BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dari perspektif Islam, anak adalah karunia sekaligus amanah Allah yang diberikan kepada orang tua. Sebagai karunia, kelahiran anak harus disyukuri
sebagai nikmat Allah yang dianugerahkan kepada manusia. Sedangkan sebagai amanah, orang tua mempunyai tanggung jawab memelihara amanah itu. Bukti
syukur dan tanggung jawab orang tua terhadap anak itu diwujudkan dalam perlakuan baik, kasih sayang, pemeliharaan, pemenuhan kebutuhan sandang,
pangan, kebutuhan batiniah dan spiritual. Singkatnya, kelahiran anak sebagai karunia dan amanah meniscayakan perlunya pendidikan.
1
Kebutuhan terhadap pendidikan merupakan hal yang tidak dapat dipungkiri, bahkan semua itu merupakan hak semua warga negara. Berkenaan
dengan ini, di dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 1 secara tegas disebutkan bahwa tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran.
2
Anak-anak merupakan tunas-tunas bangsa dan generasi harapan bangsa. Mereka lah yang akan membawa negeri ini ke masa depan yang lebih baik dan
lebih cerah dari masa sebelumnya. Hal itu akan terwujud apabila anak-anak tersebut mendapatkan kesempatan sekurang-kurangnya untuk tumbuh dan
berkembang dengan wajar, baik secara jasmani, rohani maupun sosial sejak dini
1
Husni Rahim, Arah Baru Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2001, Cet.I, h.43
2
Afnil Guza, Undang-Undang Sisdiknas dan Undang-Undang Guru dan dosen, Jakarta:Asa Mandiri,2009, Cet.ke-9, h.36
1
2 dengan memberikan pendidikan yang cukup terutama pendidikan yang
didalamnya mencakup pendidikan akhlak karena seseorang yang dibekali pendidikan tanpa adanya akhlak yang baik akan terjadi penyimpangan-
penyimpangan perilaku di negeri yang tercinta ini. Pendidikan akhlak dalam abad kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
modern ini sangat penting untuk dikaji dan ditingkatkan. Fakta menunjukkan bahwa kemajuan IPTEK tersebut banyak memberikan dampak negatif disamping
dampak positif terhadap tingkah laku manusia. Akhlak termasuk salah satu masalah yang menjadi perhatian, baik dalam masyarakat maju maupun
masyarakat yang masih terbelakang. Jika dalam suatu masyarakat banyak orang yang sudah rusak akhlaknya maka goncanglah masyarakat tersebut.
3
Kenyataan ini menunjukkan bahwa kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia menempati posisi yang sangat penting, baik dalam kehidupan individu
maupun masyarakat dan berbangsa. Jatuh bangunnya suatu bangsa bergantung kepada kualitas akhlak bangsa tersebut. Apabila akhlaknya baik maka bangsa
tersebut sejahtera lahir dan batin, tapi sebaliknya jika akhlaknya buruk bangsa tersebut akan lenyap dari permukaan bumi seperti yang terjadi pada kaum Ad,
Tsamud dan lain sebagainya. Melihat permasalahan diatas, maka sangat diperlukan peranan dan kerjasama yang baik antara orang tua, guru dan
masyarakatpemerintah dalam proses pembentukan akhlakul karimah kepada anak didik mereka.
Akhlak merupakan fondasi dalam kehidupan seorang muslim. Akhlak yang baik ibarat perhiasan setiap mukmin, merupakan pakaian yang tidak pernah
usang dan pudar. Akhlak juga merupakan fokus agama samawi terutama agama Islam dan selalu menjadi perhatian besar para ulama Islam dan akan terus
berlangsung demikian sepanjang hidup.
4
Begitu pentingnya akhlak dalam Islam, sehingga banyak disinggung dalam Al-Quran. Rasulullah SAW sangat menekankan aspek akhlak begitu juga
dengan Rasulullah adalah orang yang sangat mulia akhlaknya, sehingga Allah
3
Zakiah Daradjat, Peranan Agama dalam Kesehatan Mental, Jakarta: Toko Gunung Agung, 2001, Cet. Ke-16, h.56
4
Ibrahim Amini, Agar Tak Salah Mendidik, Jakarta: Al-Huda, 2006, Cet.1, h.228
3 memujinya dalam firman-Nya yang terdapat dalam surat Al-Qalam ayat 4 yang
berbunyi:
Artinya: … dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.
5
Ayat diatas relevan sekali dengan misi nabi Muhammad SAW diutusAllah ke dunia sebagaimana sabda Nabi:
ﺄﻟ ْﺜﻌﺑ ﺎﻤﱠﻧا ﱢﻤ
ق ْﺧ ْا ﻟﺎﺻ ﻢ ﺪﻤ ا ﻩاور
Artinya:Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlakHR Ahmad.
6
Setiap agama mengajarkan akhlak terutama agama Islam, karena dalam pendidikan agama biasanya diartikan pendidikan yang materi bahasannya
berkaitan dengan keimanan, ketakwaan, akhlak dan ibadah kepada Tuhan. Dengan demikian pendidikan agama berkaitan dengan pembinaan sikap mental-
spiritual yang selanjutnya dapat mendasari tingkah laku atau perilaku manusia dalam berbagai kehidupan.
7
Namun, kenyataan yang terjadi dalam kehidupan justru sebaliknya terjadi perilaku akhlak yang tidak baik. Kemerosotan akhlak
yang demikian itu bukan hanya menimpa kalangan orang dewasa saja, tetapi juga pada para pelajar tunas-tunas muda yang diharapkan dapat melanjutkan
perjuangan membela kebenaran, keadilan dan perdamaian masa depan. Anak pada usia Sekolah DasarMadrasah Ibtidaiyah condong bergaul
dengan teman sebaya dan berkelompok. Mereka mudah terpengaruh oleh teman- temannya, bahkan mulai tumbuh keinginan untuk tampil beda agar mendapat
perhatian dari anggota kelompok atau orang-orang di sekitarnya. Pengaruh negatif teman terhadap perilaku anak pada usia ini dampaknya cukup besar. Karena itu
mereka memerlukan yang namanya pendidikan agama yang temasuk di dalammya pendidikan akhlak guna membentuk akhlak mulia.
5
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, Jakarta:Yayasan penyelenggarapenafsir al-Quran, 1971, h.960
6
H.M Noor Sulaiman, Hadits-hadits pilihan kajian tekstual dan Kontekstual, Jakarta:Gaung Persada, 2010, cet.I, h.61
7
Abudin Nata, Media Berkala Al-Hikmah, Mengokohkan Moralitas Dalam Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Al-Hikmah,2002, Vol.4, No 5, Januari 2002, h. 12
4 Berbicara masalah pembentukan akhlak atau perilaku seseorang sama
dengan berbicara tentang salah satu tujuan khusus dari pendidikan Islam. Adapun tujuan khusus dari pendidikan Islam adalah mendidik individu yang saleh dengan
memperhatikan segenap dimensi perkembangannya: rohaniah, emosional, sosial, intelektual dan fisik.
8
Fase kritis dalam membentuk perilaku akhlak anak adalah fase ketika anak duduk di bangku SMA. Karena itu para pendidik baik orang tua, guru dan
orang-orang di sekitarnya memiliki kesempatan untuk membentuk perilaku anak mulai usia balita sampai SMP, karena pada masa ini semua program-program
perilaku mampu diserap baik oleh seorang anak, terlepas apakah itu baik atau buruk secara nilai kultur dan agama. Jika pada masa ini anak jauh lebih banyak
menyerap hal-hal yang buruk maka hal-hal buruk inilah yang akan menjadi perilaku dominannya.
9
Pendidikan akhlak pertama kali ditanamkan di dalam lingkungan keluarga, karena keluarga merupakan tempat pendidikan utama dan orang tua sebagai
kuncinya. Pendidikan dalam keluarga berperan dalam pengembangan watak, kepribadian, nilai-nilai budaya, nilai-nilai keagamaan dan moral serta ketrampilan
sederhana.
10
Setelah melihat begitu pentingnya akhlakul karimah bagi anak-anak mereka dan menyadari akan keterbatasan waktu mereka dalam mendidik anak-
anak mereka, maka orang tua memilih pendidikan formal yaitu sekolah sebagai lembaga pendidikan akhlak yang kedua untuk melanjutkan pendidikan anak-anak
mereka setelah mendapatkan bekal pendidikan di rumah. Adapun pelaksanaan pendidikan akhlak pada siswa usia Sekolah Dasar
Madrasah Ibtidaiyah di sekolah dapat dilakukan dengan cara memberikan keteladan, pembiasaan, petunjuk, ceritakisah, nasehat dan sebagainya dengan
menggunakan bahasa yang sederhana sesuai dengan perkembangan kecerdasan
8
Hery Noer Aly dan Munzier Suparta, Pendidikan Islam Kini dan Mendatang, Jakarta: CV Triasco, 2003, Cet I, h.143
9
Ayah Edi, Mendidik anak zaman sekarang ternyata mudah lho, Jakarta:Tangga Pustaka, 2008, h. 45
10
Muhammad Tholhah Hasan, Islam dan Masalah Sumber Daya Manusia, Jakarta: Lantabora Press, 2003, Cet. Ke-2, h.48
5 dan daya pikir mereka. Dalam usaha menanamkan nilai akhlak kepada mereka,
guru dituntut dapat memahami perkembangan jiwa mereka. Dari uraian di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa dalam
pembentukan akhlakul karimah pada siswa, maka pelaksanaan pendidikan di sekolah harus dilakukan secara intensif terutama dalam pendidikan agama yang di
dalamnya mengajarkan tentang akhlak. Tidak hanya akhlak kepada Allah SWT, tetapi juga akhlak kepada makhluk-Nya. Karena apabila pendidikan agama
diabaikan di sekolah, maka didikan agama yang dibekali di rumah tidak akan berkembang bahkan mungkin terhalang.
Bertitik tolak pada persoalan diatas, maka penulis tertarik untuk membuat skripsi dengan judul:
PELAKSANAAN PENDIDIKAN AKHLAK DALAM PEMBENTUKAN AKHLAKUL KARIMAH SISWA DI MI. DARUSSALAM PONDOK LABU
JAKARTA SELATAN.
Ada beberapa hal yang mendorong penulis memilih judul tersebut, antara lain:
1. Sepanjang pengetahuan penulis bahwa di MI Darussalam pondok labu Jakarta
selatan tentang pendidikan akhlak dalam pembentukan perilaku siswa belum pernah diadakan penelitian oleh pihak manapun.
2. Pendidikan akhlak dalam pembentukan perilaku siswa adalah suatu keharusan
atau tanggung jawab pihak guru dalam menjadikan anak-anak didiknya berkepribadian baik yang mencerminkan perilaku yang baik pula.
3. Penulis memilih Madrasah Ibtidaiyah karena penulis beranggapan bahwa
madrasah adalah salah satu lembaga yang bercirikan Islam yang sudah pasti pendidikan akhlak sangat ditanamkan dan diperhatikan disana. Tetapi yang
penulis perhatikan justru mengapa akhlak yang kurang baik yang terlihat di sana mulai dari ucapan-ucapan dan tingkah laku mereka yang kurang baik.
Apakah dikarenakan pelaksanaan pendidikan akhlak di MI Darussalam yang kurang terencana dengan baik ataukah karena kesalahan orang tua yang kurang
memperhatikan akhlak anak-anak mereka baik didalam maupun diluar rumah
6 ataukah karena ketidakberhasilan guru di sekolah dalam mendidik dan
menanamkan akhlak kepada siswanya atau permasalahan itu timbul karena pribadi mereka sendiri?
B. Identifikasi Masalah