Pendidikan Akhlak PENDIDIKAN AKHLAK DAN

BAB II PENDIDIKAN AKHLAK DAN

PEMBENTUKAN AKHLAKUL KARIMAH

A. Pendidikan Akhlak

1. Pengertian Pendidikan Akhlak Sebelum penulis mengemukakan pengertian pendidikan akhlak, ada baiknya diketahui terlebih dahulu tentang pengertian pendidikan dan akhlak secara terpisah ditinjau dari segi etimologi dan terminologi. Menurut etimologi kata pendidikan berasal dari kata didik yang mendapat awalan pe- dan akhiran -an yang artinya memelihara, merawat dan memberi latihan agar seseorang memiliki ilmu pengetahuan seperti yang diharapkan tentang sopan santun, akal budi, akhlak dan sebagainya. 1 Dalam Bahasa Arab disebut ﺔ ْﺮ Yang berasal dari kata ﻰ ر yang artinya mengasuh, memimpin atau mendidik. 2 Kata ﻰ ر Yang berarti mendidik dapat ditemukan di dalam al-Quran surat al-Isra ayat 24: ☺ ⌧ ☺⌧ 1 Daryanto, SS, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya: Apollo, 1998, h.156 2 Mahmud Yunus, Kamus Bahasa Arab-Indonesia, Jakarta: Hidakarya Agung, 1989, Cet. Ke-8, h. 136 9 10 Artinya: … ya Tuhanku sayangilah keduanya ibu-bapakku sebagaimana mereka telah mendidikku sejak kecil. 3 Adapun pengertian pendidikan secara terminologi dapat dikemukakan sebagai berikut: a. Menurut Ahmad D.Marimba yang dikutip oleh Hery Noer Aly, pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju kepribadian yang utama. 4 b. Menurut Tim Dosen FIP IKIP Malang, Pendidikan merupakan aktifitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya panca indera dan keterampilan. 5 c. Menurut Prof. H.M Arifin M.Ed, Pendidikan diartikan sebagai latihan mental, moral dan fisik yang bisa menghasilkan manusia yang berbudaya tinggi, maka pendidikan berarti menumbuhkan personalitas kepribadian serta menanamkan rasa tanggung jawab. 6 d. Menurut Zuhairini Pendidikan meliputi semua perbuatansemua usaha dari generasi tua untuk mengalihkan melimpahkan pengetahuannya, pengalamannya, kecakapan serta keterampilan kepada generasi muda sebagai usaha untuk menyiapkan mereka agar dapat memenuhi fungsi hidupnya, baik jasmaniahrohaniah. 7 Dari beberapa pengertian yang dikemukakan diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah Bimbingan atau pimpinan secara sadar dari si pendidik kepada anak didik untuk mengembangkan potensi pribadinya agar dapat 3 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemah, Jakarta: Yayasan penyelenggarapenafsir al-Quran, 1971, h. 428 4 Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, Ciputat: Logos Wacana Ilmu, 1999, Cet.II, h. 2 5 Tim Dosen FIP IKIP Malang, Pengantar Dasar-dasar Kependidikan, Jakarta: Hidayakarya Agung, 1978, Cet. Ke-2, h. 5 6 H.M. Arifin, Ilmu Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara,2009, Cet. Ke-4, h.7 7 Zuhairini, dkk, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara,2009, cet.ke-5, h. 92 11 menumbuhkan personalitas dan rasa tanggung jawab yang baik sehingga dapat memenuhi fungsi hidupnya baik jasmani maupun rohani. Sedangkan Prof.DR.H.Ramayulis dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islami mengemukakan istilah lain dari pendidikan dengan kata tarbiah, ta’lim dan ta’dib: a. Tarbiah yang berarti “pendidikan, pengasuhan dan sebagainya”. Selain itu kata-kata ini mencakup banyak arti seperti kekuasaan, perlengkapan dan pertanggung jawaban, perbaikan, penyempurnaan dan lain-lain. b. Ta’lim berarti pengajaran yang bersifat pemberian atau penyampaian pengertian, pengetahuan dan keterampilan. c. Ta’dib yang berarti pelatihan atau pembiasaan. 8 Dari ketiga istilah tesebut yang paling popular digunakan adalah kata “tarbiah” karena mencakup keseluruhan kegiatan pendidikan seperti persiapan individu dalam kesempurnaan etika, berpikir secara sistematis, ketajaman intuisi, giat dalam kreasi dan memiliki keterampilan. Pengertian akhlak secara etimologi bahasa berasal dari bahasa Arab dengan kosakata al-Khuluq yang berarti kejadian, budi pekerti dan tabiat dasar yang ada pada manusia. 9 Dalam kamus modern Bahasa Indonesia kata akhlak diartikan sebagai budi pekerti, tingkah laku, dan perangai. 10 Sedangkan pengertian akhlak menurut Jamil Shaliba yang dikutip oleh Dr.H.Moh. Ardani dalam bukunya yang berjudul “Nilai-nilai AkhlakBudi Pekerti dalam Ibadat”, akhlak berarti perangai, tabiat, watak dasar kebiasaan, sopan dan santun agama. 11 8 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2008, Cet.ke-7, h.14-15 9 H.A.Rahman Ritonga, Akhlak merakit hubungan dengan sesama manusia, Bukit Tinggi: Amelia Surabaya, 2005, Cet I, h. 7 10 M.Dahlan Al-Barry, Kamus Modern Bahasa Indonesia, Yogyakarta: Arkola, 1994, h.12 11 H. Moh.Ardani, Nilai-nilai AkhlakBudi Pekerti dalam Ibadat, Jakarta: CV.Karya Mulia, 2001, Edisi Pertama, h.25. 12 Adapun pengertian akhlak secara terminologi istilah terdapat beberapa pendapat yang dikutip oleh Rahmat Djatnika dalam bukunya System Ethika Islam adalah sebagai berikut: a. Menurut Ibn Maskawaih akhlak itu adalah keadaan gerak jiwa seseorang yang mendorong kearah melakukan perbuatan tanpa membutuhkan pemikiran atau pertimbangan terlebih dahulu. b. Al-Ghazali dalam bukunya Ihya Ulumuddin mengatakan bahwa akhlak adalah sifat yang tetap pada jiwa seseorang yang daripadanya timbul perbuatan- perbuatan yang mudah dengan tidak membutuhkan pikiran atau pertimbangan. c. Ahmad Amin dalam bukunya Al-Akhlaq mengatakan bahwa akhlak ialah membiasakan kehendak. 12 Dari beberapa pengertian di atas jelaslah bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorong melakukan perbuatan secara berulang- ulang sehingga menjadi suatu kebiasaan tanpa memerlukan pemikiran atau pertimbangan terlebih dahulu. Jadi pada hakekatnya akhlak atau khuluq itu adalah kondisi atau sifat yang telah meresap dalam jiwa manusia dan menjadi kepribadian, sehingga dari situlah timbul berbagai macam perbuatan dengan cara spontan dan mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan pemikiran. Dari beberapa pendapat para ahli di atas tentang pengertian akhlak, maka Abudin Nata menyimpulkan ciri-ciri perbuatan akhlak, sebagai berikut: a. Perbuatan akhlak itu telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang atau telah mendarah daging sehingga telah menjadi kepribadiannya. b. Perbuatan akhlak itu mudah dilakukan dengan mudah tanpa pemikiran. c. Perbuatan akhlak itu timbul atas kemauan dan pilihan sendiri, bukan karena ada paksaan dari luar. d. Perbuatan akhlak itu dilakukan dengan sebenarnya bukan berpura-pura atau bersandiwara. e. Perbuatan akhlak itu diperbuat atas dasar niat semata-mata karena Allah. 13 12 Rahmat Djatnika, System Ethika Islam, Jakarta: Pustaka Panji Mas, 1992, h. 26- 27 13 Abudin Nata, Akhlak Tasawwuf, Jakarta: PT.Raja Grafindo, 2003, Cet.I, h. 4-5 13 Menurut Prof. Dr. H.A Rahman Ritonga di samping istilah akhlak, ada beberapa istilah yang sering disamaartikan dengan akhlak oleh banyak orang yaitu moral, etika dan susila. a. Moral dari bahasa latin mores ialah perilaku yang sudah menjadi kebiasaan seseorang dan baik buruknya perilaku itu diukur dengan norma yang berlaku hukum dan adat. b. Etika dari bahasa Yunani ethos ialah perilaku yang sudah menjadi kebiasaan seseorang. Untuk mengukur baik atau buruk kebiasaan itu adalah dengan menggunakan standar logika umum yang sehat. c. Susila dari bahas sansekerta su=baik dan sila=prinsip yaitu perlaku yang sudah menjadi kebiasaan seseorang. Baik dan buruknya perilaku diukur dengan perasan. Susila disebut juga sebagai sopan santun. 14 Setelah mengetahui pengertian dari pendidikan dan akhlak maka penulis menyimpulkan bahwa pendidikan akhlak ialah usaha sadar manusia berupa bimbingan atau bantuan yang diberikan oleh si pendidik kepada anak didiknya yang berkaitan dengan masalah budi pekerti yang tertanam dalam jiwa mereka sehingga jasmani dan rohani mereka dapat berkembang menjadi kepribadian utama yang sesuai dengan ajaran Islam. 2. Dasar dan Tujuan Pendidikan Akhlak Setiap aktifitas yang dilaksanakan manusia haruslah mempunyai dasar dan tujuan agar semua aktifitasnya itu dapat tercapai dengan baik Dasar merupakan suatu fundamen untuk berdirinya suatu tujuan, demikian pula halnya dengan pelaksanaan pendidikan harus memiliki dasar-dasar yang kuat dalam usaha mencapai tujuan yang diinginkan. Di dalam Islam yang menjadi dasar pendidikan akhlak adalah al-Quran dan Hadis. Dengan kata lain dasar-dasar yang lain selalu dikembalikan kepada dua sumber ini. Al-Quran dan Hadis dijadikan sebagai dasar alat ukur tingkah laku seseorang dalam hal kebaikan dan keburukan. Apa yang baik menurut al- Quran dan Hadis, maka baik pula perbuatan itu. Dan sebaliknya apa yang menurut 14 H.A.Rahman Ritonga, Akhlak merakit hubungan dengan sesama manusia…, hlm.8 14 al-Quran dan Hadis itu jelek, maka jelek pulalah perbuatan itu dan harus ditinggalkan. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW: ْ ْﻜ ْنا ﺎ اﺪ ا اْﻮ ﻀ ْ ْﺮْ ا ْ ﻜْ ْآﺮ ﺔ و ﷲا بﺎ آ ﺎ ﻬ ْﻮ ر آﺎﺤ ا اور Artinya: Aku tinggalkan untuk kamu sekalian dua hal perkara, tidak akan sesat kamu sekalian dalam berpegang kepada keduanya, yaitu kitabullah dan sunnah Rasul-Nya 15 . Sejarah Islam telah menunjukkan bahwa Rasulullah saw diutus kepada seluruh manusia adalah untuk mengajar dan membimbing mereka dalam hal-hal yang berkaitan dengan agama dan dunia serta menunjukkan mereka ke jalan yang lurus yakni jalan yang diridhoi Allah SWT. Al-Quran adalah kitabullah yang diwahyukan kepada nabi Muhammad saw yang berisikan pedoman dan petunjuk bagi umat manusia untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Petunjuk Al-Quran sebagaimana dikemukakan Mahmud Syaltut, dapat dikelompokkan menjadi 3 pokok yang disebutnya sebagai maksud-maksud Al- Quran yaitu: 1. Petunjuk tentang akidah dan kepercayaan yang harus dianut oleh manusia. 2. Petunjuk mengenai akhlak yang murni dengan jalan menerangkan norma- norma keagamaan dan susila yang diikuti oleh manusia dalam kehidupan, baik individual maupun kolektif. 3. Petunjuk mengenai syariat dan hukum dengan jalan menerangkan dasar-dasar hukum yang diikuti oleh manusia dalam hubungannya dengan Tuhan dan sesamanya. 16 Dengan demikian tepat sekali kalau Al-Quran dijadikan sebagai dasar pertama dari pendidikan akhlak. Salah satu ayat-ayat al-Quran yang mengandung nilai-nilai akhlak adalah: 15 Romdoni Muslim, 300 Hadits Akhlak, Jakarta: Restu Ilahi, 2004, h.vii 16 Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, … h.33 15 ⌧ ⌧ ☺ ⌧ Sesungguhnya Allah menyuruh kamu Berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran. 17 QS.An-Nahl: 90 Ayat diatas menunjukkan perintah kepada manusia untuk berlaku adil dan berbuat kebajikan dan melarang manusia untuk melakukan hal-hal yang bersifat keji, kemungkaran juga permusuhan. Ayat ini juga mengandung suatu pengertian agar manusia hendaknya berpegang teguh kepada pada ayat ini serta diharapkan dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari di lingkungannya Dasar kedua yang dijadikan dasar pendidikan akhlak adalah hadis atau sunnah Rasulullah saw. Amalan yang dikerjakan oleh Rasulullah dalam proses perubahan hidup sehari-hari menjadi sumber utama pendidikan Islam, karena Allah menjadikan beliau sebagai teladan bagi umatnya. Rasulullah SAW mengajarkan dan mempraktekkan sikap dan amal baik kepada isteri dan para sahabatnya, dan seterusnya mereka mempraktekkan pula seperti apa yang dipraktekkan oleh Rasulullah SAW. Kemudian mereka mengajarkan pula kepada orang lain perkataan, perbuatan dan ketetapan Rasul dan inilah yang disebut Hadis atau Sunnah. 18 Rasulullah SAW adalah pembawa amanat dari Allah SWT untuk menunjukkan umat manusia ke jalan yang lurus, sekaligus merupakan pribadi yang utuh yaitu pribadi yang dapat dijadikan contoh teladan dan anutan bagi setiap muslim. Oleh karena itu mengikuti jejak Rasulullah SAW sangatlah besar pengaruhnya dalam pembentukan pribadi dan watak sebagai seorang muslim yang sejati sebagaimana firman Allah SWT dalam surat At-Taghaabun ayat 12: 17 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan…, h.415 18 Rama Yulis, Ilmu Pendidikan Islam, … h. 1 16 ☺ ☺ Dan taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul-Nya, jika kamu berpaling Sesungguhnya kewajiban Rasul Kami hanyalah menyampaikan amanat Allah dengan terang. 19 QS. At-Taghaabun: 12 Telah sama-sama diketahui bahwa seluruh aktifitas manusia mempunyai tujuan. Masing-masing tujuan sesuai dengan kecenderungan hati nuraninya. Allah menciptakan manusia mempunyai tujuan yaitu agar manusia beribadah atau mengabdi kepada-Nya, dalam firman-Nya: Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. 20 QS. Adz-Dzaariyaat: 56 Tujuan pendidikan ditentukan oleh pendidik sebagai orang yang mengarahkan proses pendidikan, karena tujuan pendidikan berkaitan erat dengan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh pendidik di dalam hidupnya. Tujuan pendidikan tidak bisa dipisahkan dengan tujuan hidup pendidik karena pendidikan akan berjalan sesuai tujuan apabila pendidik sendiri sadar akan tujuan hidupnya agar perilaku mendidiknya menjadi jelas. Tujuan pendidikan adalah orientasi yang dipilih pendidik dalam membimbing peserta didiknya. Pemilihan merupakan proses penilaian, karenanya manakala pendidik telah menentukan pilihannya, sesungguhnya ia telah mengutamakan sebagian nilai atas sebagian yang lain. 21 Tujuan adalah sasaran yang hendak dicapai setelah kegiatan selesai. Pendidikan merupakan kegiatan yang berproses secara sistematis dan berencana dan sudah tentu mempunyai tujuan. Tujuan pendidikan diperlukan untuk 19 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan…,h. 942 20 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan…,h. 862 21 Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, Ciputat: Logos Wacana Ilmu, 1999, cet.II, h. 54 17 membentuk kepribadian seseorang. Begitu pula dengan pendidikan akhlak mempunyai tujuan yang hendak dicapai. Tujuan pendidikan akhlak tidak terlepas dari dasar yang menjadi pedoman pendidikan akhlak tersebut yaitu Al-Quran dan Sunnah Nabi. Dalam dasar itu terdapat kemana tujuan yang akan dicapai yakni terbentuknya suatu pribadi atau masyarakat yang berakhlak Islam yaitu akhlak yang sesuai dengan tuntunan Al-Quran dan Sunnah Nabi. Tujuan pendidikan akhlak dalam Islam menurut Athiyah Al-Abrasy adalah untuk mencapai suatu akhlak yang sempurna. 22 Dengan kata lain pendidikan akhlak bertujuan untuk melahirkan manusia yang memiliki keutamaan melalui kegiatan pendidikan. Berdasarkan tujuan ini, maka setiap keadaan, pelajaran, aktifitas, merupakan sarana pendidikan akhlak. Dan setiap pendidik harus memelihara akhlak dan memperhatikan akhlak diatas segala- galanya. Akhlak bertujuan menciptakan manusia sebagai makhluk yang tinggi dan sempurna dan membedakan dari makhluk lainnya. Akhlak hendak menjadikan manusia orang yang berkelakuan baik, bertindak baik terhadap sesama manusia, terhadap Allah dan makhluk lainnya. Menurut Dr.H. Abudin Nata, ciri-ciri dari tujuan pendidikan Islam adalah sebagai berikut: a. Mengarahkan manusia agar rmenjadi khalifah Tuhan di muka bumi dengan sebaik-baiknya. b. Mengarahkan manusia agar seluruh pelaksanaan tugas kekhalifahan di muka bumi dilaksanakan dalam rangka beribadah kepada Allah SWT, sehingga tugas tersebut terasa lebih ringan. c. Mengarahkan manusia untuk berakhlak mulia, sehingga ia tidak menyalahgunakan fungsi kekhalifahannya 22 Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta:Gaya Media Pratama, 2005, cet I, h101 18 d. Mengarahkan manusia agar dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. 23 Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan akhlak adalah membentuk pribadi muslim yang berakhlakul karimah baik jasmani maupun rohani yang ditujukan dengan niat beribadah kepada Allah yang berdasarkan al-Quran dan Hadis sehingga mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat. 3. Metode Pendidikan Akhlak Menurut etimologi, metode adalah cara yang tersusun dan teratur untuk mencapai tujuan, khususnya dalam hal ilmu pengetahuan. 24 Dengan demikian untuk melaksanakan sesuatu diperlukan cara-cara yang tepat dan teratur. Tidak ada satupun metode yang sempurna tanpa adanya selingan dari metode lain yang melengkapinya. Karena itu seorang guru dituntut untuk dapat memilih metode yang tepat atau sesuai dengan karakteristik anak didik. Adapun metode yang dipakai dalam pendidikan akhlak selain metode ceramah, cerita dan tanya jawab dapat dipergunakan beberapa metode dibawah ini: a. Metode Keteladanan Akhlak yang baik tidak dapat dibentuk hanya dengan pelajaran, instruksi dan larangan, sebab tabiat jiwa untuk menerima keutamaan itu tidak cukup dengan hanya seorang guru mengatakan kerjakan ini dan kerjakan itu. Menanamkan sopan santun memerlukan pendidikan yang panjang dan harus ada pendekatan yang lestari. Pendidikan itu, tidak akan sukses, melainkan jika disertai dengan pemberian contoh teladan yang baik dan nyata. 25 Banyak ahli pendidikan berpendapat bahwa pendidikan akhlak dengan teladan merupakan metode yang paling berhasil guna. Hal itu karena dalam 23 Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, … h106 24 Daryanto, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya: Apollo, 1998, h. 406 25 Abudin Nata, Akhlak Tasawwuf...,h. 165 19 belajar, orang pada umumnya lebih mudah menangkap yang konkrit daripada yang abstrak. 26 Mengingat pendidik adalah seorang figur terbaik dalam pandangan anak, yang tindak tanduk dan sopan santunnya, disadari atau tidak akan ditiru oleh mereka. Bahkan bentuk perkataan, perbuatan dan tindak tanduknya akan senantiasa tertanam dalam kepribadian anak. 27 Metode keteladanan merupakan keharusan bagi seorang guru, yakni memberikan contoh yang baik bagi para siswa dalam berbagai hal, baik sikap perilaku keseharian yang meliputi perkatan dan tingkah laku seorang guru dalam pribadinya, maupun etika guru dalam bersosialisasi dengan para siswa, sehingga guru dapat dijadikan suri tauladan bagi anak didiknya dan patut ditiru. b. Metode Pembiasaan Pembiasaan merupakan proses penanaman kebiasaan. 28 Aktivitas yang terus dikerjakan manusia dengan telaten dan penuh kesabaran akan menjadi kebiasaan dirinya yang tidak bisa dipisahkan lagi. Orang yang tebiasa dengan perbuatan-perbuatan tertentu tidak akan merasa terbebani lagi. Awalnya memang sulit untuk membiasakan perbuatan-perbuatan baik, tetapi lama kelamaan kalua dilakoni dengan penuh ketekunan dan kesabaran ia akan dengan senang hati dan penuh kecintaan melakukan hal demikian. 29 Salah satu usaha untuk membentuk suatu kepribadian manusia adalah dengan melakukan pembiasaan yang dilakukan sejak kecil dan berlangsung secara kontinu. Karena itu jika manusia membiasakan berbuat jahat, maka ia akan menjadi orang jahat. Untuk ini Al-Ghazali mengajarkan agar akhlak diajarkan, yaitu dengan cara melatih jiwa kepada pekerjaan atau tingkah laku yang mulia. Sebagai contoh seorang anak yang terbiasa melaksanakan shalat dan puasa sejak kecil maka ketika besar mereka sudah tidak lagi sulit untuk mengatasi rasa malasnya untuk mendirikan kewajiban-kewajiban tersebut. Berbeda dengan anak 26 Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam…, h. 178 27 Abdullah Nashih Ulwan, Pendidikan Anak dalam Islam, Terj. Dari Tarbiyatul Aulad Fil Islam oleh Jamaluddin Miri, Jakarta: Pustaka Amani, 1995, cet.I, h. 2 28 Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam…, h. 84 29 Ibrahim Amini, Agar Tak…, h. 298 20 yang tidak terbiasa melakukan perbuatan itu sejak kecil maka akan lebih sulit bagi para pendidik mengatasinya. Meskipun metode pembiasaan adalah strategi yang sangat efektif dalam mengembangkan perilaku-perilaku positif. Tapi metode ini juga memiliki kelemahan karena kebiasaan ini dipraktekkan oleh si anak tanpa pemahaman atas manfaatnya padahal kalau anak-anak kecil membiasakan perbuatan keterampilan tersebut sambil benar-benar menghayatinya maka efektifitasnya akan sangat tinggi ketika beranjak dewasa. 30 Oleh karena itu peranan orang tua sangat diperlukan untuk menjelaskan kepada anaknya dengan cara yang dapat dipahaminya. c. Metode Nasehat Sebuah nasehat dapat membukakan mata anak-anak tentang hakikat sesuatu dan mendorongnya menuju situasi luhur, menghiasinya dengan akhlak yang mulia, serta membekalinya dengan prinsip-prinsip Islam. Cara seperti ini banyak sekali dijumpai dalam al-Quran, karena nasehat dan cerita pada hakekatnya bersifat penyampaian pesan dari sumbernya kepada pihak yang dipandang memerlukannya.bahas al-Quran dalam berdakwah serta dalam menyampaikan petuah dan nasehat sungguh sangat beragam. Metode Al-Quran dalam menyajikan nasehat dan pengajaran mempunyai ciri-ciri tersendiri, yaitu: a Seruan yang menyenangkan, seraya dibarengi dengan kelembutan dan upaya penolakan. b Metode cerita disertai perumpamaan yang mengandung pelajaran dan nasehat. c Metode wasiat dan nasehat. 31 Metode-metode diatas, masing-masing mempunyai pengaruh yang sangat besar. Karena itu, jika para pendidik menggunakan metode yang telah digunakan dalam al-Quran ini, maka tidak diragukan lagi anak-anak akan tumbuh menjadi sosok yang memiliki akhlak yang terpuji. Tetapi para pendidik juga harus 30 Ibrahim Amini, Agar Tak…, h. 304 31 Abdullah Nashih Ulwan, Pendidikan Anak dalam Islam…, h. 66 21 memperhatikan syarat-syarat dalam memberikan nasehat agar nasehat tersebut menjadi efektif. Syarat-syarat supaya nasehat itu menjadi efektif : a Si pemberi nasehat harus terlebih dahulu mengamalkannya b Berikan nasehat secara khusus jangan di depan orang ramai, supaya tidak malu untuk menerima kenyataan dirinya. c Sampaikan nasihat secara singkat. Terlalu lama akan membosankan d Nasihat itu harus jelas sesuai dengan kebutuhan psikologis pendengar. e Berikan nasehat secara bertahap. f Berikan nasehat dengan penuh pengertian dan rasa cinta. Jangan menggurui atau memarahinya. 32 d. Metode perhatian dan Pengawasan Yang dimaksud pendidikan dengan metode perhatian atau pengawasan adalah mencurahkan, memperhatikan dan senantiasa mengikuti perkembangan anak dalam pembinaan akidah dan moral, persiapan spiritual dan sosial. Berikut ini beberapa contoh tentang perhatian dan pengawasan Rasulullah SAW, yaitu: a Perhatian dalam pendidikan sosial b Perhatian dalam memperingatkan yang haram c Perhatian dalam mendidik anak d Perhatian dalam memberi petunjuk kepada orang dewasa e Dan perhatian dalam pendidikan spiritual. 33 Demikianlah upaya perhatian dan pengawasan Rasulullah SAW kepada masyarakat yang ingin mengadakan perbaikan. Ini merupakan bukti bahwa Rasulullah sangat memperhatikan pendidikan umat manusia. Metode perhatian atau pengawasan yang dilakukan terhadap anak didik juga harus memperhatikan faktor kejiwaannya. Menurut hasil penelitian para psikolog bahwa kejiwaan manusia berbeda-beda menurut perbedaan tingkat usia. 32 Ibrahim Amini, Agar Tak…, h. 328-330 33 Abdullah Nashih Ulwan, Pendidikan Anak dalam Islam…, h. 133-134 22 Pada usia kanak-kanak misalnya lebih menyukai kepada hal-hal yang bersifat rekreatif dan bermain, sedangkan pada usia anak masa sekolah 7-14 sudah mulai bisa mempelajari sesuatu, sudah bisa membaca dan menulis, karena itu akhlak dapat diajarkan melalui pembiasaan dan pelatihan. 34 e. Metode Hukuman Hukuman-hukuman dalam Islam dikenal dengan dua macam, yaitu hudud dan tazir. Hudud adalah hukuman yang telah ditentukan dalam syariat Islam, yang wajib dilaksanakan karena Allah SWT. Seperti had bagi orang yang minum-minuman keras, adalah dicambuk 40-80 kali. Sedangkan Tazir adalah hukuman yang ditentukan oleh Allah SWT untuk setiap perbuatan maksiat yang didalamnya tidak terdapat had. Tazir bertujuan untuk memberi pelajaran bagi orang lain demi kemashlahatan umat, karena hukuman tazir ini tidak ditentukan, tetapi diperhitungkan bentuk hukumannya sesuai dengan kesalahannya. Adapun metode yang dipakai Islam dalam upaya memberikan hukuman kepada anak: a Lemah-lembut dan kasih sayang adalah dasar pembenahan anak. b Menjaga tabiat anak yang salah dalam menggunakan hukuman c Dalam upaya pembenahan, sebaiknya dilakukan secara bertahap, dari yang paling ringan hingga yang paling keras. 35 Para ahli pendidikan melarang pendidik menggunakan metode hukuman kecuali dalam keadaan sangat darurat. Metode hukuman yang dimaksud disini adalah metode hukuman yang berbentuk fisik. Metode ini adalah cara yang paling akhir dalam proses belajar mengajar. Sedangkan metode hukuman yang diperbolehkan adalah metode hukuman yang bersifat mendidik, misalnya hukuman menulis sambung sebanyak satu halaman penuh, itu dilakukan gunanya untuk melancarkan siswa untuk belajar menulis halus yang bagus. 34 Abudin Nata, Akhlak Tasawwuf…, h.166 35 Abdullah Nashih Ulwan, Pendidikan Anak dalam Islam…, h. 162-165 23 Hasil Analisis Muhammad Al-Ghazali bahwa pembinaan akhlak dalam Islam juga terintegrasi dengan pelaksanaan rukun Islam. Rukun Islam yang pertama adalah mengucapkan dua kalimat syahadat; yaitu bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan nabi Muhammad adalah utusan Allah. Kalimat ini mengandung pernyataan bahwa selama hidup manusia hanya tunduk kepada aturan dan tuntutan Allah. Orang yang tunduk kepada aturan Allah dan Rasul-Nya sudah dapat dipastikan akan menjadi orang yang baik. Rukun Islam yang kedua adalah mendirikan shalat; shalat yang dikerjakan akan membawa pelakunya terhindar dari perbuatan yang keji dan munkar. Rukun Islam yang ketiga adalah zakat; yaitu agar orang yang melaksanakannya dapat membersihkan dirinya dari sifat kikir, mementingkan diri sendiri dan membersihkan hartanya dari hak orang lain, yaitu fakir miskin dan seterusnya. Adapun rukun Islam yang keempat yaitu puasa; mengajarkan manusia untuk menahan diri dari makan dan minum dalam waktu yang terbatas, tetapi lebih dari itu merupakan latihan untuk menahan diri dari keinginan untuk melakukan perbuatan keji yang dilarang. Begitu pula rukun Islam yang kelima yaitu ibadah haji; dalam ibadah haji diperlukan banyak pengorbanan baik biaya, fisik, tenaga, pengetahuan atau wawasan tentang haji serta merelakan tanah air dan harta ketika melaksanakan ibadah. 36 4. Pelaksanaan Pendidikan Akhlak Pelaksanaan pendidikan akhlak dapat dilakukan melalui pendidikan informal, formal dan non formal. a Pendidikan informal keluarga Pelaksanaan pendidikan yang dilakukan dalam pendidikan informal yaitu pendidikan yang dilakukan oleh keluarga. Orang tua adalah orang dewasa pertama yang memikul tanggung jawab pendidikan, sebab secara alami anak pada masa awal kehidupannya berada ditengah-tengah ibu dan ayahnya. Dari merekalah anak mulai mengenal pendidikannya. Dasar-dasr pandangan hisup, 36 Abudin Nata, Akhlak…, h. 160-163 24 sikap hidup dan keterempilan hidup banyak tertanam sejak anak berada ditengah- tengah orang tuanya. 37 Sebelum anak-anak masuk sekolah, pendidikan akhlak sebelumnya sudah terjadi atau dibekali oleh keluarga. Tingkah laku dan ucapan mereka sangat mempengaruhi tingkah laku anak-anaknya, karena orang tua merupakan contoh teladan bagi mereka di rumah szeperti memberikan contoh yang baik di rumah berupa ucapan, sikap maupun tingkah laku mereka, dengan demikian orang tua harus memegang teguh ajaran-ajaran agama agar kelak perilaku anak-anak mereka tidak menyimpang memiliki sifat-sifat tercela. Keluarga merupakan lingkungan pendidikan pertama yang sangat mempengaruhi perkembangan seorang anak, oleh karena itu orang tua hendaknya berusaha menciptakan kehidupan rumah tangga yang harmonis dan didasari nilai- nilai agama. Menjadi kenyataan bahwa keadaan orang tua, sikapnya terhadap anak sebelum dan sesudah lahir ada pengaruhnya terhadap kesehatan mental anak, ini juga berpengaruh terhadap perilaku mereka. 38 Orang tua berkewajiban mengasuh dan menanamkan nilai-nilai keimanan, ketakwaan dan akhlakul karimah terhadap anak-anaknya, menjaga kesehatan mereka lahir batin, jasmaniah dan rohaniah, menjaga keselamatan mereka di dunia dan akhirat, ilmu agama dan ilmu umum agar mereka menjadi manusia beriman dan beragama, beramal dan beribadah dan dapat berdiri sendiri kelaknya sebagai seorang yang agamis. Untuk itu perlu ditanamkan sejak dini nilai-nilai keimanan, ketakwaan dan akhlaqul karimah dalam keluarga. Keluarga yang bisa dikatakan ideal adalah keluarga yang tidak hanya meberikan kasih sayang dan fasilitas yang dibutuhkan kepada anak-anak mereka tetapi juga memberikan dorongan kuat kepada anaknya untuk mendapat pendidikan agama dalam hal ini salah satunya adalah pendidikan akhlak yang apabila pemberian pendidikan ini belum mampu atau tidak berkesempatan maka berikan tanggung jawab itu kepada lembaga pendidikan formal yaitu sekolah untuk melanjutkan pendidikan yang telah dibekali oleh orang tua. 37 Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam…, h. 87 38 Zakiah darajat,Kesehatan Mental…, h.61 25 b Pendidikan Formal sekolah Sekolah adalah lingkungan kedua tempat anak-anak berlatih dan menumbuhkan kepribadiannya. Sekolah bukanlah tempat sekedar untuk menuangkan ilmu pengetahuan kepada murid, tetapi sekolah juga harus dapat mendidik dan membina kepribadian si anak. Karena itu, menjadi kewajiban sekolah pula untuk membimbing dalam menyelesaikan dan menghadapi kesukaran-kesukaran dalam hidup. Sekolah merupakan kelanjutan dari pendidikan yang diberikan dalan keluarga namun lebih disempurnakan lagi. Banyak kesukaran-kesukaran yang dihadapi anak ketika mulai masuk sekolah, masuk kedalam lingkungan baru, yang sudah mulai berbeda dengan di rumah, sekolah mempunyai peraturan-peraturan yang harus dipatuhi dan mempunyai larangan-larangan yang harus diindahkan. Jika guru tidak berusaha memahami kesukaran-kesukaran yang dihadapi siswa, mungkin akan menyebabkan si anak benci kepada suasana sekolah. Terutama apabila ia datang dari rumah tangga yang memanjakannya. Amatlah sukar baginya untuk menerima peraturan dan perlakuan guru-gurunya. Mungkin ia akan mempunyai rasa negatif terhadap sekolah dan gurunya untuk selama-lamanya. 39 Oleh karena itu sangat diperlukan peranan guru yang tepat dalam memahami kejiwaan anak didik mereka. Lingkungan sekolah peranannya sebagai pelanjut pendidikan agama di lingkungan keluarga atau membentuk jiwa keagamaan pada diri anak yang tidak menerima pendidikan agama dalam keluarga. Dalam konteks ini guru agama harus mampu mengubah sikap atau akhlak anak didiknya agar menerima pendidikan agama yang diberikannya dan diharapkan juga dapat diterapkan dalam kesehariannya. Lingkungan sekolah juga dapat mempengaruhi perkembangan dan pembentukan akhlak anak. Corak hubungan antara guru dengan murid atau antara murid dengan murid akan banyak mempengaruhi kepribadian termasuk di dalamnya nilai-nilai moral yang masih mengalami perubahan dan dapat terlihat dalam perilaku mereka. 39 Zakiah darajat,Kesehatan Mental…, h.66-67 26 Sebagai pemegang amanat orang tua, dalam melaksanakan tugasnya guru hendaknya mencontoh peranan yang telah dilakukan para nabi dan pengikutnya. Tugas mereka pertama-tama ialah mengkaji dan mengajarkan ilmu ilahi, sesuai dengan firman Allah dalam surat Ali Imran:79 yang meyatakan: ⌧ ☺ ☺ ☺ “ Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia Berkata kepada manusia: Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah. akan tetapi Dia berkata: Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, Karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya”. 40 An Nahlawi menyimpulkan bahwa tugas pokok peran utama guru dalam pendidikan Islam adalah sebagai berikut: a. Tugas pensucian, guru hendaknya mengembangkan dan membersihkan jiwa peserta didik agar dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT., menjauhkannya dari keburukan, dan menjaganya agar tetap berada pada fitrahnya. b. Tugas pengajaran, guru hendaknya menyampaikan berbagai pengetahuan dan pengalaman kepada peserta didik untuk diterapkan ke dalam tingkah laku dan kehidupannya sehari-hari. 41 Sedangkan tugas guru menurut pendapat S. Nasution, sebagaimana yang dikutip oleh Abudin Nata diantaranya yaitu: Pertama, sebagai orang yang mengkomunikasikan pengetahuan. Dengan tugas ini, maka guru harus memiliki pengetahuan yang mendalam tentang bahan yang akan diajarkannya. Kedua, guru sebagai model, yaitu dalam bidang studi yang diajarkannya merupakan sesuatu yang berguna dan dipraktekkan dalam kehidupannya sehari-hari sehingga guru 40 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan…,h.89 41 Abdurrahman An-Nahlawi, Pendidikan Islam di rumah, Sekolah dan Masyarakat, Jakarta: Gema Insani Press, 1995, h.170 27 tersebut menjadi model atau contoh nyata dari yang dikehendaki oleh mata pelaharan tersebut. Ketiga, guru juga menjadi model sebagai pribadi, apakah ia berdisiplin, cermat berpikir, mencintai pelajarannya atau yang mematikan idealisme dan picik dalam pandangannya. 42 Dari ketiga tugas guru tersebut tergambar jelas bahwa seorang pendidik selain seseorang yang memiliki pengetahuan yang diajarkannya, juga seorang yang berkepribadian baik, berpandangan luas, dan berjiwa besar. Tanggung jawab seorang guru itu bukan hanya sebatas tanggung jawab moral terhadap anak didiknya. Akan tetapi lebih jauh dari itu, pendidik akan mempertanggung jawabkan semua itu kepada Allah SWT atas segala sesuatu yang telah dilakukannya serta amanat yang dipercayakan kepadanya. c Pendidikan Non Formal Pelaksanaan pendidikan Non formal di sini adalah pendidikan yang diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. 43 Di masa usia sekolah dasar anak sudah mulai beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya, mereka cenderung tidak memperdulikan perintah orang tua dan lebih banyak dipengaruhi oleh teman- temannya. Karena itu sebagian orang tua banyak memasukkan anak-anak mereka kepada pendidikan non formal ini, tidak hanya sebagai pelengkap pengetahuan tetapi juga memberi kesempatan kepada anak mereka untuk bergaul dan beradaptasi kepada hal yang lebih positif sehingga memiliki keterampilan. Adapun satuan pendidikan non formal ini terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, majlis taklim, dan lain-lain. Keserasian dan kerjasama yang baik antara ketiga lapangan pendidikan ini akan memberikan dampak yang positif bagi perkembangan dan pembentukan perilaku akhlak anak. Beberapa hal yang mempengaruhi perilaku seseorang adalah: 42 Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam,, h.115-116 43 Afnil Guza, Undang-Undang Sisdiknas dan …, h.13 28 1 Lingkungan yang tenteram, dalam arti penuh kedamaian dan bebas dari kehidupan yang curiga mencurigai 2 Lingkungan yang rukun dimana sesama warga tidak saling mencampuri urusan orang lain tanpa, tanpa disertai oleh sikap acuh tak acuh 3 Tersedianya fasilitas bergaul yang memadai seperti sarana berolahraga, maka dari situ akan timbul suatu interaksi diantara sesamanya. 44

B. Pembentukan Akhlakul Karimah

Dokumen yang terkait

Peranan bimbingan rohani islam dalam pebianan keagamaan remaja di PKBM Darussalam pondok Labu Jakarta Selatan

5 25 98

Bimbingan terhadap siswa yang mengalami kecemasan dalam menghadapi UAN di SMP Darussalam Pondok Labu Jakarta Selatan

0 20 83

Kontribusi pendidikan akidah akhlak terhadap pembentukan kepribadian siswa MI Darul Aitam Pondok Pinang Kebayoran Lama Jakarta Selatan

8 84 91

PERAN GURU AQIDAH AKHLAK DALAM PEMBENTUKAN AKHLAKUL KARIMAH SANTRI PONDOK DARUL ISLAH NARATHIWAT THAILAND SELATAN - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 1

PERAN GURU AQIDAH AKHLAK DALAM PEMBENTUKAN AKHLAKUL KARIMAH SANTRI PONDOK DARUL ISLAH NARATHIWAT THAILAND SELATAN - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 13

PERAN GURU AQIDAH AKHLAK DALAM PEMBENTUKAN AKHLAKUL KARIMAH SANTRI PONDOK DARUL ISLAH NARATHIWAT THAILAND SELATAN - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

3 65 43

PERAN GURU AQIDAH AKHLAK DALAM PEMBENTUKAN AKHLAKUL KARIMAH SANTRI PONDOK DARUL ISLAH NARATHIWAT THAILAND SELATAN - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 15

PERAN GURU AQIDAH AKHLAK DALAM PEMBENTUKAN AKHLAKUL KARIMAH SANTRI PONDOK DARUL ISLAH NARATHIWAT THAILAND SELATAN - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 22

PERAN GURU AQIDAH AKHLAK DALAM PEMBENTUKAN AKHLAKUL KARIMAH SANTRI PONDOK DARUL ISLAH NARATHIWAT THAILAND SELATAN - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 17

PERAN GURU AQIDAH AKHLAK DALAM PEMBENTUKAN AKHLAKUL KARIMAH SANTRI PONDOK DARUL ISLAH NARATHIWAT THAILAND SELATAN - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 3