Rumusan Masalah Tujuan dan Manfaat Penelitian Asumsi dan Batasan Masalah Sejarah Perusahaan

optimalnya mesin adalah mengulang proses potong, menunggu ketersediaan material dan mengoperasikan mesin dengan kecepatan potong rendah. Kedua penelitian tersebut menunjukkan bahwa metode Overall Equipment Effectiveness OEE dan Fa ilure Mode and Effect Analysis FMEA dapat digunakan untuk mengetahui tingkat efektivitas mesin dan faktor penyebab mesin belum optimal.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah besarnya jumlah kerusakan jam mesin ACC mengakibatkan output yang dihasilkan berkurang sehingga perlu ditelusuri penyebab permasalahan tersebut dan mencari solusi untuk mengatasinya.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Untuk mengetahui tingkat efektifitas mesin dengan menggunakan metode Overa ll Equipment Effectiveness OEE 2. Untuk mengetahui six big losses terbesar. 3. Untuk mengetahui rate priority number dari penyebab kegagalan terbesar dengan menggunakan Faillure Mode and Effect Analysis FMEA Universitas Sumatera Utara Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah: 1. Penelitian ini bermanfaat bagi mahasiswa untuk memberikan pengalaman dalam menerapkan teori yang diperoleh di perguruan tinggi dan ikut menyelesaikan masalah dalam lingkungan industri. 2. Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai masukan bagi perusahaan untuk mengetahui faktor utama penyebab terjadinya kerusakan dan menemukan sistem perawatan yang tepat. 3. Sebagai tambahan referensi untuk memperkaya laporan penelitian Teknik Industri dan dapat digunakan sebagai acuan bagi penelitian selanjutnya.

1.4 Asumsi dan Batasan Masalah

Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah proses produksi dan mesin-mesin yang digunakan tidak mengalami perubahan selama penelitian. Batasan masalah yang digunakan adalah: 1. Pengukuran efektivitas dilakukan pada mesin ACC di pabrik reduksi. 2. Pengukuran efektivitas mesin dilakukan untuk periode November 2013 - Oktober 2014. 3. Besarnya kerugian maupun biaya yang timbul karna mesin tidak beroperasi tidak dihitung dalam penelitian ini. Universitas Sumatera Utara

1.5. Sistematika Penulisan Tugas Sarjana

Sistematika penulisan laporan bertujuan untuk mempermudah dalam menyusun dan mempelajari bagian-bagian dari seluruh rangkaian penelitian. Adapun sistematika penulisan laporan hasil penelitian ini adalah: BAB I Pendahuluan berisi tentang latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan dan asumsi penelitian, dan sistematika penulisan laporan tugas sarjana. BAB II Gambaran Umum Perusahaan berisi tentang sejarah perusahaan, ruang lingkup bidang usaha, lokasi perusahaan, organisasi dan manajemen, dan proses produksi. BAB III Landasan Teori mengenai tinjauan pustaka yang berisi teori-teori pemeliharaan mesin, Total Productive Maintenance TPM, OEE, Six big losses, diagram sebab akibat, dan FMEA. BAB IV Metodologi Penelitian memaparkan metodologi yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian meliputi tempat dan waktu penelitian, jenis penelitian, objek penelitian, variabel penelitian, instrumen penelitian, metode pengumpulan data, metode pengolahan data, dan analisis pemecahan masalah. BAB V Pengumpulan dan Pengolahan Data berisi data yang diperoleh dari penelitian serta pengolahan data yang membantu dalam pemecahan masalah. Data tersebut berupa data historis dari perusahaan dan hasil pengamatan untuk pengukuran OEE. Pengolahan data OEE terdiri dari tahap perhitungan a va ila bility , performance efficiency, dan rate of quality product kemudian dilakukan perhitungan OEE six big losses untuk mendapatkan faktor terbesar. Universitas Sumatera Utara Faktor tersebut diidentifikasi dengan diagram sebab akibat kemudian perhitungan FMEA. BAB VI Analisis Pemecahan Masalah berisi analisis hasil pengolahan data dengan metode OEE dan FMEA, mengetahui penyebab utama six big losses dan pemberian usulan pada perusahaan dalam penerapan TPM agar kerugian perusahaan dapat dikurangi. BAB VII Kesimpulan dan saran berisikan kesimpulan yang diperoleh dari hasil pemecahan masalah dan saran-saran yang diberikan kepada pihak perusahaan. Universitas Sumatera Utara

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan

Sungai Asahan merupakan satu-satunya sungai yang mengalir dari Danau Toba dan memiliki potensi yang besar sebagai penghasil listrik tenaga air. Gagasan untuk mengolah tenaga air Sungai Asahan sebagai pembangkit listrik telah dimulai sejak tahun 1908. Pada tahun 1919, pemerintah Hindia Belanda mengadakan studi kelayakan proyek, dan tahun 1939 perusahaan Belanda, MEWA memulai pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air PLTA Siguragura. Namun dengan pecahnya Perang Dunia II, proyek ini tidak dapat diteruskan. Tahun 1962, pemerintah Indonesia dan Rusia menandatangani perjanjian kerjasama untuk mengadakan studi kelayakan tentang pembangunan proyek Asahan, tetapi kondisi politik dan ekonomi yang kacau dan tidak menentu di tahun 1966 telah menyebabkan proyek ini gagal. Tahun 1968, Nippon Koei, perusahaan konsultan Jepang menyerahkan laporan kelayakan interim proyek aluminium Asahan, disusul dengan laporan mengenai power development project. Dilanjutkan pada tahun 1970, dengan penandatanganan perjanjian antara departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik PUTL dengan Nippon Koei tentang perencanaan dan penelitian proyek Asahan. Kemudian pada tahun 1972, diserahkan laporan akhir yang menyatakan bahwa PLTA Asahan layak dibangun dengan sebuah pabrik peleburan aluminium sebagai pemakai utama dari listrik yang dihasilkan dari PLTA tersebut. Universitas Sumatera Utara Pada tahun 1972 tersebut, pemerintah Indonesia menyelenggarakan pelelangan untuk membangun pabrik peleburan aluminium dan PLTA sebagai satu paket Penanaman Modal Asing PMA. Tetapi hingga pelelangan ditutup pada tahun 1973, tidak ada satu pun yang menyerahkan penawarannya karena proyek ini membutuhkan investasi yang sangat besar. Tanggal 7 Juli 1975, di Tokyo, setelah melalui perundingan yang panjang, pemerintah Indonesia dan para penanam modal Jepang menandatangani perjanjian induk master agreement untuk membangun PLTA dan pabrik peleburan aluminium Asahan. Dan pada bulan November 1975, dua belas perusahaan penanam modal Jepang, yang terdiri atas tujuh perusahaan dagang dan lima perusahaan peleburan, membentuk sebuah konsorsium di Tokyo dengan nama Nippon Asahan Aluminium Co., Ltd. NAA Co.,Ltd. yang 50 persen sahamnya dimiliki oleh lembaga keuangan pemerintah Jepang. Berdasarkan master agreement tersebut, pada tanggal 6 Januari 1976 didirikanlah PT. Indonesia Asahan Aluminium INALUM di Jakarta untuk melaksanakan pembangunan dan pengoperasian kedua instalasi tersebut. Untuk menyelenggarakan pembinaan, perluasan dan pengawasan atas pelaksanaan pembangunan proyek ini, pemerintah Indonesia mengeluarkan KEPRES no. 5 1976 tentang pembentukan badan pembina proyek asahan dan otorita pengembangan proyek asahan. Tanggal 20 Januari 1982, presiden Soeharto yang datang bersama pejabat tinggi pemerintahan, meresmikan operasi tahap pertama pabrik peleburan aluminium PT. INALUM di Kuala Tanjung dan menyebut proyek ini sebagai “impian yang menjadi kenyataan”. Universitas Sumatera Utara Pada tanggal 14 Oktober 1982 dilakukan ekspor perdana Aluminium Ingot produksi PT. INALUM ke Jepang dan sejak saat itu Indonesia pun menjadi salah satu pengekspor Aluminium batangan Ingot di dunia dengan kualitas 99,70 dan 99,90. PT. INALUM dapat dicatat sebagai pelopor dan perusahaan pertama di Indonesia yang bergerak dalam bidang Industri peleburan aluminium. Sejak tanggal 01 Oktober 2013 status PT. INALUM mengalami perubahan dari PMA menjadi BUMN. Oleh karena itu pasar ekspor yang dahulu seluruhnya ditangani oleh Jepang sekarang 100 masalah pemasaran ditangani oleh PT. INALUM.

2.2. Visi dan Misi PT INALUM