2.6.3 Tingkat Kesukaran
Suatu tes dikatakan baik harus memenuhi salah satu kriteria dari kualitas tes yang baik, yaitu salah satunya adalah memiliki tingkat kesukaran atau kesulitan.
Artinya tes tersebut haruslah memuat butir-butir soal yang tingkat kesukarannya merata antara mudah, sedang ,dan sulit. Menurut Silverius 1991:18,”masing-masing
tingkat kesukaran dalam suatu alat evaluasi memiliki proporsi atau ukuran tertentu. proporsi untuk tingkat kesukaran adalah: mudah: sedang: sulit = 1: 2: 1”. Untuk
proporsi banyak sedikitnya jumlah soal suatu alat evaluasi dengan waktu tes, tergantung dari tujuan dan jenis tes karena hal ini terkait dengan jumlah waktu yang
diperlukan siswa terkait untuk menyelesaikan tiap-tiap butir soal. Analisis tingkat kesukaran bisa dilakukan sebelum maupun sesudah soal
dikerjakan. Analisis sebelum soal diujicobakan dilakukan dengan menelaah butir- butir soal dengan mempertimbangkan tingkat kemampuan atau kompetensi yang
diujikan dalam soal tersebutSukiman, 2011:211. Semakin tinggi tingkat kemampuan yang diujikan maka soal akan semakin sukar.
Analisis setelah soal dikerjakan dilakukan dengan cara melihat hasil jawaban siswa ,kemudian dihitung menggunakan rumus. Bilangan yang menunjukkan sukar
dan mudahnya sesuatu soal disebut dengan indeks kesukaran difficulty index. Besarnya indeks kesukaran berkisar antara 0,00 sampai dengan 1,0 Arikunto,
1999:207. Indeks kesukaran ini menunjukkan taraf kesukaran dari suatu soal tes. Soal dengan kriteria sukar prosentasenya sebesar 27 dengan indeks kesukarannya
IK berada pada interval 0,00 IK ≤ 0,30. Untuk soal dengan kriteria sedang, persentasenya sebesar 46 dengan indeks kesukarannya IK berada pada interval
0,30 IK ≤ 0,70. Dan untuk soal dengan kriteria mudah, prosentasenya sebesar 27 dengan indeks kesukarannya IK berada pada interval 0,70 IK ≤ 1,00.
Pada penelitian ini analisis tingkat kesukaran dilakukan dengan penelaah berdasarkan tingkat kemampuan yang diujikan dengan melihat aspek berpikir yang
diukur dalam suatu soal.
2.6.4 Daya beda