Alat Pengumpulan Data Analisis Data

4 Berbagai majalah Hukum pertanahan, notaris dan kliping dari media massa dan internet yang berkaitan dengan masalah yang diteliti tersebut.

4. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang mendukung penelitian, dikaitkan dengan jenis penelitian hukum normatif, maka metode pengumpulan data adalah menggunakan penelitian kepustakaan Library research yang dilakukan dibeberapa perpustakaan di Perguruan Tinggi dan Instansi Pemerintah. Penelitian kepustakaan ini dilakukan untuk memperoleh data sekunder baik bahan hukum primer maupun bahan sekunder yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas.

5. Alat Pengumpulan Data

Agar dapat memperoleh data yang objektif dan dapat dibuktikan kebenarannya serta dapat dipertanggungjawabkan hasilnya, maka alat pengumpulan data yang digunakan didalam penelitian ini adalah studi dokumen dan bahan pustaka. Bahan pustaka yang dimaksud terdiri dari bahan hukum primer yaitu peraturan perundang-undangan, dokumen-dokumen dan teori yang berkaitan dengan penelitian ini.

6. Analisis Data

Analisis data merupakan hal yang sangat penting dalam suatu penelitian dalam rangka memberikan jawaban terhadap masalah yang diteliti. Sebelum analisis dilakukan, terlebih dahulu diadakan pemeriksaan dan evaluasi terhadap semua data yang ada untuk mengetahui validitasnya. Universitas Sumatera Utara Untuk selanjutnya diadakan pengelompokan terhadap data yang sejenis untuk kepentingan analisis dan penulisan. Sedangkan evaluasi dilakukan terhadap data dengan pendekatan kualitatif Artinya data kepustakaan dianalisis secara mendalam, holistik, dan komprehensif. Untuk selanjutnya data yang terkumpul dipilah-pilah dan diolah, kemudian dianalisis dan ditafsirkan secara logis dan sistematis dengan menggunakan metode induktif 43 dan deduktif. 44 Dengan metode ini kemudian diperoleh kesesuaian antara pelaksanaan kajian hukum terhadap Penetapan Luas Tanah Pertanian Studi Kasus : Putusan MK No. 11PUU–V2007 yakni : Pengujian Undang-undang No : 56 Prp Tahun 1960 Terhadap UUD 1945. 43 Bambang Sunggono, Metodelogi Penelitian Hukum, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997, halaman 10. Prosedur Induktif yaitu Proses berasal dari proporsi-proporsi khusus sebagai hasil pengamatan dan berakhir pada suatu kesimpulan pengetahuan baru berupa asas umum. Dalam Prosedur induktif setiap proposisi itu hanya boleh dianggap benar untuk proposisi ini yang diperoleh dari hasil penarikan kesimpulan dari proposisi-proposisi yang kebenaran empiris. 44 Sutandyo Wigjosoebroto, Apakah Seseungguhnya Penelitian Itu Kertas Kerja, Surabaya: Universitas Erlangga, 2000, halaman 2. Prosedur deduktif yaitu bertolak dari suatu proposisi umum yang kebenarannya telah diketahui dan diyakini dan berakhir pada suatu kesimpulan yang bersifat lebih khusus. Pada prosedur ini kebenaran pangkal merupakan kebenaran ideal yang lebih bersifat aksiomatif self efident yang esensi kebenarannya sudah tidak perlu dipermasalahkan lagi. Universitas Sumatera Utara

BAB II MAHKAMAH KONSTITUSI MENOLAK PERMOHONAN YANG

DIAJUKAN OLEH PEMOHON A. Penyelenggaraan Kewenangan Mahkamah Konstitusi Secara etimologis antara kata “konstitusi”, konstitusional”, dan “konstitusionalisme” ini segala ketentuan dan aturan mengenai ketatanegaraan Undang-Undang Dasar, Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat, Undang- Undang, Peraturan Pengganti Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, Peraturan Daerah, atau Undang-Undang Dasar suatu negara. Dengan kata lain, segala tindakan atau perilaku seseorang maupun penguasa berupa kebijakan yang tidak didasarkan atau menyimpangi maknanya sama, namun penggunaan atau penerapan katanya berbeda. Konstitusi adalah situasi, berarti tindakan kebijakan tersebut adalah tidak konstitusional. Berbeda halnya dengan konstitusionalisme yaitu suatu paham mengenai pembatasan kekuasaan dan jaminan hak-hak rakyat melalui konstitusi. 45 Konstitusi memiliki dua pengertian yaitu Konstitusi tertulis Undang-Undang Dasar dan Konstitusi tidak tertulis Konvensi. Negara Inggris merupakan contoh negara yang tidak memiliki konstitusi tertulis. 46 Dalam berbagai literatur hukum tata negara maupun ilmu politik kajian tentang ruang lingkup paham konstitusi Konstitusionalisme terdiri dari : 1. Anatomi kekuasaan kekuasaan politik tunduk pada hukum. 2. Jaminan dan perlindungan hak-hak asasi manusia. 3. Peradilan yang bebas dan mandiri. 4. Pertanggungjawaban kepada rakyat Akuntabilitas Publik sebagai sendi utama dari asas kedaulatan rakyat. 47 45 Tim Penyusun Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Balai Pustaka, 1991, halaman 521. 46 M.Solly Lubis, Asas- Asas Hukum Tata Negara, Bandung: Alumni, 1978, halaman 45. 47 Dahlan Thaib, Jazim Hamidi, Ni’matul Huda, Teori dan Hukum Konstitusi, Teori dan Hukum Konstitusi, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003, halaman 2. Universitas Sumatera Utara Keempat prinsip atau ajaran di atas merupakan ”maskot” bagi suatu pemerintahan yang konstitusional. Akan tetapi, suatu pemerintahan negara meskipun konstitusinya sudah mengatur prinsip-prinsip di atas, namun tidak diimplementasikan. Dalam praktik penyelenggaraan bernegara, maka belumlah dapat dikatakan sebagai negara yang konstitusional atau menganut paham konstitusi. 48 Sedangkan istilah Undang-Undang Dasar merupakan terjemahan istilah yang dalam bahasa Belandanya Groundwet. Perkataan wet diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia undang-undang, dan ground berarti tanah atau dasar. 49 Mencermati dikotomi antara istilah Constitution dengan Grondwet Undang Undang Dasar di atas, L.J. Van Apeldoorn telah membedakan secara jelas di antara keduanya, kalau Grondwet Undang Undang Dasar adalah bagian tertulis dari suatu konstitusi, sedangkan Constitution Konstitusi memuat baik peraturan tertulis maupun yang tidak tertulis. Sementara Sri Soemantri M., dalam disertasinya mengartikan konstitusi sama dengan Undang Undang Dasar. 50 Penyamanan arti dari keduanya ini sesuai dengan praktek ketatanegaraan di sebagian besar negara-negara dunia termasuk di Indonesia . Bagi mereka yang memandang negara dari sudut kekuasaan dan menganggapnya sebagai organisasi kekuasaan, maka Undang Undang Dasar dapat dipandang sebagai lembaga atau kumpulan asas yang menetapkan bagaimana 48 Adnan Buyung Nasution, Aspirasi Pemerintahan Konstitusional di Indonesia, Jakarta: Grafiti, 1995, halaman 16. 49 Dahlan Thaib, Jazim Hamidi, Ni’matul Huda, Op.Cit, halaman 8. 50 Sri Soemantri, Prosedur dan Sistem Perubahan Konstitusi, Bandung: Alumni, 1987, halaman 1. Universitas Sumatera Utara kekuasaan dibagi antara beberapa lembaga kenegaraan, misalnya antara badan legislatif, eksekutif dan yudikatif. Undang Undang Dasar menentukan cara-cara bagaimana pusat-pusat kekuasaan ini bekerja sama dan menyesuaikan diri satu sama lain, Undang Undang Dasar merekam hubungan-hubungan kekuasaan dalam suatu negara. Di negara-negara yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa nasional, dipakai istilah Constitution yang dalam bahasa Indonesia disebut Konstitusi. 51 Pengertian Konstitusi, dalam praktek dapat berarti lebih luas dari pada pengertian Undang-Undang Dasar, tetapi ada juga yang menyamakan dengan pengertian Undang-Undang Dasar. Bagi para sarjana ilmu politik istilah Constitution merupakan sesuatu yang lebih luas, yaitu keseluruhan dari peraturan-peraturan baik yang tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur secara mengikat cara-cara bagaimana sesuatu pemerintahan diselenggarakan dalam suatu masyarakat. 52 Dalam bahasa Latin, kata konstitusi merupakan gabungan dari dua kata, yaitu cume dan statuere. Cume adalah sebuah preposisi yang berarti ”bersama dengan ....” sedangkan statuere berasal dari kata sta yang membentuk kata kerja pokok stare yang berarti berdiri. Atas dasar itu, kata statuere mempunyai arti ”membuat sesuatu agar berdiri atau mendirikan atau menetapkan”. Dengan demikian bentuk tunggal 51 Sri Soemantri, Susunan Ketatanegaraan Menurut Undang-Undang Dasar 1945 dalam Ketatanegaraan Indonesia Dalam Kehidupan Politik Indonesia, Jakarta: Sinar Harapan, 1993, halaman 29. 52 H.Dahlan Thaib, Jazim Hamidi, Ni’matul Huda, Op.Cit, halaman 8. Universitas Sumatera Utara Constitutio berarti menetapkan sesuatu secara bersama-sama dan bentuk jamak Constitusiones berarti segala sesuatu yang telah ditetapkan. 53 Konstitusi merupakan sesuatu yang sangat penting bagi setiap bangsa dan negara, baik yang sudah lama merdeka maupun yang baru saja memperoleh kemerdekaannya. 54 Konstitusi memiliki fungsi-fungsi yang oleh Jimly Asshididiqie, guru besar hukum tata negara Universitas Indonesia diperinci sebagai berikut: 55 1. Fungsi penentu dan pembatas kekuasaan organ negara. 2. Fungsi pengatur hubungan kekuasaan antar organ negara. 3. Fungsi pengatur hubungan kekuasaan antar organ negara dengan warga negara. 4. Fungsi pemberi atau sumber legitimasi terhadap kekuasaan negara ataupun kegiatan penyelenggaraan kekuasaan negara. 5. Fungsi penyalur atau pengalih kewenangan dari sumber kekuasaan yang asli yang dalam sistem demokrasi adalah rakyat kepada organ negara. 6. Fungsi simbolik sebagai pemersatu symbol of unity, sebagai rujukan identitas dan keagungan kebangsaan identity of nation, serta sebagai center of ceremony. 7. Fungsi sebagai sarana pengendalian masyarakat social control, baik dalam arti sempit hanya di bidang politik, maupun dalam arti luas mencakup bidang sosial dan ekonomi. 8. Fungsi sebagai sarana perekayasa dan pembaruan masyarakat social engineering atau social reform. Istilah konstitusi menurut Wirjono Prodjodikoro berasal dari kata kerja constituer” dalam bahasa Perancis, yang berarti ”membentuk”, dalam hal ini yang dibentuk adalah suatu negara, maka konstitusi mengandung permulaan dari segala 53 Koerniatmanto Soetoprawiro, Konstitusi : Pengertian dan Perkembangannya ProJustina, 0.2 V, 1987, halaman 28. 54 Taufiqurrohman Syahruni, Hukum Konstitusi Proses dan Prosedur Perubahan Undang- Undang Dasar di Indonesia 1945-2002, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2004, halaman 28. 55 Jimly Asshiddiqie, Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia di Masa Depan, Jakarta: Pusat Studi Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2002, halaman 33. Universitas Sumatera Utara macam peraturan pokok mengenai sendi-sendi pertama untuk menegakkan bangunan besar yang bernama negara. 56 Istilah konstitusi sebenarnya tidak dipergunakan untuk menunjuk kepada satu pengertian saja. Dalam praktik, istilah konstitusi sering digunakan dalam beberapa pengertian. Di Indonesia, selain dikenal istilah konstitusi juga dikenal istilah Undang- Undang Dasar. Demikian juga di Belanda, di samping dikenal istilah ”groundwet” Undang-Undang Dasar, dikenal pula istilah ”constitutie”. 57 Mahkamah Konstitusi dalam melaksanakan kekuasaan negara dengan cara melakukan pengujian undang-undang serta kewenangan lainnya, tidak terlepas dari pola hubungan hak-hak dasar manusia sebagai individu, masyarakat dan negara, dalam upaya mencapai kesejahteraan yang berkeadilan sosial dan menjaga terselenggaranya pemerintahan negara yang stabil sesuai dengan kehendak rakyat dan cita hukum negara yang demokrasi. Pencapaian kesejahteraan yang berkeadilan menurut cita hukum dikenal sebagai tujuan negara. 58 Pengujian undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar 1945 merupakan suatu bentuk pengujian materi dari undang-undang yang diajukan permohonan karena dianggap bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945 dan karenanya merugikan hak konstitusional yang dimiliki sebagai warga negara. Hasil rekapitulasi perkara pengajuan undang-undang Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia tahun 56 Wirjono Prodjodikoro, Asas-asas Tata Negara di Indonesia, Jakarta: Dian Rakyat, 1977, halaman 10. 57 C.A.J.M Kortmann, Constitutionalrecht, Kluwer, Deventer, 1960, halaman 9. 58 Abdul Latif, Fungsi Mahkamah Konstitusi Dalam Upaya Mewujudkan Negara Hukum Demokrasi, Yogyakarta: Kreasi Total Media, 2007, halaman 27. Universitas Sumatera Utara 2003 sampai dengan 10 Agustus 2009 adalah 272 perkara, putusan yang diterima adalah 62 perkara, yang ditolak adalah 62 perkara, yang tidak diterima adalah 48 perkara, yang ditarik kembali adalah 21 perkara,sehingga jumlah keseluruhan putusan adalah 181 perkara dan sisanya masih sedang berjalan. Ada dua jenis metode penyelesaiannya yang dilakukan untuk perkara- perkara ini, yakni dalam bentuk ketetapan dan keputusan. Ketetapan merupakan suatu kesimpulan bersifat final dan mempunyai kekuatan hukum mengikat sejak diucapkan yang isinya di luar dari substansi permohonan, misalnya, ketetapan tentang ketidakwenangan untuk memeriksa permohonan perkara atau tentang penerimaan permohonan pembatalan perkara. Keputusan merupakan suatu kesimpulan bersifat final dan mempunyai kekuatan hukum mengikat sejak diucapkan yang isinya tentang pengabulan atau penolakan permohonan suatu perkara. Sedangkan jenis lainnya adalah kewenangan mengenai perselisihan hasil pemilihan umum, baik untuk calon anggota legislator maupun eksekutif. Perselisihan hasil pemilu merupakan perkara yang diajukan Pemohon karena ia mendalilkan bahwa telah terjadi kesalahan hasil perhitungan yang diumumkan Komisi Pemilihan Umum dan memberikan hasil perhitungan yang benar menurut permohonan pada suatu tahapan pemilihan umum. Perselisihan hasil pemilu ini untuk pemilu legislatif maupun pemilu presiden putaran pertama dan kedua. Satu tahun berdirinya Mahkamah Konstitusi bertepatan dengan pelaksanaan Pemilu 2004 terdiri dari beberapa tahap yang dimulai dari Pemilu Legislatif 5 April Universitas Sumatera Utara 2004, Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Putaran Pertama 5 Juli 2004 dan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Putaran Kedua 20 September 2004. Ada dua tahapan Pemilu 2004 yang kemudian mengalami perselisihan dan telah diperiksa Mahkamah Konstitusi, yakni Pemilu Legislatif 2004 dan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Putaran Pertama. Pada Pemilu Legislatif 2004, pemohon yang mengajukan permohonan adalah 23 partai politik mengajukan perselisihan di 252 daerah dan 21 calon anggota Dewan Perwakilan Daerah. Secara keseluruhan, terdapat 44 perkara yang berkaitan dengan pemilu Legislatif 2004. Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Putaran Pertama juga menuai permohonan perselisihan hasil pemilu oleh satu pasangan calon presiden dan wakil presiden. Dari lima pasangan yang terpilih, ada dua pasangan yang berhak melaju ke putaran kedua, sedangkan tiga pasangan lainnya tersisih. Satu pasangan calon presiden dan wakil presiden yang tersisih mengajukan permohonan terhadap penetapan jumlah suara yang dilakukan Komisi Pemilihan Umum. Karena itu, secara keseluruhan, terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Putaran Pertama, Mahkamah Konstitusi memeriksa dan memutus satu perkara.

B. Wewenang Mahkamah Konstitusi

Sebagai sebuah lembaga negara yang telah ditentukan dalam Undang-Undang Dasar 1945, kewenangan Mahkamah Konstitusi diatur didalam Pasal 10 Ayat 1 dan Ayat 2, juga diberikan dan diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945 yaitu Pasal 24C Ayat 1. Kewenangan yang mengeksklusifkan dan membedakan Mahkamah Universitas Sumatera Utara Konstitusi dari lembaga-lembaga negara lainnya. Wewenang Mahkamah Konstitusi ini menyatakan ”Mahkamah konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar 1945 59 , memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar, memutus pembubaran partai politik, dan memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum”. 60 Sedangkan dalam ketentuan lain menyatakan Mahkamah Konstitusi wajib memberikan putusan atas pendapat Dewan Perwakilan Rakyat mengenai dugaan pelanggaran oleh Presiden danatau Wakil Presiden menurut Undang-Undang Dasar. 61 Ketentuan-ketentuan tersebut ditegaskan kembali pengaturannya dalam Pasal 10 Ayat 1 dan 2 Undang-undang Nomor 24 Tahun 2003 Tentang Mahkamah Konstitusi. Dari ketentuan-ketentuan tersebut dapat dijelaskan bahwa Mahkamah Konstitusi merupakan badan peradilan tingkat pertama dan terakhir, atau dapat dikatakan merupakan badan peradilan satu-satunya yang putusannya bersifat final dan mengikat untuk mengadili perkara pengujian undang-undang, sengketa lembaga negara yang kewenangannya diberikan Undang-Undang Dasar 1945, pembubaran partai politik, dan perselisihan hasil pemilu. Dengan demikian, dalam hal pelaksanaan kewenangan ini tidak ada mekanisme banding atau kasasi terhadap putusan yang 59 Pasal 24C ayat 1 Undang-Undang Dasar 1945. 60 Pasal 24C ayat 2 Undang-Undang Dasar 1945. . Universitas Sumatera Utara dibuat Mahkamah Konstitusi untuk perkara-perkara yang berkenaan dengan wewenang tersebut. Lain halnya dengan kewajiban Mahkamah Konstitusi sebenarnya dapat dikatakan merupakan sebuah kewenangan untuk memberikan putusan atas pendapat Dewan Perwakilan Rakyat terhadap dugaan pelanggaran oleh presiden dan atau wakil presiden. Dugaan pelanggaran yang dimaksud adalah bahwa presiden dan atau wakil presiden telah melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela, danatau tidak lagi memenuhi syarat sebagai presiden danatau wakil presiden sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar 1945. 62 Syarat-syarat untuk menjadi calon presiden danatau wakil presiden adalah seorang warga negara Indonesia sejak kelahirannya dan tidak pernah menerima kewarganegaraan lain karena kehendaknya sendiri, tidak pernah mengkhianati negara, serta mampu secara rohani dan jasmani untuk melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai presiden danatau wakil presiden. 63 Secara khusus dalam kewenangan ini, Undang-Undang Dasar 1945 tidak menyatakan Mahkamah Konstitusi sebagai peradilan tingkat pertama dan terakhir dan putusannya bersifat final dan mengikat. Mahkamah Konstitusi hanya diletakkan sebagai salah satu mekanisme yang harus bahwa wajib dilalui dalam proses pemberhentian impeachment presiden dan atau wakil presiden. Kewajiban konstitusional Mahkamah Konstitusi adalah untuk membuktikan dari sudut pandang hukum presiden dan wakil presiden. Jika terbukti, putusan Mahkamah Konstitusi tidak secara otomatis dapat memberhentikan presiden danatau wakil presiden karena hal itu bukan wewenang 62 Pasal 7 B Ayat 1 Undang-Undang Dasar 1945. 63 Pasal 6 Ayat 1 Undang-Undang Dasar 1945 Universitas Sumatera Utara sepenuhnya Mahkamah Konstitusi. Akan tetapi, sesuai ketentuan Undang-Undang Dasar, jika putusan Mahkamah Konstitusi menyatakan terbukti bersalah maka Dewan Perwakilan Rakyat meneruskan usul pemberhentian itu ke Majelis Perwakilan Rakyat dan persidangan Majelis Perwakilan Rakyat yang nantinya akan menentukan apakah presiden danatau wakil presiden yang telah diusulkan pemberhentiannya oleh Dewan Perwakilan Rakyat dapat diberhentikan atau tidak dari jabatannya. Berikut ini akan dijelaskan dan dijabarkan kewenangan Mahkamah Konstitusi yang telah diberikan Undang-Undang Dasar 1945.

1. Pengujian Undang-Undang