektor Universitas

Sumatera Utara

2. Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, SpPD – KGEH Selaku Dekan fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

3. Prof. dr. Guslihan Dasa Tjipta, Sp.A(K) Selaku Pembantu Dekan I fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara


(5)

Karya Tulis Ilmiah sehingga penulis dapat menyusun penelitian Karya Tulis Ilmiah ini dengan benar dan tepat waktu.

5. Dewi E Suza, SKp, MNS, selaku kordinator penyelenggara KTI pada Program D-IV Bidan Pendidik TA 2007/2008.

6. dr. Arlinda Sari Wahyuni, M.Kes, selaku penguji 1 dan Ir. Dwi Lindarto, MT, selaku penguji 2 yang berkesempatan memberikan saran dan kritik demi kesempurnaan penulisan penelitian Karya Tulis Ilmiah ini.

7. Seluruh staf program D-IV Bidan Pendidik dan dosen pengajar yang telah membantu dan menyampaikan ilmunya dalam kegitan belajar mengajar serta membantu dalam penulisan penelitian Karya Tulis Ilmiah ini.

8. Abdul Rahman, selaku Kepala Lurah di Kelurahan DeliTua Timur dan Bidan Desa Deli Tua yang telah membantu peneliti untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penulisan penelitian Karya Tulis Ilmiah ini. 9. Seluruh responden yang telah berbaik hati bersedia memberikan jawaban

dalam kuesioner yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan penelitian Karya Tulis Ilmiah dengan benar.

10.Rinaldi, SH dan Arlina Nike AN (orang tua) tercinta yang telah banyak membantu dan memberikan dukungan moril dan material dengan tulus. Serta Defri, iin, dan Rizki (adik-adik) sehingga penulis dapat menyelesaikan penyususnan penelitian Karya Tulis ilmiah ini dengan baik. 11.Sofyan hakim Siagian, SST (kakak) tersayang yang telah banyak


(6)

12.Seluruh teman se-angkatan di Program D-IV Bidan Pendidik yang telah banyak membantu dalam memberikan pengetahuanya dalam penyusunan penelitian Karya Tulis Ilmiah ini.

Akhir kata kepada seluruh pihak (yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu) yang telah memberikan bantuannya selama ini hingga penyusunan penelitian Karya Tulis Ilmiah ini diselesaikan. Kiranya penulisan ini bermanfaat bagi pembaca.

Semoga Allah SWT memberikan rahmat serta taufik-Nya kepada kita semua, Amiin Ya Rabbal A’lamiin.

Medan, 04 Juli 2008 Penulis

(ARNILA AR) NIM : 0 7 5 1 0 2 0 4 0


(7)

ABSTRAK

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Tujuan Penelitian ... 3

1.2.1. Tujuan Umum ... 3

1.2.2. Tujuan Khusus ... 4

1.3. Pertanyaan Penelitian ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 4

1.4.1. Profesi Tenaga Kesehatan ... 4

1.4.2. Lahan Penelitian ... 5

1.4.2. Peneliti Selanjutnya ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1. Pengetahuan ... 6

2.2. Mitos-mitos ... 6

2.3. Promosi susu formula ... 7

2.4. ASI eksklusif ... 8

2.1.1. Defenisi ... 8

2.1.2. Waktu Pemberian ASI eksklusif... 8

2.1.3. Stadium ASI ... 9

2.1.4. Komposisi zat gizi dalam kolostrum,ASI ... 10

2.1.5. Manfaat pemberian ASI dan keunggulan ASI ... 14

2.1.6. Pelaksanaan mulai dan berhenti memberikan ASI ... 19

2.1.7. Syarat memberikan ASI secara efektif ... 20

2.1.8. Tips pemberian ASI ... 20

2.1.9. Cara menyusui ... 21

2.1.10. Resiko pemberian susu formula ... 22

BAB III KERANGKA KONSEP ... 23

3.1. Kerangka Konsep ... 23

3.2. Defenisi Opersional ... ... 23

BAB IV METODE PENELITIAN ... 25

4.1. Desain Penelitian ... 25

4.2. Populasi dan Sampel ... 25

4.2.1. Populasi ... 25

4.2.2. Sampel ... 26


(8)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 29

4.1. Hasil penelitian ... 29

4.2. Pembahasan ... 35

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 39

4.1. Kesimpulan ... 39

4.2. Saran ... 40 DAFTAR PUSTAKA


(9)

Halaman

1. Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur, Pendidikan, Pekerjaan, dan Paritas di Lingkungan V Kelurahan Deli Tua Timur Tahun 2008...30

2. Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden tentang Pertanyaan Pada

Pengetahuan di Lingkungan V Kelurahan Deli tua Timur Tahun 2008...31 3. Tabel 5.3 Distribusi Pengetahuan Yang Menyebabkan Ibu Tidak

Memberikan ASI eksklusif di Lingkungan V Kelurahan Deli tua Timur

Tahun 2008………..31 4. Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden tentang Pertanyaan Pada

Mitos-mitos di Lingkungan V Kelurahan Deli tua Timur Tahun 2008...32 5. Tabel 5.5 Distribusi Mitos-mitos Yang Menyebabkan Ibu Tidak

Memberikan ASI eksklusif di Lingkungan V Kelurahan Deli tua Timur

Tahun 2008...33 6. Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Responden tentang Pertanyaan Pada

Persepsi Susu Formuladi Lingkungan V Kelurahan Deli tua Timur Tahun 2008...34 7. tabel 5.7 Distribusi Persepsi Susu Formula Yang Menyebabkan Ibu

Tidak Memberikan ASI eksklusif di Lingkungan V Kelurahan Deli tua Timur Tahun 2008...34


(10)

Nim : 075102040

Judul : GAMBARAN FAKTOR YANG MENYEBABKAN IBU TIDAK MEMBERIKAN ASI EKSKLUSIF DI LINGKUNGAN V KELURAHAN DELI TUA TIMUR TAHUN 2008

A B S T R A K

Pemberian ASI eksklusif berarti memberikan hanya ASI saja. Ini berarti bayi tidak diberi air putih, teh, minuman ramuan, cairan lain, maupun makanan lain selama 6 bulan pertama usianya Data yang diperoleh dari PUSKESMAS Deli Tua Timur keberhasilan ASI eksklusif sebesar 65,8% tahun 2005-2006. Berdasarkan data diatas jelas bahwa angka tersebut masih dibawah dari ketetapan yang dikomitmenkan pada UU RI No 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas) tahun 2000-2004 yang mencantumkan tingkat pencapaian pemberian ASI eksklusif ibu kepada bayinya, yang harus dicapai yaitu sebesar 80%.

Penelitian ini bersifat deskriptif. Instrumen pengumpulan data yaitu berupa kuesioner tertutup berjumlah 24 pertanyaan. Jumlah populasi sebanyak 39 orang dan seluruhnya dijadikan sampel (Total Sampling). Analisa data dilakukan secara deskriptif dengan table frekuensi dan persentase.

Hasil penelitian diperoleh bahwa gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang ASI termasuk dalam kategori ”baik” yaitu sebanyak 53.8%, gambaran mitos-mitos termasuk dalam kategori buruk yaitu sebanyak 74.4%, dan gambaran persepsi susu formula termasuk dalam kategori buruk yaitu sebanyak 59.0%.

Pengetahuan, mitos-mitos dan persepsi susu formula merupakan sebagian yang menyebabkan ibu tidak memberikan ASI eksklusif. Bagi para ibu diharapkan agar selalu mengikuti penyuluhan yang diadakan oleh tenaga kesehatan sehingga ibu dapat menambah pengetahuan, menghilangkan anggapan yang selama ini salah dan tidak mudah terpengaruh akan promosi susu formula yang ditawarkan.


(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Air Susu Ibu masih tergolong makanan terbaik bagi bayi. Sampai saat ini belum ada makanan bayi sebaik Air Susu Ibu. Bisa jadi sampai kapan pun takkan pernah ada. Sebuah kelebihan yang Tuhan siapkan melalui tubuh ibu. Ibu yang seyogianya mengirimkannya bagi anak semenjak ia dilahirkan. Kemajuan teknologi tidak akan bisa untuk menciptakan susu sesempurna seperti yang tulus menetes dari puting susu ibu (Nadesul, 2007)

Memberi ASI pada bayi merupakan proses alami sebagai kewajiban seorang ibu yang mengasuh anaknya. Dari sudut bayi adalah hak bayi untuk mendapatkan ASI. Kini pemberian ASI lebih digalakkan kembali oleh karena ternyata memberikan ASI mempunyai keuntungan dan keunggulan jauh lebih besar dari pada memberikan susu formula (Manuaba, 1999)

Hingga saat ini, penelitian yang dilakukan oleh para ahli belum menunjukkan adanya kandungan yang lebih baik dari pada yang terkandung didalam ASI. Tidak diragukan lagi, menyusui adalah cara memberi makan paling baik kepada bayi ( MT Indriarti, 2007)

Tema Pekan ASI sedunia 2007 adalah mengangkat inisiasi menyusu dini, setelah dilahirkan bayi langsung diletakkan diperut ibu sehingga bayi secara alamiah akan mencari puting susu ibunya dan menghisap ASI. "Keberhasilan inisiasi menyusu dini akan membantu keberhasilan menyusui secara eksklusif selama 6 bulan dan diteruskan sampai anak berusia 2 tahun,". Usaha untuk


(12)

meningkatkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) sangat gencar dilakukan, tapi kesadaran masyarakat untuk pemberian ASI di Indonesia masih memprihatinkan. Antara tahun 1997-2002 "Cakupan ASI eksklusif 6 bulan hanya 39,5% dari keseluruhan bayi dan hal yang sangat menyedihkan adalah gencarnya promosi susu formula sehingga meningkatkan pemakaian susu formula, sentra Laktasi Indonesia mencatat ada sekitar 13% bayi berusia dibawah 2 tahun yang diberi susu formula dan 15% telah diberi makanan tambahan, selain itu faktor sosial budaya, kurangnya pengetahuan akan pentingnya ASI, jajaran kesehatan yang belum sepenuhnya mendukung program pemberian ASI, dan kurangnya dukungan dari masyarakat termasuk institusi yang mempekerjakan perempuan untuk ibu menyusui . "Akibat pemberian ASI dan pemberian makanan pendamping ASI yang salah, maka sekitar 6,7 balita atau 27,3% dari seluruh balita di Indonesia menderita kurang gizi. Sebanyak 1,5 juta di antaranya menderita gizi buruk” (Hatta, 2005)

Hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002-2003 pemberian ASI eksklusif pada bayi berumur 2 bulan hanya 64%. Persentase ini menurun dengan jelas menjadi 46% pada bayi berumur 2-3 bulan dan 14% pada bayi berumur 4-5 bulan. Sedangkan survei yang dilaksanakan pada tahun 2002 oleh Nutrition & Health Surveillance System (NSS) kerjasama dengan Balitbangkes dan Helen Keller International di 4 perkotaan (Jakarta, Surabaya, Semarang, Makasar) dan 8 prdesaan (Sumbar, Lampung, Banten, Jabar, Jateng, Jatim, NTB, Sulsel), menunjukkan bahwa cakupan ASI eksklusif 4-5 bulan di perkotaan antara 4%-12%, sedangkan dipedesaan 4%-25%. Pencapaian ASI


(13)

eksklusif 5-6 bulan di perkotaan berkisar antara 1%-13% sedangkan di pedesaan 2%-13% (Judarwanto, 2006)

Data yang diperoleh dari PUSKESMAS Deli Tua Timur keberhasilan ASI eksklusif sebesar 65,8% tahun 2005-2006. Berdasarkan data diatas jelas bahwa angka tersebut masih dibawah dari ketetapan yang dikomitmenkan pada UU RI No 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas) tahun 2000-2004 yang mencantumkan tingkat pencapaian pemberian ASI eksklusif ibu kepada bayinya, yang harus dicapai yaitu sebesar 80% (Hatta, 2005). Oleh karena itu, maka penulis tertarik mengambil judul penelitian Karya Tulis Ilmiah (KTI) tentang “Gambaran Faktor-faktor Yang Menyebabkan Ibu Tidak Memberikan ASI eksklusif di Lingkungan V Kelurahan Deli Tua Timur Tahun 2008”.

1.2 TUJUAN PENELITIAN 1.2.1 Tujuan Umum

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat gambaran faktor yang menyebabkan ibu tidak memberikan ASI eksklusif di Lingkungan V Kelurahan Deli Tua Timur Tahun 2008.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui gambaran pengetahuan ibu tidak memberikan ASI eksklusif di Lingkungan V Kelurahan Deli Tua Timur Tahun 2008.

2. Mengetahui gambaran mitos-mitos yang menyebabkan ibu tidak memberikan ASI eksklusif di Lingkungan V Kelurahan Deli Tua Timur Tahun 2008


(14)

3. Mengetahui gambaran persepsi susu formula yang menyebabkan ibu tidak memberikan ASI eksklusif di Lingkungan V Kelurahan Deli Tua Timur Tahun 2008

1.3 PERTANYAAN PENELITIAN

1. Bagaimanakah gambaran pengetahuan ibu tidak memberikan ASI eksklusif di Lingkungan V Kelurahan Deli Tua Timur Tahun 2008 ?

2. Bagaimanakah gambaran mitos-mitos yang menyebabkan ibu tidak memberikan ASI eksklusif di Lingkungan V Kelurahan Deli Tua Timur Tahun 2008 ?

3. Bagaimanakah gambaran persepsi susu formula yang menyebabkan ibu tidak memberikan ASI eksklusif di Lingkungan V Kelurahan Deli Tua Timur Tahun 2008 ?

1.4 MANFAAT PENELITIAN 1 . Profesi Tenaga Kesehatan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang penyebab ibu tidak memberikan ASI eksklusif di lingkungan V kelurahan Deli Tua Timur, sehingga para tenaga kesehatan yang bertugas di kelurahan Deli Tua Timur dapat meningkatkan penyuluhan dan kegiatan positif yang mendorong untuk keberhasilan ASI eksklusif bagi ibu-ibu di kelurahan Deli Tua Timur


(15)

2. Responden

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan perubahan cara penerapan pemberian ASI yang selama ini masih kurang tepat dikalangan ibu sehingga dikemudian waktu para ibu dapat memberikan ASI eksklusif kepada bayi dengan benar

3. Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan sumber bacaan bagi peneliti selanjutnya yang berkaitan dengan gambaran faktor-faktor yang menyebabkan ibu tidak memberikan ASI eksklusif, sehingga penelitian selanjutnya mengarak ke yang lebih baik.


(16)

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Pengetahuan

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan sesuatu hal (Departemen Pendidikan Nasional, 2005)

Kurangnya pengetahuan tentang menyusui dari satu generasi bahkan lebih. Banyak ibu masa kini mendapati bahwa ibu dan nenek mereka miskin pengetahuan tentang menyusui dan tak mampu memberikan banyak dukungan (Welford, 2001)

2.2 Mitos-mitos

Mitos adalah hal yang berhubungan dengan kepercayaan, yang timbul dari usaha manusia yang tidak ilmiah dan tidak berdasarkan pada pengalaman yang nyata untuk menjelaskan dunia atau alam disekitarnya yang berkembang dimasyarakat (MS Burhami dan Hasbi Lawren. )

Mitos adalah suatu informasi yang sebenarnya salah tetapi dianggap benar karena telah beredar dari generasi ke generasi tentang sesuatu hal (wikipedia.com,2008)

Menurut Hatta (2007), mitos-mitos merupakan hambatan untuk tindakan menyusui yang normal, diantaranya :

a. Kolustrum tidak baik atau bahkan bahaya untuk bayi


(17)

c. Bayi tidak akan mendapatkan cukup makanan/cairan bila hanya diberi kolustrum/ASI

Menurut Danuatmaja (2003) dan Franklin (1997), mitos-mitos tersebut antara lain a. Menyusui mengubah bentuk payudara wanita

b. Menyusui menyebabkan penyusutan berat badan

c. ASI belum keluar pada hari-hari pertama sehinnga perlu ditambah susu formula

d. Payudara saya kecil, tidak menghasilkan cukup ASI e. ASI yang keluar pertama kali harus dibuang karena kotor f. ASI ibu kurang gizi, kualitasnya tidak baik

g. ASI saya tidak cukup, ASI saya kering, bayi tidak cukup mendapat ASI karena rakus/minumnya banyak

h. Bayi yang sakit memerlukan makanan / minuman yang lebih bagus dari pada ASI

i. Bayi saya alergi terhadap Air Susu Saya

2.3 Persepsi Susu formula

Menurut Robbins (1995) persepsi adalah suatu proses dimana individu mengorganisasi dan menginterpretasikan kesan-kesan sensori untuk memberi makna yang ada dilingkungannya.

Susu formula bayi adalah cairan atau bubuk dengan formula tertentu yang diberikan pada bayi dan anak-anak. Mereka berfungsi sebagai pengganti ASI. Banyak promosi susu formula yang ditayangkan melalui media elektronik, media


(18)

cetak maupun secara langsung. Dalam promosi susu formula itu, selalu disebut bahwa susu yang terbaik bagi bayi tetap adalah ASI (Air Susu Ibu), tetapi siapa yang tidak menjadi terpengaruh dengan gambaran anak-anak yang sedemikian lincah, giat dan tumbuh dengan bijak karena mereka meminum susu buatan atau susu bubuk tertentu, apalagi karena masih adanya anggapan dari para ibu muda, bahwa kalau mereka menyusukan bayi dengan ASI-nya sendiri, maka bias / pancaran kecantikan akan berkurang. Anggapan yang salah seperti ini yang menyatakan bahwa, menyusukan bayi sendiri dengan ASI akan menyebabkan bagian tubuh tertentu akan menjadi kendor, cepat lisut dan akhir nantinya akan menjadi cepat kelihatan tua (Sulaiman, 2007)

2.4 ASI eksklusif

1. Defenisi

Pemberian ASI eksklusif berarti memberikan hanya ASI saja. Ini berarti bayi tidak diberi air putih, teh, minuman ramuan, cairan lain, maupun makanan lain selama 6 bulan pertama usianya (Linkages, 2002)

2. Periode pemberian ASI eksklusif

Kajian WHO atas lebih dari 3000 peneliti menunjukkan pemberian ASI selama enam bulan adalah jangka waktu yang paling optimal untuk pemberian ASI eksklusif. ASI mengandung semua nutrisi yang diperlukan bagi bayi untuk bertahan hidup pada enam bulan pertama, mulai dari hormone , antibody, faktor kekebalan sampai oksidan. Sejalan dengan kajian WHO diatas , Menkes melalui Kepmenkes RI NO.450/MENKES/IV/2004


(19)

yang menetapkan perpanjangan pemberian ASI secara eksklusif dari yang semula 4 bulan menjadi 6 bulan (Roesli, 2000)

Sementara dalam hal pemberian ASI, agama islam sesuai dengan firman Allah SWT yang tertulis dalam QS Al-Baqarah (2):233 yang mempunyai arti “Dan para ibu hendaklah menyusukan anak-anak mereka selama dua tahun penuh, bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan itu. Dan kewajiban fihak ayah menanggung segala nafkah pakaian dan makanan mereka dengan cara yang patut” (Ch Tirtawinata, 2006)

3. Stadium ASI a. ASI stadium I

ASI stadium I adalah kolostrum. Kolostrum merupakan cairan yang pertama disekresi oleh kelenjar payudara dari hari ke-1 sampai hari ke-4. Setelah persalinan komposisi kolostrum ASI setelah persalinan mengalami perubahan. Kolostrum berwarna kuning keemasan disebabkan oleh tingginya komposisi lemak dan sel-sel hidup. Kolostrum merupakan pencahar (pembersih usus bayi) yang membersihkan mekonium sehingga mukosa usus bayi yang baru lahir segera bersih dan siap menerima ASI. Hal ini menyebabkan bayi sering defekasi dan feces berwarna hitam. Kandungan tertinggi dalam kolostrum adalah antibodi yang siap melindungi bayi ketika kondisi bayi masih sangat lemah. Total kalori dalam kolostrum hanya 58 Kal /100 ml kolostrum (dalam bentuk cairan, pada hari pertama bayi memerlukan 20-30 cc). Mineral terutama natrium, kalium, dan klorida dalam kolostrum


(20)

lebih tinggi dibanding susu matur. Lemak kolostrum lebih banyak mengandung kolestrol dan lisotin sehingga bayi sejak dini sudah terlatih mengolah kolestrol.

b. ASI stadium II

ASI stadium II adalah ASI peralihan. ASI ini diproduksi pada hari ke-4 sampai hari ke-10. Komposisi protein makin rendah, sedangkan lemak dan hidrat arang makin tinggi, dan jumlah volume ASI semakin meningkat. Pada masa ini, pengeluaran ASI mulai stabil begitu juga kondisi fisik ibu. Oleh karena itu, yang perlu ditingkatkan adalah kandungan protein dan kalsium dalam makanan ibu.

c. ASI stadium III

ASI stadium III adalah ASI matur. ASI yang disekresi dari hari ke-10 sampai seterusnya. ASI matur merupakan nutrisi bayi yang terus berubah disesuaikan dengan perkembangan bayi sampai berumur 6 bulan (Sri Purwanti, 2004)

4. Komposisi zat gizi dalam kolostrum, ASI a. Karbohidrat

Karbihdrat dalam ASI berbentuk laktosa yang jumlahnya berubah-ubah setiap hari menurut kebutuhan tumbuh kembang bayi. Karbohidrat dalam ASI merupakan nutrisi yang penting untuk pertumbuhan sel syaraf otak dan pemberi energi untuk kerja sel-sel syaraf. Selain itu karbohidrat memudahkan penyerapan kalsium mempertahankan factor bifidus di dalam usus (faktor yang menghambat pertumbuhan bakteri


(21)

yang berbahaya dan menjadikan tempat yang baik bagi bakteri yang menguntungkan) dan mempercepat pengeluaran kolostrum sebagai antibody bayi.

b. Protein

Kandungan protein dalam kolostrum jauh lebih tinggi dari pada ASI. Hal ini menguntungkan bayi yang baru lahir karena dengan mendapat sedikit kolostrum bayi sudah mendapat cukup protein yang dapat memenuhi kebutuhan bayi pada minggu pertama. Protein dalam ASI lebih rendah dibandingkan dengan PASI. Namun demikian protein ASI sangat cocok karena unsur protein didalamnya hampir seluruhnya terserap oleh sistem pencernan bayi yaitu protein unsur whey. Perbandingan protein unsur whey dan casein dalam ASI adalah 80:40, sedangkan dalam PASI 20:80. Artinya protein pada PASI hanya sepertiganya protein ASI yang dapat diserap oleh sistem pencernaan bayi dan harus membuang dua kali lebih banyak protein yang sukar diabsorpsi. Hal ini yang memungkinkan bayi akan sering menderita diare dan defekasi dengan feces berbentuk biji cabe yang menunjukkan adanya makanan yang sukar diserap bila bayi diberikan PASI.

c. Lemak

Kadar lemak dalam ASI pada mulanya rendah kemudian meningkat jumlahnya. Lemak dalam ASI berubah kadarnya setiap kali diisap oleh bayi dan hal ini terjadi secara otomatis. Komposisi lemak pada lima menit pertama isapan akan berbeda dengan 10 menit kemudian, Kadar lemak pada hari pertama berbeda dengan hari kedua dan akan terus


(22)

berubah menurut perkembangan bayi dan kebutuhan energi yang diperlukan. Jenis lemak yang ada dalam ASI mengandung lemak rantai panjang yang dibutuhkan oleh sel jaringan otak dan sangat mudah dicerna karena mengandung enzim lipase. Lemak dalam bentuk Omega 3, Omega 6, dan DHA yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan sel-sel jaringan otak. Susu formula tidak mengandung enzim, karena enzim akan mudah rusak bila dipanaskan. Dengan tidak adanya enzim, bayi akan sulit menyerap lemak PASI sehingga menyebabkan bayi lebih mudah terkena diare. Jumlah asam linoleat dalam ASI sangat tinggi dan perbandinganya dengan PASI yaitu: 6:1. Asam linoleat adalah jenis asam lemak yang tidak dapat dibuat oleh tubuh yang berfungsi untuk memacu perkembangan sel syaraf otak bayi.

d. Mineral

ASI megandung mineral yang lengkap walaupun kadarnya relatif rendah, tetapi bisa mencukupi kebutuhan bayi sampai berumur 6 bulan. Zat besi dan kalsium dalam ASI merupakan mineral yang sangat stabil dan mudah diserap dan jumlahnya tidak dipengaruhi oleh diet ibu. Dalam PASI kandungan mineral jumlahnya tinggi, tetapi sebagian besar tidak dapat diserap hal ini akan memperberat kerja usu bayi serta menganggu keseimbangan dalam usus dan meningkatkan pertumbuhan bakteri yang merugikan sehingga mengakibatkan kontraksi usus bayi tidak normal. Bayi akan kembung, gelisah karena obstipasi atau ganguan metabolisme.


(23)

d. Vitamin.

ASI mengandung vitamin yang lengkap yang dapat mencukupi kebutuhan bayi sampai 6 bulan kecuali vitamin K, karena bayi baru lahir ususnya belum mampu membentuk vitamin K (Th Irawati, 2007)

Dit.Gizi Masyarakat-Depkes RI menyebutkan : a. Aspek Gizi.

 Kolostrum mengandung zat kekebalan terutama IgA untuk melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi terutama diare.

 Jumlah kolostrum yang diproduksi bervariasi tergantung dari hisapan bayi pada hari-hari pertama kelahiran. Walaupun sedikit namun cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi. Oleh karena itu kolostrum harus diberikan pada bayi.

 Kolostrum mengandung protein, vitamin A yang tinggi dan mengandung karbohidrat dan lemak rendah, sehingga sesuai dengan kebutuhan gizi bayi pada hari-hari pertama kelahiran.

 Membantu mengeluarkan mekonium yaitu kotoran bayi yang pertama berwarna hitam kehijauan.

b. Aspek Imunologik

 ASI mengandung zat anti infeksi, bersih dan bebas kontaminasi.

Immunoglobulin A (Ig.A) dalam kolostrum atau ASI kadarnya cukup tinggi. Sekretori Ig.A tidak diserap tetapi dapat melumpuhkan bakteri patogen E. coli dan berbagai virus pada saluran pencernaan.


(24)

Laktoferin yaitu sejenis protein yang merupakan komponen zat kekebalan yang mengikat zat besi di saluran pencernaan.

Lysosim, enzym yang melindungi bayi terhadap bakteri (E. coli dan salmonella) dan virus. Jumlah lysosim dalam ASI 300 kali lebih banyak dari pada susu sapi.

 Sel darah putih pada ASI pada 2 minggu pertama lebih dari 4000 sel per mil. Terdiri dari 3 macam yaitu: Brochus-Asociated Lympocyte Tissue (BALT) antibodi pernafasan, Gut Asociated Lympocyte Tissue (GALT) antibodi saluran pernafasan, dan Mammary Asociated Lympocyte Tissue (MALT) antibodi jaringan payudara ibu.

 Faktor bifidus, sejenis karbohidrat yang mengandung nitrogen, menunjang pertumbuhan bakteri lactobacillus bifidus. Bakteri ini menjaga keasaman flora usus bayi dan berguna untuk menghambat pertumbuhan bakteri yang merugikan (Depkes RI, 2001)

5. Manfaat pemberian ASI dan keunggulan menyusui a. Bagi ibu

Menurut Roesli (2003), manfaat penberian ASI yaitu :

 Mencegah pendarahan paska melahirkan

Hisapan bayi pada puting susu ibu dapat mengerutkan otot-otot saluran untuk pengeluaran ASI, hormon ini juga mengakibatkan otot-otot polos rahim berikut pembuluh darahnya mengkerut. Efek ini akan bekerja maksimal jika setelah melahirkan, ibu langsung mulai menyusui bayinya. Dengan begitu, penyempitan pembuluh darah


(25)

yang terbuka saat melahirkan bisa dipercepat. Hal ini jelas berdampak positif, karena perdarahan di rahim bekas proses persalinan akan cepat terhenti. Kalau otot-otot di rahim mengkerut, otomatis pembuluh darah yang terbuka itu akan terjepit sehingga perdarahan akan segera berhenti.

 Mencegah Kanker dan Kehamilan

Kedua manfaat ini hanya dapat diperoleh ibu yang menyusui anaknya secara eksklusif. Namun, perlu diingat fungsi kontrasepsi ini baru efektif bila selama memberikan ASI eksklusif ibu juga belum mengalami menstruasi. Bila memang ibu sudah mengalaminya setelah melahirkan, maka menyusui ini tak lagi efektif untuk mencegah kehamilan berikutnya. Jika kedua persyaratan itu terpenuhi akan berlangsung mekanisme di mana terjadi perubahan hormon reproduksi pada ibu yang mengakibatkan terhentinya proses ovulasi atau pelepasan sel telur ke arah rahim. Jika tak ada sel telur yang dilepaskan, tentunya proses pembuahan oleh sel sperma dari pasangan tak akan bisa terjadi.

 Ibu lebih cepat langsing

Ibu yang menyusui eksklusif ternyata lebih mudah dan lebih cepat kembali ke berat badan semula seperti sebelum hamil. Pada saat hamil, badan bertambah berat, selain karena ada janin, juga karena penimbunan lemak pada tubuh, cadangan lemak ini sebetulnya memang disiapkan sebagai sumber tenaga dalam proses produksi ASI. Dengan menyusui, tubuh akan menghasilkan ASI


(26)

lebih banyak lagi sehingga timbunan lemak yang berfungsi sebagai cadangan tenaga akan terpakai. Logikanya, jika timbunan lemak menyusut, berat badan ibu akan cepat kembali ke keadaan seperti sebelum hamil.

Tambahan lainnya :

 Lebih ekonomis/murah

Dengan memberi ASI berarti menghemat pengeluaran untuk susu formula, perlengkapan menyusui, dan persiapan pembuatan minum susuformula. Selain itu, pemberian ASI juga menghemat pengeluaran untuk berobat bayi.

 Tidak merepotkan dan hemat waktu

ASI dapat diberi segera pada bayi tanpa harus menyiapkan atau memasak air, juga tanpa harus mencuci botol, dan tanpa menunggu agar susu tidak terlalu panas.

 Portabel dan praktis

Mudah dibawa kemana-mana (portable) sehingga saat berpergian tidak perlu membawa berbagai alat untuk minum susu formula dan tidak perlu membawa alat listrik untuk memasak atau menghangatkan susu. ASI selalu dalam keadaan siap untuk dapat diberikan dimana saja dan kapan saja.

 Memberi kepuasan kepada ibu

Ibu yang berhasil memberikan ASI eksklusif akan merasa kepuasan, kebanggaan, dan kebahagiaan yang mendalam


(27)

b. Bagi Bayi

Menurut Neilson (1995), manfaat penberian ASI yaitu :

 Kolostrum memberikan bayi anda air, protein, lemak, lactose, mineral, vitamin, dan antibodi yang akan melindungi dirinya dari infeksi, terutama terhadap kuman yang menyebabkan gastroenteritis.

 ASI benar-benar bergizi sehingga tidak memerlukan tambahan. Komposisinya juga unik bagi bayi anda serta akan bervariasi bersamaan dengan pertumbuhannya. ASI mudah dicerna dan langsung terserap. Kekurangan gizi, alergi, kolik, konstipasi (sembelit), dan obesitas(kegemukan) tampaknya lebih kecil kemungkinannya menjangkiti bayi yang diberikan ASI.

 Saat-saat menyusui berkaitan dengan kenyamanan, rasa aman, dan kebahagiaan karena bayi berhadapan wajah dengan ibu, berada dekat dengan ibu, dan memberi banyak sentuhan kulit.

 Pemberian ASI meyakinkan bayi anda bahwa ia berada dalam perawatan seseorang yang dapat diandalkan-yaitu anda, ibunya. Pada ibulah bayi melekatkan dirinya. Pemngalaman pertama dalam hal mencintai dan dicintai ini adalah pengalaman sadar bagi perkembangan emosi seorang anak.

Menurut Roesli (2000) yaitu :

 ASI meningkatkan daya tahan tubuh

Pada saat kadar zat kekebalan bawaan menurun, sedangkan yang dibentuk oleh badan bayi belum mencukupi maka akan terjadi kesenjangan zat kekebalan pada bayi. Kesenjangan akan hilang atau


(28)

berkurang apabila bayi diberi ASI, karena ASI mengandung zat kekebalan yang akan melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi bakteri, virus, parasit, dan jamur.

 ASI meningkatkan kecerdasan

Dengan memberikan ASI secara eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan akan menjamin tercapainya pengembangan potensi kecerdasan anak yang optimal. Hal ini karena selain sebagai nutrient yang ideal, dengan komposisi yang tepat, serta disesuaikan dengan kebutuhan bayi, ASI juga mengandung nutrient-nutrien khusus yang diperlukan otak bayi agar tumbuh optimal.

 Menyusui meningkatkan jalinan kasih sayang

Bayi yang sering dalam dekapan ibu karena menyusu akan merasakan kasih sayang ibunya. Perasaan terlindungi dan disayangi inilah yang akan menjadi dasar perkembangan emosi bayi dan membentuk kepribadian yang percaya diri dan dasar spiritual yang baik.

Demikianlah, pemberian ASI eksklusif akan memenuhi kebutuhan awal bayi untuk tumbuh kembang secara optimal baik fisik, kepandaian, emosional, spiritual, maupun sosialisasinya.


(29)

6. Waktu pemberian ASI eksklusif a. Awal Mulai Memberi ASI

Pemberian ASI diberikan paling lambat dalam 5-6 jam setelah bayi lahir, dan upayakan agar bayi angsung disusui ibu. Isapan bayi pada puting susu ibu, dan suara tangis sibuah hati, yang akan merangsang keluarnya ASI (Nadesul, 2007)

b. Akhir / Berhenti Memberi ASI

Tidak ada aturan yang baku. Sebagian besar bayi diberi bubur pada usia empat hingga enam bulan. Banyak ibu yang menganggap masa tersebut masa yang tepat untuk menyapih bayinya dan mulai memberinya makanan padat pertama. Namun, jika menyusui merupakan kegiatan yang menyenangkan, ada ibu-ibu yang menyusui bayinya hingga usia dua tahun (Kenneth dkk, 2005)

c. Jadwal Pemberian ASI

ASI keluar 5-10 menit sekali dari masing-masing payudara. Pada dua hari pertama bayi lahir, produksi ASI belum cukup banyak, maka menyusui cukup beberapa menit saja. Pada hari-hari berikutnya bayi disusui setiap kalinya 15-20 menit, bergantian pada kedua payudara. Jadwal menyusui boleh sesuka hati (on demand), tidak perlu kaku, sekurang-kurangnya setiap 3 jam, atau kapan saja bayi meminta (Nadesul, 2007).

Penting untuk diingat adalah jangan terlalu lama menyusui bayi karena ini akan menyebabkan putting terluka dan infeksi /Mastitis (Kenneth Lyen, 2005)


(30)

d. Kondisi seorang ibu harus berhenti sementara memberikan ASI

Ada beberapa kondisi dimana kami menganjurkan para ibu untuk sementara waktu tidak menyusui. Jika anda mengalami infeksi payudara atau putting anda luka, sebaiknya anda tidak menyusui. Obat-obatan tertentu bisa masuk kedalam ASI dan jika anda harus minum obat, konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter anda. Ada juga infeksi-infeksi tertentu yang dapat ditularkan melalui ASI, misalnya hepatitis (Kenneth dkk, 2005)

7. Syarat memberikan ASI secara efektif.

a. Pemberian ASI harus dilakukan dengan baik sehingga terjadi keberhasilan menyusui.

b. Pemberian ASI harus dilakukan secara eksklusif paling sedikit selama 4 bulan dan lebih baik lagi jika sampai 6 bulan (Roesli, 2003)

8. Tips Pemberian ASI

a. Pemberian ASI yang baik adalah yang sesuai kebutuhan bayi. Istilahnya on demand. Ibu harus peka terhadap waktu tepat saat pemberian ASI. Sebelum sampai menangis, bayi sudah bisa memberikan tanda-tanda kebutuhannya akan ASI. Antara lain, berupa gerakan-gerakan memainkan mulut dan lidah atau memainkan tangan di mulut.

b. Jika kegagalan terjadi, ibu jangan lekas putus asa. Harus dipahami, kegagalan biasanya disebabkan teknik dan posisi menyusui yang kurang tepat, bukan karena produksi ASI-nya yang sedikit. ASI sendiri


(31)

sebenarnya tak pernah kurang, karena produksinya akan disesuaikan dengan kebutuhan bayi. Bahkan, ada ibu yang produksi ASI-nya bisa sampai 2 liter per hari. Kegagalan teknis menyusui bisa terjadi, misalnya karena bayi yang bersangkutan pernah menggunakan dot. Bagaimanapun, cara minum ASI secara langsung dengan menggunakan dot berbeda sekali. Dengan dot, susu sudah akan keluar walau hanya ujungnya saja yang diisap. Sementara kalau menyusu pada ibunya, bayi harus membuka mulut lebar-lebar. Menyusui pada ibu dengan cara seperti mengisap dot tak akan bisa mengeluarkan ASI dengan baik. c. Keadaan psikologis berpengaruh sangat besar. Seringkali ibu terlalu

khawatir dan takut proses menyusui itu tidak berhasil. Padahal kalau ibu yakin dirinya dapat menyusui, tak akan ada masalah. Tak jarang juga ibu merasa gagal karena bayinya hanya minum sedikit. Sebenarnya harus dilihat dulu, bagaimana keadaan bayi. Sebab pada keadaan tertentu bayi memang tidak terlalu lapar, hanya haus sedikit. Maka dalam keadaan sperti ini tentunya bayi tidak membutuhkan banyak susu (Roesli, 2003)

9. Cara menyusui

a. Gendong bayi menghadap kearah anda lalu dekatkan mulutnya keputing susu. Jika dia belum membuka mulutnya, sentuhlah mulutnya dengan jari atau puting susu lalu masukkan puting susu ke mulutnya dan dekatkan dia kepada anda.


(32)

b. Jika si bayi mulai menghisap, ia akan mendapatkan susu pertama yang bening dan cair yang akan menghilangkan dahaganya. Setelah itu gerak refleks si bayi untuk menghisap susu akan timbul, sehingga susu yang lebih kental keluar , yang akan menghilangkan laparnya. Jika dia selesai menghisap ASI dari satu payudara, berikan payudara sebelahnya. Ada yang menghisap keduanya, ada yang hanya satu dan berikan ASI dari payudara lain bila menyusui berikutnya.

Menyusui bayi adalah masalah percaya diri : Anda pasti bisa ! jika ada masalah mintalah bantuan Bidan, PUSKESMAS terdekat, atau dokter anda (Yelland, 2005)

10. Resiko pemberian susu formula/cairan dan makan lain

Menurut Piziali (2005) bahwa seorang bayi yang hanya diberi susu formula memiliki ... peluang menderita … dibandingkan dengan bayi yang diberi ASI selama periode menususi :

2 sampai 7 kali Alergi-alergi, eksema 3 kali Infeksi telinga

3 kali Radang lambung

3,8 kali Radang selaput otak atau sumsum tulang belakang 2,6 sampai 5,5 kali Infeksi saluran kencing

2,4 kali Diabetes, tipe 1

2 kali Sudden Infant Death Syndrome (SIDS)/Sindrom kematian bayi mendadak

1,7 sampai 5 kali Radang paru-paru/Infeksi saluran pernafasan rendah 1,5 sampai 1,9 kali Penyakit radang usus besar


(33)

BAB III

KERANGKA PENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptual

Gambar 3.1

3.2 Desain Operasional

1. Pengetahuan yaitu segala sesuatu yang diketahui ibu tentang ASI. Alat ukur : Kuesioner

Cara Ukur : Penilaian dilihat dari kemampuan ibu dalam menjawab beberapa 8 pertanyaan pilihan

Hasil ukur : a. Baik : Jika mendapat skor penilaian 5 – 8 poin, yaitu 5-8 soal pertanyaan dijawab responden dengan ”Benar”.

b. Kurang : Jika mendapat skor penilaian 1 – 4 poin, yaitu 1 - 4 soal pertanyaan dijawab responden dengan ”Benar”.

Faktor Yang Menyebabkan:

- Pengetahuan - Mitos-mitos

- Persepsi Susu formula

Tidak memberikan ASI eksklusif


(34)

2. Mitos-mitos yaitu suatu informasi yang sebenarnya salah tetapi dianggap benar oleh ibu yang tidak memberikan ASI eksklisif tentang ASI.

Alat ukur : Kuesioner

Cara Ukur : Penilaian dilihat dari kemampuan ibu dalam menjawab beberapa 8 pertanyaan pilihan

Hasil ukur : a. Baik : Jika mendapat skor penilaian 5 – 8 poin, yaitu 5-8 soal pertanyaan dijawab responden dengan ”Benar”.

b. Buruk : Jika mendapat skor penilaian 1 – 4 poin, yaitu 1 - 4 soal pertanyaan dijawab responden dengan ”Benar”.

3. Persepsi susu formula yaitu anggapan ibu tentang susu formula Alat ukur : Kuesioner

Cara Ukur : Penilaian dilihat dari kemampuan ibu dalam menjawab beberapa 8 pertanyaan pilihan

Hasi ukur : a. Baik : Jika mendapat skor penilaian 5 – 8 poin, yaitu 5-8 soal pertanyaan dijawab responden dengan ”Benar”.

b. Buruk : Jika mendapat skor penilaian 1 – 4 poin, yaitu 1 - 4 soal pertanyaan dijawab responden dengan ”Benar”.

Skala pengukuran yang digunakan yaitu skala Guttman dengan interpretasi penilaian : apabila benar nilainya 1 dan salah nilainya 0 (Hidayat, 2007)


(35)

BAB IV

METODELOGI PENELITIAN

4.1 DESAIN PENELITIAN

Penelitian ini bersifat deskriptif, bertujuan melihat gambaran faktor yang menyebabkan ibu tidak memberikan ASI eksklusif di lingkungan V kelurahan Deli Tua Timur tahun 2008

4.2 LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN

Lokasi yang dijadikan sebagai lahan penelitian ialah lingkungan V kelurahan Deli Tua Timur Sumatera Utara tahun 2008. Alasan memilih lokasi ini :

1. Lokasi ini mudah dijangkau oleh peneliti

2. Lokasi ini merupakan lingkungan yang paling luas di kelurahan Deli Tua Timur

3. Cakupan keberhasilan ASI eksklusif di lingkungan ini belum mencapai 80%

4.3 POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN 1. Populasi

Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah setiap ibu yang memiliki bayi baru lahir hingga berusia 6 bulan yang tidak memberikan ASI eksklusif di Lingkungan Kelurahan Deli Tua Timur dengan jumlah populasi 39 ibu.


(36)

2. Sampel

Sampel yang diambil oleh peneliti menggunakan teknik total sampling yaitu berjumlah 39 responden.

4.4 PERTIMBANGAN ETIK

Sebelum melakukan penelitian, penulis terlebih dahulu meminta surat izin penelitian kepada bagian pendidikan Program D-IV Bidan Pendidik FK. USU kemudian peneliti menyampaikan surat izin penelitian dari pendidikan kepada kepala kelurahan Deli Tua Timur- Medan. Setelah mendapatkan izin dari kepala kelurahan, maka penulis mulai melakukan penelitian dengan cara menjelaskan tujuan penelitian lalu peneliti membagi kuesioner yang akan diisi kepada 39 responden di lingkungan V kelurahan Deli Tua Timur.

Data penelitian nantinya akan dibuat kode atau inisial sebagai identitas responden. Data yang diperoleh semata-mata hanya digunakan demi perkembangan ilmu pengetahuan dan tidak akan dipublikasikan pada pihak lain. Semua data yang telah dikumpulkan peneliti akan disimpan ditempat yang aman. Setelah tujuan penelitian dilakukan tercapai, peneliti akan memberikan laporan hasil penelitian kepada kepala kelurahan Deli Tua Timur.

4.5 INSTRUMEN PENELITIAN

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan kuesioner tertutup yang dibuat sendiri oleh peneliti dengan berpedoman kepada kerangka konsep dan tinjauan pustaka.


(37)

Sebelum kuesioner disebarkan kepada responden penelitian, terlebih dahulu kuesioner diuji validitas dengan rumus Perason product moment dan reliabilitas dengan rumus Cronbach’s alpha melalui program SPSS kepada 30 responden diluar lokasi penelitian untuk melihat sejauh mana kuesioner nantinya dapat digunakan dalam menjaring data yang dibutuhkan dalam penelitian.

Setelah uji validitas dan reabilitas maka kuesioner yang disebarkan kepada 39 responden terdiri atas :

1. Data demografi 2. Pertanyaan valid :

- 8 pertanyaan tentang pengetahuan - 8 pertanyaan tentang mitos-mitos

- 8 pertanyaan tentang persepsi susu formula

4.6 RENCANA PENGUMPULAN DATA

Prosedur pengumpulan data dilakukan dalam beberapa tahap sebagai berikut:

1. Mengajukan permohonan izin dari institusi pendidikan D-IV Bidan Pendidik FK.USU

2. Menyerahkan permohonan izin penelitian kepada kepala kelurahan Deli Tua Timur- Medan

3. Menjelaskan tujuan penelitian dan cara pengisian kuesioner

4. Jika responden setuju untuk ikut serta dalam penelitian, responden diminta untuk menandatangani informed consent dan bebas menanyakan apapun tentang pengisian kuesioner.


(38)

4.7 ANALISA DAN PRESENTASI DATA

Setelah semua data pada kuesioner terkumpul, maka dilakukan analisa data melalui beberapa tahap sebagai berikut :

1. Memeriksa kelengkapan identitas dan data responden serta memastikan bahwa semua jawaban telah diisi

2. Mengklarifikasi data dan mentabulasi data yang telah terkumpul

3. Melakukan pengolahan data dengan menggunakan bantuan komputerisasi 4. Menyajikan data dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase


(39)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Setelah kuesioner yang berjumlah 24 pertanyaan (8 soal untuk kategori pengetahuan, 8 soal untuk persepsi mitos-mitos dan 8 soal untuk persepsi susu Formula) disebarkan kepada 39 responden ( ibu yang memiliki bayi hingga 6 bulan dan tidak memberikan ASI eksklusif ) di lingkungan V kelurahan Deli Tua Timur tahun 2008 maka diperoleh hasil sebagai berikut :

5.1 HASIL

Hasil pengumpulan data karakteristik responden diperoleh bahwa mayoritas responden berumur 17-24 tahun yaitu sebanyak 17 ibu (43.6%), pendidikan ↓ SMP dan SMA yang masing-masing sebanyak 17 ibu (43.6%), pekerjaan IRT yaitu 21 ibu (53.8%) dan paritas < 2 orang yaitu 23 ibu (59.0%). Minoritas responden berumur 33-40 tahun (20.5%), pendidikan perguruan tinggi yaitu 5 ibu (12.8). perkerjaan PNS yaitu 6 ibu (15.4%) dan paritas > 4 orang yaitu 6 ibu (15.4%). Secara rinci dapat dilihat pada tabel 5.1


(40)

Tabel 5.1

Distribusi Responden Berdasarkan Umur, Pendidikan, Pekerjaan, dan Paritas di Lingkungan V Kelurahan Deli Tua Timur Tahun 2008

KARAKTERISTIK JUMLAH %

Umur 17-24 tahun 17 43.6

25-32 tahun 14 35.9

33-40 tahun 8 20.5

Jumlah 39 100

Pendidikan ↓ SMP 17 43.6

SMA 17 43.6

Perguruan Tinggi 5 12.8

Jumlah 39 100

Pekerjaan IRT 21 53.8

Wiraswasta 12 30.8

PNS 6 15.4

Jumlah 39 100

Paritas ↓ 2 orang 23 59.0

3-4 orang 10 25.6

↑ 4 orang 6 15.4

Jumlah 39 100

1. Deskripsi pengetahuan

Hasil pengumpulan data menunjukkan bahwa, pertanyaan yang sebagian besar responden menjawab dengan benar ialah pertanyaan no.3 tentang jadwal menyusui yang baik yaitu sebanyak 29 ibu (74.4%). Sedangkan pertanyaan yang sebagian besar responden menjawab dengan salah ialah pertanyaan no. 2 tentang kapan sebaiknya ASI diberikan kepada bayi yaitu sebanyak 22 ibu (56.4%). Secara rinci dapat dilihat pada tabel 5.2


(41)

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Responden tentang Pertanyaan Pada Pengetahuan di Lingkungan V Kelurahan Deli tua Timur Tahun 2008

No Pertanyaan Tentang

Jawaban

Benar Salah Frek % frek % 1 Defenisi ASI eksklusif 26 66.7 13 33.3 2 Kapan sebaiknya ASI

diberikan kepada bayi

17 43.6 22 56.4 3 Jadwal menyusui yang baik 29 77.4 10 25.6

4 Defenisi kolostrum 27 69.2 12 30.8

5 Daya tahan tubuh (Antibody) pertama kali diperoleh bayi

26 66.7 13 33.3 6 Vitamin yang tidak terkandung

dalam ASI

21 53.8 18 46.2 7 Manfaat ASI bagi bayi 27 69.2 12 30.8 8 Keunggulan memberikan ASI 23 59.0 16 41.0

Gambaran pengetahuan dikategorikan dalam kategori baik dan kategori kurang. Dari hasil penelitian terhadap 39 responden, distribusi pengetahuan responden dalam kategori baik yaitu sebanyak 21 orang (53.8%) dan dalam kategori kurang yaitu sebanyak 18 orang (46.2%). Secara rinci dapat dilihat pada tabel 5.3

Tabel 5.3

Distribusi Pengetahuan Yang Menyebabkan Ibu Tidak Memberikan ASI eksklusif di Lingkungan V Kelurahan Deli tua Timur Tahun 2008

Pengetahuan Jumlah Persentase

Baik 21 53.8%

Kurang 18 46.2%


(42)

2. Deskripsi Mitos-mitos

Hasil pengumpulan data menunjukkan bahwa, pertanyaan yang sebagian besar responden menjawab dengan benar ialah pertanyaan no.1 tentang bayi bisa alergi terhadap ASI yaitu sebanyak 26 ibu (66.7%). Sedangkan pertanyaan yang sebagian besar responden menjawab dengan salah ialah pertanyaan no. 3 tentang ASI yang pertama kali keluar merupakan ASI kotor yaitu sebanyak 28 ibu (71.8%). Secara rinci dapat dilihat pada tabel 5.4

Tabel 5.4

Distribusi Frekuensi Responden tentang Pertanyaan Pada Mitos-mitos di Lingkungan V Kelurahan Deli tua Timur Tahun 2008

No Pertanyaan Tentang

Jawaban

Benar Salah Frek % frek % 1 Bayi bisa alergi terhadap ASI 26 66.7 13 33.3 2 Bayi yang hanya diberi ASI

akan kekurangan gizi

14 35.9 25 64.1 3 ASI yang pertama kali keluar

merupakan ASI kotor

11 28.2 28 71.8 4 Bayi tidak akan kenyang bila

diberi ASI saja

19 48.7 20 51.3 5 Bayi memerlukan makanan

dan minuman tambahan selain ASI

16 41.0 23 59.0

6 Bayi yang sakit memerlukan minuman jejamuan

21 53.8 18 46.2 7 Menyusui dapat mengubah

bentuk payudara menjadi tidak bagus

25 64.1 14 35.9

8 Payudara kecil tidak menghasilkan cukup ASI


(43)

Gambaran mitos-mitos dikategorikan dalam kategori baik dan dalam kategori buruk. Berdasarkan hasil penelitian terhadap 39 responden, distribusi mitos-mitos responden dalam katesori baik yaitu sebanyak 10 orang (25.6%) dan dalam kategori buruk yaitu sebanyak 29 orang (74.4%). Secara rinci dapat dilihat pada tabel 5.5

Tabel 5.5

Distribusi Mitos-mitos Yang Menyebabkan Ibu Tidak Memberikan ASI eksklusif di Lingkungan V Kelurahan Deli tua Timur Tahun 2008

Mitos-mitos Jumlah Persentase

Baik 10 25.6%

Buruk 29 74.4%

Total 39 100%

3. Deskripsi Persepsi Susu Formula

Hasil pengumpulan data menunjukkan bahwa, pertanyaan yang sebagian besar responden menjawab dengan benar ialah pertanyaan no.4 tentang memberikan susu formula dapat menjadikan bayi tidak rewel yaitu sebanyak 27 ibu (69.2%). Sedangkan pertanyaan yang sebagian besar responden menjawab dengan salah ialah pertanyaan no.1, 2, dan 7 tentang penggunaan susu formula sebagai pengganti ASI dan kemudahan memberikan susu formula yaitu masing-masing sebanyak 39 ibu (100%). Secara rinci dapat dilihat pada tabel 5.6


(44)

Tabel 5.6

Distribusi Frekuensi Responden tentang Pertanyaan Pada Persepsi Susu Formuladi Lingkungan V Kelurahan Deli tua Timur Tahun 2008

No Pertanyaan Tentang

Jawaban

Benar Salah Frek % frek % 1 Susu formula sebagai

pengganti ASI

0 0.00 39 100.0 2 Pengalaman memberikan susu

formula

0 0.00 39 100.0 3 Keuntungan memberikan susu

formula

24 61.5 15 38.5 4 Susu formula dapat

menjadikan bayi tidak rewel

27 69.2 12 30.8 5 Kandungan susu formula lebih

baik dari ASI

20 51.3 19 48.7 6 Susu formula lebih

mempercepat pertumbuhan dan perkembangan bayi

20 51.3 19 48.7

7 Kemudahan memberikan susu formula

0 0.00 39 100.0 8 Susu formula dapat

memberikan Gizi yang dibutuhkan

22 56.4 17 43.6

Gambaran persepsi susu formula dikategorikan dalam kategori baik dan kategori buruk. Berdasarkan hasil penelitian terhadap 39 responden, distribusi perspsi susu formula responden dalam kategori baik yaitu sebanyak 16 orang (41.0%) dan dalam kategori buruk yaitu sebanyak 23 orang (59.0%%). Secara rinci dapat dilihat pada tabel 5.7

Tabel 5.7

Distribusi Persepsi Susu Formula Yang Menyebabkan Ibu Tidak Memberikan ASI eksklusif di Lingkungan V Kelurahan Deli tua Timur Tahun 2008 Persepsi susu formula Jumlah Persentase

Baik 16 41.0%

Buruk 23 59.0%


(45)

5.2 PEMBAHASAN

Sejalan dengan yang dikemukakan oleh Hatta (2007) bahwa permasalahan yang mengakibatkan masih rendahnya penggunaan ASI di Indonesia adalah faktor sosial budaya, kurangnya pengetahuan akan pentingnya ASI, jajaran kesehatan yang belum sepenuhnya mendukung program pemberian ASI, gencarnya promosi susu formula begitu juga institusi kesehatan yang memberikan susu formula pada bayi-bayi yang baru lahir-akibat promosi yang sangat agresif para produsen susu formula

.

Dilain pihak, menurut Roesli (2000) bahwa penerangan tentang susu formula sangat bertubi-tubi, bahkan kadang terdapat iklan dan mitos-mitos yang menyesatkan sehingga sering menghambat pemberian ASI. Hal ini tentu sangat mempengaruhi rasa percaya diri ibu yang memberikan ASI padabayinya.

1. Pengetahuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 21 orang (53.8%) dalam kategori baik dan sebanyak 18 orang (46.2%) dalam kategori kurang. Masih adanya ibu dengan kategori kurang dilatar belakangi oleh mayoritas para ibu dilingkungan V kelurahan Deli Tua timur berpendidikan ↓ SMP dan SMA , merupakan IRT. Selain hal tersebut, masyarakat kurang ikut andil dalam segala kegiatan penyuluhan yang diadakan oleh tenaga kesehatan dan banyak ibu yang menganggap memberikan ASI ekslusif kepada bayi tidak mempengaruhi kebutuhan zat gizi dan kesehatan bayi kelak.

Pemberian ASI eksklusif berarti hanya memberikan ASI saja. Ini berarti bayi tidak diberi air putih, teh, minuman ramuan, cairan lain, maupun makanan


(46)

lain selama 6 bulan pertama usianya (Linkages, 2002). Pemberian ASI harus dilakukan secara eksklusif paling sedikit selama 4 bulan dan lebih baik lagi jika sampai 6 bulan (Roesli,Utami.2003).

Menurut Welford (2001) bahwa ibu tidak memberikan ASI eksklusif dikarenakan kurangnya pengetahuan tentang menyusui dari satu generasi bahkan lebih dan banyak ibu masa kini mendapati bahwa ibu dan nenek mereka miskin pengetahuan tentang menyusui dan tak mampu memberikan banyak dukungan

2. Mitos-mitos

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mitos-mitos dalam kategori buruk yaitu sebanyak 29 orang (74.4%) dan dalam katesori baik yaitu sebanyak 10 orang (25.6%). Tingginya ibu dalam kategori buruk tersebut dikarenakan masih kuatnya kepercayaan ibu-ibu mengenai pembeian ASI yang salah diantaranya yaitu ASI yang pertama kali keluar merupakan ASI kotor sehingga harus dibuang, bayi memerlukan makanan dan minuman tambahan selain ASI, menyusui dapat merubah bentuk payudara menjadi jelek, dan lain-lain. Dilain pihak tingginya anggka kepercayaan ibu terhadap mitos-mitos yang beredar disekitarnya adalah pengaruh dari kurangnya pengetahuan yang dilatar belakangi oleh mayoritas para ibu di lingkungan V kelurahan Deli tua Timur berumur 17-24 tahun yaitu sebanyak 17 ibu (43.6%), paritas < 2 orang yaitu 23 ibu (59.0%) dan kurangnya dukungan keluarga untuk menerapkan pemberian ASI oleh ibu.


(47)

Menurut Sulaiman (2007) bahwa suatu informasi yang sebenarnya salah tetapi dianggap benar dan telah beredar dari satu generasi ke generasi (wikipedia.com,2008). Menurut Hatta (2007) bahwa kepercayaan dan mitos-mitos yang salah merupakan hambatan untuk tindakan menyusui yang normal.

Menurut Evariny A (2008) bahwa banyaknya mitos tentang menyusui membuat ibu menjadi kurang percaya diri untuk memberikan ASI kepada anaknya, ketakutan yang tidak beralasan malah makin membuat ibu-ibu berhenti menyusui dan memilih susu buatan sebagai alternatif.

3. Persepsi Susu Formula

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi susu formula dalam kategori buruk yaitu sebanyak 23 orang (59.0%) dan dalam kategori baik yaitu sebanyak 16 ibu (41.0%). Perolehan ibu dalam kategori buruk lebih banyak dari kategoti baik dikarenan anggapan bahwa susu formula lebih menguntungkan bagi ibu dan bayi serta alasan tertentu yang mengatakan bayi tak bisa mendapatkan ASI, maka susu formula memang tepat dijadikan penggantinya. sehingga banyak ibu memberikan susu formula pada bayinya dan pemberian ASI eksklusif tidak tercapai. Namun perlu diketahui, susu formula tidak bisa disamakan dengan ASI karena tidak ada satu pun susu formula yang kandungan gizinya dapat menyamai ASI. Terutama karena protein hasil olahan tubuh ibu sama sekali berbeda dari protein olahan tubuh sapi. Tidak semua susu formula cocok dengan kebutuhan bayi meski sudah dipilih berdasar usia. Beberapa anak tertentu ada yang alergi terhadap susu sapi.


(48)

Menurut Sulaiman (2007) bahwa promosi susu formula banyak dilakukan melalui media elektronik, media cetak maupun secara langsung ke ibu di negara kita ini. Memang dalam iklan-iklan / promosi dari susu buatan itu, selalu disebut bahwa susu yang terbaik bagi bayi tetap adalah ASI (Air Susu Ibu) dan siapa yang tidak menjadi terpengaruh dengan gambaran anak-anak yang sedemikian lincah, giat dan tumbuh dengan bijak karena mereka meminum susu buatan atau susu bubuk tertentu, apalagi karena masih adanya anggapan dari para ibu muda, bahwa kalau mereka menyusukan bayi dengan ASI-nya sendiri, maka bias kecantikan akan berkurang.

Menurut Roesli (2007) bahwa penerapan inisiasi dini terbentur kendala oleh maraknya penggunaan susu formula di rumah sakit, termasuk terhadap bayi baru lahir. Hal ini disebabkan ketidaktahuan petugas kesehatan dan gencarnya promosi susu formula ke tempat layanan kesehatan meski melanggar kode etik pemasaran susu formula. hal ini tentu sangat mempengaruhi rasa percaya diri ibu yang memberikan ASI padabayinya.


(49)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Menyusui adalah pemberian sangat berharga yang dapat diberikan seorang Ibu pada bayinya. Dalam keadaan sakit atau kurang gizi, menyusui mungkin merupakan pemberian yang dapat menyelamatkan kehidupan bayi. Dalam kemiskinan, menyusui mungkin merupakan pemberian satu-satunya

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dibahas pada bab sebelumnya maka penulis menarik kesimpulan bahwa faktor pengetahuan terdapat 21 responden (53.8%) dalam kategori baik dan 18 responden (46.2%) dalam kategori buruk. Hal ini dikarenakan ibu di lingkungan V kelurahan Deli Tua Timur kurang ikut andil dalam segala kegiatan penyuluhan yang diadakan oleh tenaga kesehatan dan banyak ibu yang menganggap memberikan ASI ekslusif kepada bayi tidak mempengaruhi kebutuhan zat gizi dan kesehatan bayi..

Kesimpulan atas faktor mitos-mitos terdapat 29 responden (74.4%) dalam kategori buruk dan 10 responden (25.6%) dalam kategori baik. Tingginya perolehan persentase pada ibu dalam kategori buruk dikarenakan masih kuat dan banyaknya ibu yang menganggap benar mitos-mitos yang keliru tentang ASI di lingkungan V kelurahan Deli Tua Timur.

Kesimpulan atas faktor persepsi susu formula terdapat 23 responden (59.0%) dalam kategori buruk dan 16 responden (41.0%) dalam kategori baik. Hal ini dikarenakan anggapan bahwa susu formula lebih banyak memberikan keuntungan bagi ibu dan bayi.


(50)

6.2 SARAN

1. Bagi Tenaga Kesehatan

Diharapkan Petugas kesehatan peka dalam menilai keberhasilan menyusui diwilayah kerjanya dan terus meningkatkan pengetahuan serta ketrampilan untuk lebih cermat dan tanggap membantu ibu mengatasi masalah ada di lingkungan V kelurahan deli tua Timur demi tercapainya pemberian ASI eksklusif, sehingga keberhasilan ASI eksklusif dapat tercapai sesuai yang ditetapkan pemerintah yaitu maksimal 80%.

2. Bagi Responden

Diharapkan masyarakat ikut andil dalam segala kegiatan yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan tentang ASI dan mau peduli akan pentingnya pemberian ASI eksklusif kepada bayi sehingga nantinya para ibu tidak terpengaruh oleh hal-hal yang diragukan kebenarannya demi terciptanya pertumbuhan dan perkembangan bayi yang optimal serta terbebaskan dari kekurangan gizi diawal 6 bulan pertama kehidupan bayi.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Setelah penelitian ini diharapkan bagi peneliti berikutnya agar berupaya lebih mengembangkan dan memperdalam bahasan tentang hal-hal yamg menyebabkan ibu tidak memberikan ASI eksklusif.


(51)

Ch Tirtawinata, Tien. 2006. Makanan Dalam Perspektif Al-Qur’an Dan Ilmu Gizi. Jakarta: FK UI

Danuatmadja, Boni. 2003. 40 Hari Pasca Persalinan Masalah Dan Solusi. Cetakan I. Jakarta: Puspawara

Depkes RI. 2001. ”Keunggulan ASI dan Manfaat Menyusui” Panduan Menajemen Laktasi” (dikutip tgl 23 oktober 2007). http://www.DepkesRI.co.id

Departemen Pendidikan Nasional,2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Ed.ke Tiga. Jakarta : balai Pustaka

Franklin Park, Illinois. Alih bahasa I Andri Hartono. 1997. Petunjuk Praktis Ibu Untuk Menyusui. Jakarta: Yayasan Essentia Medika

Hatta, Meutia. 13 Agustus 2005. ”Pekan ASI sedunia _Membangun Kasih Sayang Lewat ASI” (dikuti tgl 23 oktober 2007). http://www.surakaryaonline.com/news

. 2007. ”Menyusu Pada Satu Jam Pertama_Pedoman Pelaksanaan Pekan ASI seDunia” (dikutip tgl 23 oktober 2007). http://www.mediaonline.co.id

Hidayat, A Aziz Alimul. 2007. Metodologi Penelitian Kebidanan & Teknik Analisa Data. Edisi pertama. Jakarta: Salemba Medika

Judarwanto, Widodo. 2006. ”Penghambat ASI ekskslusif Itu Masih Ada”. (dikutip

tgl 28 oktober 2007). http://www.avainflutidakseindahnamanya.blogspot.com

Kenneth Lyen, Tan Hock Lim, Louisa Zhang. Alih bahasa Indrijati Pudjilestari. 2005. Apa Yang Ingin Anda Ketahui Tentang Merawat Bayi Tahun Pertama. Cetakan ketiga. Jakarta: PT Ikrar Mandiri

Linkages. 2002. ”Pemberian ASI eksklusif Atau ASI saja:Satu-satunya Sumber Cairan Yang Dibutuhkan Bayi Usia Dini” (dikutip tgl 28 oktobrt 2007). http://www.linkages.project.org

Manuaba, Ida Bagus. 1990. Memehami Kesehatan Reproduksi Wanita .Jakarta: Arcan


(52)

Nadesul, Hendrawan. Tutu(Peny.). 2007. Makanan Sehat Untuk Bayi (Plus Penyakit Perut Pada Anak). Cetakan I .Jakarta: Kawan Pustaka

Neilson, joan. 1995. Cara Menyusui Yang Baik. Jakarta: Arcan

Piziali Nichol, Kathryn. Alih bahasa Trisno Rahayu Wilujeng. Sunarni ME (Ed.). 2005. Panduan Menyusui:Semua Yang Perlu Anda Ketahui Ketika Menyusui Agar Anda Dan Bayi Anda Sehat. Cetakan pertama. Jakarta: Anak Prestasi Pustaka

Robbins, S.P. 1995. Organizational Behavior-Concepts, Conroversier, Application. 8th edition on New Jersey : Prentice Hall, inc

Roesli ,Utami. 2000. Mengenal ASI eksklusif. Cetakan pertama. Jakarta: Trubus Agriwidya

. 23 Desember 2003.”Gerakan Kembali ke ASI_ASI Pemberian Terbaik Tuhan Bagi Bayi Anda”(dikutip tgl 28 oktober 2007). http://www.pdpersi.co.id

Sri Purwanti, Hubertini. Monika Ester(Ed.). 2004. Konsep Penerapan ASI eksklusif :Buku Saku Untuk Bidan .Jakarta: EGC

Sulaiman, Hakim. 30 Juli 2007. ”ASI,Mudah,Murah,Meriah,dan Aman”. Jakarta: Analisa

Th Irawati. 2007. ”Menyusun Pada Satu Jam Pertama Kehidupan Dilanjutkan Dengan Menyusui Eksklusif 6 Bulan,Menyelamatkan Lebih Dari Satu Juta bayi”(dikutip tgl 15 oktober 2007). http://www.asi.co.id

Welford, Heather. Alih bahasa Ayudiah Pitaloka. Cristine Pangemanan(Ed.). 2001. Menyusui Bayi Anda .Ceatakan pertama. Jakarta: Dian Rakyat Yelland, Anne. Alih bahasa Amalia Th. Cristine Pangemanan(Ed.). 2005. 18

Bulan Pertama Bayi Anda .Cetakan pertama. Jakarta: Dian Rakyat w.w.w .wikipedia.com. 2008. Defenisi mitos.


(1)

Menurut Sulaiman (2007) bahwa suatu informasi yang sebenarnya salah tetapi dianggap benar dan telah beredar dari satu generasi ke generasi (wikipedia.com,2008). Menurut Hatta (2007) bahwa kepercayaan dan mitos-mitos yang salah merupakan hambatan untuk tindakan menyusui yang normal.

Menurut Evariny A (2008) bahwa banyaknya mitos tentang menyusui membuat ibu menjadi kurang percaya diri untuk memberikan ASI kepada anaknya, ketakutan yang tidak beralasan malah makin membuat ibu-ibu berhenti menyusui dan memilih susu buatan sebagai alternatif.

3. Persepsi Susu Formula

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi susu formula dalam kategori buruk yaitu sebanyak 23 orang (59.0%) dan dalam kategori baik yaitu sebanyak 16 ibu (41.0%). Perolehan ibu dalam kategori buruk lebih banyak dari kategoti baik dikarenan anggapan bahwa susu formula lebih menguntungkan bagi ibu dan bayi serta alasan tertentu yang mengatakan bayi tak bisa mendapatkan ASI, maka susu formula memang tepat dijadikan penggantinya. sehingga banyak ibu memberikan susu formula pada bayinya dan pemberian ASI eksklusif tidak tercapai. Namun perlu diketahui, susu formula tidak bisa disamakan dengan ASI karena tidak ada satu pun susu formula yang kandungan gizinya dapat menyamai ASI. Terutama karena protein hasil olahan tubuh ibu sama sekali berbeda dari protein olahan tubuh sapi. Tidak semua susu formula cocok dengan kebutuhan


(2)

38

Menurut Sulaiman (2007) bahwa promosi susu formula banyak dilakukan melalui media elektronik, media cetak maupun secara langsung ke ibu di negara kita ini. Memang dalam iklan-iklan / promosi dari susu buatan itu, selalu disebut bahwa susu yang terbaik bagi bayi tetap adalah ASI (Air Susu Ibu) dan siapa yang tidak menjadi terpengaruh dengan gambaran anak-anak yang sedemikian lincah, giat dan tumbuh dengan bijak karena mereka meminum susu buatan atau susu bubuk tertentu, apalagi karena masih adanya anggapan dari para ibu muda, bahwa kalau mereka menyusukan bayi dengan ASI-nya sendiri, maka bias kecantikan akan berkurang.

Menurut Roesli (2007) bahwa penerapan inisiasi dini terbentur kendala oleh maraknya penggunaan susu formula di rumah sakit, termasuk terhadap bayi baru lahir. Hal ini disebabkan ketidaktahuan petugas kesehatan dan gencarnya promosi susu formula ke tempat layanan kesehatan meski melanggar kode etik pemasaran susu formula. hal ini tentu sangat mempengaruhi rasa percaya diri ibu yang memberikan ASI pada bayinya.


(3)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Menyusui adalah pemberian sangat berharga yang dapat diberikan seorang Ibu pada bayinya. Dalam keadaan sakit atau kurang gizi, menyusui mungkin merupakan pemberian yang dapat menyelamatkan kehidupan bayi. Dalam kemiskinan, menyusui mungkin merupakan pemberian satu-satunya

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dibahas pada bab sebelumnya maka penulis menarik kesimpulan bahwa faktor pengetahuan terdapat 21 responden (53.8%) dalam kategori baik dan 18 responden (46.2%) dalam kategori buruk. Hal ini dikarenakan ibu di lingkungan V kelurahan Deli Tua Timur kurang ikut andil dalam segala kegiatan penyuluhan yang diadakan oleh tenaga kesehatan dan banyak ibu yang menganggap memberikan ASI ekslusif kepada bayi tidak mempengaruhi kebutuhan zat gizi dan kesehatan bayi..

Kesimpulan atas faktor mitos-mitos terdapat 29 responden (74.4%) dalam kategori buruk dan 10 responden (25.6%) dalam kategori baik. Tingginya perolehan persentase pada ibu dalam kategori buruk dikarenakan masih kuat dan banyaknya ibu yang menganggap benar mitos-mitos yang keliru tentang ASI di lingkungan V kelurahan Deli Tua Timur.


(4)

40

6.2 SARAN

1. Bagi Tenaga Kesehatan

Diharapkan Petugas kesehatan peka dalam menilai keberhasilan menyusui diwilayah kerjanya dan terus meningkatkan pengetahuan serta ketrampilan untuk lebih cermat dan tanggap membantu ibu mengatasi masalah ada di lingkungan V kelurahan deli tua Timur demi tercapainya pemberian ASI eksklusif, sehingga keberhasilan ASI eksklusif dapat tercapai sesuai yang ditetapkan pemerintah yaitu maksimal 80%.

2. Bagi Responden

Diharapkan masyarakat ikut andil dalam segala kegiatan yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan tentang ASI dan mau peduli akan pentingnya pemberian ASI eksklusif kepada bayi sehingga nantinya para ibu tidak terpengaruh oleh hal-hal yang diragukan kebenarannya demi terciptanya pertumbuhan dan perkembangan bayi yang optimal serta terbebaskan dari kekurangan gizi diawal 6 bulan pertama kehidupan bayi.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Setelah penelitian ini diharapkan bagi peneliti berikutnya agar berupaya lebih mengembangkan dan memperdalam bahasan tentang hal-hal yamg menyebabkan ibu tidak memberikan ASI eksklusif.


(5)

Ch Tirtawinata, Tien. 2006. Makanan Dalam Perspektif Al-Qur’an Dan Ilmu Gizi. Jakarta: FK UI

Danuatmadja, Boni. 2003. 40 Hari Pasca Persalinan Masalah Dan Solusi. Cetakan I. Jakarta: Puspawara

Depkes RI. 2001. ”Keunggulan ASI dan Manfaat Menyusui” Panduan Menajemen Laktasi” (dikutip tgl 23 oktober 2007). http://www.DepkesRI.co.id

Departemen Pendidikan Nasional,2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Ed.ke Tiga. Jakarta : balai Pustaka

Franklin Park, Illinois. Alih bahasa I Andri Hartono. 1997. Petunjuk Praktis Ibu Untuk Menyusui. Jakarta: Yayasan Essentia Medika

Hatta, Meutia. 13 Agustus 2005. ”Pekan ASI sedunia _Membangun Kasih Sayang Lewat ASI” (dikuti tgl 23 oktober 2007). http://www.surakaryaonline.com/news

. 2007. ”Menyusu Pada Satu Jam Pertama_Pedoman Pelaksanaan Pekan ASI seDunia” (dikutip tgl 23 oktober 2007). http://www.mediaonline.co.id

Hidayat, A Aziz Alimul. 2007. Metodologi Penelitian Kebidanan & Teknik Analisa Data. Edisi pertama. Jakarta: Salemba Medika

Judarwanto, Widodo. 2006. ”Penghambat ASI ekskslusif Itu Masih Ada”. (dikutip

tgl 28 oktober 2007). http://www.avainflutidakseindahnamanya.blogspot.com

Kenneth Lyen, Tan Hock Lim, Louisa Zhang. Alih bahasa Indrijati Pudjilestari. 2005. Apa Yang Ingin Anda Ketahui Tentang Merawat Bayi Tahun Pertama. Cetakan ketiga. Jakarta: PT Ikrar Mandiri

Linkages. 2002. ”Pemberian ASI eksklusif Atau ASI saja:Satu-satunya Sumber Cairan Yang Dibutuhkan Bayi Usia Dini” (dikutip tgl 28 oktobrt


(6)

MT Indiarti. Renatu Winong Rosari(Ed.). 2007. A To Z The Golden Age_Merawat, Membesarkan, dan Mencerdaskan Bayi Anda Sejak Dalam Kandungan Hingga Usia 3 Tahun. Yogyakarta: CV ANDI Nadesul, Hendrawan. Tutu(Peny.). 2007. Makanan Sehat Untuk Bayi (Plus

Penyakit Perut Pada Anak). Cetakan I .Jakarta: Kawan Pustaka Neilson, joan. 1995. Cara Menyusui Yang Baik. Jakarta: Arcan

Piziali Nichol, Kathryn. Alih bahasa Trisno Rahayu Wilujeng. Sunarni ME (Ed.). 2005. Panduan Menyusui:Semua Yang Perlu Anda Ketahui Ketika Menyusui Agar Anda Dan Bayi Anda Sehat. Cetakan pertama. Jakarta: Anak Prestasi Pustaka

Robbins, S.P. 1995. Organizational Behavior-Concepts, Conroversier, Application. 8th edition on New Jersey : Prentice Hall, inc

Roesli ,Utami. 2000. Mengenal ASI eksklusif. Cetakan pertama. Jakarta: Trubus Agriwidya

. 23 Desember 2003.”Gerakan Kembali ke ASI_ASI Pemberian Terbaik Tuhan Bagi Bayi Anda”(dikutip tgl 28 oktober 2007). http://www.pdpersi.co.id

Sri Purwanti, Hubertini. Monika Ester(Ed.). 2004. Konsep Penerapan ASI eksklusif :Buku Saku Untuk Bidan .Jakarta: EGC

Sulaiman, Hakim. 30 Juli 2007. ”ASI,Mudah,Murah,Meriah,dan Aman”. Jakarta: Analisa

Th Irawati. 2007. ”Menyusun Pada Satu Jam Pertama Kehidupan Dilanjutkan Dengan Menyusui Eksklusif 6 Bulan,Menyelamatkan Lebih Dari Satu Juta bayi”(dikutip tgl 15 oktober 2007). http://www.asi.co.id

Welford, Heather. Alih bahasa Ayudiah Pitaloka. Cristine Pangemanan(Ed.). 2001. Menyusui Bayi Anda .Ceatakan pertama. Jakarta: Dian Rakyat Yelland, Anne. Alih bahasa Amalia Th. Cristine Pangemanan(Ed.). 2005. 18

Bulan Pertama Bayi Anda .Cetakan pertama. Jakarta: Dian Rakyat w.w.w .wikipedia.com. 2008. Defenisi mitos.