sepenuhnya Mahkamah Konstitusi. Akan tetapi, sesuai ketentuan Undang-Undang Dasar, jika putusan Mahkamah Konstitusi menyatakan terbukti bersalah maka Dewan
Perwakilan Rakyat meneruskan usul pemberhentian itu ke Majelis Perwakilan Rakyat dan persidangan Majelis Perwakilan Rakyat yang nantinya akan menentukan apakah
presiden danatau wakil presiden yang telah diusulkan pemberhentiannya oleh Dewan Perwakilan Rakyat dapat diberhentikan atau tidak dari jabatannya. Berikut ini akan
dijelaskan dan dijabarkan kewenangan Mahkamah Konstitusi yang telah diberikan Undang-Undang Dasar 1945.
1. Pengujian Undang-Undang
Undang-Undang Dasar telah meletakkan bahwa dalam sistem hukum di Indonesia terdapat dua institusi yang berwenang melakukan pengujian peraturan
perundang-undangan judicial review. Kewenangan untuk menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar diberikan kepada Mahkamah Konstitusi, sedangkan
pengujian peraturan perundang-undang di bawah undang-undang terhadap undang- undang menjadi kewenangan Mahkamah Agung Pasal 24C Ayat 1 Undang-Undang
Dasar 1945. Wewenang untuk menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar
1945 merupakan suatu hal yang sudah lama diinginkan dalam konteks pelaksanaan kekuasaan kehakiman sebagai bagian dari cita-cita terwujudnya negara hukum dan
demokrasi
64
. Dengan adanya kewenangan dan mekanisme pengujian
64
Sejarah mengenai hal ini bisa dilihat dalam “Kekuasaan Kehakiman dan Penegakan Negara Hukum : Sebuah Sketsa Politik”, dalam Hukum dan Politik di Indonesia, Daniel S Lev; LP3ES, 1990,
Universitas Sumatera Utara
konstitusionalitas undang-undang, cita-cita negara hukum dan demokrasi telah mendapatkan penegasannya.
Selanjutnya Undang-undang Mahkamah Konstitusi mengatur bahwa pengujian konstitusionalitas suatu undang-undang dimungkinkan bisa dilakukan
secara formal dan materiil Pasal 51 Ayat 3 Undang-undang Nomor 24 Tahun 2003 Tentang Mahkamah Konstitusi. Pengujian secara formal menelaah apakah
pembentukan undang-undang telah memenuhi prosedur pembentukan berdasarkan ketentuan Undang-Undang Dasar 1945. Sedangkan pengujian undang-undang secara
materil memeriksa apakah materi muatan dalam ayat, pasal, danatau bagian undang- undang dianggap bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945.
2. Memutus Sengketa Kewenangan Antar lembaga Negara
Hak dan kekuasaan ini selengkapnya dirumuskan dalam Undang-Undang Dasar 1945, yakni memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang
kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar. Dari rumusan tersebut dapat dijelaskan bahwa sengketa lembaga negara yang menjadi kompetisi Makamah
Konstitusi adalah sengketa yang lain. Dan lembaga negara yang diatur dan ditentukan kewenangannya melalui Undang-Undang Dasar 1945.
Adanya kewenangan Mahkamah Konstitusi memutus sengketa kewenangan lembaga negara adalah untuk menyelesaikan perselisihan hukum atas suatu
kewenangan lembaga negara. Artinya, esensi kewenangan konstitusional Mahkamah
halaman 375-423. Lihat pula Konfigurasi Politik dan Kerkuasan Kerhakiman di Indonesia, Benny K. Harman, Elsam, 1997.
Universitas Sumatera Utara
Konstitusi untuk memutus sengketa kewenangan negara dalam perimbangan kekuasaan lembaga negara merupakan suatu fungsi kontrol dari badan peradilan
terhadap penyelenggaraan kekuasaan oleh lembaga negara yaitu dengan menempatkan kekuasaan yang menjadi kewenangan lembaga negara sesuai proporsi
atau ruang lingkup kekuasaan yang diatur menurut Undang-Undang Dasar 1945.
65
Jika dirinci, lembaga-lembaga yang disebut dalam Undang-Undang Dasar 1945 hasil perubahan diantaranya adalah Majelis Permusyawaratan Rakyat, Presiden,
Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Badan Pemeriksa Keuangan, Mahkamah Agung, dan Komisi Yudisial. Selain itu ada komisi pemilihan umum dan
bank sentral dan TNI-POLRI serta pemerintah daerah Kecuali Bank Sentral, seluruh lembaga lainnya diatur kewenangannya dalam Undang-Undang Dasar 1945.
Dalam Undang-Undang Mahkamah Konstitusi tidak ada penegasan dan penjelasan lebih lanjut mengenai hal itu. Undang-undang Mahkamah Konstitusi
hanya mengatur bahwa pemohon adalah lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar 1945 Republik Indonesia yang mempunyai
kepentingan langsung terhadap kewenangan yang dipersengketakan.
66
Sedangkan dalam hal lainnya dinyatakan bahwa Mahkamah Agung tidak dapat menjadi pihak
dalam sengketa kewenangan lembaga negara pada Mahkamah Konstitusi.
67
65
Ikhsan Rosyada Parluhutan Daulay, Op.Cit, halaman 36.
66
Pasal 61 Ayat 1 Undang-undang Nomor 24 Tahun 2003.
67
Pasal 65 Undang-undang Nomor 24 Tahun 2003
.
Universitas Sumatera Utara
Tampaknya, mengenai hal ini, undang-undang memberikan keleluasaan bagi hakim untuk menafsirkan apa dan siapa lembaga negara yang dapat bersengketa di
Mahkamah Konstitusi. Didit Hariadi Estiko menyatakan penggunaan penafsiran konstitusi yang berbeda terhadap hal itu dapat berakibat pada perbedaan penentuan
lembaga negara yang dapat menjadi pihak dalam sengketa kewenangan lembaga negara.
3. Memutus Pembubaran Partai Politik